• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN PECANDU NARKOBA MELALUI TAZKIYATUN NAFS DI PONDOK PESANTREN AL-QODIR CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBINAAN PECANDU NARKOBA MELALUI TAZKIYATUN NAFS DI PONDOK PESANTREN AL-QODIR CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN PECANDU NARKOBA MELALUI TAZKIYATUN NAFS DI PONDOK PESANTREN AL-QODIR CANGKRINGAN SLEMAN

YOGYAKARTA

OLEH:

MUHAMMAD MUWEFIK NIM : 1520310055

TESIS

Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Magister Agama Konsentrasi Bimbingan Konseling Islam

YOGYAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

Muhammad Muwefik: 1520310055. Pembinaan Pecandu Narkoba Melalui Tazkiyatun Nafs Di Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman Yogyakarta, 2017.

Pondok pesantren telah berdiri beberapa ratus tahun yang lalu, sehingga keberadaan pondok pesantren di Indonesia menjadi salah satu kebutuhan bagi bangsa Indonesia. Maka pondok pesantren menjadi lembaga yang menarik untuk diteliti, terlebih saat ini pondok pesantren menjadi tempat pelaksanaan tazkiyatun nafs atau purifikasi jiwa bagi para pecandu narkoba. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui alasan pondok pesantren al-Qodir membimbing para pecandu narkoba melalui tazkiyatun nafs atau purifikasi jiwa; 2) Mengetahui pelaksanaan Tazkiyah An-Nafs atau purifikasi jiwa di Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman dalam membina pecandu narkoba; 3) Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam membimbing para pecandu narkoba melalui Tazkiyah An-Nafs atau purifikasi jiwa di pondok pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Lokasi penelitian ini adalah di Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan, Sleman Yogyakarta. Kemudian teknik pengumpulan data memakai tiga teknik, yaitu observasi berperan serta (participant obsevation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini ialah 1) pondok pesantren al-qodir sebagai tempat penyucian jiwa karena merespon terhadap faktor eksternal dan karena faktor internal pondok pesantren al-Qodir dengan pendekatan religiusnya yang berupa tazkiyatun nafs atau purifikasi jiwa; 2) Bimbingan tazkiyatun nafs atau purifikasi jiwa bagi para pecandu narkoba ialah pertama, menetapkan pondasi awal bimbingan bagi pecandu narkoba, kedua sarana-sarana takiyatun nafs, ketiga, output tazkiyatun nafs adalah akhlak yang baik; 3) Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan bimbingan tazkityatun nafs adalah pertama, faktor pendukungnya ialah motivasi dan kerjasama keluarga serta lingkungan;

kedua, faktor penghambatnya adalah, keluarga kurang koperatif, diri sendiri yang malas, bertemu teman lama.

Keyword: Pecandu Narkoba, Pondok Pesantren Al-Qodir, Tazkiyatun Nafs .

(8)

viii

MOTTO











Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu (QS. Asy-Syams [91]: 9)

(9)

ix

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tesis ini dipersembahkan untuk:

KEDUA ORANG TUA (BUKHORI DAN RAUDATUL JANNAH) ADEK DAN ISTRI TERCINTA (DIANA MAFTUHAH DAN MAYLADY

NANDA PRATAMA)

ALMAMATERKU PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

(10)

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penulisan tesis ini berpedoman pada buku “Pedoman Transliterasi Arab-Latin” yang dikeluarkan berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, tertanggal 22 Januari 1988, No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987. Di bawah ini adalah daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin.

A. Konsonan Tunggal

No Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

1

أ

Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

2

ب

Ba>’ B Be

3

ت

Ta>’ T Te

4

ث

s\a>’ S| es titik di atas

5

ج

Ji>m J Je

6

ح

Ha>’ H{ ha titik di bawah

7

خ

Kha>’ Kh ka dan ha

8

د

Dal D De

9

ذ

z\al Z| zet titk di atas

10

ر

Ra>’ R Er

11

ز

Zai Z Zet

13

س

Si>n S Es

14

ش

Syi>n Sy es dan ye

15

ص

S{a>d S{ es titik di bawah

16

ض

Da>d D{ de titik di bawah

17

ط

Ta>’ T{ te titik di bawah

18

ظ

Za>’ Z{ zet titik di bawah

19

ع

’Ayn ...‘... koma terbalik (di atas)

20

غ

Gayn G Ge

(11)

xi

21

ف

Fa>’ F Ef

22

ق

Qa>f Q Qi

23

ك

Ka>f K Ka

24

ل

La>m L El

25

م

Mi>m M Em

26

ن

Nu>n N En

27

و

Waw W We

28

ه

Ha>’ H Ha

29

ء

Hamzah ...’... Apostrof

30

ي

Ya> Y Ye

B. Konsonan Rangkap (Syaddah)

Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem penulisan Arab dilambangkan dengan huruf ganda, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Contoh:

رونملا

ditulis al-Munawwir C. Ta>’ Marbu>tah

Transliterasi untuk Ta>’ Marbu>tah ada dua macam, yaitu:

1. Ta>’ Marbu>tah hidup

Ta>’ Marbu>tah yang hidup atau mendapat h}arakat fath}a>h, kasrah atau d}ammah, transliterasinya adalah, ditulis t:

Contoh:

للهاةمعن

ditulis ni’matulla>h

رطفلاةاكز

ditulis zaka>t al-fit}ri

(12)

xii 2. Ta>’ Marbu>tah mati

Ta>’ Marbu>tah yang mati atau mendapat h}arakat sukun, transliterasinya adalah, ditulis h:

Contoh:

ةبه

ditulis hibah

ةيزج

ditulis jizyah

D. Vokal

Vokal bahasa Arab, terdiri dari tiga macam, yaitu: vokal tunggal (monoftong), vokal rangkap (diftong) dan vokal panjang.

1. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya adalah:

a. Fath}a>h dilambangkan dengan a

contoh:

برض

ditulis d}araba

b. Kasrah dilambangkan dengan i

contoh:

مهف

ditulis fahima

c. D{ammah dilambangkan dengan u

contoh:

بتك

ditulis kutiba

2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang dilambangkan berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

a. Fath}a>h + Ya> mati ditulis ai

Contoh:

مهيديأ

ditulis aidi>him b. Fath}a>h + Wau mati ditulis au

Contoh:

تاروت

ditulis taura>t

(13)

xiii 3. Vokal Panjang

Vokal panjang dalam bahasa Arab disebut maddah, yaitu harakat dan huruf, transliterasinya adalah:

a. Fath}a>h + alif, ditulis a> (dengan garis di atas) Contoh:

ةيلهاج

ditulis ja>hiliyyah b. Fath}a>h + alif maqs}u>r ditulis a> (dengan garis di atas)

Contoh:

يعسي

ditulis yas’a>

c. Kasrah + ya> mati ditulis i> (dengan garis di atas) Contoh:

ديجم

ditulis maji>d

d. D{ammah + wau mati ditulis u> (dengan garis di atas) Contoh:

ضورف

ditulis furu>d}

E. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf alif dan lam (

لا

). Namun dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyyah.

a. Bila diikuti oleh huruf qamariyyah ditulis al-

Contoh:

نارقلا

ditulis al-Qur’a>n

b. Bila diikuti oleh huruf syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf lam

Contoh:

ةنسلا

ditulis as-Sunnah

(14)

xiv F. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan dengan tanda apostrof. Namun hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata saja. Bila hamzah itu terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan, tetapi ditransliterasikan dengan huruf a atau i atau u sesuai dengan h}arakat hamzah di awal kata tersebut.

Contoh: ءاملا ditulis al-Ma>’

ليوأت ditulis Ta’wi>l

رمأ ditulis Amr

(15)

xv

KATA PENGANTAR Bimillahirrohmanirrohim.

Segala puji bagi Allah,Swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap mengalir kepada Nabi Muhammad SAW, sang penunjuk jalan yang lurus. Berkat perjuangan beliau, umat manusia dapat membedakan antara hal yang benar dan salah dan berkat perjuangan beliau, peradaban dunia dapat tertata dengan rapi.

Ucapan terimakasih tak terhingga kepada:

1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakata Prof. Drs. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melanjutkan pendidikan kami ke jenjang yang lebih tinggi.

2. Direktor Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Prof. Norhaidi, S.Ag, M.A, M.Phil, Ph,D.

3. Dr. Hamdan Daulay, M.Si., MA. yang telah membimbing, mengarahkan, memberi masukan kepada kami, dengan penuh kesabaran sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Jajaran dosen dan tenaga kependidikan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah mendidik dan memotivasi peneliti untuk terus berkarya.

5. Pondok Pesantren Al-Qodir yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan juga telah membantu mendapatkan data dalam penelitian tesis ini.

(16)

xvi

6. Keluarga tercinta bapak Bukhori dan Raudatul Jannah yang telah berjuang membesarkan dan mendidik penulis hingga sampai ini, beliau mewariskan nilai-nilai kehiduapn yang sesungguhnya, adik Diana Maftuhah yang selalu tersenyum dan berdoa buat penulis, istri tercinta Maylady Nanda Pratama yang selalu mengiringi di setiap langkah penulis, kesabaranya mampu membuat penulis seamangat, sujud di setiap doa yang di iringi tangisan tiada henti di panjatkan buat penulis, selalu menunggu kedatangan dan kesuksesan penulis, Ibuk H. Kiptyah dan paman Idris beserta bibik Masturah yang selalu mendoakan penulis, bapak Totok Hariyanto dan Ibuk Siti Maryam setia mensupport peneliti secara moril.

Hanya doa yang dapat penulis selalu panjatkan semoga beliau-beliau diberi kesehatan dan keberkahan dalam hidup.

7. Comunitas persaudaraan “Sedulur pati” yang telah mengajarkan penulis arti penting sebuah persaudraan dan nilai-nilai kehidapan yang luhur, semua anggota “sedulur pati” baik Jember, Madura, Probolinggo, Lumajang, , Bondowoso, Malang, Situbondo, Banyuwangi terima kasih atas suport dan doanya dulur-dulur sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis dengan baik dan sempurna, wabil khusus pejuangan dan pendiri

“sedulur pati” Achmad Khoiri, Baisuni, Mahes, Sadam Husain, Zainal, Qomaruddin Hamdi, Achmad Faris Rofiqi, Hasyim, Zainal abidin, M. Iset, Suryadi, M. Lutfi, Abdul Halim, Hamzah. Semoga kita selalu menjadi pejuang nilai-nilai “sedulur pati”.

(17)

xvii

8. Teman-teman kelas Nusantara BKI/ A Angkatan 2015, terima kasih atas hari-harinya yang telah mengukir sejarah dalam kehidupan penulis.

Tidak ada manusia yang sempurna dan kesempurnaan hanya miliki Allah, Swt. itulah kata-kata yang peneliti ucapkan setelah tesis ini sampai dihadapan pembaca. Tentunya, saran dan kritik yang selalu peneliti harapkan agar tulisan lebih memberikan kontribusi dalam keilmuan pendidikan islam. the last. Semoga karya ini bermanfaat. Amin

Yogyakarta, 19 Juni 2017 Saya yang menyatakan

Muhammad Muwefik 1520310055

(18)

xviii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... iii

PENGESAHAN DIREKTUR ... iv

DEWAN PENGUJI ... v

NOTA DINAS PEMBIMBING ... vi

ABSTRAK ... vii

MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ... x

KATA PENGANTAR ... xv

DAFTAR ISI ... xix

DAFTAR TABEL ... xxii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

D. Kajian Pustaka ... 10

E. Metode Penelitian... 12

F. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II : LANDASAN TEORI ... 23

A. Pondok Pesantren ... 23

B. Konsep Dasar Bimbingan Konseling Islam ... 26

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 26

2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 28

3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 29

4. Metode Bimbingan Konseling Islam ... 31

(19)

xix

C. Tazkiyatun Nafs ... 36

1. Pengertian Tazkiyatun Nafs ... 36

2. Sarana Tazkiyatun Nafs ... 38

a. Shalat ... 40

b. Zakat dan Infaq ... 42

c. Puasa ... 43

d. Membaca al-Qur’an ... 44

e. Dzikir dan Fikir ... 45

f. Mujahadah ... 47

g. Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar ... 47

h. Tawadhu’... 48

i. Taubat ... 48

D. Patologi Sosial ... 49

1. Kriminalitas ... 49

2. Perjudian ... 50

3. Pelacuran... 51

4. Korupsi ... 52

5. Narkoba... 52

BAB III : GAMBARAN UMUM ... 55

A. Sejarah Berdiri Pondok Pesantren ... 55

B. Letak Geografis ... 58

C. Visi dan misi ... 60

D. Tujuan Pondok Pesantren ... 61

E. Struktur Organisasi Yayasan Pondok Pesantren Al-Qodir 63

F. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Qodir ... 64

G. Data Pengajar di Pondok Pesantren Al-Qodir ... 65

H. Santri Pondok Pesantren Al-Qodir ... 67

I. Kelembagaan dan Kegiatan ... 68

J. Profil Umum Madrasah ... 71

K. Program Pembinaan Madrasah ... 71

(20)

xx

L. Keterampilan ... 72

M. Ekstra Kurikuler ... 73

N. Intra Kurikuler ... 75

O. Jadwal Kegiatan Santri ... 80

P. Bimbingan Bagi Pecandu Narkoba ... 84

BAB IV BIMBINGAN TAZKIYATUN NAFS BAGI PECANDU NARKOBA DI PONDOK PESANTREN AL-QODIR… 88

A. Pondok Pesantren Al-Qodir sebagai Tempat Penyucian jiwa ... 91

B. Bimbingan Tazkiyatun Nafs Bagi Para Pecandu Narkoba. 106

C. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 122

BAB V PENUTUP………..…….. 132

A. Kesimpulan ... 132

B. Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 135 LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(21)

xxi

DAFTAR BAGAN

Struktur Organisasi Yayasan Pondok Pesantren Al-Qodir ... 63 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Al-Qodir ... 64

(22)

xxii

DAFTAR TABEL

Nama dan Jumlah Pengajar di Pondok Pesantren Al-Qodir ... 66 Jumlah Santri Pondok Pesantren Al-Qodir ... 67 Jumlah Guru di Yayasan Pondok Pesantren Al-Qodir ... 75 Jumlah Siswa di Yayasan Pondok Pesantren Al-Qodir ... 76 Jadwal Ngaji Kelas Sifir... 80 Data Santri Kelas Sifir ... 81 Jadwal Ngaji Kelas Ibtida’ ... 82 Data Santri Kelas Ibtida’ ... 83

(23)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Manusia dalam pandangan Islam adalah makhluk yang istimewa dan makhluk yang dimuliakan. Kemuliaan dan keistimewaan manusia ditandai dengan karunia yang Allah berikan berupa akal, kemauan dan ruh.1 Akal manusia digunakan untuk memikirkan segala sesuatu yang diciptakan Allah, sedangkan kemauan adalah hasrat untuk mengerjakan perintah dan larangan Allah, dan ruh dijadikan sebagai pertanda kehidupan manusia. Ketiga hal tersebut Allah jadikan alasan untuk membedakan dan mengutamakan manusia dengan makhluk lainnya, baik makhluk yang bernyawa maupun makhluk yang tidak bernyawa.

Islam memproklamirkan kemuliaan dan keistimewaan manusia dengan menjadikannya sebagai khalifah di bumi. Kedudukan ini sungguh membuat para malaikat berdecak kagum dan sempat tidak percaya, lantaran kedudukan tersebut tidak diberikan kepada mereka yang notabene lebih suci daripada manusia, tetapi justru diberikan kepada manusia yang mempunyai nafsu.2 Pengukuhan menjadi khalifah ini juga membuat Allah memerintahkan makhluk lainnya untuk menghormati manusia dengan bersujud kepadanya. Iblis yang merasa lebih hebat dari manusia merasa tidak pantas menghormati manusia yang dianggap lebih

1 Yusuf Al-Qardhawi, Karakteristik Islam Kajian Analitik, Cet. Ke-6, (Surabaya: Risalah Gusti, 2001), hlm. 79.

2 Ibid.

(24)

2

lemah darinya, dia memutuskan untuk tidak ikut andil dalam menghormati manusia, tetapi sebaliknya dia memilih sebagai makhluk Allah yang memusuhi manusia sampai hari kiamat.

Kehidupan manusia di bumi ini sebagai bukti betapa bencinya iblis terhadap manusia, dia berusaha sekuat tenaga untuk membuat manusia dimurkai Allah. Keberhasilan iblis menggoda manusia dan berdampak buruk bagi manusia, membuat dia membabi-buta dalam mengerahkan pasukannya untuk mengoda manusia agar tumbuh hasrat yang bertentangan dengan perintah Allah.

Namun Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Pengampun, tetap mengampuni manusia dari kesalahannya dengan memberi hukuman untuk hidup di bumi. Selama di bumi, Allah menghendaki manusia berkembang biak menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Dari bermacam-macam keturunan manusia tersebut, ada sebagian manusia yang oraganismenya tidak berfungsi dengan baik, dan ada juga yang akal dan mentalnya tidak berfungsi dengan baik.

Manusia yang organismenya tidak berfungsi dengan baik akan susah untuk melaksanakan aktivitas kesehariannya, seperti orang yang tuna daksa, tuna grahita, tuna rungu dan seterusnya. Sedangkan bagi manusia yang akal dan mentalnya terganggu, dia disebut sebagai orang gila, karena seringkali bertingkah laku berbeda dengan manusia di sekelilingnya. Selain itu, ada juga manusia normal yang baik karakternya dan ada juga manusia normal yang berkarakter

(25)

3

buruk, seperti mengonsumsi narkoba, minum-minuman keras, merampok, menipu, korupsi, berzina dan seterusnya.

Manusia-manusia yang terkena problem secara mental dan bertingkah laku buruk di lingkungan sosial dalam ilmu pengetahuan disebut patologi sosial.

Patologi sosial menurut Blackmar dan Billin (1923) adalah kegagalan seseorang untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial dan kurang berfungsinya institusi sosial untuk melakukan sesuatu dalam merubah kepribadian individu tersebut. Akibatnya individu tersebut melakukan perilaku yang menyimpang dari norma-norma atau undang-undang agama dan negara, di antara perilaku menyimpang yang dilakukan individu adalah penyalahgunaan narkoba, penyimpangan seksual, kenakalan remaja, minuman keras, perjudian.

Kasus kenakalan remaja yang berbasis pergaulan bebas mengakibatkan para remaja banyak yang hamil di luar nikah. Pada tahun 2015, jumlah persalinan bayi yang dilakukan oleh remaja yang berusia kisaran 10-19 tahun di Yogyakarta masih tinggi. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DIY melaporkan bahwa ada 1.078 remaja puteri yang berstatus pelajar telah melahirkan bayi. Dari jumlah tersebut, terdapat 976 remaja puteri berasal dari kehamilan tidak diinginkan atau di luar nikah. Hal ini bisa menyebabkan

(26)

4

pernikahan yang dilakukan oleh pasangan hamil di luar nikah rentan mengalami perilaku menyimpang pula, seperti KDRT dan penelantaran keluarga.3

Secara lebih spesifik, manusia-manusia yang melakukan penyimpangan sosial tumbuh subur di bumi Indonesia. Data yang terhimpun pada tahun 2014 menyebutkan bahwa pengguna narkoba di Indonesia mencapai 4,1 jiwa dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 5,8 juta jiwa. Tingginya pengguna narkoba ini diiringi dengan maraknya penuelundupan narkoba dari luar negeri.4

Selain itu, adanya para remaja dan orang dewasa yang gencar mengonsumsi narkoba telah merajalela di negeri ini. Bertambahnya jumlah pecandu narkoba berbanding lurus dengan bertambahnya bandar pengedar narkoba di Indonesia. hukuman berat tidak lagi dijadikan halangan bagi mereka untuk berhenti dari aktivitasnya. Semakin ditekan, mereka justru semakin merajalela dan mencari jalan lain untuk mengedarkan dan mengonsumsi narkoba.

Hal ini merupakan problem yang harus diselesaikan oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya. Keadaan mereka yang sangat memperihatinkan tersebut seharusnya menggugah para masyarakat luas untuk turun tangan dan melakukan upaya-upaya pengentasan dan perbaikan kepribadian mereka.

Gangguan mental dan penyimpangan-penyimpangan ini tidak boleh terus

3http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2016/01/26/358573/sebanyak-976-pelajar- yogyakarta-hamil-di-luar-nikah, diakses pada 13 September 2016

4http://wartakota.tribunnews.com/2016/04/11/pengguna-narkoba-di-indonesia-terus-meningkat- setiap-tahun, diakses pada 13 September 2016

(27)

5

berlanjut di Indonesia, pihak pemerintah dan masyarakat secara umum perlu bekerjasama untuk meminimalisir tumbuh kembangnya gangguan mental dan perilaku menyimpang.

Adanya penyimpangan ini jelas karena faktor internal dan eksternal yang dialami oleh mereka. Faktor religius yang ditandai dengan kurang kuatnya keimanan dan ketakwaan manusia kepada Tuhannya juga bisa membuat mereka memiliki gangguan mental dan melakukan perilaku menyimpang. Haryanto sebagai seorang sosiolog memandang bahwa untuk mengatasi hal ini yang paling efektif adalah dengan meningkatkan pengawasan dan perhatian ke sang anak.

Selain itu, para orangtua sebaiknya menanamkan pengetahuan agama ke sang anak sejak kecil.5

Upaya yang harus dilakukan oleh warga negara Indonesia kepada patologi sosial adalah menggiatkan kembali pelaksanaan bimbingan dan konseling melalui pendekatan religius. Pendekatan ini bisa dikatikan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling yang meliputi pribadi, sikap, keserdasan, dan perasaan.6 Pendekatan ini memandang bahwa problem besar yang dialami patologi sosial bersumber dari internal yang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal.

5http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2016/01/26/358573/sebanyak-976-pelajar- yogyakarta-hamil-di-luar-nikah, diakses pada 13 September 2016.

6 H. Farid Hasyim & Mulyono, Bimbingan & Konseling Religius, (Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 53.

(28)

6

Faktor internal dirinya yang berupa hatinya kotor dan selalu melakukan hal-hal yang tidak baik membuat dirinya tidak bisa mengendalikan dirinya dari cobaan dari Allah. Faktor eksternal yang mendukungnya selalu diikuti dengan seksama, sehingga hatinya semakin jauh dari kebenaran Allah. Maka tidak heran mereka mengalami stres. Oleh karenanya jiwa, pikiran, dan hatinya harus dibersihkan dari kotoran-kotoran masa lalu. Hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan konsep tazkiyah an-nafs dalam menanggulangi hal tersebut.

Tazkiyah secara bahasa berarti tathahhur, dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan menjadi membersihkan atau mensucikan. Oleh karena itu sedekah harta yang diperintahkan Allah dinamakan zakat, seakar kata dengannya.7 Sedangkan kata an-nafs adalah jiwa manusia. Jadi jiwa manusia menurut konsep ini harus selalu dibersihkan dan disucikan dari kotoran-kotoran yang sudah ada.

Untuk pelaksanaan konsep ini, maka institusi pendidikan dipandang sebagai tempat yang tepat untuk melaksanakan bimbingan dan konseling melalui pendekatan religius yang berupa tazkiyah an-nafs terhadap patologi sosial.

Masalah-masalah patologi sosial yang diderita oleh seseorang tersebut bisa disembuhkan dengan pertolongan Allah dan ketekunan dalam melayani mereka.

Konselor muslim dalam membimbing patologi sosial harus memiliki prinsip-prinsip yang baik, yaitu selalu beriman dan bertakwa kepada Allah,

7 Ibnu Rajab Al-Hambali, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Imam Ghazali. Tazkiyatun Nafs: Konsep Penyucian Jiwa Menurut Ulama Salafushshalih, (Solo: Pustaka Arafah. 2008) hlm. viii-ix

(29)

7

berpegang teguh kepada al-Qur‟an dan Sunah, dan mengikuti keteraturan yang Allah kehendaki.8 Oleh karena itu, institusi pendidikan yang pantas mengemban tugas adalah pondok pesantren, mengingat pondok pesantren tempat para santri menimba ilmu agama dan menyempurnakan akhlak mereka sehari-hari.

Pondok pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang concern terhadap ilmu-ilmu agama Islam. Proses pendidikan di pondok pesantren ini sangat berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan formal seperti SD/MI, SMP/MTs, maupun SMA/MA. Sistem asrama yang diterapkan di pondok pesantren bisa lebih memaksimalkan penerapakan konsep tazkiyah an-nafs untuk mengobati para manusia yang mengalami kecanduan narkoba.

Di Indonesia, perkembangan pondok pesantren semakin pesat, tidak terhitung lagi jumlahnya. Pondok pesantren yang paling terkenal di Indonesia adalah pondok pesantren Tebuireng di Jombang, pondok pesantren Al-Anwar di Sarang, Gontor, Ploso, Al-Hikmah, Termas, Lirboyo, dan lain sebagainya.

Pondok pesantren tersebut merupakan pondok yang menerapkan sistem lembaga pendidikan Islam pada umumnya, ada yang salaf dan ada yang khalaf.

Santrinyapun semua tidak mengalami patologi sosial seperti yang telah dijelaskan. Santri-santri di pondok pesantren tersebut sehat-sehat semua baik secara fisik maupun mental.

8 H. Farid Hasyim & Mulyono, Bimbingan & Konseling Religius…, 53-54

(30)

8

Di antara sekian pondok pesantren yang penulis telaah sejarahnya, ada lagi pondok pesantren yang unik, yaitu pondok pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman. Pondok pesantren ini sangat berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya. Pondok pesantren ini saat ini menampung santri dari pelbagai penjuru daerah, sampai tidak muat untuk menampung jumlah santri yang terus berdatangan.

Berada di Yogyakarta membuat namanya cepat melambung dan cepat besar di kalangan masyarakat pada umumnya. Makannya tidak heran jika pondok pesantren ini terus mengalami perkembangan secara pesat dari tahun ke tahun.

Hal yang unik dari pondok pesantren ini adalah, santri yang belajar di pondok bukan hanya santri seperti pada umumnya, tetapi para orang gila, pecandu narkoba, criminal, dan kenakalan remaja.9

Dari sekian pondok pesantren yang peneliti sebutkan, maka peneliti memilih pondok pesantren Al-Qodir sebagai lokasi penelitian. Pondok pesantren ini penuis pilih karena beberapa pertimbangan, di antaranya adalah 1) pondok pesantren Al-Qodir sebagai tempat menimba ilmu agama dan penyempurnaan akhlak; 2) santrinya terdiri dari kategori patologi sosial; 3) melaksanakan bimbingan dan konseling kepada para santri; 4) menerapkan konsep tazkiyah an-

9 Wawancara dengan KH. Masrur Ahmad MZ selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman 10 September 2016.

(31)

9

nafs untuk menyegerkan kembali hati para santri; 5) lokasi pondok pesantren Al-

Qodir ini bisa dijangkau oleh peneliti.

B. Rumusan Masalah

1. Mengapa pondok pesantren al-Qodir membimbing para pecandu narkoba melalui tazkiyatun nafs dan bagaimana kaitannya dengan bimbingan konseling Islam?

2. Bagaimana pelaksanaan strategi Tazkiyah An-Nafs di Pondok Pesantren Al- Qodir Cangkringan Sleman dalam membimbing pecandu narkoba?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam membimbing para pecandu narkoba melalui Tazkiyah An-Nafs?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui alasan pondok pesantren al-Qodir membimbing para pecandu narkoba melalui tazkiyatun nafs.

2. Mengetahui pelaksanaan Tazkiyah An-Nafs di Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman dalam membina pecandu narkoba.

(32)

10

3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam membimbing para pecandu narkoba melalui Tazkiyah An-Nafs di pondok pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman.

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis penelitian ini bisa menjadi bahan bacaan dan rujukan mengenai pondok pesantren yang menerima santri-santri patologi sosial.

2. Secara praktis penelitian ini bisa berguna untuk panduan pelaksanaan bimbingan konseling di pondok pesantren untuk para patologi sosial.

D. Kajian Pustaka

1. Konsep Tazkiyatun Nafs Menurut Sa„id Hawwa (1935 -1989 M) Tesis yang ditulis oleh Junaidi Manik pada tahun 2012 ini bertujuan untuk mengetahui konsep dan metode tazkiyatun nafs Sa„id Hawwa dan implikasinya dalam penyucian jiwa manusia yang sesuai dengan al-Qur‟an dan as-Sunnah.

Kesimpulan penelitian ini: tazkiyatun nafs adalah berperoses pada tiga tahapan; pertama, penyucian (tathahhur) jiwa dari segala penyakit maupun kotoran, kedua, merealisasikan (tahaqquq) berbagai maqam padanya, ketiga, berakhlak (takhalluq) dengan sebagian asma’ dan shifat Allah ‘ala muqtadha ‘ubudiyah (sesuai ketentuan ‘ubudiyah) dengan Rasulullah Saw sebagai teladan. Walhasil, penelitian ini mengekspresikan sebuah konsep tazakiyatun nafs menurut Sa‟id Hawwa yang secara umum

(33)

11

merepresentasikan pengertian, hukum, tahapan-tahapan, tujuan, serta sarana- prasarana tazkiyatun nafs secara komprehensip.10

2.

Terapi Spiritual Melalui Kaedah Tazkiyah Al-Nafs Oleh Syeikh Abdul Qadir Al-Mandili Dalam Kitab Penawar Bagi Hati. Jurnal yang ditulis oleh Che Zarrina dan Nor Azlinah. Dalam artikel ini dijelaskan bahwa proses untuk mencapai kesempurnaan tazkiyatun nafs menurut Syeikh Abdul Qadir Al- Mandili diformulasikan kepada kaedah tazkiyatun nafs. Kaedah ini diklasifikasikan menjadi empat peringkat, yaitu peringkat pertama kawalan anatomi jasmani manusia; peringkat kedua ialah menyingkirkan aspek negatif; peringkat ketiga ialah penerapan dan pemantapan sifat positif peringkat; peringkat keempat menyetabilkan dan penyerahan diri 11

3.

Tazkiyatun Nafs: Kajian Teoritis Konsep Akuntabilitas yang Jurnal yang ditulis oleh Januar Eko Prasetio menjelaskan bahwa konsep akuntabilitas yang saat ini berkembang telah banyak dimasuki nilai-nilai rasionalitas dan jauh dari nilai-nilai agama. Hal ini menjadikan hati semakin jauh dari kesucian, sehingga perlu dilakukan tazkiyatun nafs (pensucian jiwa) berdasarkan Islam. Akuntansi menurut dalam Islam diterjemahkan mengenai semua tentang norma-norma yang positif dan membawa nilai-nilai

10 Junaidi Manik, Konsep Tazkiyatun Nafs Menurut Sa‘id Hawwa (1935 -1989 M), Tesis, (Surakarta: Perpustakaan UMS, 2012).

11 Che Zarrina dan Nor Azlinah, “Terapi Spiritual Melalui Kaedah Tazkiyah Al-Nafs Oleh Syeikh Abdul Qadir Al-Mandili Dalam Kitab Penawar Bagi Hati” Jurnal Afkar, University of Malaya Vol. 18 Special Issue (2016), hlm. 35-72

(34)

12

ketuhanan (self-transendent) dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan akuntansi dan manajemen dalam Islam bukan hanya meraih tujuan duniawi yang berorientasi uang, tetapi juga berusaha untuk menggapai hadiah intrinsik yang berupa keberkahan Allah. Mencapai keberkahan inilah yang menuntut manusia untuk menyucikan jiwanya dengan intens.12

4.

Tasawuf Sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna Mencapai Kedekatan dengan Allah. Jurnal yang ditulis oleh Fahrudin. Dalam artikel ini, tazkiyatun nafs dijadikan sebagai salah satu langkah menuju kehidupan tasawuf. Tazkiyatun nafs berusaha mengobati penyakit jiwa pasca mengidentifikasi sebab dan musababnya. Konsep tazkiyatun nafs ini sangat erat kaitannya dengan akhlak manusia dan pendekatan diri kepada Allah.13

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memperoleh data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan dengan baik suatu pengetahuan tertentu, sehingga pada nantinya bisa digunakan dalam memahami, mengantisipasi dan memecahkan permasalahan.14 Adanya metode yang penulis

12 Januar Eko Prasetio, “Tazkiyatun Nafs: Kajian Teoritis Konsep Akuntabilitas”, Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Program Studi Akuntansi Universitas Dr Soetomo Surabaya bekerjasama dengan Asosiasi Konsultan Pajak Publik (AKP2I) Pengurus Daerah (PengDa) Jawa Timur, Volome 1, Nomor 1, Maret 2017, hlm. 19-33.

13 Fahrudin, “Tasawuf Sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna Mencapai Kedekatan dengan Allah” Jurnal Pendidikan Agama Islam – At-Ta‟lim, Departemen Pendidikan Umum FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia, Vol. 14 No. 1, 2016, hlm. 65-83.

14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 6.

(35)

13

gunakan dalam penelitian ini untuk mengarahkan atau memetakan penelitian yang penulis lakukan di lokasi penelitian.

Metode penelitian juga bertujuan untuk memperoleh data secara akurat dari sumber aslinya, maka tak heran bahwa metode penelitian memiliki peran yang sangat penting. Adapaun hal-hal yang mencakup metode penelitian dalam paper ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif ini digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.15 Selain itu, penelitian ini juga dikategorikan dalam penelitian murni atau pure research, yang bertujuan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan ilmiah manusia atau untuk menemukan bidang penelitian baru tanpa tujuan mempraktekkan hasil penelitian secara langsung, tetapi bisa dipraktekkan dalam jangka panjang.16 Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif analitik, dimana penelitian ini ditujukan

15 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 20012), hlm. 60.

16 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), hlm. 5-6.

(36)

14

untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada di lokasi penelitian, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia.17

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif analitis studi kasus. Metode deskriptif adalah cara untuk meneliti kelompok manusia dan suatu kondisi sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa di masa sekarang untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan-hubungan secara fenomena yang diselidiki.18

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Yogyakarta, tepatnya di Kab.

Sleman. Yogyakarta merupakan provinsi yang banyak bertebaran pondok pesantren, dari mulai pondok pesantren tertua sampai yang terbaru. Seperti pondok pesantren Krapyak, pondok pesantren Sunan Pandanaran, dan pondok pesantren yang baru baru berumur belasan tahun tumbuh berkembang di Yogyakarta.

Dari sekian pondok pesantren yang memadati provinsi Yogyakarta, penulis menentukan lokasi penelitian di Pondok Pesantren Al-Qodir yang beralamatkan di Cangkringan, Sleman Yogyakarta. Yogyakarta memang

17 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan…, hlm. 72.

18 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 1988), hlm. 63.

(37)

15

banyak pondok pesantren, namun pondok pesantren ini memiliki ciri khas yang sangat berbeda dengan pondok pesantren lainnya.

Pondok pesantren yang diasuh oleh KH. Masrur Ahmad ini disetting berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya. Dari segi namanya saja berbeda dengan pondok lainnya, nama tersebut menunjukkan bahwa sistem pendidikan yang dilaksanakannya berbeda pula dengan pondok pesantren lainnya. Sehingga menarik minat peneliti melaksanakan penelitian di pondok pesantren ini.

3. Sumber Data

Berdasarkan penetapan rumusan masalah dan lokasi penelitian, maka di bagian ini penulis merinci sumber data yang penulis dapatkan dari penelitian ini. Sumber data pada penelitian ini terdiri dari dua kategori, yaitu sumber data primer dan sumber data skunder. Sumber data primer merupakan informan inti yang penulis tetapkan sebagai orang yang paling mengetahui seluk beluk pondok pesantren Al-Qodir. Sedangkan sumber data skunder ini berupa orang-orang yang ada di sekitar pondok pesantren. Secara lebih spesifik, data primer dan skunder bisa dijelaskan di bawah ini:

a. Data primer terdiri dari pengasuh pondok pesantren, yaitu KH. Masrur Ahmad, Asatidz, santri-santri senior pondok pesantren, perangkat desa, pemerintah kabupaten dan provinsi.

(38)

16

b. Data skunder terdiri dari para santri baru pondok pesantren al-Qodir, alumni, masyarakat sekitar, buku, jurnal, dan artikel.

Dari kedua kategori sumber data tersebut, penulis bisa mendapatkan data yang akurat mengenai seluk-beluk pondok pesantren dari mulai sejarah hingga pelaksanaan pembinaan patologi sosial yang dilaksanakan di pondok pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman. Data yang bisa penulis peroleh dari pihak-pihak terkait akan penulis urai berdasarkan metode penelitian yang digunakan ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, Sugiyono berpendapat bahwa pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik, yaitu observasi berperan serta (participant obsevation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.19 Untuk lebih jelasnya, teknik penelitian dalam penelitian ini bisa dilihat di bawah ini:

a. Obsevasi

Penulis menggunakan teknik penelitian ini untuk mengamati pelbagai gejala yang terjadi di lokasi penelitian. Observasi menurut S.

Margono adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

19 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif…, hlm. 309.

(39)

17

gejala-gejala yang terjadi serta tampak pada objek penelitian.20 Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan mengamati proses pembinaan pecandu narkoba yang berlangsung di pondok pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman.

Adapun jenis obeservasi atau pengamatan dalam penelitian ini adalah dengan partisipasi moderat atau semi partisipasi. Pada partisipasi moderat, peneliti bisa merasakan keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Dengan kata lain, peneliti hanya mengikuti beberapa kegiatan pembinaan yang dilakukan di pondok pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman, sedangkan kegiatan pembinaan lainnya tidak semuanya peneliti ikuti.21

Pada dasarnya observasi bertujuan untuk menggambarkan setting sosial yang telah dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung dalam pembinaan, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna aktivitas dilihat dari perspektif pelaku yang terlibat dan peneliti sendiri.

Sehingga peneliti bisa mengetahui mengenai makna tersebut.

Melalui observaasi ini, penulis bisa mendapatkan data yang tidak tertulis di Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman. Beberapa hal yang peneliti jadikan fokus observasi di antaranya adalah lingkungan

20 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan..., hlm. 158.

21 Hadi Sabari Yunus, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 312.

(40)

18

pesantren, sarana-prasarana pesantren, interaksi saat pembelajaran, kegiatan pembinaan patologi sosial di pesantren, interaksi dengan masyarakat lingkungan dan faktor penghambat serta pendukungnya.

b. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab kepada informan baik secara langsung maupun tidak langsung.22 Penelit memakai jenis wawancara tidak terstruktur atau bisa dikatakan sebagai wawancara terbuka, karena pertanyaan-pertanyaan peneliti memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab secara bebas dan terbuka.23 Oleh karena itu wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini tidak menggunakan pedoman wawancara yang sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data, tetapi wawancara dalam penelitian hanya garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.24

Teknik wawancara ini akan digunakan untuk menguak data-data yang terpendam dalam diri responden. Banyaknya informasi yang perlu didapatkan dari sumber primer, maka wawancara ini sebagai teknik pengumpulan data yang penting. Karena data-data yang bersifat tertulis minim didapatkan dalam pondok pesantren Al-Qodir ini.

22 Rusdin Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Lanarka, 2007), hlm. 57.

23 Ibid., hlm. 58.

24 Sugiyono, Metode Penelitian ..., hlm. 197.

(41)

19

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan tekni pengumpulan informasi yang melalui dokumen-dokumen yang ada, yaitu dokumen peninggalan tertulis, arsip-arsip, peraturan perundang-undangan, buku harian, jurnal, artikel, surat-surat pribadi, catatan biografi maupun sejarah dan lain-lain yang masih berkaitan dengan masalah yang diteliti.25 Sehingga dalam penelitian ini juga sebagai dokumentasi yang akan dibutuhkan di masa depan.

Peneliti memakai teknik dokumentasi ini bertujuan untuk melengkapi dan memperkuat data-data yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dan observasi di lapangan. Data yang bisa peneliti dapatkan dari teknik penelitian ini berupa dokumen-dokumen tertulis tentang pondok pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman, foto-foto dan segala sesuatu yang berada di lokasi penelitian dan hal tersebut dianggap penting untuk mendukung data yang ada.

5. Analisis Data

Peneliti menggunakan analisis data kualitatif versi Miles Huberman yang meliputi tiga hal, yaitu reduksi data, penyajian data, verifikasi data yang telah didapatkan. Berikut penejelasan dari ketiga hal di atas:

25 Rusdin Pohan, Metodologi Penelitian ..., hlm. 74.

(42)

20

a. Reduksi data

Langkah pertama yang harus diakukan adalah mereduksi data, yaitu merangkum data, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang hal yang dianggap tidak perlu.26 Reduksi data ini ibaratkan mencari berlian di tengah-tengah pasir, prosesnya tidak semudah yang dibayangkan.

Pada langkah ini, peneliti memilih dan memilah data-data yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, lalu membuang data-data yang tidak diperlukan atau tidak relevan dengan penelitian ini. reduksi data juga bisa dikatakan sebagai penyaringan informasi yang telah didapatkan dari sumber primer maupun skunder.

b. Penyajian data

Langkah selanjutnya adalah menyajikan data, dalam penyajian data ini bisa lebih memudahkan untuk memahami tentang apa yang terjadi di lapangan, lalu merencanakan kerja selanjutnya untuk mendapatkan data lagi berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.27

26 Sugiyono, Metode Penelitian ..., hlm. 338.

27 Ibid., hlm. 341.

(43)

21

sehingga data-data yang didapatkan merupakan data-data penting semua.

c. Verification

Setelah melalui dua langkah analisis data, maka pada langkah ketiga ini dilakukan verifikasi data dari awal hingga akhir. Langkah ini merupakan kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan dalam waktu yang lama, sehingg diharapkan kisumpulan dari penelitian ini bisa dikatakan menjadi temuan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.28

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan di dalam penyusunan tesis ini dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman surat pernyataan keaslian, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

Bagian ini digunakan untuk mengetahui identitas penulis dan menunjukkan keabsahan administrasi. Bagian isi berupa uraian penelitian yang terdiri dari lima bab, yaitu:

28 Ibid., hlm. 345.

(44)

22

BAB I: Pendahuluan dengan sub bab yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II: Kerangka Teori, bagian ini menjabarkan mengenai tiga pilar utama dalam penelitian ini, tiga hal tersebut adalah tazkiyah an-nafs, patologi sosial, dan pondok pesantren.

BAB III: Gambaran umum Pondok Pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman Yogyakarta. Sub bab nya meliputi, letak geografis, sejarah berdiri pondok pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan kiai-ustadz dan santri.

BAB IV: Hasil penelitian yang didapatkan dari pondok pesantren Al-Qodir Cangkringan Sleman. Sub bab pada bab ini adalah pelaksanaan tazkiyah an-nafs pondok pesantren Al-Qodir Cangkringan Slemandalam membina pecandu narkoba melalui tazkiyah an-nafs.

BAB V: adalah kesimpulan dan saran.

(45)

132

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pondok pesantren al-qodir sebagai tempat penyucian jiwa karena merespon terhadap faktor eksternal. Perkembangan zaman yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan informasi, membuat situasi sosial mengalami pergeseran yang signifikan. Dimulai dari budaya, pendidikan, pergaulan, hingga orientasi keagamaan. Laju kemajuan zaman tidak ada yang bisa memberhentikan dan menghindarinya, semua orang larut dalam kemajuan tersebut. Banyak orang yang memilih jalan pintas untuk menyelesaikan persoalan di zaman ini dengan mengonsumsi narkoba. Dalam tataran inilah pondok pesantren hadir untuk menjadi tumpuan penyadaran mereka dari candu narkoba. Pondok pesantren al- Qodir selain mendidik para santri yang normal atau tidak pernah tercatat melakukan perbuatan tercela, pondok pesantren al-Qodir juga mendidik masyarakat yang telah kecanduan narkoba. Selain itu adalah karena faktor internal pondok pesantren al-Qodir dengan pendekatan religiusnya yang berupa tazkiyatun nafs memberikan pintu yang lebar bagi para pelaku patologi sosial, khususnya pecandu narkoba untuk nyantri dan membersihkan jiwanya dari narkoba.

(46)

133

Bimbingan tazkiyatun nafs bagi para pecandu narkoba ialah pertama, menetapkan pondasi awal bimbingan bagi pecandu narkoba, yaitu memandang sama setiap manusia, beradaptasi dengan baik, waktu untuk komunikasi dan meletakkan pondasi keagamaan selama 41 hari; kedua, sarana-sarana takiyatun nafs, yaitu: mandi dan bersuci, shalat, membaca al-qur‟an dan ngaji kitab, puasa, mujahadah (dzikir dan fikir), amar ma‟ruf dan nahi munkar, prioritas menyibukkan diri dan pengembangan sumber daya; ketiga, output tazkiyatun nafs adalah akhlak yang baik.

Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan bimbingan tazkityatun nafs adalah pertama, faktor pendukungnya ialah motivasi dan kerjasama keluarga serta lingkungan; kedua, faktor penghambatnya adalah, keluarga kurang koperatif, diri sendiri yang malas, bertemu teman lama.

B. Saran-Saran

Saran bagi pondok pesantren adalah supaya pelaksanaan program tazkiyatun nafs dijadwalkan dengan baik, seperti halnya di lembaga pendidikan formal. Jadwal yang tertib dan materi yang ditentukan khusus untuk pare pecandu narkoba bisa memberikan dampak yang lebih bagus dalam membesihkan hati para pemakai narkoba untuk benar-benar lepas darinya.

Kemudian kerjasama dalam membimbing para pecandu narkoba bisa lebih intens, karena hal tersebut dapat membuka horizon berfikir mereka untuk lebih

(47)

134

bisa meningkatkan niatnya lepas dari jeratan narkoba. Jika bisa, hasil dari tazkiyatun nafs dengan berkolaborasi dari instansi lain bisa memberikan motivasi mereka untuk lebih semangat dalam berjuan dan pada nantinya bisa memberikan manfaat yang banyak bagi para generasi penerus Indonesia.

Kebiasaaan ini tentu bisa menjadi keuntungan tersendiri bagi pondok pesantren dan bagi mereka.

(48)

135

DAFTARA PUSTAKA

Al-Hambali, Ibnu Rajab, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Imam Ghazali. Tazkiyatun Nafs: Konsep Penyucian Jiwa Menurut Ulama Salafushshalih, Solo: Pustaka Arafah. 2008.

Al-Qardhawi, Yusuf, Karakteristik Islam Kajian Analitik, Cet. ke-6, Surabaya:

Risalah Gusti, 2001.

Anwar, Rosihon, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia. 2009.

Arifin HM, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta, LP3S, 1983.

Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII press, 2001.

Hariyanto, Farid, Bimbingan dan Konseling Agama, Jakarta: Rieneka Cipta, 2007.

Hasyim, H. Farid & Mulyono, Bimbingan & Konseling Religius, Jogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.

Hasyim, H. Farid dan Mulyono, Bimbingan & Konseling Religius, Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2010.

Hawwa, Sa‟id, Tazkiyatun Nafs: Intisari Ihya Ulumuddin, terj. Aunur Rafiq Shaleh Tahmid, Robbani Press, 1999.

Ibnu Rajab Al-Hambali, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Imam Ghazali. Tazkiyatun Nafs:

Konsep Penyucian Jiwa Menurut Ulama Salafushshalih, Solo: Pustaka Arafah.

2008.

Kartono, Kartini, Patologi Sosial Jilid 1, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Manik, Junaidi, Konsep Tazkiyatun Nafs Menurut Sa„Id Hawwa (1935 -1989 M), Tesis, Surakarta: Perpustakaan UMS, 2012.

Mas‟ud, dkk. Tipologi Pondok Pesantren, Jakarta: Putra Kencana, 2002.

Masyhud, Sulthon dan Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2003.

Mubarok, Ahmad dan Al-Irsyad an-Nafsy, Konseling Agama Teori dan Kasus, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002.

Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Penada Media, 2006.

(49)

136

Musnamar, Thoha, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islami, Yogyakarta: UII Press, 1992.

Mustanginah, Khoirul, Metode Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa) Melalui Ibadah Shalat dan Implikasinya terhadap Pendidikan Akhlak, Skripsi, Yogyakarta:

Perpustakaan UIN-SUKA, 2014.

Nazir, Moh, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 1988.

Pohan, Rusdin, Metodologi Penelitian Pendidikan, Yogyakarta: Lanarka, 2007.

Rais, Amien, Cakrawala Islam: Antara Cita dan Fakta, Bandung: Mizan, 1989.

Renard, John, Mencari Tuhan: Menyelam Ke Dalam Samudra Makrifat, Bandung:

PT Mizan Pustaka, 2006.

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009.

Sukmadinata, Nana Syaodah, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 20012.

Yunus, Hadi Sabari, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2010.

Jurnal Ilmiah:

Che Zarrina dan Nor Azlinah, “Terapi Spiritual Melalui Kaedah Tazkiyah Al-Nafs Oleh Syeikh Abdul Qadir Al-Mandili Dalam Kitab Penawar Bagi Hati” Jurnal Afkar, University of Malaya Vol. 18 Special Issue (2016).

Eko Prasetio, Januar, “Tazkiyatun Nafs: Kajian Teoritis Konsep Akuntabilitas”, Jurnal Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Program Studi Akuntansi Universitas Dr Soetomo Surabaya bekerjasama dengan Asosiasi Konsultan Pajak Publik (AKP2I) Pengurus Daerah (PengDa) Jawa Timur, Volome 1, Nomor 1, Maret 2017.

Fahrudin, “Tasawuf Sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna Mencapai Kedekatan dengan Allah” Jurnal Pendidikan Agama Islam – At-Ta‟lim, Departemen Pendidikan Umum FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia, Vol. 14 No. 1, 2016.

(50)

137

Web:

unesa.ac.id

www.pikiran-rakyat.com wartakota.tribunnews.com

(51)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(52)

Pedoman Wawancara

Hari :

Tanggal :

Jam :

Wawancara ke :

Subjek : (nama informan)

Kedudukan : pengasuh/ustadz/pengurus/santri Tempat :

1. Sejak tahun berapakah pesantren didirikan?

2. Siapakah pendiri dan bagaimana sejarah berdirinya pesantren ini?

3. Bagaimana perkembangan pesantren ini dari tahun ke tahun?

4. Apa visi dan misi pesantren ini?

5. Berapa jumlah santri saat ini?

6. Di antara sekian banyak santri, adakah yang mengalami patologi sosial?

7. Jika ada, jenis patologi sosial apa saja yang ada di sini?

8. Bagaimana konsep tazkiyatun nafs yang dijadikan sebagai upaya penyadaran para pelaku patologi sosial?

9. Program apa saja untuk membimbing pecandu narkoba, pelaku kriminal dan orang gila untuk memiliki jiwa yang suci?

10. Kegiatan apa saja yang diwajibkan untuk diikuti sebagai upaya membersihkan jiwanya?

11. Apa indikator keberhasilan membimbing mereka?

12. Berapa jumlah ustadz yang mengajar di sini?

(53)

Pedoman Wawancara untuk Konselor

Hari :

Tanggal :

Jam :

Wawancara ke :

Subjek : (nama informan)

Kedudukan : Konselor/Pendamping/Ustadz Tempat :

1. Bagaimana pandangan anda mengenai masa depan santri-santri yang terkena narkoba, gila dan kriminal?

2. Bagaimana perilaku santri-santri yang terkena narkoba, gila dan kriminal ketika awal mula di pesantren?

3. Apakah bisa pecandu narkoba, gila dan kriminal bisa kembali ke jalan yang lurus?

4. Apakah jiwa mereka kotor?

5. Jika iya, lalu bagaimana Islam memberikan solusi untuk membersihkan hati mereka mengentaskan mereka?

6. Bagaimana bimbingan konseling yang dilaksanakan di pesantren ini?

7. Apa bimbingan khusus bagi pecandu narkoba?

8. Apa bimbingan khusus bagi orang gila?

9. Apa bimbingan khusus bagi pelaku kriminal?

10. Faktor apa saja yang mendukung bimbingan ini?

11. Berapa lama bimbingan tazkiyatun nafs dilaksanakan?

12. Kapan saja bimbingan dilaksanakan?

13. Apa yang harus dilakukan oleh santri santri agar terbebas dari problemnya?

14. Apa indikator keberhasilan membimbing mereka?

15. Apa saja penghambat bimbingan tazkiyatun nafs ini?

(54)

Pedoman Wawancara Santri Mantan pecandu Narkoba

Hari :

Tanggal :

Jam :

Wawancara ke :

Subjek : (nama informan) Kedudukan : Santri

Tempat :

1. Kapan awal menggunakan narkoba?

2. Alasan atau latar belakang menggunakan narkoba ? 3. Lama waktu menggunakan narkoba?

4. Apa yang dilakukan responden saat pertama kali sakau?

5. Kapan pertama kali melakukan usaha untuk berhenti?

6. Bagaimana proses dari usaha untuk berhenti sampai akhirnya berhenti menggunakan narkoba selama di pesantren?

7. Langkah apa saja yang anda lakukan?

8. Bimbingan apa saja yang sudah diberikan oleh pesantren?

9. Apa saja yang anda pelajari untuk menyadarkan diri anda di pesantren ini?

10. Butuh waktu berapa lama untuk berhenti?

11. Faktor apa yang sangat mendukung untuk berhanti?

12. Faktor apa saja yang menjadi penghambat?

(55)

Pedoman Pengumpulan Data Pesantren

1. Nama Pondok Pesantren 2. Alamat Pesantren

a. Jalan dan No, Desa/ Kampung b. Kecamatan

c. Kabupaten/Kota d. Provinsi

e. No. Telp, dan Faksimili f. Alamat E-mail (kalau ada) 3. Tahun Berdiri Pesantren 4. Nama Yayasan

5. No. Akte Pendirian Yayasan 6. No. Surat Ijin Pendirian Pesantren 7. Visi Pesantren

8. Misi Pesantren

9. Jumlah Kamar

(56)

1. Data Pengasuh, Ustadz dan Konselor

No Jenis SDM Jumlah Tingkat Pendidikan S1> Dipl. SLTA < SLTA 1 Pengasuh

2 Ustadz 3 Konselor

Jumlah

2. Daftar Identitas Pengasuh, Ustadz, Kolselor/Guru Pembimbing Khusus

No Nama L/P Latar

Pendidi kan

Keahlian Khusus

Status (PNS, Ttp

Yay, Kontrak, Relawan)

Bertugas di pesantren

ini sejak tahun

1 2 3 4 5

3. Data Santri (Tahun Sekarang saat Pengisian Data ini)

N o

Keadaan

Jumlah Kota Asal Di Pesantren

sejak tahun

LK. PR LK. PR LK. PR

1 Jumlah semua santri (L/P) 2 Jumlah santri

patologi sosial

(57)

(L/P)

3 Jumlah santri patologi sosial cerdas (L/P) 4 Jumlah santri

patologi sosial yang masih sekolah (L/P)

5 Jumlah santri patologi sosial yang putus sekolah (P)

Jumlah:

4. Data Santri N

o

Jenis Santri Patologi Sosial di Pesantren

Frekuensi (jumlah) Jumlah Laki dan Perempuan

Prosen (%) Laki Permp.

1 Santri mantan pecandu narkoba (L/P)

2 Jumlah santri gila (L/P) 3 Jumlah santri mantan kriminal

(L/P)

4 Jumlah santri hamil diluar nikah (P)

5 Jumlah santri yang berpotensi patologi sosial(L/P)

JUMLAH

(58)

5. Data Pembiayaan Pesantren

No Uraian Jumlah Sumber dana

1 APBS tahun berjalan

2 Anggaran untuk mendukung implementasi pendidikan dan bimbingan konseling

6. Data Sarana dan Prasarana Khusus untuk Mendukung Penyelenggaraan Pendidikan dan Bimbingan Konseling Patologi Sosial

No Sarana dan Prasarana Tersedia memadai

Tersedia tidak memadai

Tidak tersedia

Berfungsi Tidak berfungsi 1 Untuk santri mantan

pecandu narkoba (L/P) 2 Untuk santri gila (L/P) 3 Untuk santri mantan

kriminal (L/P)

4 Untuk santri hamil diluar nikah (P)

5 Untuk santri yang berpotensi patologi sosial(L/P)

6 Jumlah Kamar

(59)

LEMBAR OBSERVASI Responden penelitian :

Tanggal/Hari wawancara : Wawancara ke :

Waktu wawancara : Hal-hal yang diobsevasi : 1. Penampilan fisik responden

2. Sikap responden terhadap pewawancara 3. Sikap responden selama wawancara 4. Ekspresi wajah responden

5. Hal-hal yang mengganggu wawancara

6. Hal-hal yang unik, menarik, dan tidak biasa dalam wawancara 7. Hal-hal yang sering dilakukan partisipan dalam wawancara

8. Proses bimbingan yang dilaksanakan di pesantren untuk mantan pecandu narkoba, gila dan kriminal.

9. Sarana-prasarana

10. Keadaan pesantren, lingkungan, kamar dan para santri.

(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)

BIODATA PENULIS

Nama lengkap : Muhammad Muwefik, S. Pd. I Jenis kelamin : Laki-Laki

Tempat & tgl lahir : Jember, 25 - Februari - 1990

Alamat Asal : Jln. KH. Basuni, RT/RW 004/011 Dusun. Plalangan Desa. Sempolan Kecamatan. Silo Kabupaten. Jember Prov. Jawa Timur.

Alamat Sekarang : Masjid Darussalam Jln. Dongkelan - Krapyak - Yogyakarta.

Alamat Email : muwafik1625@gmail.com No. Telp/ WA : 081559851744

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

No. KTP : 3509302502900005 Nama Ayah : Bukhori

Nama Ibu : Sitti Raudhatul Jannah

PENDIDIKAN

1. RA Perwanida 15 Nurul Islam Sempolan 2. Sekolah Dasar Sempolan III, Tahun 2003

3. Madrasah Tsanawiyah Miftahul Ulum, Tahun 2006 4. Madrasaha Aliyah Miftahul Ulum, 2009

5. Institut Agama Islam Negeri Jember (IAIN) Jember, Tahun 2015.

6. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (UIN), Program Pasca Sarjana (S2), Tahun 2017

Jember, 19 Juli 2017

Muhammad Muwefik NIM : 1520310055

Referensi

Dokumen terkait

Asli Surat Pernyataan yang dibuat sendiri oleh yang bersangkutan di atas kerlas bermaterai cukup (Rp. 6.000), bahwa bersedia untuk tidak merangkap sebagai Pejabat

Menurut penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Samsuri, A.Margono, dan Sugandi (2014) yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Dan Disiplin Kerja Terhadap

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Zakon določa tudi pogoje za opravljanje nalog pooblaščenih uradnih oseb občinskega redarstva, pooblastila občinskega redarstva, uniformo, označbe in opremo ter vsebino in način

Hasil perbandingan antara perlakuan menggunakan inokulum kultur murni Saccharomyces cerevisiae dan ragi roti memperlihatkan bahwa inokulum kultur murni Saccharomyces

Memahami pentingnya profesi hakim dalam penegakan hukum dan keadilan, cara pengawasan Komisi Yudisial sebagai lembaga pengawas eksternal, berfokus pada pengawasan

Berdasarkan fenomena yang terjadi maka peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya hidup terhadap keputusan pembelian konsumen dengan mengangkat judul “

Pada prinsipnya, perbedaan tekanan pada sisi upstream dan downstream dari core plug akan menyebabkan fluida dapat mengalir, namun hal yang patut diperhatikan adalah dalam