• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Lokasi penelitian adalah di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan, kabupaten ini ditetapkan berdasarkan Undang-Undang No.2 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Balangan di Provinsi Kalimantan Selatan melalui rapat paripurna DPR RI tanggal 8 April 2003, sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Kotabaru. Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu kabupaten dari 13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persis di ujung tenggara Pulau Kalimantan.

Kabupaten yang beribukota di Batulicin ini memiliki 10 kecamatan yaitu Kecamatan Kusan Hilir, Sungai Loban, Satui, Kusan Hulu, Batucin, Karang Bintang, Simpang Empat, Mantewe, Kuranji dan Angsana. Lima kecamatan yang terakhir disebutkan adalah kecamatan hasil pemekaran pada pertengahan tahun 2005. Kabupaten Tanah Bumbu memiliki luas wilayah sebesar 506 696 Ha (Badan Pusat Statistik, 2009) atau 13.50% dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan.

Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Tanah Bumbu menurut Badan Pusat Statistik (2009), adalah sebesar 302 137 jiwa dengan kepadatan penduduk 59.63 jiwa/km2 seperti disajikan pada Tabel 10. Sebagian besar penduduk adalah berasal dari suku Banjar dan suku Bugis yang beragama Islam. Penduduk pada umumnya bertempat tinggal di daerah pesisir dan sepanjang sungai utama. Penduduk lainnya adalah suku Dayak yang bermukim di daerah pedalaman dan pada umumnya masih menganut kepercayaan Kaharingan. Pendatang baru dari Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat merupakan transmigran di daerah tersebut yang menempati Kecamatan Angsana, Batulicin, Karang Bintang, Kuranji, Mantewe, Satui dan Sungai Loban. Mata pencaharian penduduk terutama bertani dan sebagai nelayan, lapangan pekerjaan lain adalah sebagai pekerja di perkebunan kelapa sawit, karet, kelapa hibrida, sebagian di pertambangan dan juga mendulang emas, intan serta mencari hasil hutan seperti rotan dan kayu.

(2)

Tabel 10 Distribusi penduduk di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2008

No. Kecamatan Luas

(km2) Laki Perempuan Jumlah

penduduk Kepadatan (jiwa/km2)

1 Angsana 151.54 10 970 9 764 20 734 136.82

2 Batulicin 127.71 8 059 7 231 15 290 119.72

3 Karang Bintang 118.02 12 115 10 246 22 361 189.47

4 Kuranji 110.24 4 681 3 970 8 651 78.47

5 Kusan Hilir 401.54 26 437 24 197 50 634 126.10

6 Kusan Hulu 1609.39 13 164 12 325 25 489 15.84

7 Mantewe 1011.21 14 073 11 878 25 951 25.66

8 Satui 876.58 25 336 22 873 48 209 55.00

9 Simpang Empat 302.32 32 258 29 247 61 505 203.44

10 Sungai Loban 358.41 12 377 10 936 23 313 65.05

Jumlah 5066.96 159 470 142 667 302 137 59.63 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Bumbu (2009).

Iklim dan Topografi

Berdasarkan data 4 stasiun pengamatan selama kurun waktu 2003-2008 disajikan pada Tabel 11, diperoleh jumlah curah hujan rata-rata tahunan adalah sebesar 1 610.50 mm dimana curah hujan di stasiun pengamatan Sungai Loban mempunyai curah hujan tahunan tertinggi 1 970 mm dengan rata-rata curah hujan bulanan sebesar 164.17 mm. Curah hujan tahunan terendah terjadi di stasiun pengamatan Batulicin yakni 1 104 mm dengan rata-rata curah hujan bulanan sebesar 92 mm, adapun peta curah hujan disajikan pada Gambar 5.

Berdasarakan hasil pengamatan disajikan pada Tabel 12, suhu rata-rata tahunan Kabupaten Tanah Bumbu berkisar antara 26.4°C hingga 27.3°C.

Perbedaan suhu rata-rata bulanan terpanas dan terdingin kurang dari 4°C dimana suhu rata-rata bulanan terdingin adalah 24.5°C dan suhu rata-rata bulanan terpanas adalah 27.8°C.

Sedangkan kelembaban nisbi rata-rata tahunan Kabupaten Tanah Bumbu berkisar antara 85.0% hingga 87.3%. Perbedaan kelembaban nisbi rata-rata bulanan tertinggi dan terendah berkisar 11% dimana kelembaban nisbi rata-rata bulanan terendah adalah 81% dan kelembaban nisbi rata-rata bulanan tertinggi adalah 92%, untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 13.

(3)

Gambar 5 Peta curah hujan tahunan Kabupaten Tanah Bumbu

(4)

Tabel 11 Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2003-2009

No. Bulan Stasiun Pengamatan Rata-

Kusan rata

Hilir Sungai

Loban Kusan

Hulu Batulicin

1 Januari 272 254 157 202 221.25

2 Februari 210 307 154 183 213.50

3 Maret 165 305 241 124 208.75

4 April 153 234 159 105 162.75

5 Mei 233 217 137 61 162.00

6 Juni 225 95 61 58 109.75

7 Juli 83 204 190 17 123.50

8 Agustus 15 18 20 90 35.75

9 September 34 16 18 7 18.75

10 Oktober 42 20 43 25 32.50

11 Nopember 143 17 194 31 96.25

12 Desember 196 283 223 201 225.75

Total 1 771 1 970 1 597 1 104 1610.50

Rata-rata 147.58 164.17 133.08 92.00 134.21

Bulan Kering (bln)(<100 mm) 4 5 4 7 4

Bulan Basah (bln)(>200 mm) 4 7 2 2 4

Sumber : Stasiun Meteorologi Stagen Kotabaru (2010) Stasiun Klimatologi Banjarbaru (2010)

Tabel 12 Rata-rata Suhu Udara di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2003-2008

No. Bulan Tahun Rata-rata

2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Januari 26.8 26.3 27.7 27.1 26.8 26.1 26.8

2 Februari 27.1 27.4 27.1 26.2 26.6 26.6 26.8

3 Maret 26.3 26.5 27.8 26.1 27.1 26.8 26.8

4 April 27.4 26.6 26.3 26.0 27.4 26.4 26.7

5 Mei 26.4 26.9 27.1 27.3 26.4 24.5 26.4

6 Juni 26.1 27.3 27.7 27.5 26.9 25.1 26.8

7 Juli 26.2 26.4 27.3 26.1 27.8 25.7 26.6

8 Agustus 27.4 26.1 26.6 27.3 27.4 25.6 26.7

9 September 26.5 26.1 26.5 27.4 27.7 26.4 26.8

10 Oktober 27.1 27.5 26.1 26.4 26.3 26.6 26.7

11 Nopember 27.4 27.6 27.5 27.3 26.8 27.1 27.3

12 Desember 26.1 27.7 27.5 26.6 26.5 26.6 26.8

Rata-rata 26.7 26.9 27.1 26.8 27.0 26.1 26.8

Sumber : Stasiun Meteorologi Stagen Kotabaru (2009) Stasiun Klimatologi Banjarbaru (2009)

(5)

Tabel 13 Rata-rata Kelembaban Nisbi di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2003-2008

No. Bulan Tahun Rata-rata

2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Januari 86 88 84 83 85 85 85.2

2 Februari 87 83 89 85 84 86 85.7

3 Maret 88 84 85 87 89 88 86.8

4 April 87 88 84 85 89 85 86.3

5 Mei 88 85 86 89 88 88 87.3

6 Juni 89 87 84 86 85 88 86.5

7 Juli 84 87 85 86 89 92 87.2

8 Agustus 86 89 88 84 87 90 87.3

9 September 82 83 85 89 84 87 85.0

10 Oktober 80 81 83 84 85 90 83.8

11 Nopember 86 84 85 88 89 86 86.3

12 Desember 84 87 86 89 85 87 86.3

Rata-rata 85.6 85.5 85.3 86.3 86.6 87.7 86.2

Sumber : Stasiun Meteorologi Stagen Kotabaru (2009) Stasiun Klimatologi Banjarbaru (2009)

Secara topografi atau bentuk wilayah Kabupaten Tanah Bumbu cukup bervariasi, mulai dari datar sampai dengan bergunung curam/terjal. Bentuk wilayah datar 0-3% merupakan wilayah terluas 362 033 Ha sedangkan wilayah bergunung curam/terjal >40% memiliki luasan terkecil 6 399 Ha seperti disajikan pada Gambar 6. Luasan lahan lainnya berdasarkan kelas lereng secara proporsinya disajikan pada Tabel 14. Seperti disajikan pada Tabel 15 dan Gambar 7 menunjukkan bahwa, sebagian besar 71.04% wilayah Kabupaten Tanah Bumbu terletak pada ketinggian 0-100 meter di atas permukaan laut sedangkan wilayah terkecil 0.34% adalah terletak di 800-1 250 meter di atas permukaan laut.

Tabel 14 Bentuk wilayah dan luas lahan berdasarkan kelerengan di Kabupaten Tanah Bumbu

No. Kelas lereng Bentuk wilayah Luas (Ha) %

1 0-3% Datar sampai agak datar 358 289 70.91

2 3-8% Berombak 47 576 9.42

3 8-16 % Bergelombang 34 944 6.92

4 16-30% Berbukit 44 947 8.90

5 30-40% Bergunung 13 161 2.60

6 >40% Bergunung curam/terjal 6 333 1.25

Total 505 249 100.00

*)Luas merupakan hasil perhitungan pada peta digital

(6)

Gambar 6 Peta lereng Kabupaten Tanah Bumbu

(7)

Gambar 7 Peta elevasi Kabupaten Tanah Bumbu

(8)

Tabel 15 Ketinggian dan luas wilayah di Kabupaten Tanah bumbu

No. Ketinggian tempat (m dpl) Luas (Ha) %

1 0 – 100 358 949 71.04

2 100 – 300 79 378 15.71

3 300 – 600 57 005 11.28

4 600 – 800 8 215 1.63

5 800 -1250 1 702 0.34

Total 505 249 100.00

*)Luas merupakan hasil perhitungan pada peta digital

Klasifikasi Lahan

Peta satuan lahan daerah penelitian disajikan pada Gambar 8 dan legenda satuan lahan Kabupaten Tanah Bumbu disajikan pada Lampiran 1, dari pengamatan ciri morfologi di lapangan ditunjang data kimia tanah, tanah-tanah di daerah penelitian diklasifikasikan menurut tingkat ordo sebagai berikut: Entisol, Inceptisol, Alfisol, Ultisol, dan Oxisol. Penjelasan lebih terperinci pada tingkat ordo dan grup adalah:

1. ENTISOL

Merupakan tanah mineral yang belum mempunyai perkembangan. Di daerah dataran tanah ini terbentuk dari bahan endapan sungai (fluviatil) dan endapan laut (marin). Di daerah perbukitan dengan lereng terjal Entisol merupakan tanah-tanah dangkal atau berbatu yang terbentuk dari pelapukan bahan induk. Berdasarkan rejim kelembaban tanah dan tekstur, Entisol di dibedakan dalam 3 subordo yaitu Aquent yang berdrainase buruk, Psamment yang bertekstur kasar dan Orthent yang bersolum dangkal. Pada tingkat grup Aquent dibedakan sebagai (Sulfaquent, Psammaquent, Fluvaquent dan Endoaquent), Psamment sebagai (Quartzipsamment) dan Orthent sebagai (Udorthent).

Secara umum Entisol pada tingkat grup dibedakan menjadi :

a. Sulfaquent adalah Aquent yang dicirikan oleh adanya bahan sulfidik pada kedalaman <50 cm dari permukaan tanah. Tanah berwarna kelabu gelap dan bertekstur liat. Tanah ini dijumpai pada landform marin dan fluvio-marin.

Wilayahnya tergenang dibanyak waktu dan terpengaruh pasang surut air laut secara periodik. Reaksi tanah alkalis, reaksi tanah apabila diberi H,O, menjadi

(9)

sangat masam (pH<3.0). Kandungan bahan organik umumnya sangat tinggi, kandungan P total sedang sampai sangat rendah, K total umumnya sangat tinggi. Basa-basa dapat tukar dan kapasitas tukar kation umumnya tinggi sampai sangat tinggi dan kejenuhan basa sangat tinggi.

b. Psammaquent adalah Aquent yang mempunyai tekstur kasar (pasir berlempung atau lebih kasar). Tanah ini mempunyai warna kelabu sangat gelap pada lapisan atas dan kelabu pada bagian bawah, struktur berbutir lepas. Penyebarannya dijumpai pada landform marin, yaitu pesisir pantai. Sifat kimia tanah dicirikan oleh reaksi tanah sangat masam dan kandungan bahan organik sangat rendah.

Kandungan P total rendah sampai sangat rendah, K total sedang sampai rendah.

Basa-basa dapat tukar dan kapasitas tukar kation rendah sampai sangat randah, sedangkan kejenuhan basa sangat tinggi.

c. Fluvaquent adalah Aquent yang dicirikan oleh adanya stratifikasi lapisan dari bahan-bahan pengendapan yang berbeda. Tanah ini berwarna coklat gelap kekelabuan, tekstur bervariasi tergantung dari bahan yang diendapkannya.

Penyebarannya dijumpai pada landform jalur aliran. Sifat kimia tanah dicirikan oleh reaksi tanah agak masam sampai netral, dan kandungan bahan organik bervariasi dari rendah hingga tinggi. Kandungan P dan K total bervariasi dari rendah hingga sangat tinggi, dan basa-basa dapat tukar bervariasi dari rendah hingga sangat tinggi, KTK tanah rendah dan tinggi, sedangkan kejenuhan basa tergolong sangat tinggi.

d. Endoaquent, dicirikan oleh adanya gleisasi sempurna dari bawah sampai ke atas.

Tanah ini berwarna kelabu dengan atau tanpa karatan di lapisan atas, tekstur liat atau lempung liat berpasir, tingkat kematangan tanah setengah matang (half ripe). Reaksi tanah umumnya alkalis untuk daerah yang terpengaruh pasang surut dan masam di dataran aluvial. Penyebarannya dijumpai pada landform marin dan dataran aluvial. Endoaquent yang berkembang dari bahan marin mempunyai bahan sulfidik p kedalaman lebih dari 50 cm dari permukaan tanah.

Pada tingkat subgrup diklasifikasikan sebagai Sulfik Endoaquent.

e. Quartzipsamment, tanah ini memiliki tekstur kasar (pasir berlempung atau lebih kasar) terdiri pasir kuarsa. Warna tanah coklat gelap dan drainase cepat.

Penyebarannya dijumpai pada landform marin yaitu pesisir pantai. Sifat kimia

(10)

tanah dicirikan oleh reaksi tanah masam sampai sangat masam, dan kandungan bahan organik sangat rendah. Kandungan P dan K total sangat rendah, basa-basa dapat tukar juga tergolong sangat rendah. Kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa sangat rendah.

f. Udorthent, tanah ini dicirikan oleh kedalaman tanah dangkal atau berbatu, warna tanah coklat kekuningan, tekstur liat berkerikil. Drainase tanah umumnya sedang sampai cepat. Penyebarannya dijumpai pada landform tektonik/struktural. Sifat kimia tanah dicirikan oleh reaksi tanah masam sampai agak masam, dan kandungan bahan organik rendah sampai tinggi. Kandungan P dan K total rendah sampai sedang, dan basa-basa dapat tukar tergolong rendah. Kapasitas tukar kation rendah sampai tinggi, dan kejenuhan basa sangat rendah. Kejenuhan Al bervariasi sangat rendah hingga sangat tinggi.

2. INCEPTISOL

Merupakan tanah mineral dengan tingkat perkembangan lemah yang dicirikan oleh horison penciri lapisan bawah kambik. Di daerah penelitian Inceptisol dicirikan antara lain oleh terdapatnya karatan, terbentuknya struktur tanah atau iluviasi liat yang tergolong lemah. Penyebarannya dijumpai baik pada lahan basah yang berdrainase jelek maupun pada lahan kering yang berdrainase baik. Relief bervariasi dari datar sampai berbukit dan bergunung. Pada lahan basah atau berawa, Inceptisol berkembang dari bahan aluvium dan dicirikan oleh sifat hidromorfik dominan (rejim kelembaban tanah aquik) yang ditunjukkan oleh warna tanah kelabu dengan atau tanpa karatan, serta tingkat kematangan yang sempurna. Tanah ini diklasifikasikan pada tingkat subordo sebagai Aquept. Pada tingkat grup Aquept dibedakan berdasarkan adanya bahan sulfidik atau horison sulfurik (Sulfaquept), dan tingkat kejenuhan air (Endoaquept).

Secara umum Inceptisol pada tingkat grup dibedakan menjadi :

a. Sulfaquept adalah Aquept yang mempunyai horison Sulfurik atau bahan sulfidik di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral. Tanah ini bersolum dalam, berwarna coklat kekelabuan, bertekstur halus, konsistensi lekat dan plastis, dan bereaksi sangat masam (pH 3.0-4.0). Kandungan bahan organik tinggi sampai sangat tinggi, P total sangat tinggi, dan K total bervariasi rendah sampai sangat tinggi. Basa-basa dapat tukar rendah sampai sangat rendah,

(11)

sedangkan KTK tanah, kejenuhan basa, dan kejenuhan Al bervariasi rendah sampai sangat tinggi. Sulfaquept dibedakan pada tingkat subgrup sebagai Tipik Sulfaquept. Tanah ini dijumpai pada landform marin dan fluvio marin.

b. Endoaquept adalah Aquept yang memiliki tipe penjenuhan endosaturation, yaitu tanah jenuh air pada seluruh kedalaman tanah sampai kedalaman 200 cm dari permukaan tanah mineral. Tanah-tanah ini berkembang baik dari bahan aluvium sungai maupun laut, sehingga mempunyai karakteristik kimia yang sangat beragam. Tanah yang berkembang dari bahan endapan laut mengandung bahan sulfidik di lapisan bawah yang dicirikan oleh reaksi positif terhadap H202. Reaksi tanah adalah alkalis (pH 7.0-8.0) dan pada reaksi pembuihan terhadap H202

reaksi tanah menjadi sangat masam (pH 2.0-3.0). Tanah-tanah ini menyebar terutama pada landform aluvial, fluvio-marin, dan marin. Endoaquept bersolum dalam, berwama kelabu sampai coklat kekelabuan , bertekstur halus, konsistensi lekat dan plastis, dan bereaksi sangat masam sampai agak masam. Sifat kimia tanah lainnya dicirikan oleh kandungan bahan organik umumnya sedang sampai sangat tinggi, kandungan P dan K total bervariasi sangat rendah sampai sangat tinggi.

Begitu juga basa-basa dapat tukar, KTK tanah, kejenuhan basa dan kejenuhan Al sangat bervariasi dari sangat rendah sampai sangat tinggi. Pada lahan kering, Inceptisol berkembang dari bahan induk batuliat atau batupasir. Tanah berdrainase baik dengan rejim kelembaban tanah udik. Pada kategori subordo, Inceptisol dibedakan sebagai Udept, sedangkan pada kategori grup Udept dibedakan berdasarkan kejenuhan basanya. Tanah dengan kejenuhan basa >60%

diklasifikasikan sebagai Eutrudept, dan yang mempunyai kejenuhan basa

<60% diklasifikasikan sebagai Distrudept.

c. Eutrudept, tanah ini dicirikan oleh solum sedang sampai dalam, berwarna coklat kuat sampai coklat olive, bertekstur halus, struktur gumpal, konsistensi agak teguh sampai teguh. Tanah-tanah ini berkembang dari berbagai bahan induk, yaitu bahan aluvium, batuan volkanik (basalt, dan ultrabasalt), batugamping, dan napal. Sifat kimia tanah dicirikan oleh reaksi tanah masam sampai agak masam dan kandungan bahan organik bervariasi dari rendah sampai tinggi.

Kandungan K total rendah sampai sedang, dan P total sangat bervariasi dari sangat rendah sampai sangat tinggi tergantung bahan induk tanahnya. Basa-

(12)

basa dapat tukar menunjukkan adanya variasi khususnya untuk Ca dan Mg yaitu rendah sampai sangat tinggi untuk Ca, dan rendah sampai sangat tinggi untuk Mg. Kalium sangat rendah sampai sedang, dan Na rendah sampai sangat rendah. KTK tanah bervariasi dari rendah sampai tinggi dan umumnya sedang, sedangkan kejenuhan basa sangat tinggi. Kejenuhan aluminium sangat rendah.

Penyebarannya dijumpai pada landform struktural/tektonik, dataran aluvial, karst, dan volkan.

d. Distrudept, tanah ini bersolum sedang sampai dalam, berwarna coklat sampai coklat kekuningan, bertekstur halus, struktur gumpal, konsistensi agak teguh sampai teguh. Bahan induk tanah terdiri dari bahan aluvium, batuliat dan batupasir.

Sifat kimiatanah dicirikan oleh reaksi tanah masam sampai sangat masam, dan kandungan bahan organik bervariasi sangat rendah sampai sangat tinggi dan umumnya rendah. Kandungan K total sangat rendah sampai sedang, dan P total umumnya rendah sampai sangat rendah dan bervariasi hingga sangat tinggi tergantung bahan induknya. Basa-basa dapat tukar umumnya rendah sampai sangat rendah. KTK tanah rendah, sedangkan kejenuhan basa rendah.

Kejenuhan aluminium tinggi sampai sangat tinggi dan beberapa menunjukan kejenuhan aluminium rendah sampai sangat rendah. Penyebaran utama pada landform struktural/tektonik dan aluvial.

3. ALFISOL

Merupakan jenis tanah ini mempunyai penyebaran mulai dari dataran hingga daerah perbukitan dengan bentuk wilayah datar hingga berbukit. Bahan induk tanah berkembang dari batugamping, napal, atau volkan basa dan ultrabasa. Sifat morfologi tanah dicirikan oleh horison penciri lapisan atas okrik dan lapisan bawah argilik atau kandik dengan kejenuhan basa >35%. Alfisol di daerah penelitian mempunyai drainase baik, regim kelembaban tanah udik, sehingga diklasifikasikan dalam subordo Udalf. Pembagian lebih detil dibedakan berdasarkan pada adanya distribusi kandungan liat, kedalaman solum dan adanya horison kandik (Kandiudalf, Kanhapludalf, atau Hapludalf).

Secara umum Alfisol pada tingkat grup dibedakan menjadi :

a. Kandiudalf, tanah ini dicirikan oleh adanya horison kandik dan kandungan liat menurun kurang dari 20% dari kandungan liat maksimum. Sifat morfologi

(13)

tanah dicirikan oleh lapisan atas berwarna coklat sampai coklat kekuningan, tekstur halus, struktur gumpal sampai gumpal bersudut, konsistensi gembur sampai agak teguh (lembab). Tanah lapisan bawah berwarna coklat kekuningan sampai coklat kuat, tekstur halus, struktur gumpal bersudut, konsistensi agak teguh sampai gembur (lembab). Sifat kimia tanah dicirikan oleh reaksi tanah agak masam, dan kandungan bahan organik sedang di lapisan atas dan sangat rendah di lapisan bawah. Kandungan P dan K total sangat rendah, sedangkan basa-basa dapat tukar menunjukkan Ca dan Mg sedang, K dan Na rendah sampai sangat rendah. KTK tanah rendah dan kejenuhan basa sangat tinggi. Kejenuhan aluminium sangat rendah. Tanah ini dijumpai pada landform karst.

b. Kanhapludalf, tanah ini mempunyai karakteristik sama dengan Kandiudalf, kecuali solum lebih dangkal dan kandungan liat yang menurun lebih dari 20%

dari kandungan liat maksimum. Sifat morfologi tanah lapisan atas berwarna coklat gelap sampai coklat gelap kekuningan, tekstur halus, struktur gumpal, konsistensi teguh sampai gembur (lembab). Lapisan bawah berwarna coklat terang kekuningan sampai coklat kuat, tekstur halus, struktur gumpal bersudut, konsistensi gembur sampai teguh (lembab). Sifat kimia tanah dicirikan oleh reaksi tanah masam dan kandungan bahan organik rendah. Kandungan P dan K total, serta basa-basa dapat tukar rendah sampai sangat rendah. KTK tanah rendah, sedangkan kejenuhan basa sangat tinggi. Kejenuhan aluminium sangat rendah. Penyebarannya dijumpai pada landform karst.

c. Hapludalf, tanah ini dicirikan oleh solum tanah kurang dari 150 cm. Sifat morfologi tanah lapisan atas berwarna coklat gelap sampai coklat gelap kekuningan, tekstur halus sampai sedang, struktur gumpal, konsistensi gembur sampai teguh (lembab). Lapisan bawah berwarna coklat kekuningan sampai coklat kuat, tekstur halus, struktur gumpal bersudut sampai gumpal, konsistensi teguh (lembab). Sifat kimia tanah menunjukkan reaksi tanah masam dan kandungan bahan organik rendah sampai sedang. Kandungan P dan K total rendah sampai sangat rendah. Basa-basa dapat tukar menunjukkan Ca dan Mg rendah sampai tinggi, sedangkan K dan Na rendah sampai sangat rendah. KTK tanah bervariasi rendah sampai sangat tinggi dan kejenuhan basa bervariasi

(14)

dari sedang hingga sangat tinggi. Kejenuhan aluminium rendah sampai sangat rendah. Tanah ini dijumpai pada landform karst dan volkan.

4. ULTISOL

Merupakan tanah yang lebih dikenal dengan nama "Podsolik Merah-Kuning"

mempunyai penyebaran paling luas di daerah penelitian. Tanah ini terdapat mulai dari dataran hingga perbukitan dan pegunungan dengan bentuk wilayah datar hingga berbukit dan bergunung. Tanah ini berkembang dari batuan sedimen, masam (batupasir dan batuliat) dan volkan tua. Sifat morfologi tanah dicirikan oleh horison penciri lapisan atas okrik dan lapisan bawah argilik atau kandik dengan kejenuhan basa <35%. Ultisol yang mempunyai regim kelembaban aquik diklasifikasikan dalam subordo Aquult, sedangkan yang mempunyai regim kelembaban udik diklasifikasikan dalam subordo Udult. Aquult hanya dibedakan dalam satu grup yaitu Plinthaquult, sedangkan Udult dibedakan berdasarkan adanya lapisan plintit (Plinthudult), adanya horison kandik (Kandiudult atau Kanhapludult) dan kedalaman solumnya (Paleudult atau Hapludult).

Secara umum Ultisol pada tingkat grup dibedakan menjadi :

a. Plinthaquult, tanah ini dicirikan oleh adanya plintit >50% pada kedalaman kurang dari 100 cm dari permukaan tanah dengan rejim kelembaban tanah akuik. Tanah lapisan atas berwarna coklat sampai kelabu dan warna lapisan bawah kelabu sampai kelabu terang. Tekstur tanah halus, struktur gumpal agak membulat, berukuran sedang sampai kasar. Konsistensi tanah lekat dan plastis (basah).

Sifat kimia tanah menunjukkann reaksi tanah masam dan kandungan bahan organik rendah. Kandungan P dan K total, serta basa-basa dapat tukar sangat rendah. KTK tanah rendah, kejenuhan basa sangat rendah. Kejenuhan aluminium sangat tinggi. Penyebarannya dijumpai pada form dataran tektonik dengan relief agak datar sampai datar.

b. Plinthudult, tanah ini dicirikan oleh kandungan plintit >50% pada kedalaman kurang dari 100 cm dari permukaan tanah dengan rejim kelembaban tanah udik.

Tanah lapisan atas umumnya berwarna coklat gelap sampai coklat gelap kekuningan dan di lapisan bawahnya coklat gelap kekuningan sampai merah kekuningan. Tanah bertekstur halus, struktur tanah gumpal agak membulat berukuran halus sampai sedang, konsistensi gembur (lembab), lekat dan

(15)

plastis (basah). Sebagian tanah mengandung kerikil yang berasal dari konkresi besi (krokos) berjumlah sedikit sampai banyak. Sifat kimia tanah menunjukkan reaksi tanah masam sampai sangat masam dan kandungan bahan organik rendah sampai sangat rendah. Kandungan P dan K total sangat rendah sampai rendah. Basa-basa dapat tukar, KTK tanah, serta kejenuhan basa sangat rendah sampai rendah, sedangkan bejenuhan aluminium umumnya sangat tinggi.

Penyebarannya terutama dijumpai di bagian selatan areal penelitian sekitar Sebamban yaitu pada landform dataran tektonik/struktural, dengan relief agak datar sampai bergelombang.

c. Kandiudult, tanah ini dicirikan oleh adanya horison kandik dengan penurunan liat kurang dari 20% dari jumlah maksimum hingga kedalaman 150 cm dari permukaan tanah. Drainase tanah baik. Tanah lapisan atas umumnya berwama coklat gela sampai coklat gelap kekuningan dan di lapisan bawah coklat kekuningan sampai merah kekuningan. Tekstur halus sampai sedang, struktur tanah kersai atau berbutir sampai gumpal agak membulat, berukuran halus sampai sedang. Konsistensi tanah sangat gembur sampai gembur (lembab), agak lekat sampai lekat dan agak plastis sampai plastis (basah). Konsistensi tanah di lapisan bawah gembur sampai teguh (lembab), lekat dan plastis (basah). Sifat kimia tanah dicirikan oleh reaksi tanah masam, dan kandungan bahan organik rendah. Kandungan P dan K total sangat rendah sampai rendah. Basa-basa dapat tukar, KTK tanah dan kejenuhan basa rendah sampai sangat rendah, sedangkan kejenuhan aluminium sangat tinggi. Penyebarannya dijumpai pada landform tektonik/struktural dengan relief berombak sampai bergunung.

d. Kanhapludult, tanah ini mempunyai karakteristik kimia sama dengan Kandiudult, kecuali penurunan liatnya lebih dari 20% dari kandungan liat maksimum di dalam kedalaman 150 cm dari permukaan tanah. Tanah lapisan atas berwarna coklat gelap kekuningan sampai coklat kemerahan dan tanah lapisan bawah berwarna coklat kekuningan sampai merah kekuningan. Tekstur tanah halus sampai sedang, struktur tanah kersai atau berbutir sampai gumpal agak membulat, berukuran halus sampai sedang, konsistensi sangat gembur sampai gembur (lembab) atau agak lekat sampai lekat dan agak plastis sampai plastis (basah). Sifat kimia tanah menunjukkan reaksi tanah masam dan kandungan

(16)

bahan organik rendah. Kandungan K total sedang, dan P total rendah. Basa- basa dapat tukar, KTK tanah, dan kejenuhan basa sangat rendah sampai rendah, sedangkan kejenuhan aluminium tinggi. Penyebarannya dijumpai pada landform tektonik/struktural dengan relief berombak sampai berbukit.

e. Paleudult, tanah ini dicirikan oleh adanya horison argilik yang penurunan liatnya kurang dari 20% dari jumlah liat maksimum di dalam kedalaman 150 cm dari permukaan tanah. Tanah lapisan atas umumnya berwarna coklat gelap sampai coklat dan di lapisan bawah coklat kekuningan sampai merah kekuningan.

Tanah bertekstur halus, struktur gumpal agak membulat berukuran halus sampai sedang. Konsistensi tanah gembur sampai teguh (lembab), agak lekat sampai lekat dan agak plastis sampai plastis (basah). Sifat kimia tanah menunjukkan reaksi tanah sangat masam dan kandungan bahan organik rendah sampai sedang. Kandungan P dan K total sangat rendah sampai rendah. Basa-basa dapat tukar umumnya sangat rendah dan beberapa menunjukkan kandungan Mg dan K sedang. KTK tanah rendah sampai sedang, sedangkan kejenuhan basa sangat rendah sampai rendah. Kejenuhan aluminium sangat tinggi. Penyebarannya dijumpai pada landform tektonik/struktural dan volkan tua dengan relief berombak sampai bergunung.

f. Hapludult, tanah ini dicirikan oleh adanya horison argilik dengan kejenuhan basa <35%. Tanah lapisan atas umumnya berwarna coklat gelap sampai coklat gelap kekuningan dan lapisan bawah coklat kekuningan sampai merah kekuningan. Tekstur halus, struktur tanah gumpal agak membulat, berukuran halus sampai sedang, konsistensi gembur sampai teguh (lembab), lekat dan plastis (basah). Sifat kimia tanah dicirikan oleh reaksi tanah sangat masam sampai masam, dan kandungan bahan organik sangat rendah sampai sedang.

Kandungan P dan K total sangat rendah sampai rendah dan beberapa tergantung bahan induknya menunjukkan sedang sampai sangat tinggi. Basa- basa dapat tukar umumnya sangat rendah sampai rendah, beberapa menunjukkan sedang sampai tinggi. KTK tanah rendah dan kejenuhan basa sangat rendah sampai rendah. Kejenuhan aluminium sangat tinggi dan beberapa menunjukkan variasi sangat rendah sampai tinggi. Tanah ini dijumpai pada landform tektonik/struktural dengan relief datar sampai bergunung.

(17)

Gambar 8 Peta satuan lahan Kabupaten Tanah Bumbu

*Penjelasan angka pada legenda ada di Lampiran 1

(18)

5. OXISOL

Merupakan tanah yang setara dengan "Latosol" adalah tanah yang telah mengalami perkembangan lanjut dicirikan oleh adanya horison. Di daerah penelitian tanah ini berkembang dari berbagai bahan induk yaitu batuliat, basal, ultra basik, dan batugamping. Penyebarannya dijumpai mulai dari dataran hingga daerah perbukitan dan pegunungan dengan relief berombak hingga berbukit dan bergunung. Rejim kelembaban tanah tergolong udik, sehingga klasifikasi pada tingkat subordo tergolong sebagai Udox, sedangkan yang mempunyai rejim kelembaban akuik sebagai Aquox. Pembagian pada kategori lebih rendah dibedakan berdasarkan adanya horison kandik (Kandiudox), kejenuhan basa tinggi (Eutrudox), KTK efektip sangat rendah (Acrudox) dan lainnya (Hapludox).

Oxisol yang mempunyai rejim kelembaban tanah akuik dicirikan oleh adanya plinthik, sehingga dalam grup diklasifikasikan sebagai (Plinthaquox).

Secara umum Oxisol pada tingkat grup dibedakan menjadi :

a. Kandiudox, tanah ini bersolum dalam dan dicirikan oleh adanya horison kandik, dan drainase tanah baik. Sifat morfologi tanah dicirikan oleh warna yang homogen, coklat sampai coklat kemerahan dan merah kotor sampai di lapisan atas, dan coklat kekuningan sampai coklat kuat merah kekuningan di lapisan bawah. Tekstur liat berdebu sampai liat, struktur tanah agak gumpal sampai kersai, ukuran sedang sampai halus. Konsistensi sangat gembur (lembab), lekat dan plastis (basah). Sifat kimia tanah menunjukkan reaksi tanah masam, dan kandungan bahan organik rendah sampai sedang di lapisan atas dan sangat rendah di lapisan bawah. Kandungan P dan K total serta basa-basa dapat tukar sangat rendah. KTK tanah rendah dan kejenuhan basa sangat rendah. Kejenuhan aluminium bervariasi dari sangat rendah sampai sangat tinggi, Di daerah penelitian tanah ini ardapat pada landform karst, dataran struktural/tektonik dan volkan tua.

b. Eutrudox, tanah ini dicirikan oleh kejenuhan basa yang tinggi (KB >35%) pada seluruh lapisan di dalam kedalaman 125 cm dari permukaan tanah. Solum tanah dalam, dan drainase baik. Tanah umumnya bawarna merah tua sampai merah kotor, tekstur liat berdebu sampai liat, struktur tanah agak gumpal sampai kersai, ukuran sedang sampai halus. Konsistensi gembur (lembab),

(19)

lekat dan plastis (basah). Sifat kimia tanah menunjukkan reaksi tanah agak masam sampai masam, dan kandungan bahan organik sangat rendah sampai sedang. Kandungan P dan K total sangat rendah, sedangkan basa-basa dapat tukar umumnya sangat rendah sampai rendah. KTK tanah rendah sampai sangat rendah, sedangkan kejenuhan basa sedang sampai sangat tinggi.

Kejenuhan aluminium bervariasi sangat rendah sampai tinggi. Di daerah penelitian tanah ini terdapat pada landform karst dan volkan tua.

c. Acrudox, tanah ini tergolong sangat tua, sifat morfologi tanah dicirikan oleh warna yang homogen, coklat kemerahan sampai merah kotor di lapisan atas, dan coklat latuningan sampai coklat kuat merah kekuningan di lapisan bawah.

Tekstur liat berdebu sampai liat, struktur tanah kersai, ukuran sedang sampai halus. Konsistensi sangat gembur (lembab), lekat dan plastis (basah). Sifat kimia tanah menunjukkan reaksi tanah masam sampai agak masam, dan kandungan bahan organik rendah sampai sedang di lapisan atas dan sangat rendah di lapisan bawah. Kandungan K total sangat rendah dan P total rendah sampai sedang di lapisan atas dan sedang sampai tinggi di lapisan bawah. Basa- basa dapat tukar bervariasi dari rendah hingga sedang. KTK tanah rendah sampai sangat rendah, kejenuhan basa sangat rendah sampai sedang. Kejenuhan aluminium sangat rendah. Penyebarannya dijumpai pada landform volkan tua.

d. Hapludox, tanah umumnya bersolum sedang sampai dalam, warna coklat gelap kekuningan sampai merah kekuningan, tekstur liat berdebu sampai liat, struktur tanah gumpal sampai kersai, ukuran sedang sampai halus. Konsistensi gembur (lembab), lekat dan plastis (basah). Sifat kimia tanah menunjukkan reaksi tanah masam sampai sangat masam dan kandungan bahan organik rendah sampai sedang di lapisan atas dan sangat rendah di lapisan bawah. Kandungan P dan K total umumnya sngat rendah kecuali beberapa menunjukkan variasi hingga tinggi. Basa-basa dapat tukar umumnya sangat rendah, KTK tanah rendah dan kejenuhan basa sangat rendah. Kejenuhan aluminium umumnya tinggi sampai sangat tinggi dan beberapa rendah sampai sedang. Tanah ini terdapat pada landform karst, struktural/tektonik dan volkan tua.

e. Plinthaquox, tanah ini dicirikan oleh KTK liat rendah, rejim kelembaban akuik, dan adanya plintik. Sifat morfologi tanah menunjukkan tanah lapisan atas

(20)

umumnya berwarna coklat gelap sampai coklat gelap kekuningan dan di lapisan bawahnya coklat gelap kekuningan sampai merah kekuningan. Tanah bertekstur halus, struktur tanah gumpal agak membulat hingga kersai, berukuran halus sampai sedang, konsistensi gembur (lembab), lekat dan plastis (basah). Sifat kimia tanah masam dan kandungan bahan organik rendah. Kandungan P dan K total sangat rendah. Basa-basa dapat tukar bervariasi rendah sampai sangat rendah, sedangkan KTK tanah dan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan aluminium sangat tinggi.

Kondisi Umum Peternakan

Pemeliharaan sapi potong yang umum dilakukan oleh petani peternak di Indonesia adalah sistem pemeliharaan ekstensif, semi intensif dan intensif. Pada sistem pemeliharaan ekstensif (gembala), sapi dipelihara dan dilepaskan di padang penggembalaan dan digembalakan sepanjang hari mulai dari pagi hingga sore hari. Sistem pemeliharaan semi intensif (antara gembala dan kandang), pada pagi hari sapi digiring dan digembalakan di areal pertanian/ladang atau perkebunan, dan baru dikandangkan dikala hujan dan menjelang malam hari.

Sedangkan sistem intensif (kandang), sapi hampir sepanjang hari berada dalam kandang, pakan, minuman dan kebutuhan lainnya disediakan dalam kandang sebanyak dan sebaik mungkin sehingga pertumbuhannya cepat bertambah.

Sistem pemeliharaan sapi potong di Indonesia dikelola dengan berbagai macam bentuk usaha. Pada umumnya hampir 90% sapi potong dimiliki dan diusahakan oleh rakyat dengan skala kecil, dan hanya 1% saja yang dikelola oleh perusahaan. Adapun karakteristik peternakan sapi potong yang ada di Indonesia (Aziz, 1993), dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Peternakan sapi potong tradisional

Dimana ternak sapi potong baru bersifat dimiliki, belum diusahakan, biasanya ternak merupakan status sosial, ternak tidak digunakan untuk tenaga kerja, pamasaran ternak baru dilakukan bila ada kebutuhan yang sangat mendesak untuk kepentingan yang bersifat sosial, budaya atau keagamaan.

Harga yang terbentuk biasanya sangat rendah dan jumlah ternak yang dimiliki cukup bervariasi pada umumnya relatif banyak.

2. Peternakan sapi potong keluarga

(21)

Usaha ternak yang dilakukan untuk membantu kegiatan usaha tani keluarga, seperti sumber pupuk kandang, sebagai tabungan, serta untuk dimanfaatkan tenaganya. Pada kondisi ini harga yang terbentuk di bawah harga pasar tetapi lebih tinggi daripada harga di peternakan tradisional. Skala kepemilikan ternak berkisar antara 1-5 ekor.

3. Peternakan sapi potong skala kecil

Usaha ternak sudah mulai berorientasi ekonomi, perhitungan rugi laba dan input teknologi sudah mulai diterapkan walaupun masih sederhana. Pada usaha ini, ternak umumnya diarahkan pada produksi daging dan skala kepemilikan ternak berkisar antara 6-10 ekor per rumah tangga.

4. Peternakan sapi potong skala menengah

Usaha yang dilakukan sepenuhnya menggunakan input teknologi yang berorientasi pada produksi daging dan kebutuhan pasar dan adanya jaminan kualitas. Jumlah ternak yang diusahakan berkisar antara 11-50 ekor per produk.

5. Peternakan sapi potong skala besar

Usaha ternak umumnya berbentuk perusahaan yang dilakukan dengan padat modal, menggunakan input teknologi tinggi yang berorientasi pada faktor input dan output produksi. Usahanya ditujukan untuk memproduksi daging atau bakalan. Jumlah ternak yang diusahakan melebihi 50 ekor per produksi.

Sistem pemeliharaan ternak ruminansia terutama sapi, kerbau, kambing dan domba masih mengandalkan penggembalaan secara tradisional yang dilakukan sepenuhnya oleh petani ternak dengan skala usaha rata-rata kepemilikan kecil (1-4 ekor), yang dikelola dengan sistem ekstensif dan semi intensif dan sebagian besar merupakan usaha sampingan dengan tujuan sebagai tabungan. Sistem pemeliharaan sapi potong ditingkat petani juga masih kurang optimal oleh karena pemeliharaan dilakukan sendiri-sendiri dengan menggembalakan ternaknya di padang penggembalaan lahan kering dengan kualitas hijauan yang masih rendah karena komposisi hijauan pakan ternak didominasi oleh alang-alang dan semak belukar. Sebagian kecil saja diusahakan secara intensif terutama ternak sapi jantan dengan tujuan penggemukan. Jenis sapi yang banyak dipelihara adalah sapi Bali, PO (peranakan Ongole), Brahman, persilangan sapi lokal dan Simental.

(22)

Jumlah sapi potong di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2009 sebanyak 31 568 ekor, merupakan populasi yang paling banyak dipelihara dibandingkan ternak besar lainnya, sedangkan jumlah ternak ruminansia adalah 43 628 ekor atau dalam Satuan Ternak adalah 26 399 ST seperti terlihat pada Tabel 16.

Kabupaten Tanah Bumbu merupakan daerah pertanian, khususnya tanaman pangan dan perkebunan (kelapa sawit dan karet) yang utama di Provinsi Kalimantan Selatan. Pengembangan sapi potong tidak terlepas dari penggunaan lahan usaha pertanian tersebut terutama lahan kering. Luasnya lahan tanaman pangan, perkebunan dan lahan kering memungkinkan dilakukan pengembangan pola integrasi yang dapat saling menunjang dan saling menguntungkan. Adapun dukungan ternak dalam usahatani antara lain: (1) memanfaatkan limbah pertanian tanaman pangan dan seperti jerami padi, jagung dan kacang-kacangan sebagai pakan, (2) menghasilkan nilai tambah proses produksi pertanian terutama melalui pemanfaatan tenaga sapi untuk pengolahan lahan, (3) meningkatkan produktifitas lahan melalui pemanfaatan kotoran sapi untuk pupuk kandang, (4) peningkatan manfaat dan penggunaan lahan usahatani, misalnya melalui pengembangan tanaman hijauan ternak (sebagai input usaha ternak ruminansia) pada lahan-lahan yang belum termanfaatkan untuk budidaya pertanian seperti pada kelerengan yang curam, sebagai tanaman pelindung, sebagai pagar hidup disekeliling lahan, dan lain-lain. Pola integrasi ini diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan pakan ternak.

Kondisi Umum Tanaman Pangan

Kabupaten Tanah Bumbu merupakan daerah yang bercorak agraris.

Karakteristik ini setidaknya dapat terlihat dari besarnya penggunaan lahan pertanian yang mencapai lebih dari 30%, bahkan lebih dari 50% penduduk Tanah Bumbu menggantungkan nasibnya di sektor tersebut. Kondisi pertanian Kabupaten Tanah Bumbu tidak jauh berbeda dengan karakter pertanian di kabupaten sekitarnya. Komoditi padi dan palawija merupakan subsektor tanaman pangan yang menopang ketahanan pangan Kabupaten Tanah Bumbu, produksi padi sawah tahun 2009 sebesar 59 941 Ton dengan luas panen mencapai 14 480 Ha dan produksi padi gogo sebesar 13 753 Ton dengan luas panen 5 015 Ha. Luas panen, produksi dan rata-rata produksi tanaman padi dan

(23)

palawija di Kabupaten Tanah Bumbu disajikan pada Tabel 17.

Sedangkan produksi palawija Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2009 terbesar dihasilkan dari produksi ubi kayu yang mencapai 5 893 Ton dengan luas panen 444 Ha, produksi jagung 3 280 Ton dengan luas panen 725 Ha dan produksi kedelai 1 363 Ton dengan luas panen 1 363 Ha. Luas panen tanaman padi dan palawija berdasarkan kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu disajikan pada Tabel 18.

Tabel 16 Populasi Ternak Ruminansia dalam Satuan Ekor dan Satuan Ternak (ST) Perkecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2009

No Kecamatan

Dalam satuan ekor Dalam satuan ternak (ST) Sapi

Potong Kerbau Kambing Domba Total Sapi

Potong Kerbau Kambing/

domba Total

1 Angsana 3 045 153 593 - 3 791 2 132 122 33 2 287

2 Batulicin 107 419 281 - 807 75 335 15 426

3 Karang

Bintang 3 234 124 1 539 - 4 897 2 264 99 85 2 448

4 Kuranji 4 498 185 578 - 5 261 3 149 148 32 3 328

5 Kusan Hilir 1 429 662 856 - 2 947 1 000 530 47 1 577 6 Kusan Hulu 2 105 1 633 594 - 4 332 1 474 1 306 33 2 813

7 Mantewe 3 968 276 887 - 5 131 2 778 221 49 3 047

8 Satui 2 387 215 762 35 3 399 1 671 172 44 1 887

9 Simpang

Empat 278 78 303 14 673 195 62 17 274

10 Sungai Loban 10 517 1 138 735 - 12 390 7 362 910 40 8 313 Total 31 568 4 883 7 128 49 43 628 22 098 3 906 395 26 399 Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Tanah Bumbu (2010)

Tabel 17 Luas panen, produksi dan rata-rata produksi tanaman padi dan palawija di Kabupaten Tanah Bumbu

No Jenis tanaman Luas panen Produksi Rata-rata produksi

(Ha) (Ton) (Kw/Ha)

1 Padi sawah 14 480 59 941 41.40

2 Padi gogo 5 015 13 753 27.42

3 Jagung 725 3 280 45.24

4 Kedelai 1 363 1 363 10.00

5 Kacang tanah 437 545 12.47

6 Kacang hijau 37 37 10.00

7 Ubi kayu 444 5 893 132.73

8 Ubi jalar 122 1 246 102.13

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Bumbu (2009)

(24)

Tabel 18 Luas panen tanaman padi dan palawija berdasarkan kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu

No. Kecamatan

Luas panen (Ha) Padi

sawah Padi

gogo Jagung Kedelai Kacang

tanah Kacang hijau Ubi

kayu Ubi jalar

1 Angsana 5 966 - 5 - - - 7 -

2 Batulicin 4 300 1 478 283 502 22 9 44 9

3 Karang Bintang 105 284 119 129 96 27 146 32

4 Kuranji 350 625 62 25 271 1 150 41

5 Kusan Hilir 2 749 - 9 - 5 - 10 4

6 Kusan Hulu 435 - 8 3 4 - 7 4

7 Mantewe 80 5 33 6 10 - 15 9

8 Satui 165 228 41 42 16 - 43 14

9 Simpang Empat 210 607 8 21 5 - 9 4

10 Sungai Loban 120 1 788 157 635 8 - 13 5

Total 14 480 5 015 725 1 363 437 37 444 122

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Bumbu (2009)

Gambar

Tabel 10  Distribusi penduduk di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2008
Gambar 5  Peta curah hujan tahunan Kabupaten Tanah Bumbu
Tabel 11  Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2003-2009
Tabel 13  Rata-rata Kelembaban Nisbi di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2003-2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu tertentu dalam konteks tertentu dan lebih banyak meneliti kehidupan sehari-hari.25 Penelitian kualitatif

Penelitian ini menguji tentang Manajemen Laba Melalui Akrual Dan Aktivitas Real Pada Penawaran Perdana Dan Hubungannya Dengan Kinerja Jangka Panjang (Studi Empiris

Perjanjian kerja Koperasi Bintang Maru Usaha Bersama dibuat dalam bentuk tertulis atau lisan dan ditulis sesuai dengan Pasal 51 ayat (1) Undang- Undang No 13

Dengan adanya aplikasi ini, calon pengguna gedung Graha ITS menjadi lebih memahami sudut bangunan gedung.Pengguna juga dapat terbantu dalam mengamati luas gedung dan tata

bahwa karena ada beberapa ketentuan yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas

Pada penelitian ini telah diimplementasikan sebuah prototipe sistem monitoring kondisi AC berdasarkan penggunaan energi dan suhu ruang, sistem ini terdiri atas sebuah thermal