• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan mempunyai perencanaan dan tujuan akhir yang ingin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan mempunyai perencanaan dan tujuan akhir yang ingin"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

10

Setiap perusahaan mempunyai perencanaan dan tujuan akhir yang ingin dicapai, tentunya hasil akhir yang diharapkan sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi tujuan akhir tersebut adalah sistem pengendalian mutu yang ditetapkan di perusahaan tersebut. Untuk memperjelas hal tersebut diambil beberapa pengertian mengenai :

2.1 Pengertian Manajemen Produksi

Peranan manajemen dalam pelaksaan sistem produksi adalah agar dapat dicapai tujuan yang diharapkan perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa dalam jumlah yang ditetapkan dengan kualitas yang ditentukan dan dalam waktu yang direncanakan dengan biaya serendah mungkin.

Dengan teknik manajemen produksi yang tepat, diharapkan perusahaan dapat mencapai tujuannya yaitu dengan tetap terjamin kelangsungan hidupnya dan berkembang melalui keuntungan perusahaan yang diperoleh.

Menurut Suyadi Prawirosentono (2000 : 1) dalam bukunya Manajemen Operasi, Analisis dan Studi Kasus yang dimaksud dengan Manajemen Produksi adalah :

“Perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dari urutan berbagai kegiatan

(set of activities) untuk membuat barang yang berasal dari bahan baku dan

(2)

2.2 Pengertian Mutu

Untuk mencapai mutu suatu produk yang diharapkan, perusahaan harus membuat suatu perencanaan, melaksanakan dan mengawasi serta memperbaiki kesalahan-kesalahan secara total. Tetapi untuk mencapai hasil tersebut, tentunya harus diketahui dan dipahami secara mendalam apa yang dimaksud dengan mutu.

Ada beberapa pengertian tentang mutu, karena pengertian mutu selalu tergantung dari penilaian pemakaian akhir dari produk tersebut. Berikut ini adalah pengetian tentang mutu dari J.M Juran (2000 : 12) dalam bukunya yang berjudul Juran’s Quality Hand Book, yaitu :

“Quality is features of products which met customer need and thereby provide customer satisfaction”.

Artinya :

“Mutu adalah ciri suatu produk yang mempertemukan kebutuhan pelanggan dan dengan cara tersebut memberikan kepuasan pada pelanggan”.

Selain pengertian di atas ada juga pengertian mutu dari Suyadi Prawirosentono (2002 : 6) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Mutu Terpadu yang menyebutkan bahwa :

“Mutu adalah keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan”.

Pada dasarnya seperti yang telah disebutkan di atas bahwa penilaian baik tidaknya suatu produk tergantung pada konsumen akhir yang memakai produk tersebut. Kepuasan akan didapat apabila manajemen bekerja secara optimal untuk

(3)

mengolah sumber daya yang ada dengan perbaikan secara berkelanjutan agar menghasilkan produk yang dapat memuaskan pelanggan.

Juran mempunyai gagasan bahwa pihak manajemen harus bertanggung jawab dan terlibat secara penuh atas mutu produk melalui trilogy mutu, yaitu : a. Perencanaan mutu

b. Monitor dan kendali mutu c. Memperbaiki mutu 2.2.1 Syarat-Syarat Mutu

Selanjutnya, Deming juga menggariskan syarat-syarat bagi mutu sebagai berikut :

Pertama, kepemimpinan puncak tidak hanya berkewajiban untuk menentukan kebutuhan “customer” sekarang saja, tetapi juga harus mengantisipasi kebutuhan tahun depan, 5, 10, 15 tahun yang akan datang.

Kedua, mutu ditentukan oleh customer.

Customer aksternal, yaitu pemakai akhir daripada produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi.

Customer internal, yaitu mereka dalam organisasi yang menggunakan produk atau jasa untuk diproses lebih lanjut.

Karena dalam proses untuk menghasilkan produk atau jasa itu biasanya lebih dari satu “customer internal”, maka dalam proses tersebut diperlukan bekerja secara kelompok.

Ketiga, perlu dikembangkan ukuran-ukuran untuk menilai efektifitas upaya guna memenuhi kebutuhan. Sebelum ukuran tersebut ditentukan, perlulah

(4)

diidentifikasi aspek-aspek daripada produk atau jasa yang penting bagi

“customer”. Aspek-aspek ini dinamakan karakteristik mutu.

Keempat, kebutuhan dan kemauan “customer” harus diperhitungkan dalam disain produk atau jasa. Konsep ini dinamakan quality function deployment (QFD) dan menuntut bahwa informasi dari “customer” dipertimbangkan dalam tahap desain produk atau jasa.

Kelima, kepuasan “customer” merupakan syarat yang perlu bagi mutu dan selalu menjadi tujuan proses untuk menghasilkan produk atau jasa.

Keenam, mutu juga harus dapat menentukan harga produk atau jasa. Harga di sini berarti apa yang “customer” mau membayar untuk memperoleh produk atau jasa. Harga tersebut terdiri daripada biaya untuk menghasilkan produk ditambah dengan keuntungan.

2.2.2 Karakteristik Mutu

1. Performance : karakteristik kerja pokok

Misalnya kecepatan pesawat udara melebihi Mach 2 ; kecepatan kapal melebihi 30 mil perjam.

2. Timeliness : terjadi pada suatu waktu yang wajar.

Misalnya, dalam suatu antrean, waktu untuk perbaikan total, waktu penyediaan suku cadang dalam 48 jam.

3. Reability : panjangnya waktu kerja.

Misalnya, waktu rata-rata antara kerusakan.

4. Durability : panjangnya waktu sebelum waktu penggantian atau

(5)

Misalnya, panjangnya waktu sebelum roda F-14 (Tomcat) perlu diganti atau direparasi.

5. Aesthethis : karakteristik yang berkaitan dengan panca indera.

Misalnya, kebersihan, keberhasilan, ketenangan. 6. Personal Interface : hubungan antar manusia

Misalnya, profesionalisme, kesopanan.

7. Perception : ukuran atau kesimpulan tindak yang langsung mengenai

dimensi atau reputasi.

Misalnya, nilai reputasi suatu organisasi. 8. Ease of use : bebas dari kesukaran penggunaan.

Misalnya, buku pedoman, alat tertentu. 9. Features : ciri-ciri khusus.

Misalnya, power window pada sebuah mobil.

10. Conformance to specifications : derajat di mana suatu desain produk

dan karakteristik kerja produk tersebut sesuai standar yang ditentukan. 11. Consistency : sepanjang waktu, sama dan tetap konstan.

12. Unifofmity : identik, tanpa variasi.

13. Serviceability : penyelesaian persoalan dan penangan keluhan.

14. Accuracy : derajat benarnya suatu kuantitas atau pernyataan.

2.2.3 Fungsi-Fungsi Yang Mempengaruhi Mutu 1) Fungsi suatu barang

Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga

(6)

barang-barang yang dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi fungsi tersebut. Oleh karena itu pemenuhan fungsi tersebut mempengaruhi kepuasan para konsumen, sedangkan tingkat kepuasan tertinggi tidak selamanya dapat dipenuhi atau dicapai, maka tingkat suatu mutu barang tergantung pada tingkat pemenuhan fungsi kepuasan pengguna barang yang dapat dicapai. Mutu yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan atau dibutuhkan, tercermin pada spesifikasi dari barang tersebut seperti kecepatan, tahan lamanya, kegunaannya, berat, mudah atau tidaknya perawatan dan kepercayaannya.

2) Wujud Luar

Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan mutu barang tersebut adalah wujud luar barang itu. Kadang-kadang walaupun barang yang dihasilkan secara teknis atau mekanis telah maju, tetapi bila wujud luarnya kuno atau kurang dapat diterima, maka hal ini dapat menyebabkan barang tersebut tidak disenangi oleh konsumen atau pembeli, karena dianggap mutunya kurang memenuhi syarat. Faktor wujud luar yang terdapat pada suatu barang tidak hanya terlihat dari bentuk, tetapi juga dari warna susunan dan hal-hal lainnya.

(7)

3) Biaya Barang

Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan mutu barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat menunjukan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik. Demikian pula sebaliknya, bahwa orang-orang yang mempunyai biaya atau harga yang murah dapat menunjukan bahwa barang tersebut relatif lebih rendah. Ini terjadi karena biasanya untuk mendapatkan mutu yang baik yang lebih mahal. Mengenai biaya barang-barang ini perlu kiranya disadari bahwa tidak selamanya biaya suatu barang dapat menentukan mutu barang tersebut, karena biaya yang diperkirakan tidak selamanya biaya yang sebenarnya, sehingga sering terjadi adanya inefisien. Jadi tidak selalu biaya atau harga dari barang itu lebih rendah daripada nilai barang itu, tetapi kadang-kadang terjadi bahwa biaya atau harga dari suatu barang lebih tinggi daripada nilai yang sebenarnya karena adanya inefisien dalam menghasilkan barang tersebut dan tingginya keuntungan yang diambil terhadap barang itu.

2.2.4 Perspektif Terhadap Mutu

Adanya lima alternatif perspektif mutu yang bias digunakan, yaitu : 1. Transcendental Approach

Mutu dalam pendekatan ini dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan.

(8)

2. Product-based Approach

Pendekatan ini menganggap mutu sebagai karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur. Perbedaan dalam mutu mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk. Karena pandangan ini sangat objektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaaan dalam selera, kebutuhan, dan preferensi individual.

3. User-based Approach

pendekatan didasarkan pada pemikiran bahwa mutu tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang (misalnya perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

4. Manufacturing-based Approach

Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik perekayasaaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan mutu sebagai sama dengan persyaratannya

(conformance to requirements). Jadi yang menentukan mutu adalah

standar-standar yang ditetapkan perusahaan, bukan konsumen yang menggunakannya.

5. Value-based Approach

Pendekatan ini memandang mutu dari segi nilai dan harga. Mutu dalam perspektif ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki mutu yang paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi

(9)

yang paling bernilai adalah produk atau jasa yang paling tepat dibeli

(best-buy).

2.3 Pengertian Pengendalian Mutu

Dalam pengendalian mutu semua barang di cek menurut standar yang telah ditetapkan perusahaan, dan semua penyimpangan-penyimpangan dari standar dicatat serta dianalisis dari semua penemuan-penemuan dalam hal ini dipergunakan sebagai umpan balik untuk para pelaksana sehingga mereka dapat melakukan tindakan-tindakan perbaikan untuk produksi untuk masa yang akan datang.

Menurut Sukanto Reksohadiprodjo dan Indriyo Gitosudarmo (1999 : 245) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Produksi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Pengendalian Mutu adalah :

“Merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produksi bila diperlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi bahan yang rusak”.

Pengendalian selalu berorientasi ke masa depan, karena baik tujuan yang akan diwujudkan maupun perilaku yang diharapkan merupakan objek yang berdimensi masa depan. Oleh karena itu, apa yang terjadi di masa lalu tidak relevan dengan pengendalian, kecuali jika apa yang terjadi di masa lalu dapat diproyeksikan ke masa depan.

Langkah-langkah yang sangat penting dalam pelaksanaan pengendalian mutu, antara lain :

(10)

1. Pahami karakteristik mutu sebenarnya.

2. Tentukan metode pengukuran dan pengujian karakteristik mutu sebenarnya. Tugas ini begitu sulit sehingga pada akhirnya, kelima indera manusia mungkin digunakan dalam membuat penentuan.

3. Temukan karakteristik mutu pengganti, dan miliki pemahaman yang benar tentang hubungan antara karakteristik mutu sebenarnya dan karakteristik mutu pengganti.

2.4 Konsep – Konsep Pengendalian Mutu

Secara umum ada beberapa konsep pengendalian mutu, antara lain :

A. Konsep pengendalian mutu antara pembeli dan penjual pada negara yang mempunyai standar kehidupan dan selera serta permintaan konsumen yang tidak sama, yaitu :

1. Ada konsumen yang mempunyai permintaan yang mengharuskan kualitas produk pada tingkat paling atas. Walaupun harganya tinggi tidak jadi masalah, misalnya : untuk label/merk yang ternama.

2. Ada konsumen yang mempunyai selera harganya murah walaupun kualitas produksinya kurang tidak jadi masalah.

3. Ada konsumen yang maunya harga murah, kualitas bagus, delivery cepat dan tepat, biasanya para pengusaha.

(11)

B. Konsep pengendalian mutu dari pengusaha dapat dibagi-bagi sesuai dengan kesuksesannya :

1. Hasil kulitas yang baik, dapat memuaskan konsumen dan mendapatkan keutungan serta memerintahkan bawahan untuk betul-betul bertanggung jawab.

2. Harus mengadakan percobaan dan pembuktian terhadap standar kualitas yang dicurigai dan tidak perlu khawatir jika terjadi kegagalan, harus ada kemauan dan tekad untuk mengambil pengalaman demi mengurangi kerugian yang lebih nyata.

3. Minta kepada bawahan untuk menjual hasil yang “0” de-fect, dan tidak dibenarkan terjadi barang second quality menumpuk di Gudang.

4. Ada beberapa pimpinan yang menerima klaim dari konsumen tetapi harus benar-benar tepat dan ada yang mengganti dengan mengubah syarat harus dapat menemukan penyebabnya supaya bisa untuk perbaikan.

C. Konsep pengendalian mutu dari pihak/unit produksi :

1. Para karyawan di produksi harus mau mengerti dan bertanggung jawab apabila terdapat salah satu produksinya cacat. Dengan ini masalah kualitas produksi yang harus menjadi tanggung jawab jangan sampai jelek terus-menerus.

Dasar-dasar pengendalian mutu : - Standar kualitas

- Standar toleransi - Pelatihan dan disiplin

(12)

2.5 Maksud dan Tujuan Pengendalian Mutu 2.5.1 Maksud Pengendalian Mutu

Maksud dari pengendalian mutu adalah agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standar dapat tercermin dalam produk atau hasil akhir.

2.5.2 Tujuan Pengendalian Mutu

Secara terperinci dapatlah dikatakan bahwa tujuan pengendalian mutu adalah :

1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang telah ditetapkan.

2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.

3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin.

4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

2.6 Alat Pengendalian Mutu 1) Diagram Pareto

Diagram Pareto merupakan metode untuk mencari sumber kesalahan, masalah-masalah, atau kerusakan produk, untuk membantu memfokuskan diri pada usaha-usaha pemecahannya. Diagram pareto didasarkan pada hasil kerja Alferdo Pareto, seorang ahli ekonomi pada abad-19. Joseph M. Juran mempopulerkan akibat kerja Pareto ini saat ia mengemukakan bahwa 80% masalah-masalah yang dihadapi perusahaan merupakan akibat dari hanya 20% dari penyebabnya.

(13)

Gambar 2.1 Diagram Pareto

Diagram pareto di atas menunjukan bahwa 75% kerusakan produk merupakan akibat dari satu sebab tertentu, yaitu goresan. Kebanyakan kerusakan produk akan hilang bila penyebabnya sudah ditangani. Analisis pareto mengisyaratkan masalah-masalah mana yang jika ditangani dapat memberikan manfaat baik terbesar.

2) Diagram Proses

Diagram Proses dirancang untuk membantu memahami serangkaian kejadian (yaitu dengan membuat diagram alir atas prosesnya) yang dilalui produk. Diagram proses membuat grafik atas tahap-tahap proses dan memperlihatkan hubungan antara tahap - tahap tersebut. Jenis analisis ini dapat :

1. Membantu mengidentifikasi lokasi pengumpulan data yang terbaik. 2. Mengisolasi dan melacak asal-usul terjadi masalah.

(14)

3. Mengidentifikasi tempat pemeriksaaan proses yang terbaik.

4. Mengidentifikasi kemungkinan melakukan pengurangan jarak tempuh produk.

3) Diagram Sebab-Akibat

Diagram Sebab-Akibat merupakan salah satu dari banyak alat yang dapat membantu mengidentifikasi lokasi yang mungkin dari terjadinya masalah-masalah mutu dan lokasi pemeriksaan, yang juga disebut Diagram Ishikawa atau Diagram Tulang Ikan.

Gambar 2.2 Diagram Proses Sumber : (Manajemen Mutu Terpadu ; 106)

(15)

Gambar 2.3 Diagram Fish Bone

Cara untuk memulai suatu diagram sebab-akibat adalah dengan menggunakan 4 kategori : Material (bahan-bahan untuk produksi), mesin/peralatan, tenaga kerja, dan metode kerja. Bila diagram seperti ini dikembangkan secara sistematis, maka masalah-masalah mutu yang mungkin terjadi dan tempat pemeriksaaan dapat diketahui.

4) Pengendalian Proses Secara Statistik (Peta Kontrol)

Pengendalian proses secara statistik berkaitan dengan usaha memonitor standar, penentuan cara mengukur kinerja dan usaha mengambil tindakan pada saat barang/jasa sedang diproduksi.

(16)

5) Lembar Pengumpulan Data (Check Sheet)

Merupakan alat bantu untuk memudahkan pengumpulan data. Data disajikan dalam bentuk yang dapat digunakan dan dianalisis secara cepat dan mudah. Bentuk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan maupun kondisi kerja yang ada.

6) Histogram

Merupakan gambaran bentuk distribusi spesifikasi kualitas yang dihasilkan oleh data yang dikumpulkan melalui lembar pemeriksaan berbentuk diagram batang. Gunanya adalah untuk mengetahui distribusi atau penyebaran data yang ada.

7) Stratification Analysis

Yang dimaksud stratifikasi adalah mengklasifikasikan atau mengurangi persoalan menjadi kelompok sejenis yang lebih kecil. Gunanya adalah untuk mempersempit ruang lingkup masalah, biasanya hanya dari satu segi saja.

2.7 Keuntungan dari Pengendalian Mutu

Terdapat keuntungan dari pengendalian mutu, diantaranya : Memberikan jaminan mutu yang sesungguhnya

Membuka saluran komunikasi di dalam sebuah perusahaan, dan memungkinkan perusahaan untuk menemukan suatu kegagalan.

Memungkinkan desain produk mengikuti perubahan selera dan sikap pelanggan secara efisien dan tepat sehingga produk selalu dapat dibuat sesuai dengan pilihan pelanggan.

Gambar

Diagram  Pareto  merupakan  metode  untuk  mencari  sumber  kesalahan,  masalah-masalah, atau kerusakan produk, untuk membantu memfokuskan diri  pada usaha-usaha pemecahannya
Gambar 2.1 Diagram Pareto
Diagram Sebab-Akibat merupakan salah satu dari banyak alat  yang dapat  membantu  mengidentifikasi  lokasi  yang  mungkin  dari  terjadinya   masalah-masalah  mutu  dan  lokasi  pemeriksaan,  yang  juga  disebut  Diagram  Ishikawa  atau Diagram Tulang Ikan
Gambar 2.3 Diagram Fish Bone

Referensi

Dokumen terkait

Data sekunder pada penelitian antara lain adalah Peta Penggunaan Lahan, Peta dan Data Kependudukan, Peta Administrasi, Peta Pola Sungai, Peta Jaringan Jalan, Peta Ket- inggian, Peta

Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajan yang disusun

3.6 Melalui kegiatan meronce dengan sedotan anak mampu mengumpulkan 3 macam warna bendera negaraa. 4.6 Melalui kegiatan meronce dengan sedotan anak

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan pertolonganNya sehingga saya dapat menyelesaikan karya akhir dengan judul

Ketika Sang Buddha diberitahukan bahwa banyak orang tidak percaya Sarakani telah mencapai Sotapanna, Sang Buddha mengatakan:”… mengapa, Mahanama, jika saja pohon-pohon Sala yang

Berdasarkan potensi, peluang dan tantangan terkait konservasi jenis ramin, telah dilakukan penelitian konservasi ramin melalui penyediaan bibit stek ramin pada

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara nilai parameter RP dengan nilai densitas massa tulang pada pangkal paha (hip) dan berkorelasi positif antara

Berdasarkan tingkat pelapukan yang telah diuji secara mekanika batuan bahwa semakin bawah lapisan tanah residual (lapisan 1) maka nilai kuat tekan batuannya semakin tinggi