• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai salah satu genre sastra yang memiliki banyak unsur di dalamnya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai salah satu genre sastra yang memiliki banyak unsur di dalamnya."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Novel sebagai salah satu genre sastra yang memiliki banyak unsur di dalamnya.

Karya sastra adalah kegiatan kreatif yang erat hubungannya dengan kehidupan.

Berangkat dari persoalan hidup dan melalui proses kreatif, pengarang menuangkan ide-idenya untuk dijadikan suatu karya. Novel memperlihatkan dunia yang disempurnakan serta dunia imajinatif dimunculkan melalui berbagai unsur intrinsik seperti tokoh, plot, alur, peristiwa, serta sudut pandang. Namun terdapat bentuk karya sastra yang berdasar pada kisah nyata. Nurgiyantoro (2015:34) menyimpulkan fiksi historis berupa fakta sejarah yang menjadi dasar penulisan.

Seperti novel perjalanan yang masuk kategori fiksi nonfiksi. Karena novel perjalanan berisikan pengamalan penulis saat melakukan perjalanan di tempat asing, sehingga isi dalam cerita tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Nasution (2015:23) menyatakan bahwa perjalanan manusia dalam mengarungi dunia sudah terjadi sejak beratus tahun lalu. Manusia dalam perjalanannya menemukan ruang baru sebagai hal yang baru. Tidak hanya ruang-ruang baru, mereka yang melakukan perjalanan mengarungi dunia tentu akan mengalami perbedaan dan keberbedaannya dari apa yang disebut identitas, persamaan, dan perbedaan. Purwaningsih (2015:51) menuturkan bahwa rangkaian peristiwa didahului oleh terbitnya serangkaian cerita perjalanan. Cerita dari berbagai sumber sejarah menumbuhkan dorongan mental sekaligus arahan untuk orang-orang melakukan sebuah perjalanan. Dengan melakukan perjalanan seseorang akan

(2)

mempunyai tujuan untuk disinggahi. seperti orang-orang bangsa Eropa dahulu yang mengakhiri perjalanannya di tanah air.

Indonesia merupakan negara bekas jajahan bangsa Eropa khususnya Belanda.

Rekam jejak Belanda pada masa jajahan sangat banyak mengingat bangsa Indonesia terjajah selama 350 tahun. Suprihatin (2008:267) banyak bentuk buku perjalanan yang ditemukan pada masa VOC tidak dapat dilepaskan dari kebijakannya. Para perwira dan pegawai VOC dalam skala kepangkatan diwajibkan membuat laporan yang dikenal dengan jurnal kapal (scheepsjournaal). Selain laporan wajib tersebut, para awak kapal juga membuat catatan pribadi sebagai wadah pencurahan perasaan. Dari catatan yang bersifat pribadi ditemukan kejadian- kejadian luar biasa, seperti yang digambarkan oleh Willem Ysbranstsz. Bontokoe van Hoorn (1587-1657) dalam Journael ofte Gedenckwaerdighe beschrivinghe van de Ost-Indische Reyse (1646), “Jurnal perjalanan ke Hindia-Timur”. Dalam salah satu bagian jurnal tersebut menceritakan bahwa Van Goens memasukkan sejumlah besar penggambarannya yang bertema alam. Kekaguman akan keindahan alam Jawa yang diungkapkan dengan sentuhan pribadi. Gunung Merbabu digambarkan memiliki pemandangan yang indah, air terjun digambarkan sangat jernih, dan penduduk di kaki gunung diceritakan sangat ramah. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan catatan pribadi yang dimiliki oleh seorang kru kapal akan memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang keadaan pada zaman tersebut. Ditulis dengan detail yang menurutnya pantas untuk diceritakan, apa yang dilihat dan dirasakan saat itu, sehingga bisa membuat pembaca ikut larut seakan kembali ke zaman cerita itu dituliskan.

(3)

Seiring berjalannya waktu dan terlepas dari zaman penjajahan, seseorang yang telah melakukan perjalanan menuliskan kisahnya selama menemukan ruang-ruang baru yang pernah ia singgahi. Coretan kisah dari hasil perjalanannya tersebut dituangkan ke dalam narasi yang berisi berbagai peristiwa yang dialami penulis.

Tentunya tidak semua pergerakan perjalanan ditulis secara detail dan terperinci, namun hanya sebatas pergerakan yang menurutnya berkesan sehingga pantas dituangkan pada catatan perjalanan sebagai wujud perpindahan dari ‘travel ecperience ke travel tex’.

Berbagai pengalaman perjalanan tersebut pada akhirnya dibukukan dengan sebutan sastra perjalanan atau travel writing (Nasution, 2015:22).

Dalam perjalanan, dinamika peradaban, budaya, maupun pelaku perjalanan tidak dapat dikesampingkan. Manusia terlahir dengan dua kaki dan dua bola mata yang menjadikannya makhluk berjalan. Pada masa lampau, manusia hidup dengan sistem nomaden yang menuntut adaptasi dengan lingkungan setiap saat, kemudian manusia mulai berevolusi menuliskan kisah perjalanannya pada tembok-tembok goa di masa lampau (Shofi’i, 2018:68). Seorang pelaku perjalanan dalam mengarungi dunia asing akan menemui berbagai konflik yang beriringan dengan proses adaptasi. Bagi seorang penulis yang melakukan perjalanan tentunya akan mengalami banyak permasalahan.

Berada di tempat baru, bertemu dengan orang-orang baru, dan lingkungan yang berbeda dari biasanya. Tentunya hal tersebut menjadi kesan tersendiri bagi pelaku perjalanan. Seperti pada novel Cruise To Alaska karya Andre Haribawa yang menjadi objek penelitian.

Novel Cruise To Alaska dipilih untuk dijadikan objek penelitian karena keistimewaan ceritanya. Cerita yang dituliskan dalam novel ini mampu membawa

(4)

pembaca untuk ikut larut di dalamnya. Sejalan dengan pengertian bahwa karya sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat sebenarnya. Karya sastra tidak dapat dipisahkan dari lingkungan masyarakat yang melingkupinya. Novel Cruise To Alaska merupakan salah satu karya sastra yang merefleksikan kehidupan nyata di lingkungan kapal pesiar. Hal inilah yang menjadi novel Cruise To Alaska terkesan nyata bagi pembacanya karena dituliskan berdasarkan pengalaman nyata yang dialami oleh pengarangnya.

Keistimewaan novel ini tidak hanya berada pada penulisan ceritanya. Pembaca akan dibawa larut dalam alur cerita, pendeskripsian kehidupan kapal pesiar yang sangat detail dituliskannya secara detail dan mudah dipahami oleh pembaca. Selain penggambaran kehidupan di kapal yang serba mewah, juga terdapat berbagai konflik- konflik yang melengkapi cerita. Hal tersebut membuat cerita pada novel menjadi semakin hidup. Konflik merupakan suatu proses sosial antara satu orang atau lebih yang salah satu diantaranya berusaha untuk menyingkirkan lainnya. Konflik cerita dalam karya sastra novel, menjadi faktor utama untuk membangun jalannya cerita agar lebih menarik. Pada novel Cruise To Alaska konflik yang digambarkan sangat kompleks.

Menurut Wellek dan Warren (dalam Nurgiyantoro, 2015:179) konflik dalam novel menarik untuk diteliti karena, pertama, konflik merupakan satu di antara unsur pembangun sebuah karya sastra yang berhubungan dengan tokoh, alur, dan latar yang merupakan bagian instrinsik dalam karya sastra. Kedua, setiap karya sastra memiliki konflik karena tanpa adanya suatu konflik, maka cerita yang ada dalam novel akan hambar dan konflik merupakan permasalahan yang paling dominan hadir di dalam

(5)

karya sastra. Ketiga, dalam karya sastra konflik selalu dihadirkan karena tanpa adanya konflik sebuah karya sastra tidak dapat diketahui alurnya.

Konflik adalah suatu permasalahan yang dialami oleh manusia yang sebenarnya tidak diinginkan kedatangannya karena dianggap dapat merugikan diri sendiri. Dalam KBBI, konflik adalah percekcokan, perselisihan, pertentangan yang dalam sastra diartikan bahwa konflik merupakan ketegangan di dalam cerita rekaan atau drama. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Meredith dan Fitzgerald (dalam Nurgiyantoro, 2015:179) yang menyatakan bahwa konflik menunjuk pada pengertian sesuatu yang bersifat tidak menyenangkan dialami oleh tokoh-tokoh cerita. Jika tokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, maka ia tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2015:124) membedakan konflik ke dalam dua kategori, pertama, konflik internal atau konflik kejiwaan adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita. Kedua, konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya, mungkin dengan lingkungan atau manusia. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai konflik, peneliti menyimpulkan bahwa konflik merupakan perselisihan, pertentangan, atau percekcokan di dalam sebuah cerita. Konflik melibatkan antara tokoh dengan dirinya sendiri, tokoh satu dengan tokoh lainnya, tokoh dengan masyarakat sekitarnya, dan tokoh dengan lingkungannya.

Psikologi sastra adalah kajian teori konsep psikologi yang diterapkan dalam karya sastra pada pengarang dan penokohan. Namun dalam penerapannya, psikologi sastra lebih menekankan pada unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam karya sastra. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Endraswara (2013:96) yang

(6)

menyatakan bahwa psikologi sastra adalah kajian yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan. Karya sastra dipandang sebagai fenomena psikologis akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh. Sejalan dengan pendapat Semi (2012:96) yang juga menyatakan bahwa pendekatan psikologi sastra adalah pendekatan yang bertolak dari asusmi bahwa tentang peristiwa kehidupan manusia. Jika ingin melihat dan mengenal manusia lebih dalam diperlukan psikologi.

Dalam penelitian mengenai psikologi sastra sudah banyak dilakukan sebelumnya, namun untuk objek novel Cruise To Alaska karya Andre Haribawa belum pernah dikaji sebagai objek penelitian karena kemunculannya yang terbilang baru. Novel tersebut terbit pada tahun 2019. Ada seorang blogger mereviuw novel tersebut yang menyatakan “Walaupun novel yang disajikan dengan ringan, detail pekerjaannya dideskripsikan dengan sangat rapi dan jelas. Jadi, walaupun sedikit memusingkan kepala karena banyaknya informasi mengenai kapal pesiar yang tidak banyak diketahui oleh kaum awam, kita jadi mengetahui bagaimana sibuknya para kru kapal setiap harinya (Nina Rosmina, 2019)”.

Penelitian terdahulu tentang konflik tokoh utama telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Pertama, Sagala (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Konflik Psikologis Ustadz Kemal dalam Novel Pesantren Ilalang karya Amar De Gapi”. Hasil penelitian berupa bentuk konflik mendekat-menjauh yang disebabkan oleh faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Dalam penelitiannya, teori yang digunakan adalah teori kepribadian C.T Morgan. Perbedaan antara penelitian terdahulu dan sekarang terletak pada fokus penelitiannya. Fokus yang dilakukan peneliti adalah analisis bentuk pada

(7)

konflik yang dialami tokoh utama pada kisah perjalanan secara keseluruhan berserta bentuk penyelesaiannya.

Kedua, Agustina (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Konflik Tokoh Utama dalam Novel Air Mata Tuhan karya Aguk Irawan M.N”. Hasil penelitian berupa bentuk konflik internal dan eksternal mendekat-mendekat yang dialami tokoh utama. Bentuk-bentuk konflik tersebut berupa harapan-harapan dan pertentangan.

Peredaan antara penelitian terdahulu dan sekarang terletak pada fokus penelitannya.

Fokus yang dilakukan peneliti adalah analisis bentuk pada konflik yang dialami tokoh utama pada kisah perjalanan secara keseluruhan tidak hanya pada konflik mendekat- mendekat saja berserta bentuk penyelesaiannya.

Ketiga, Santi Oktavia Wulandari (2019) dalam penelitiannya berjudul “Telaah Konflik Psikis Tokoh Utama dan Nilai Karakter dalam Novel EL karya Luluk HF”.

Hasil penelitian berupa berupa reaksi psikis yang dialami tokoh utama meliputi kemarahan, kekecewaan, ketakutan, kebingungan, kecemasan, pertentangan batin yang sebagian besar disebabkan oleh faktor internal yaitu ego. Penyebab konflik psikis yang meliputi faktor internal dan eksternal. Serta nilai karakter pada tokoh utama, meliputi karakter pintar dan cerdas, mandiri, jujur, tegar dalam menghadapi masalah, kuat serta berani menjadi diri sendiri. Peredaan antara penelitian terdahulu dan sekarang terletak pada fokus penelitannya. Fokus yang dilakukan peneliti adalah analisis bentuk pada konflik yang dialami tokoh utama pada kisah perjalanan secara keseluruhan berserta bentuk penyelesaiannya.

Keempat, Arie Lila Utomo (2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Konflik tokoh Utama Dalam Novel Re: Karya Maman Suherman: Kajian Psikologi Sastra”

(8)

Hasil penelitian berupa bentuk konflik intrapsikis dan interpersonal dengan analisis teori Karen Honey. Pada konflik intrapsikis yang dialami tokoh utama mengupas mengenai gambaran diri sedangkan konflik interpersonal yang dialami tokoh utama dipengaruhi oleh tokoh lain yang dipicu oleh persaingan. Fokus yang dilakukan peneliti adalah analisis bentuk pada konflik yang dialami tokoh utama pada kisah perjalanan secara keseluruhan berserta bentuk penyelesaiannya.

Dari seluruh penelitian terdapat perbedaan yang mendasar yaitu pada objek penelitian, konteks sosial , dan substansinya. Dalam penelitian ini, penulis mengkaji mengenai konflik psikologi tokoh utama pada novel Cruise To Alaska karya Andre Haribawa. Konflik yang terdapat dalam novel akan dianalisis menggunakan teori konflik medan Kurt Lewin yang menitikberatkan pada lingkungan sosial pada tokoh utama. Dengan alasan tersebut, peneliti akan megkaji lebih jauh mengenai novel Cruise To Alaska karya Andre Haribawa. Selain itu, belum ada penelitian yang dilakukan dengan menggunakan objek tersebut, oleh sebab itu penulis melakukan kajian dengan judul “Analisis Konflik dalam Kisah Perjalanan Tokoh Utama pada Novel Cruise To Alaska karya Andre Haribawa”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka didapatkan beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut.

a. Bagaimana bentuk-bentuk konflik internal dan eksternal yang dialami tokoh utama dalam novel Cruise To Alaska karya Andre Haribawa?

b. Bagaimana bentuk-bentuk penyelesaian konflik internal dan eksternal yang dialami tokoh utama dalam novel Cruise To Alaska karya Andre Haribawa?

(9)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini untuk mengungkapkan tentang:

a. Mendeskripsikan bentuk-bentuk konflik internal dan eksternal yang dialami tokoh utama dalam novel Cruise To Alaska karya Andre Haribawa.

b. Mendeskripsikan bentuk-bentuk penyelesaian konflik internal dan eksternal yang dialami tokoh utama dalam novel Cruise To Alaska karya Andre Haribawa 1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun manfaat secara praktis. Adapun manfaat secara teoritis adalah penelitian diharapkan mampu memberi masukan untuk ilmu sastra, khususnya pada psikolgi sastra.

Manfaat penelitian secara praktis adalah diharapkan mampu memberi inspirasi untuk pembaca dalam mengetahui hal yang berkaitan dengan sastra perjalanan maupun konflik. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru mengenai sastra dan psikologi serta konflik yang ada di dalamnya. Penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat untuk penelitian yang akan datang. Dengan adanya penelitian, diharapkan menambah referensi agar tercipta penelitian yang lebih sempurna, khususnya pada penelitian psikologi sastra.

1.5 Penegasan Istilah

Untuk menjelaskan, menegaskan, dan menghindari kesalahpahaman maksud dari istilah-istilah yang digunakan di dalam penelitian agar tidak terjadi kembali di

(10)

kemudian hari, maka penulis perlu menjelaskan mengenai beberapa istilah. Istilah- istilah tersebut antara lain dipaparkan sebagai berikut:

1.5.1 Konflik

Konflik merupakan kondisi munculnya dua kebutuhan atau lebih pada waktu yang bersamaan yang tidak dikehendaki kemunculannya. Konflik dapat berupa ketegangan, pertentangan, maupun percekcokan yang dialami individu.

1.5.2 Konflik Internal

Konflik internal adalah konflik yang muncul akibat pengaruh dari dalam diri karena adanya ketegangan dan perasaan-perasaan negatif yang merupakan hasil dari keinginan individu untuk meningkatkan kesejahteraannya, kekuasaan, dukungan sosial atau penghargaan-penghargaan lainnya.

1.5.3 Konflik Eksternal

Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara individu dengan sesuatu yang di luar dirinya, dengan lingkungan alam maupun dengan lingkungan manusia.

1.5.4 Psikologi Sastra

Psikologi sastra merupakan kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan yang bertujuan untuk memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung di dalam suatu karya sastra. Pengarang akan menciptakan cipta, rasa, dan karya dalam membuat karya sastra.

Referensi

Dokumen terkait

Ini yang baru mudah-mudahan ingat yang lama jangan ingat yang baru. Terima kasih Pimpinan. Saya hormati dengan apa yang Pak Ketua sampaikan mengenai prosedur rapat hari ini

Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil debit maksimal yaitu 1,1 1/menit, efisiensi pompa terbesar 0,08 %, dan daya pompa maksimal yang dihasilkan 0,55 watt pada saat

Berdasarkan gambar 4.39 diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai kualitas suatu sistem (quality) maka kinerja sistem tersebut semakin baik, semakin tinggi

Kristal tunggal yang didapatkan adalah kristal tunggal PCA bentuk 1 yang dikonfirmasi menggunakan PXRD dan difraktogram yang dihasilkan memiliki puncak pada 2θ yang sama

Sedangkan dari hasil uji hipotesis 2 menunjukkan kecemasan sosial subjek penelitian pada kelompok eksperimen (KE) lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol (KK) sehingga

Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini peneliti ingin meneliti lebih lanjut dengan membuat sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Kampanye Pada YouTube Web

Hal ini ditindak lanjuti dengan keluarnya peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.03/ Menhut-II/2005 tanggal 18 Januari 2005 tentang Pedoman Verifikasi izin Usaha Pemanfaatan Hasil

Untuk menyelesaikan sengketa seperti ini, maka ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh wajib pajak sebagaimana ketentuan UU KUP dalam Pasal 25, wajib pajak