• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM AGROFORESTRY DI AREA BEKAS LAHAN GALIAN BATU TEMPLEK DESA CIKADUT, CIMENYAN KABUPATEN BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM AGROFORESTRY DI AREA BEKAS LAHAN GALIAN BATU TEMPLEK DESA CIKADUT, CIMENYAN KABUPATEN BANDUNG"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM AGROFORESTRY

DI AREA BEKAS LAHAN GALIAN BATU TEMPLEK DESA CIKADUT, CIMENYAN

KABUPATEN BANDUNG

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

POLITEKNIK ENERGI DAN PERTAMBANGAN BANDUNG

2019

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DENGAN TEMA AGROFORESTRY

Oleh :

Agus Wahyudi, S.T., M.T.

Dr. Adang Saputra, S.Si. Komp., M.Si.

Tri Handajani, S.Sos., M.Si.

Dra. B. M. Noenoek Februati, M,Pd.

Andi Yuliastanto, S.Sos.

Sumanto, S.E Rochsyid Anggara, S.T.

Mesias Citra Dewi, S.T., M.M Asib Hidayat, S.Sos.

Mengetahui : Plt. Direktur

Drs. Wahid Sugiman, M.T NIP. 19570605 198203 1 002

(3)

KATA PENGANTAR

Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu butir Tridarma Perguruan Tinggi.

Kegiatan pengabdian masyarakat dapat dilakukan dalam berbagai bentuk atau cara, salah satunya adalah melakukan penyuluhan/sosialisasi yang pada laporan ini kepada masyarakat yang di tujukan khususnya kepada masyarakat bekas lokasi penambangan batu tempel di Cikadut, Cimenyan, Bandung.

Sejalan dengan itu, Politeknik Energi Pertambangan (PEP) Bandung, melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) sehingga dapat ikut melestarikan lingkungan khususnya kawasan Bandung Utara

Kegiatan ini penting agar kelestarian kawasan Bandung Utara tetap terjaga dan Politeknik dan Energi Pertambangan (PEP) Bandung perlu berkiprah nyata memberikan solusi terhadap permasalahan riil yang ada di masyarakat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam membantu kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) , sehingga dapat berjalan dengan lancar dan sukses kami ucapkan terima kasih. Semoga kerjasama yang telah berlangsung dengan baik ini, kiranya dapat lebih ditingkatkan lagi di masa yang akan datang.

Bandung, Desember 2019 Koordinator PPM

Agus Wahyudi, S.T., M.T.

NIP. 19750817 200604 1 001

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...………. I

HALAMAN PENGESAHAN ………. II

KATA PENGANTAR ………. III

DAFTAR ISI ………. IV

BAB I PENDAHULUAN .………. 1

BAB II RENCANA KEGIATAN .………. 8

BAB III KEGIATAN .………. 10

BAB IV PASCA KEGIATAN .………. 15

BAB V PENUTUP .………. 16

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Banjir lumpur bandung mewarnai berita media massa nasional pada medio Maret 2018.

Arus lalu lintas di sekitar kawasan Cicaheum, Kota Bandung, Jawa Barat, lumpuh total akibat banjir bandang yang membawa lumpur tebal menutupi ruas jalan, pada Selasa (20/3). Seperti dikutip dari Antara, dari jalur Bandung kota menuju Bandung timur atau Ujung Berung-Cibiru, kemacetan sudah mencapai Jalan Jenderal Ahmad Yani, dan Jalan Suci dekat Lapangan Gasibu. Sedangkan dari arah timur menuju Bandung kota, diperkirakan kemacetan hingga mencapai Ujung Berung.

Gambar 1.1

Arus lalu lintas di sekitar kawasan Cicaheum, Kota Bandung, Jawa Barat

lumpuh total akibat banjir bandang yang membawa lumpur tebal. (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Sebagaimana yang diberitakan harian Kompas 21/03/2018, menurut pakar Hidrologi dan Lingkungan Universitas Padjadjaran Chay Asdak menilai, banjir bandang Cicaheum merupakan fenomena kerusakan alam yang melahirkan bencana hidrologi yang fatal. Sebab utamanya, alih fungsi lahan di kawasan Bandung Utara (KBU) yang masif dengan aktivitas pembangunan perumahan. "Kehawatiran yang selama ini kita sampaikan, perubahan landscape yang terjadi di kawasan Bandung Utara yang memanjang dari Kabupaten Bandung Barat

(6)

hingga Sumedang akan memberikan bencana hidrologi yang datang tiba-tiba. Istilahnya flash flood, banjir singkat tapi dampaknya besar," kata Chay lewat sambungan telepon seluler, Rabu

(Kompas 21/3/2018).

Material lumpur yang terbawa banjir kemungkinan berasal dari Kawasan Bandung Timur sekitar kecamatan Cimenyan yang merupakan bagian dari landscape Kawasan bandung Utara. Pada sisi utara Kecamatan ini banyak perbukitan yang gundul tanpa ditumbuhi vegetasi pendudkung lingkungan sama sekali.

Kawasan Bandung Utara adalah kawasan yang meliputi sebagian wilayah Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat dengan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh punggung topografi yang menghubungkan puncak Gunung Burangrang, Masigit, Gedongan, Sunda, Tangkubanparahu, dan Manglayang, sedangkan disebelah barat dan selatan dibatasi oleh garis kontur 750 mdpl. Dalam RTRW Kabupaten Bandung No. 3 Tahun 2008 yang dimaksud dengan wilayah Bandung Utara adalah wilayah yang memiliki ketinggian di atas 750 dpl bagian utara Cekungan Bandung yaitu sebagian Kecamatan Cileunyi, Cimenyan dan Cilengkrang yang merupakan kawasan hutan lindung, karena itu pengelolaan kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya.

Daerah Kawasan Bandung Utara merupakan daerah perbukitan yang mempunyai pengaruh cukup besar bagi tata air cekungan Bandung terutama bagi daerah bawahannya, dalam RTRW Kabupaten Bandung tahun 2007 Kecamatan Cimenyan merupakan salah satu wilayah resapan air di Bandung Utara yang termasuk dalam Kawasan Lindung yang harus dijaga kelestariannya.

Pada kenyataanya kondisi Kawasan Lindung Kecamatan Cimenyan telah mengalami degradasi sebagai akibat adanya perambahan atau penjarahan hutan. Degradasi tersebut ditandakan dengan meluasnya lahan kritis di Kawasan Bandung Utara. Selain itu, terdapatnya penambangan batuan andesit di kawasan tersebut makin memperparah kondisi Kecamatan Cimenyan sebagai Kawasan Lindung.

Desa Mekarmanik Kecamatan Cimenyan, merupakan desa yang kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Dilihat dari kondisi fisiknya desa ini memang dijadikan sebagai tempat penambangan bahan galian batuan yaitu batu andesit. Desa Mekarmanik merupakan sebuah desa yang memiliki potensi akan tambang batuan, adanya potensi tambang batuan andesit di daerah ini membuat beberapa masyarakat pendatang mulai melakukan usaha penambangan

(7)

Adanya kegiatan penambangan di Desa Mekarmanik ini dapat menimbulkan dampak secara langsung terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar penambangan. Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) tahun 2012 kondisi mata air di Desa Mekarmanik mengalami penurunan, sekitar tiga dari enam belas mata air menghilang akibat kegiatan tersebut, kemudian Desa Mekarmanik mengalami perubahan tata guna lahan, Lahan yang semula ditetapkan sebagai hutan sedikit demi sedikit berubah menjadi lokasi penambangan.

Indonesia memiliki beragam jenis hutan seperti hutan mangrove, hutan hujan tropis, dan hutan produksi. Kekayaan hutan sangat melimpah sehingga hutan perlu dikelola dengan baik.

Salah satunya dengan penerapan sistem agroforestri. Agroforestry adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu, dll.) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada. Singkatnya, agroforestri merupakan sistem pengelolaan lahan yang menggabungkan sistem pertanian, kehutanan, dan peternakan dalam satu lahan. Jadi di kawasan tersebut ditanami tanaman tahunan (pohon), tanaman semusim (tanaman pangan) dan ternak.

Sistem agroforestri ini lebih menguntungkan daripada sistem pertanian berbasis tanaman semusim. Hal ini disebabkan oleh adanya pepohonan yang memiliki biomasa tinggi dan masukan seresah yang bermacam-macam kualitasnya dan terjadi secara terus menerus.

Dalam sistem agroforestri terdapat interaksi ekologis dan ekonomis antara komponen- komponen yang berbeda. Agroforestri ditujukan untuk memaksimalkan penggunaan energi matahari, meminimalkan hilangnya unsur hara di dalam sistem, mengoptimalkan efesiensi penggunaan air dan meminimalkan runoff serta erosi. Dengan demikian mempertahankan manfaat-manfaat yang dapat diberikan oleh tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara dengan tanaman pertanian konvensional dan juga memaksimalkan keuntungan keseluruhan yang dihasilkan dari lahan sekaligus mengkonservasi dan menjaganya.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Kecamatan Cimenyan termasuk ke dalam Kawasan Bandung Utara yang berfungsi sebagai Kawasan Kawasan Lindung, terdapat tempat penambangan bahan galian batuan andesit di Kecamatan Cimenyan tepatnya di Desa Mekarmanik. Hal ini bertentangan dengan

(8)

RTRW Kabupaten Bandung mengenai Kawasan Bandung Utara sebagai Kawasan Lindung yang harus dijaga kelestariannya sehingga tidak diperbolehkan adanya kegiatan yang mengganggu fungsi dari Kawasan Lindung tersebut.

Secara langsung kegiatan penambangan bahan galian batuan andesit ini menyebabkan penurunan kualitas udara berupa debu dan peningkatan suhu, penurunan kualitas lahan, penurunan kualitas air.

1.3 PROGRAM AGROFORESTRY

Agroforestry adalah sistem penggunaan lahan (usahatani) yang mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan. Pada sistem ini, terciptalah keanekaragaman tanaman dalam suatu luasan lahan sehingga akan mengurangi risiko kegagalan dan melindungi tanah dari erosi serta mengurangi kebutuhan pupuk atau zat hara dari luar kebun karena adanya daur-ulang sisa tanaman.

Sedangkan pengertian agroforestry menurut para ahli yaitu :

1. Menurut Hudges (2000) Agroforestry sebagai bentuk menumbuhkan dengan sengaja dan mengelola pohon secara bersama-sama dengan tanaman pertanian dan atau makanan ternak dalam sistem yang bertujuan menjadi berkelanjutan secara ekologi, social dan ekonomi. Secara sederhana adalah menanam pohon dalam system pertanian.

2. Menurut Reijntjes (1999) Menyatakan Agroforestry sebagai pemanfaatan tanaman kayu tahunan secara seksama (pepohonan, belukar, palem, bambu) padasuatu unit pengelolaan lahan yang sama sebagai tanaman yang layak tanam, pada ngrumput dan atau hewan, baik dengan pengaturan ruang secara campuran atau ditempat dan saat yang sama maupun secara berurutan dari waktu kewaktu.

3. K.F.S. King dan M.T. Chandler (1979) Sistem pengelolaan lahan berkelanjutan dan mampu meningkatkan produksi lahan secara keseluruhan, merupakan kombinasi produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman tahunan) dengan tanaman hutan dan/atau hewan (ternak), baik secara bersama atau bergiliran, dilaksanakan pada satu bidang lahan dengan menerapkan teknik pengelolaan praktis yang sesuai dengan budaya masyarakat setempat.

4. Lundgren dan Raintree (1982) Agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem,

(9)

bambu dll.) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada.

5. Nair PKR (1993) Agroforestri adalah system penggunaan lahan terpadu, yang memiliki aspek social dan ekologi, dilaksanakan melalui pengkombinasian pepohonan dengan tanaman pertanian dan/atau ternak (hewan), baik secara bersama-sama atau bergiliran, sehingga dari satu unit lahan tercapai hasil total nabati atau hewan yang optimal dalam arti berkesinambungan

Menurut Huxley (1999) agroforestry adalah:

1. Sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu (pepohonan, perdu, bambu, rotan dan lainnya) dengan tanaman tidak berkayu atau dapat pula dengan rerumputan (pasture), kadang-kadang ada komponen ternak atau hewan lainnya (lebah, ikan) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antara taman berkayu dengan komponen lainnya.

2. Sistem pengunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu (kadang-kadang dengan hewan) yang tumbuh bersamaan atau bergiliran pada suatu lahan, untuk memperoleh berbagai produk dan jasa (services) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar komponen tanaman.

3. Sistem pengeloloaan sumberdaya alam yang dinamis secara ekologi dengan penanaman pepohonan di lahan pertanian atau padang penggembalaan untuk memperoleh berbagai produk secara berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi semua pengguna lahan.

Dalam bentuk yang dikenal umum, wanatani ini mencakup rupa-rupa kebun campuran, tegalan berpohon, ladang, lahan bera (belukar), kebun pekarangan, hingga hutan-hutan tanaman rakyat yang lebih kaya jenis seperti yang dikenal dalam rupa talun di Jawa Barat, repong di Lampung Barat, parak di Sumatra Barat, tembawang (tiwmawakng) di Kalimantan Barat, simpung (simpukng) dan lembo di Kalimantan Timur, dan lain-lain bentuk di berbagai daerah di Indonesia.

Aneka bentuk wanatani ini sebetulnya mencerminkan strategi pengelolaan sumberdaya oleh petani. Tidak seperti halnya perkebunan-perkebunan besar yang dikelola perusahaan, kebanyakan kebun atau hutan rakyat tidak dikelola hanya untuk menghasilkan satu komoditas atau produk. Petani umumnya mengharap kebun atau ladangnya dapat menghasilkan tanaman

(10)

pangan utama (misalnya padi atau jagung), atau tanaman yang bernilai ekonomi tinggi (seperti kopi, cengkih, karet dll.), ditambah dengan produk-produk lain yang sifatnya subsisten seperti kayu bakar, tanaman rempah dan obat, pakan ternak, aneka hasil lainnya.

Variasi unsur-unsur dalam wanatani itu kurang lebih dapat disederhanakan, sbb.:

1. Perpaduan antara tanaman keras (jangka panjang: pohon-pohonan) dengan tanaman semusim (pertanian jangka pendek);

2. Perpaduan tanaman utama (sumber pangan, komoditas ekonomi) dengan tanaman sampingan;

3. Perpaduan tanaman penghasil dengan tanaman pendukung (misalnya kopi atau kakao, dengan pohon-pohon peneduhnya);

4. Perpaduan tanaman dengan musim atau umur panen berbeda-beda: padi ladang, mentimun, kopi, damar matakucing, durian;

5. Perpaduan pengelolaan pohon-pohonan dengan perikanan (tambak, balong, embung), dikenal juga dengan istilah silvofishery;

6. Perpaduan dengan pemeliharaan ternak (silvopasture) atau pemeliharaan lebah: hutan sebagai penghasil pakan ternak atau lebah.

(11)

BAB II

RENCANA KEGIATAN

2.1 PROGRAM KERJA

Penerapan pertanian Agroforestry sebagai langkah tepat untuk memperbaiki pertanian yang tidak ramah lingkungan. Sehingga bisa menyejahterakan petani, ketahanan pangan, bahkan menjaga iklim. Adapun tujuan dan manfaatnya adalah sebagai berikut.

● Tujuan

o Membangun fasilitas yang mendukung untuk pertanian Agroforestry;

o Menanam pohon tegakan dan tanaman pangan.

● Manfaat

o Petani bisa memenuhi kebutuhan pangan yang variatif dan bergizi;

o Mencegah erosi, banjir, tanah longsor, kekeringan;

o Menjaga kesuburan tanah petani di perbukitan Cimenyan.

2.2 DETAIL KEGIATAN

Program Agroforestry tersebut akan melibatkan para petani di sekitar Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan. Program ini akan melibatkan masyarakat di desa Cimenyan serta beberapa relawan dari Yayasan Odesa serta Penerima Beasiswa LPDP 2018 Regional Jawa Barat dengan. Yayasan Odesa ini telah kurang lebih tiga tahun mendampingi dan mengedukasi petani di wilayah pengunungan di Kecamatan Cimenyan dan sekitarnya.

Kegiatan utama dalam program ini adalah menanam bibit-bibit tanaman di lahan seluas 0,5 Ha milik salah satu warga yang terdampak bencana longsor hasil erosi dari pegunungan bekas lahan galian tambang batu templek. Jenis bibit tanaman yang akan ditanam kurang lebih ada 7 jenis, yaitu bibit hanjeli, sukun, kelor, sirsak, papaya, durian, dan nangka.

Dari hasil tanam tersebut, akan diolah dan digarap langsung oleh petani setempat dengan pengawasan dari Yayasan Odesa Indonesia. Hasil panennya pun dapat dinikmati langsung oleh petani. Selain berfokus pada menghasilkan panen, dari bibit tersebut akan difokuskan untuk dibuat benih yang nantinya benih tersebut akan dibagikan ke petani setempat untuk ditanam di lahannya masing-masing.

(12)

2.3 LOKASI KEGIATAN

Lokasi Kegiatan tanam bibit ini dilakukan lahan seluas 0,5 Ha milik salah satu warga yang terdampak bencana longsor hasil erosi dari pegunungan bekas lahan tambang batu. Lokasi tersebut beralamat di Desa Cikadut, Kec. Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Hanya berjarak sekitar 5 km dari pusat Kota Bandung. Lokasi ini dipilih karena termasuk daerah yang rawan longsor yang berada di Kabupaten Bandung, dari letak geografisnya lokasi ini merupakan daerah yang termasuk ke dalam Kabupaten Bandung, akan tetapi jaraknya yang cukup dekat dengan kota Bandung sehingga berakibat kurangnya kepedulian dari Pemerintah Kabupaten Bandung terhadap potensi longsor yang ada di daerah ini.

Gambar 2.1

Lokasi Kegiatan Program Agroforestry

2.4 WAKTU KEGIATAN

Program Agroforestry di Desa Cikadut ini dilaksanakan pada tanggal 21-22 Desember 2019. Program ini dilaksanakan sesuai dengan tanggal tersebut dengan pertimbangan dari beberapa aspek lingkungan, yaitu pada akhir Desember sudah mulai turun hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi sehingga potensi tanaman untuk dapat hidup menjadi tinggi pula karena kita tidak perlu menyiram bibit tanaman yang baru saja kita tanam.

(13)

BAB III

PELAKSAAN KEGIATAN

3.1 RINCIAN KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan agroforestry ini dilaksanakan selama dua hari yaitu pada tanggal 21 dan 22 Desember 2019. Untuk tanggal 21 Desember 2019 dilaksanakan sosialisasi bahaya longsor kepada masyarakat sekitar lokasi bekas penambangan batu templek yang disampaikan oleh :

1. Bapak Budhiana Kartawijaya dari Sekretaris Perusahaan Pikiran Rakyat dengan materi perencanaan kegiatan pengabdian masyarakat.

Pengabdian masyarakat adalah suatu kegiatan yang bertujuan membantu masyarakat tertentu dalam beberapa aktivitas tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun.

Secara umum program ini dirancang oleh berbagai universitas atau institut yang ada di Indonesia untuk memberikan kontribusi nyata bagi bangsa Indonesia, khususnya dalam mengembangkan kesejahteraan dan kemajuan bangsa Indonesia. Kegiatan Pengabdian Masyarakat merupakan salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

2. Bapak Enton Supriyatna dari Redaktur Pelaksana Pikiran Rakyat dengan materi Penerapan Konsep Agroforestry di Cimenyan.

Agroforestry sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian atau kehutanan. Ilmu ini berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem agroforestri yang telah dikembangkan petani di daerah beriklim tropis maupun beriklim subtropis sejak berabad-abad yang lalu. Agroforestry merupakan gabungan ilmu kehutanan dengan agronomi, yang memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan pedesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestarian hutan (King, 1987).

Agroforestry yang diterapkan di Cikadut, Cimenyan, Bandung diharapkan bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah terdegradasi, melestarikan sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan intensifikasi dan diversifikasi silvikultur. Sistem ini telah dipraktekkan oleh petani diberbagai tempat di Indonesia selama berabad-abad (Michon dan de Foresta, 1995), misalnya sistem ladang

(14)

berpindah, kebun campuran di lahan sekitar rumah (pekarangan) dan padang penggembalaan. Contoh lain yang umum dijumpai di Jawa adalah mosaik-mosaik padat dari hamparan persawahan dan tegalan produktif yang diselang-selingi oleh rerumpunan pohon. Sebagian dari rerumpunan pohon tersebut mempunyai struktur yang mendekati hutan alam dengan beraneka-ragam spesies tanaman.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan sistem agroforestri ini antara lain:

• Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman musiman dan tanaman-tanaman tahunan.

• Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering terjadi pada tanaman satu jenis (monokultur).

• Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri memungkinkan terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal.

Adanya struktur stratifikasi tajuk seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang berlapis-lapis menjadi semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang jatuh bebas.

3. Bapak Faiz Manshur dari Ketua Yayasan Odesa dengan materi Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat untuk agroforestry.

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas masyarakat dalam memamfaatkan sumber daya yang dimiliki, baik itu sumber daya manusia (SDM) maupun sumber daya alam (SDA) yang tersedia dilingkungannya agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun upaya yang dilakukan tidak hanya sebatas untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga untuk membangun jiwa kemandirian masyarakat agar berkembang dan mempunyai motivasi yang kuat dalam berpartisipasi dalam proses pemberdayaan. Masyarakat dalam hal ini menjadi pelaku atau pusat proses pemberdayaan. Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat Sumodingrat (2009:7), yang mengemukakan bahwa masyarakat adalah makhluk hidup yang memiliki relasi sosial maupun ekonomi, maka pemberdayaan sosial merupakan suatu upaya untuk membangun semangat hidup secara mandiri dikalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing secara bersama-sama.

4. Bapak Basuki dari Pendiri Yayasan Odesa dengan materi Kegiatan Produksi dan Pasca Tanam agroforestry.

(15)

Dengan adanya penerapan agroforestry di daerah Cikadut, Cimenyan, Bandung ini diharapkan pola yang diterapkan ini tidak hanya mendapatkan manfaat dari kondisi dari lereng bekas penambangan menjadi aman tetapi memberikan manfaat lain dalam bentuk peningkatan kesejahteraan, misalnya dari gizi masyrakat yang meningkat dengan mengkonsumsi daun kelor dan dapat pula meningkatkan perekonomian keluarga yaitu dapat menjual daun kelor hasil dari agroforestry. Sedangkan untuk pasca tanam diharapkan dalam waktu kurang lebih 2 – 4 tahun tanaman yang mendukung konsep agroforestry ini akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar lokasi bekas penambangan batu templek di Cikadut, Cimenyan, Bandung.

Gambar 3.1

Sosialisasi Perencanaan Kegiatan Pengabdian Masyarakat

(16)

Gambar 3.2

Sosialisasi Kepada Masyarakat

Gambar 3.3

Antusiasme dari Masyarakat Mengikuti Kegiatan Sosialisasi

(17)

Gambar 3.4

Pembagian Bibit Tanaman Kepada Masyarakat

Setelah sosialisasi dan pemberian bibit tanaman diserahkan kepada masyarakat pada tanggal 21 Desember, kemudian kegiatan dilanjutkan pada tanggal 22 Desember 2019 dengan melakukan penanaman pohon pada lokasi tegakan di sekitar area bekas tambang batu templek.

Gambar 3.5

Penanaman Bibit Tanaman di Lokasi Bekas Penambangan

(18)

BAB IV

PASCA KEGIATAN

4.1 HASIL CAPAIAN

Hasil capaian dari kegiatan agroforestry yang dilakukan di perbukitan Cimenyan, Kabupaten Bandung memberikan manfaat langsung kepada masyarakat di sekitar perbukitan Cimenyan bekas penambangan batu. Adapun capaian dari kegiatan tersebut dibagi menjadi dua yaitu :

4.1.1 SETELAH SOSIALISASI

• Masyarakat mendapatkan pengetahuan mengenai aspek-aspek yang diperlukan unuk mendukung untuk pertanian agroforestry;

• Masyarakat secara langsing mendapat pohon tegakan dan tanaman pangan.

• Masyarakat mendapatkan wawasan ilmu baru dan perubahan mindset pentingnya menjaga kebersihan

4.1.2 KEMASYARAKATAN

Dengan adanya program pengabdian masyarakat yang berupa kegiatan agroforestry ini maka masyarakat mendapat manfaat meliputi

• Petani bisa memenuhi kebutuhan pangan yang variatif dan bergizi;

• Mencegah erosi, banjir, tanah longsor, kekeringan;

• Menjaga kesuburan tanah petani di perbukitan Cimenyan.

• Menambah ilmu masyarakat desa mengenai mitigas kebencanaan di daerah perbukitan Cimenyan.

(19)

BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Dari kegiatan agroforestry ini dapat disimpulkan :

1. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat program agroforestry di area bekas lahan galian batu templek Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung telah terlaksana dengan baik

2. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat program agroforestry di area bekas lahan galian batu templek Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung mendapatkan respon yang antusias dari masyarakat sekitar lokasi bekas penambangan batu templek.

5.2 SARAN

1. Kegiatan seperti ini dapat dilakukan secara rutin baik di lokasi yang sama maupun di lokasi berbeda dengan sasaran masyarakat yang benar-benar membutuhkan edukasi tentang mitigasi bencana geologi dan kesejahteraan bagi masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan Efektivitas Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma Xanthorriza Roxb.) Dengan Ekstrak Daun Salam (Eugenia Polyantha Wight) Pada Penurunan Kadar Kolesterol Total Tikus

Selanjutnya batuan paling bawah merupakan batuan dasar dengan nilai densitas 2,7 gr/cc berada pada kedalaman sekitar 6 km diduga berupa kerak granitik benua Australia

Pendugaan keberadaan akuifer air tanah Klasifikasi batuan menurut perbedaan nilai tahanan jenis [m] sebagai dasar interpretasi di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel

DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN LANJUTAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015 Dinyatakan dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT

Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu adanya Komputerisasi Pendaftaran Pasien Rawat Jalan Berbasis Web di Praktek dokter Agung Sutopo Boyolali dengan

Selain itu, berdasarkan hasil uji anthelmintik didapatkan bahwa infus daun jeruk purut juga memiliki aktivitas anthelmintik terhadap Ascardia galli dengan LC50 sebesar

Skor kesukaan panelis pada aroma cookies yang ditambah dengan berbagai konsentrasi mikrokapsul β-karoten ubi jalar selama penyimpanan (Skor 1= sangat tidak suka,

Temubual bersama dua orang calon wanita pembangkang daripada parti yang sama iaitu YB Puan Rodziah bt Ismail dan YB Puan Haniza bt Talha juga memberi jawapan yang sama dengan