• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada karya sastra berbentuk puisi yang dikenal sebagai těmbang macapat atau disebut juga těmbang cilik atau sekar alit (Darnawi, 1964:13). Karya sastra yang berbentuk těmbang macapat salah satunya yaitu teks Sěrat Sastra Gěndhing.Teks Sěrat Sastra Gěndhing merupakan teks tulisan tangan dengan menggunakan aksara Jawa serta berbentuk těmbang macapat. Teks Sěrat Sastra Gěndhing merupakan teks koleksi dari Tepas Widyapustaka Pura Pakualaman dengan kode koleksi 2591/PP/73.

Teks Sěrat Sastra Gěndhing ditulis pada masa kerajaan Mataram yaitu pada masa pemerintahan Sultan Agung Anyakrakusuma pada tahun 1613-1645 (Behrend, 1990:xviii). Teks Sěrat Sastra Gěndhing berisikan tentang beragam ajaran sehingga teks tersebut merupakan karya sastra yang diunggulkan pada masa tersebut. Ajaran yang terdapat di dalam teks Sěrat Sastra Gěndhing tidak hanya berisi tentang ajaran keduniawian, tetapi juga terdapat ajaran filosofis dan ajaran spiritual yang berkaitan dengan ajaran ketuhanan.

Dalam ilmu kejawen, isi teks Sěrat Sastra Gěndhing disebut sebagai ilmu kesempurnaan yang membahas hubungan antara kawula dengan Gusti (antara makhluk dengan Tuhan). Oleh karena itu, yang dibicarakan dalam teks Sěrat Sastra Gěndhing adalah masalah hubungan Allah dengan makhluk-Nya, raga dan sukma

(2)

yang disempurnakan dengan hubungan antara sastra dengan gěndhing (Suhatidinara, 1966:68).

Teks Sěrat Sastra Gěndhing merupakan teks yang berbentuk těmbang macapat, sehingga menarik untuk diteliti. Tidak hanya diteliti dalam segi filologi, yaitu membahas dalam hal pernaskahan yang mencakup deskripsi naskah, alih aksara naskah, dan juga terjemahan pada naskah yang telah dialihaksarakan, melainkan juga dalam segi lingustik atau aspek kebahasaan. Pada penelitian kali ini analisis yang dipergunakan dalam meneliti suatu teks berbahasa Jawa yaitu penelitian dari segi linguistik.

Aspek linguistik yang merupakan pembahasan pada penelitian ini mencakup aspek morfologi. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari pembentukan kata, yang mencakup antara lain afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan kata (Sudaryanto, 1992:15). Dalam penelitian ini aspek morfologi yang dipergunakan adalah tentang afiksasi.

Afiks merupakan suatu proses kata jadian yang dibentuk dengan pengimbuhan. Terdapat empat macam afiks dalam bahasa Jawa, yaitu prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Prefiks merupakan afiks yang terletak di muka atau mengawali bentuk dasar. Sufiks adalah afiks yang terletak di belakang atau mengakhiri bentuk dasar. Infiks adalah afiks yang letaknya disisipkan atau diselipkan di dalam bentuk dasar. Konfiks adalah afiks yang berelemen dua, yaitu awalan dan akhiran, yang mengapit bentuk dasarnya (Sudaryanto, 1992:19-20).

(3)

Identifikasi kategori kata merupakan identifikasi kata yang menjelaskan tentang pembentuk jenis kata yang terdapat di dalam suatu kalimat. Kategori kata di antaranya yaitu sebagai pembentuk verba, pembentuk nomina, pembentuk numeralia, pembentuk adverbia, pembentuk adjektiva, dan juga pembentuk kata tugas. Dalam mengidentifikasi kategori di dalam suatu kata yang di dalamnya merupakan suatu kata jadian dari bentuk dasar yang dilekati oleh afiks adalah dengan cara menguraikan kata tersebut yang kemudian diteliti sesuai dengan aturannya.

Penelitian kali ini membahas mengenai analisis prefiks yang terdapat dalam teks Sěrat Sastra Gěndhing. Analisis prefiks tersebut yang kemudian akan diteliti berdasarkan pembentukan katanya. Kata berafiks berasal dari bentuk dasar yang dilekati dengan salah satu prefiks membentuk kata jadian. Selanjutnya pembentukan kata tersebut berpengaruh pada kategori kata yang juga dibahas pada penelitian kali ini, di samping itu juga menyertakan makna dalam setiap kata sesuai dengan kategori katanya masing-masing.

Dalam hal kategori bentuk dasar dan kata jadian itu berbeda satu dengan yang lainnya, proses morfologis itu disebut derivasi atau penurunan. Sebagai contoh yaitu kata pamardi ‘pengajaran’ berasal dari kata mardi ‘ajar’ yang berkategori verba mendapatkan prefiks {pa-} sebagai pembentuk nomina yang membentuk makna suatu proses kegiatan yang tersebut pada bentuk dasarnya. Kata tersebut terdapat pada PI.b3.3 di dalam teks Sěrat Sastra Gěndhing.

(4)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut.

1. Prefiks apa sajakah yang terdapat di dalam teks Sěrat Sastra Gěndhing?

2. Kategori kata dan makna prefiks apa sajakah yang dibentuk oleh prefiks di dalam teks Sěrat Sastra Gěndhing?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah menjelaskan tentang macam-macam prefiks yang terdapat di dalam alih aksara teks Sěrat Sastra Gěndhing dan juga memudahkan pembaca untuk mengetahui macam- macam pembentuk kategori kata dan makna prefiks yang telah dibentuk oleh prefiks yang melekat pada bentuk dasar di dalam teks Sěrat Sastra Gěndhing.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Data pada penelitian ini dibatasi pada teks dan terjemahan Sěrat Sastra Gěndhing koleksi Tepas Widyapustaka Pura Pakualaman dengan kode koleksi 2591/PP/73. Teks Sěrat Sastra Gěndhing oleh Werdiningsih dalam skripsinya pada tahun 2006. Alih aksara tersebut dibatasi pupuh I sampai pupuh V. Data yang terdapat di dalam pupuh-pupuh tersebut sudah dianggap cukup, sehingga dapat dianalisis secara mendalam dan mendapatkan kesimpulan yang sesuai. Pembahasan

(5)

dalam penelitian ini lebih dititikberatkan pada prefiks berdasarkan kategori kata dan juga makna prefiksdi dalam teks Sěrat Sastra Gěndhing tersebut.

Dengan adanya pembatasan terhadap analisis kebahasaan khususnya prefiks tersebut, diharapkan dapat dipaparkan secara menyeluruh dan mendalam mengenai macam-macam prefiks dan pembentuk kategori kata yang telah dibentuk prefiks sekaligus juga makna prefiks di dalam teks Sěrat Sastra Gěndhing yang telah dialihaksarakan.

1.5 Tinjauan Pustaka

Sejauh dari pengetahuan penulis belum banyak penelitian yang membahas mengenai analisis prefiks di dalam teks lebih khususnya teks Sěrat Sastra Gěndhing.

Namun penulis berusaha untuk menemukan penelitian yang membahas tentang analisis aspek kebahasaan atau lebih tepatnya mengenai teori linguistik pada karya tulis yang lain.

Yang pertama yaitu Munarto (2003), dalam skripsinya yang berjudul “Hikayat Raja Khaibar Suntingan Teks, dan Deskripsi Bahasa Teks”. Isi dalam skripsi ini membahas tentang penelitian terhadap naskah yang tersimpan di Perpustakaan Nasional RI, yang meliputi suntingan teks dan tentunya juga telah diterjemahkan.

Selain suntingan teks juga membahas bahasa teks yang meliputi ejaan, bahasa, pengaruh bahasa asing, sintaksis, dan idiom dalam teks Hikayat Raja Khaibar.

Werdiningsih (2006) dalam skripsinya yang berjudul “ Sěrat Sastra Gěndhing Suntingan Teks dan Terjemahan”. Pembahasan di dalam skripsi tersebut meliputi

(6)

tataran kata, ragam bahasa, dan terjemahan teks “Sěrat Sastra Gěndhing” koleksi koleksi Tepas Widyapustaka Pura Pakualaman dengan kode koleksi 2591/PP/73.

Hasil alih aksara teks “Sěrat Sastra Gěndhing” digunakan sebagai objek pada penelitian ini.

Penelitian mengenai tata bunyi, tata pembentukan kata, frasa, dan klausa yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu oleh Alfiana (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Aspek Kebahasaan Teks Hikayat Nawawi”. Skripsi tersebut membahas tentang analisis linguistik dalam segi aspek kebahasaan yang meliputi tata bunyi, tata pembentukan kata, frasa, klausa, dan gaya bahasa yang terdapat di dalam teks Hikayat Nawawi tersebut.

Selanjutnya oleh Yuniarto (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Struktur dan Komponen Makna Sasmita Těmbang Dhandhanggula dalam Sěrat Anglingdarma”. Skripsi tersebut membahas tentang sasmita těmbang di dalam teks Sěrat Anglingdarma dan menitikberatkan pada těmbang dhandhanggula. Juga membahas tentang alih aksara teks dari segi morfologi, sintaksis, dan semantik pada teks Sěrat Anglingdarma.

1.6 Landasan Teori

Teori merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam melakukan suatu penelitian, dikarenakan teori adalah landasan dalam proses analisis data. Objek pada penelitian ini adalah naskah, tetapi teori yang digunakan bukanlah teori filologi, melainkan linguistik strukstural. Analisis bentuk serta identifikasinya dijalankan

(7)

dengan memakai proses yang biasa digunakan oleh para ahli tata bahasa struktural.

Analisis linguistik atau kebahasaan dalam penelitian ini menggunakan analisis morfologi. Morfologi adalah ilmu yang mempelajari pembentukan kata, yang mencakup antara lain afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan kata (Sudaryanto, 1992:15).

Proses afiksasi atau pengimbuhan kata yaitu proses pembentukan kata yang cenderung berbentuk satu atau dua silabe yang berbeda dengan bentuk dasar yang akan diubahnya. Proses reduplikasi atau pengulangan kata ialah proses pembentukan kata yang cenderung secara fonemis memiliki bentuk yang sama atau mirip dengan bentuk dasar yang akan diubahnya. Yang terakhir yaitu proses pemajemukan, memiliki pengertian ialah proses pembentukan kata yang cenderung berupa bentuk dasar seperti bentuk dasar yang akan diubahnya (Sudaryanto, 1992:18).

Dikarenakan teks Sěrat Sastra Gěndhing telah disunting dan diterjemahkan sebelumnya oleh Werdiningsih (2006). Sehingga penulis berinisiatif untuk meneliti alih aksara teks tersebut dalam hal analisis afiksasi. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa afiksasi merupakan suatu proses kata jadian yang dibentuk dengan pengimbuhan. Terdapat empat macam afiks dalam bahasa Jawa, yaitu prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks. Prefiks merupakan afiks yang terletak di muka atau mengawali bentuk dasar. Sufiks adalah afiks yang terletak di belakang atau mengakhiri bentuk dasar. Infiks adalah afiks yang letaknya disisipkan atau diselipkan di dalam bentuk dasar. Konfiks adalah afiks yang berelemen dua, yaitu awalan dan akhiran, yang mengapit bentuk dasarnya (Sudaryanto, 1992:19-20).

(8)

Dari beberapa macam afiks yang ada, penulis menggunakan salah satu macam afiksasi sebagai analisis pada teks Sěrat Sastra Gěndhing yaitu prefiks. Dengan menganalisis prefiks pada alih aksara teks tersebut, penulis menggunakan teori linguistik dari Sudaryanto (1992) dengan bukunya yang berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa. Pada buku tersebut telah mencakup sebagian besar dari pengertian dan penjelasan mengenai analisis yang dipergunakan, yaitu tentang kategori kata dari kata tersebut.

Kategori pada suatu kata yang terdapat dalam teks ditentukan berdasarkan bentuk dasar yang dilekati dengan prefiks-prefiks yang ada. Tidak selalu sama kategori kata antara bentuk dasar dengan bentuk dasar yang telah dilekati prefiks.

Terdapat beberapa kategori kata pada analisis prefiks ini yang di antaranya yaitu sebagai pembentuk verba, sebagai pembentuk nomina, sebagai pembentuk numeralia, dan juga sebagai pembentuk kata tugas. Masing-masing kategori selanjutnya akan dijelaskan sesuai dengan prefiks yang melekat pada bentuk dasar tersebut.

Kategori kata di dalam suatu kalimat dapat mempermudah untuk dapat menentukan makna yang terdapat pada kata jadian tersebut. Dalam kategori sebagai pembentuk verba, pada umumnya memiliki makna melakukan suatu tindakan.

Sebagai pembentuk nomina, pada umumnya bermakna dikenai suatu tindakan.

Prefiks sebagai pembentuk numeralia, pada umumnya memiliki makna menyatakan suatu bilangan atau jumlah. Kategori kata sebagai pembentuk kata tugas, memiliki makna suatu penghubung kalimat.

(9)

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui 4 tahapan, tahapan yang pertama adalah pengumpulan data. Data penelitian diambil dan dikumpulkan dengan menggunakan metode studi pustaka yaitu menggunakan hasil karya tulis skripsi Werdiningsih (2006) yang telah mengalihaksarakan teks Sěrat Sastra Gěndhing koleksi Tepas Widyapustaka Pura Pakualaman dengan kode koleksi 2591/PP/73, yaitu pada pupuh I sampai dengan pupuh V dari huruf Jawa ke huruf Latin sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Selain mengalihkan huruf Jawa ke huruf Latin, juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sehingga memudahkan dalam memahami kata-kata yang terdapat di dalam teks tersebut.

Tahapan yang kedua adalah tahap pengelompokan data. Data dikelompokkan berdasarkan afiks yang terdapat dalam teks Sěrat Sastra Gěndhing, yaitu difokuskan pada prefiks.

Tahapan yang ketiga adalah tahap analisis data. Data yang telah dikelompokkan kemudian dianalisis sesuai dengan kajian analisisnya dengan bantuan teori yang sesuai dengan analisisnya. Dalam tahapan ini penulis juga menggunakan bantuan terjemahan asli sebagai acuan untuk dapat memudahkan dalam analisis prefiks, tetapi penulis tidak memfokuskan pada terjemahan tersebut. Penggunaan kamus Baoesastra Djawa dan Kamus Lengkap Jawa-Indonesia tetap diperlukan dalam menganalisis dan menerjemahkan kata-katanya. Penulis juga mengkombinasi terjemahan asli dengan terjemahan hasil analisis dari penulis. Sebagai contoh, kata kawayang ‘terbayang/tergambar’ yang terdapat pada PII.b5.6 memiliki proses yaitu

(10)

prefiks {ka-} + wayang. Kata wayang ‘bayang/gambar’ berkategori nomina mendapatkan prefiks {ka-} sebagai pembentuk verba yang membentuk makna dikenai pekerjaan, sedangkan di dalam terjemahan asli kata kawayang ‘gambar’ yang menduduki kategori nomina.

Pada tahapan yang keempat, analisis yang dilakukan ialah mengelompokkan kata-kata berdasakan kategori kata yang di antaranya ialah pembentuk verba, pembentuk nomina, pembentuk numeralia, pembentuk adverbia, dan pembentuk kata tugas. Yang kemudian ditunjukkan kalimat-kalimat untuk memperjelas kategori dari kata tersebut. Selanjutnya yaitu mengidentifikasi makna yang terdapat pada kata yang telah dilekati prefiks, yang bertujuan untuk menyesuaikan antara makna dan juga kalimat yang menyertai.

Tahapan yang kelima adalah tahap penyajian hasil analisis. Penyajian contoh berupa penggalan teks yang disesuaikan dengan aturan penulisan tembang, yaitu sesuai dengan gatra atau baris. Namun, penulisan terjemahan mengikuti aturan kalimat, yaitu di awal kalimat menggunakan huruf capital dan diakhiri tanda baca yang menandia intonasi akhir. Data yang telah dianalisis kemudian disajikan ke dalam bentuk laporan yang akan dibahas pada sub bab berikut ini.

1.8 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri atas tigabab. Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab 2 berisi pembahasan pada rumusan

(11)

masalah, yaitu menunjukkan prefiks-prefiks yang terdapat di dalam alih aksara teks, dan juga menjelaskan tentang kategori kata dan makna prefiks yang terdapat di dalam alih aksara teks Sěrat Sastra Gěndhing. Bab 3 merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran , yaitu setelah seluruh rumusan masalah yang telah dibahas kemudian disimpulkan agar diketahui jawaban dari rumusan masalah tersebut dan juga saran kepada pembaca untuk dapat meneruskan penelitian mengenai aspek linguistik tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Secara garis besar pendirian neoliberalisme dapat digambarkan sebagai berikut (1) iya merupakan paham yang menekankan pada kekuasaan pasar bebas tanpa

Bimbingan dan konseling relijius dan etis serta semua bidang konseling secara umum membutuhkan konselor yang memiliki ketajaman matahati dan kemampuan

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan

Dengan ini menyatakan bahwa proposal Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat saya dengan judul:” Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Guna Meningkatkan Keterampilan

Dalam sistem pneumatik udara mampat yang dimasukan kedalam silinder harus dapat dikeluarkan kembali untuk dapat mengembalikan pada kedudukan semula. Untuk itu dalam sistem pneumatik

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang peningkatan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal Kelipatan dan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Adalah proses pembentukan ulir (thread) dalam, dengan menggunakan serangkaian dies yang sesuai dengan dimensi dan bentuk ulir yang diinginkan.. Adapun jenis