• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS DPR RI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

Tahun Sidang Masa Persidangan Sifat

Jenis Rapat Hari, tanggal Waktu, pukul Tempat Deng an Ketua Rapat Ac a r a

Sekretaris Rapat Had i r

2004-2005 I

Terbuka Rapat Kerja 30 Agustus 2004 Pukul 15.15 WIB Ruang Rapat Komisi VII Gedung Nusantara I Pemerintah

lping Soemantri

1. Mekanisme dan jadwal acara 2. Pembahasan DIM

Anita Soekardjo, SH.

ANGGOTA DPR RI

KETUA RAPAT/PANSUS (IPING SUMANTRI):

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua.

Yang saya hormati Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi beserta jajarannya sebagai Wakil Pemerintah dalam pembahasan RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri (PPILN) ini, rekan-rekan Komisi VII yang sangat saya hormati.

Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayahNya kepada kita sekalian, sehingga siang hari ini kita dapat hadir di ruangan rapat Komisi VII DPR RI dalam rangka melaksanakan tugas Pansus Rancangan Undang-Undang tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja di Luar Negeri.

Menurut absen yang ada di Pimpinan, rekan-rekan Anggota yang hadir 31 orang Anggota, sehingga dengan mengucapkan Bismillahirrohmannirrohim, Rapat Kerja saya nyatakan terbuka dan terbuka untuk umum.

(KETOK TIGA KALI) Bapak Menteri yang saya hormati,

Mengawali persidangan ini perlu kami informasikan tentang rencana kegiatan sore hari ini.

1. Sekilas tentang tanggapan Pemerintah terhadap RUU PPTLN ini;

2. Segera kita akan membahas mekanisme rapat tentang pembahasan RUU PPTLN ini dari mulai Pansus sampai DIM Perumus.

3. Mengesahkan jadwal acara; dan

4. Membahas materi atau DIM-DIM yang telah disampaikan oleh Pemerintah.

ARSIP

DPR

RI

(2)

Bapak Menteri yang saya hormati, untuk mempersingkat acara karena waktu sangat bermanfaatkan bagi kita untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin, marilah kita memasuki kegiatan yang pertama, yaitu ulasan tanggapan Pemerintah yang akan disampaikan oleh Bapak Menteri secara garis besar saja.

Terima kasih, kami persilahkan.

PEMERINTAH (YACOB NUA WEA):

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Selamat sore dan salam sejahtera kita sekalian (Hom swastiatu).

Yang terhormat Bapak Ketua Pansus,

Yang terhormat para Anggota DPR yang menjadi Pansus RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri yang saya hormati.

Pertama saya mohon maaf, karena keterlambatan saya tadi pukul 13.45 WIB, saya menemani Menteri Perburuhan Korea Selatan mendampingi beliau menghadap Presiden dan baru selesai dan untuk itu saya mohon maaf kepada para Anggota terutama Bapak Ketua yang saya hormati.

Yang selanjutnya harapan saya bahwa RUU ini dapat kita selesaikan sebelum usai tugas- tugas kita, Bapak-bapak selesai menjadi Anggota DPR dan saya selesai menjadi menteri. Saya harapkan ini bisa kita tuntaskan dengan sebaik-baiknya, saya juga mengucapkan selamat datang kepada Anggota Komisi VII yang juga dari Fraksi yang baru, kita akan saling mengenal sesama lain.

Selanjutnya RUU tentang PPILN yang merupakan RUU telah dikirimkan terhadap Pemerintah melalui Surat No. RU .02/2672/DPR Rl/Rl/2003 tanggal 27 Mei 2003 dan telah ditanggapi oleh Pernerintah melalui Surat Presiden No. R. 12/BONl/2004 tanggl 21 Juni 2004 perihal Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri dengan melampirkan Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri.

Kedua, Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri merupakan tanggapan Pemerintah terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri yang diajukan oleh DPR sebagai usul inisiatif.

Ketiga rancangan Pemerintah yang diajukan oleh DPR telah kami sandingkan dalam bentuk matrik dan siap untuk membahas RUU bersama DPR.

Keempat, demikian tanggapan awal kami secara umum semoga pembahasan dapat berjalan dengan lancar.

Terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

Terima kasih, Bapak Menteri yang telah menyampaikan tanggapan Pemerintah tentang RUU Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri.

Selanjutkan kita memasuki acara yang kedua, penyampaian mekanisme pembahasan RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri.

I. UMUM

1. Pembahasan dan pengambilan keputusan dalam pembasan RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri mengacu pada TATIS DPR RI Pasal 188 ayat (1) tentang Keputusan berdasarkan mufakat dan Pasal 188 ayat 2 tentang berdasarkan suara terbanyak, Selanjutnya, pembahasan RUU ini menganut prinsip efisiensi dan efektivitas kerja.

2. Bahan utama pembahasan DIM, persandingan RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri dari Komisi VII dan Pemerintah

3. Keanggotaan Pansus RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri sesuai keputusan Bamus DPR RI tanggal 26 November 2002 ditangani oleh Komisi VII yang beranggota 53 Anggota yang terdiri dari F. PDl-P 16 Anggota, F PG 10 Anggota, F.KB 7 Anggota, F. PPP 6 Anggota, F. Reformasi 6 Anggota, F. TNl/Polri 4 Anggota, F.

KKI 2 Anggota, F. PBB 1 Anggota dan F. POU 1 Anggota.

II. RAPAT

ARSIP

DPR

RI

(3)

1. Jenis Rapat

Rapat pembahasan dan pengambilan keputusan dalam pembahasan RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri terdiri dari:

a. Rapat Intern

Dihadiri dan diikuti oleh Anggota Pansus RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri dengan ketentuan quorum sesuai TA TIB DPR RI Pasal 95

b. Rapat Kerja Pansus

Rapat ini sifatnya terbuka dan dihadiri/diikuti oleh:

1. Anggota RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri dengan ketentuan kuorum sesuai TATIS DPR RI dan;

2. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang mewakili Pemerintah dengan didampingi sejumlah pejabat Pemerintah sesuai keperluan.

c. Rapat Panitia Kerja

Panitia kerja dibentuk oleh Pansus RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri yang keanggotaannya terdiri 4 Pimpinan Pansus dan Anggota Pansus berjumlah separuh dari jumlah Anggota Pansus yang mewakili F. PDl-P 8, F. PG 5, F.KB 4, F. PPP 3, F. Reformasi 3, F. TNl/Polri 2, F. KKI 1, F. PBB 1 dan F. POU 1 dan wakil dari Pemerintah.

Jumlah Pimpinan 41 jumlah anggota 28, jumlah Pemerintah ditentukan oleh pemerintah.

Rapat Panja ini bersifat tertutup dan dihadiri/diikuti oleh satu setengah korum, Anggota Panja dan ketentuan quorum sesuai T ATIB DPR dua setengah korum yang mewakili Pemerintah sedapat mungkin Eselon I Menakertrans atau pejabat yang ditunjuk dengan didampingi sejumlah pejabat Pemerintah sesuai keperluan.

d. Rapat Tim Perumus

Tim Perumus disingkat Timus, keanggotaannya dari 4 Pimpinan Pansus dan 17 Anggota Pansus yang mewakili F.PDl-P 4, F.PG 3 , F.KB 2, F.PPP 2, F.

Reformasi 2, F. TNl/Polri 1, F. KKI 1, F. PBB 1, F. POU 1 dan wakil Pemerintah.

Jumlah Pimpinan 4 orang, jumlah anggota 17 orang, jumlah Pemerintah ditentukan oleh Pemerintah.

Rapat Timus dihadiri dan diikuti oleh:

Satu setengah korum Anggota Timus dan ketentuan korum sesuai T ATIB DPR RI dan dua setengah korum yang mewakili Pemerintah sedapat mungkin Eselon I Menakertrans atau pejabat yang ditunjuk dengan didampingi sejumlah pejabat Pemerintah sesuai keperluan.

e. Rap at Tim Kecil

Tim Kecil disingkat Timcil, keanggotaannya terdiri 4 Pimpinan Pansus dan 10 Anggota Pansus yang mewakili F. PDl-P 2, F. PG 2 , F.KB 1, F. PPP 1, F.

Reformasi 1, F. TNl/Polri 1, F. KKI 1, F. PBB 1 dan wakil Pemerintah. Jumlah Pimpinan 4 orang, jumlah anggota 10 orang, jumlah Pemerintah sesuai dengan ketentunan Pemerintah.

Rapat Timcil dihadiri dan diikuti oleh:

Satu setengah kuorum Anggota Timcil dengan ketentuan korum sesuai TA TIB DPR RI dan dua setengah korum yang mewakili Pemerintah sedapat mungkin Eselon I Menakertrans atau pejabat yang ditunjuk dengan didampingi sejumlah pejabat Pemerintah sesuai keperluan.

f. Rap at Tim Sinkronisasi

Tim Sinkronisasi disingkat Timsin, keanggotaannya terdiri 4 Pimpinan Pansus dan 9 Anggota Pansus yang mewakili F. PDl-P 2, F. PG 2 J F.KB 1, F.PPP 1, F.

Reformasi 1, F. TNl/Polri 1, dan F. PDU 1 dan wakil Pemerintah. Jumlah Pimpinan 4 orang, jumlah anggota 9 orang, jumlah Pemerintah ditentukan oleh Pemerintah.

Rapat Timsin dihadiri dan diikuti oleh satu setengah korum Rapat Timsin dengan ketentuan korum sesuai TATIS DPR RI, dua setengah korum yang mewakili Pemerintah sedapat mungkin Eselon I Menakertrans atau pejabat yang ditunjuk dengan didampingi sejumlah pejabat Pemerintah sesuai keperluan.

2. Pemimpin Rapat

ARSIP

DPR

RI

(4)

a. Pemimpin Pansus bersifat kolektif dan disepakati sebagaimana pimpinan rapat sebagai berikut :

Rapat Pimpinan, Rapat Intern, Rapat Kerja dan Lobi Pansus di Pimpin oleh Ketua Pansus, dua setengah korum. Rapat dan Lobi Panja dipimpin oleh Wakil Ketua Ketua Pansus F. PDl-P selaku ketua Panja; Rapat dan Lobi Timus dipimpin Wakil Ketua Pansus dari F. Reformasi selaku Ketua Timus; Rapat dan Lobi Timcil Wakil Ketua Pansus dari F.PD-P selaku Ketua Timcil; Rapat dan Lobi Timsin Wakil Ketua Pansus dari F.PD-P selaku Ketua Timsin.

b. Dalam hal salah seorang pimpinan rapat berhalangan akan digantikan oleh anggota pimpinan yang lain.

3. Fungsi dan Tugas Rapat a. Rapat Intern

Membahas dan memutuskan rancangan jadwal acara dan tata cara musyawarah untuk mencapai mufakat dalam pembahasan RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri.

Dua setengah quorum membahas dan memutuskan hal-hal teknis pelaksanaan tugas pembahasan Pansus RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri.

b. Rapat Kerja Pansus

Satu setengah korum membahas dan mengambil keputusan dalam materi DIM persandingan RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri yang bersifat substansial, dua setentah korum membahas dan memutuskan dan keseluruhan draft RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri hasil kerja Panja yang selanjutnya dijadikan draft RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri untuk dijadikan dalam pembicaraan Tingkat II DPRRI.

c. Rapat Panja

Satu setengah korum membahas dan mengambil keputusan terhadap materi DIM persandingan yang ditugaskan oleh rapat kerja pansus.

Dua setengah korum membahas dan mengambil keputusan terhadap keseluruhan perumusan draft RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri hasil kerja Timus, Timcil dan Timsin yang selanjutnya dijadikan draft RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri untuk diajukan dalam rapat kerja Pansus.

d. Rapat Kerja Tim Perumus

Membahas dan mengambil keputusan materi DIM persandingan yang ditugaskan oleh rapat kerja pansus dan atau rapat panja.

e. Rapat Tim Kecil

Merumuskan dan mengambil materi DIM persandingan yang ditugaskan oleh rapat kerja pansus dan atau rapat kerja serta membahas konsideran menimbang dan penjelasan umum, materi persandingan.

f. Ra pat Tim Sinkronisasi

Mensinronisasikan dan mengambil keputusanterhadap materi DIM persandingan yang ditugaskan oleh rapat kerja pansus dan atau Rapat Panja.

g. Lobi

Membahas dan mengambil keputusan atas materi DIM persandingan RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri yang tidak dapat mencapai mufakat pada rapat bersangkutan yang hasilnya untuk diajukan dalam rapat bersangkutan.

h. Pimpinan rapat

rapat pimpinan niembahas dan merumuskan hal-hal yang perlu untuk kelancaran musyawarah untuk mencapai mufakat dalam rapat kerja Pansus, Panja, Timcil, Timus dan Timsin.

Ill. CARA PEMBAHASAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1. Rapat Kerja Pansus

ARSIP

DPR

RI

(5)

a. Rapat kerja pansus membahas seluruh materi DIM persandingan RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri secara berurutan mulai dari Judul, Konsideran, Batang Tubuh dan Penjelasan Pasal RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri.

b. Substansi dan formulasi RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri dalam DIM persandingan yang diusulkan oleh tetap oleh Pemerintah (Menakertrans) langsung dimintakan persetujuan rapat kerja pansus dengan catatan persutujuan RUU ditinjau kembali apabila memiliki relevansi atau berkaitan dengan materi lain yang dibahas diberikutnya atas kesepakatan rapat kerja pansus.

c. Bila materi DIM persandingan hanya bersifat redaksional langsung dapat dimintakan persetujuan rapat kerja pansus untuk menugaskan Timus/Timcil!Timsin merumuskan formulasi materi tersebut dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa hukum yang baik, baku dan benar.

d. Setiap materi DIM persandingan dibahas paling banyak 3 kali putaran, tidak termasuk penjelasan yang diberikan Pemerintah terhadap materi dimaksud.

e. Apabila sudah 3 kali putaran, posisinya adalah:

Satu setengah korum substansi disetujui dan rumusan juga disetujui langsung disahkan. Dua setengah korum substansi disetujui rumusan belum disetujui diserahkan kepada Timus. Tiga setengah korum substansi yang belum disetujui diupayakan penyelesaiannya melalui forum lobi dan apabila belum selesai dapat ditempuh:

a) pending/tunda untuk dibahas kembali oleh rapat kerja pansus.

b) dibahas dalam rapat panja.

2. Rapat Panja

a. Panja adalah melakukan pembahasan secara mendalam materi muatan RUU yang dilimpahkan dan belum disetujui oleh rapat kerja pansus

b. Tata cara perubahan usul perubahan materi disesuaikan dengan tata cara pembahasan dalam rapat kerja pansus.

3. Rapat Timus

a. Melakukan pembahasan secara mendalam. Materi muatan RUU yang ditugaskan oleh Panja.

b. Tata cara pembahasan usul perubahan disesuaikan dengan tata cara pembahasan Panja dan dilampirkan kepada Panja.

4. Rapat Tim Kecil

a. Tugas Timcil adalah merumuskan materi DIM Pansus RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri yang dilirnpahkan oleh rapat kerja Pansus atau Panja.

b. Tata cara pembahasan usul perubahan materi disesuaikan dengan tata cara pembahasan dilaporkan kepada Panja.

5. Rapat Tim Sinkronisasi

a. Tugas Timsin adalah melakukan sinkronisasi muatan RUU yang ditugaskan Rapat kerja Pansus atau Panja.

b. Tata cara pembahasan usul perubahan materi disesuaikan dengan tata cara pembahasan di Panja dan dilaporkankepada Panja.

Bapak Menteri yang saya Hormati, Rekan-rekan Anggota Komisi VII DPR RI,

Demikianlah pembacaan tentang mekanisme pembahasan RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri. lnilah yang akan dijadikan acuan oleh kita dalam membahasan RUU beberapi hari ke depan ini.

Sekian dan terima kasih.

Bapak Menteri yang saya hormati,

Karena mekanisme pembahasan ini sudah cenderung baku dalam pembahasan RUU.

Marilah kita membahas ke acara berikutnya yaitu pengesahan jadwal acara.

Bapak Menteri yang saya hormati dan rekan rekan anggota Komisi VI I.

ARSIP

DPR

RI

(6)

Berangkan dari rencana kegiatan Komisi VII yang telah disahkan pada tanggal 18 Agustus 2004, kita coba merangkum/mengkhususkan rencana kegiatan pembahasan RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri, dari jadwal pukul semula sehingga jadwal ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kegiatan Komisi VII yang sudah disahkan pada tanggal 18 Agustus yang lalu. Sudah barang tentu kegiatan-kegiatan pansus ini sudah kita coba sejauh mungkin dan dikoordinasikan dengan Menteri yang mewakili Pemerintah RUU tentang Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri ini punya jadwal sebagai berikut:

1. Senin 30 Agustus 2004

Pukul 14.00-18.00 WIB Raker RUU tentang PPILN dengan 4 masalah 2. Selasa 31 Agustus 2004

Pukul 09.00-13.00 WIB Raker 3. Rabu 1 September 2004

Pukul 14.00-18.00 WIB Raker 4. Kam is 2 September 2004

Pukul 09.00-13.00 WIB Raker 5. Jum'at 3 September 2004

Pukul 14.00-18.00 WIB Raker 6. Senin 6 September 2004

Pukul 09.00-13.00 WIB Rapat Panja 7. Selasa 7 September 2004

Pukul 14.00-18.00 WIB Rapat Panja 8. Rabu 8 September 2004

Pukul 09.00-13.00 WIB Rapat Panja 9. Kamis 9 September 2004

Pukul 14.00-18.00 WIB Rapat Panja

Rencana apabila tidak ada aral melintang, mulai hari Sen in sampai Kam is minggu kedua adalah Rapat tingkat Panja. dimana rapat ini kehadirannya cukup dengan Eselon I bukan berarti Bapak Menteri tidak boleh hadir, tetapi lebih baik hadir. Dan yang ke-10, apabila program yang satu ini sampai 9 (sembilan) ini lancar, Jum'at tanggal 10 diharapkan kita raker mulai jam 14.00 sampai 18.00 WIS, melaporkan hasil kerja panja ke pansus, dan selasa tanggal 14 bulan 9, raker membahas tentang Fraksi, tanggapan pemerintah dan penandatangan naskah akhir.

Sedangkan diharapkan selasa tanggal 12 bulan 9, jam 09.00 sampai dengan 14.00 Wib, Paripurna bahwa Rancangan Undang-undang ini bisa disahkan di Tingkat Paripurna. Jadwal lni sudah barang tentu masih bisa ada peluang untuk pembahasan? Selanjutnya. Namun memerlukan kesepakatan karena di /uar jam dinas, sebagai contoh: mulai tanggal 4, 5 itu kosong kalau dalam keadaan darurat bisa dimanfaatkan hari sabtu dan minggu, begitu juga tanggal 11, 12, 13, juga kosong waktu libur kalau dalam keadaan darurat bukan sesuatu yang tidak mungkin kita manfaatkan, namun semuanya kami serahkan kepada floor, baik rekan-rekan anggota Komisi VII, maupun pihak pemerintah. Namun peluang yang kami sampaikan terdorong rasa tanggung jawab.

Mudah-mudahan rancangan ini bisa dapat kita selesaikan.

Demikianlah Bapak Menteri tentang jadwal ini, mohon kesepakatan tentang kegiatan pembahasan yang telah kami sampaikan.

Terima kasih Pak Menteri.

PEMERINT AH (MENAKERTRANS):

Terima Kasih Pak Ketua,

Prinsipnya kami setuju dengan apa yang tel ah diputuskan olah Komisi VI I, jadwalnya dan yang kedua mengenai qoorum, kalau boleh saya usulkan, seperti pengalaman kita terdahulu, kalau jumlah orangnya tidak cukup qoorum Fraksi, karena itu juga pernah kita lakukan qoorum Fraksi, bila 9 (sembilan) fraksi atau 6 (enam) fraksi sudah hadir, bisa kita mulai.

Terima kasih, Pak Ketua.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih, Pak Menteri, atas persetujuannya terhadap jadwal yang telah kami buat.

Yang kedua saran yang arif, apabila quorum fraksi. Namun peluang ini saya harap tidak dimanfaatkan untuk tidak hadir. Saya minta tetap, kebetulan mohon maaf pak Menteri, rekan-rekan

ARSIP

DPR

RI

(7)

anggota Komisi VII ini, saat-saat ini tidak pernah kurang dari 30 orang. Sekarang juga sudah tanda tang an 32. Waiau pun di sebelah ada pansus yang melibatkan Komisi VII. Saya kira tawaran yang arif, dan jangan dijadikan alasan untuk tidak hadir, saya kira bisa sepakati jadwal ini.

Kami persilahkan, Pak Tjarda.

FRAKSI PG (T JARDA MUCHT AR):

Sebelum disetujui Pak Ketua, tadi Ketua membacakan mekanisme pembahasan setelah itu ketua menawarkan jadwalkan kegiatan.

Ada yang saya ingin minta penjelasan 2 (dua) hal, Pertama: karena itu sudah tata tertib seluruh anggota panja maupun pansus mesti taat dengan ketentuan itu. Yang ingin saya tanyakan, tidak terbaca dalam materi di dalam jadwal ini Timsin, Timcil, Tim perumus karena ini menyangkut kekuatan hukum, Pak Ketua. Kalau ini tidak ada, saya takut ini dipersoalkan. Ada dan tidak ada kegiatan itu, tetapi bukti otentik bisa kita pertanggungjawabkan, Ketua. Yang kedua, saya curiga yang ini, kecurigaan dalam arti kata begini Ketua, tanggal 14 itu, ada tanda bintang, ada 2 (dua) bintang masih mendingan, sesuai dengan pangkat Ketua, ini satu bintang, tanggal 14 itu. lsi bintang itu bukan negosiasi dengan lbu Nora. Pertama kali perlunya saya minta penjelasan, dikaitkan dengan kegiatan Pak Menteril sehingga kita bisa berlaku mundur, sehingga patokan itu kita bisa diatur ke belakang sehingga kepentingan pemerintah dan kepentingan kawan-kawan bisa tercermin di dalam mekanisme ini.

Demikian, Ketua.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih Pak Tjarda atas pertanyaannya.

Yang pertama mempersoalkan tentang kegiatan Tim perumus, Tim Kecil dan Tim Sinkronisasi, itu diperiksa atau merupakan bagian dari kegiatan panja. Jadi bisa saja ditulis panja, pada saat Panja selesai langsung kita membagi Timsin, Tim Perumus dan Timcil. Bisa juga dimunculkan langsung, Timsin, Tim Sinkronisasi dan Tim kecit tetapi Timcil, Timus dan Timsin berjalan secara simulatan bersama dipecah dari kekuatan panja yang ada. Untuk praktisnya penulisan, ditulis dalam kegiatan Panja, tetapi tergantung maksud didalamnya sangat mungkin ada kegiatan Panja Timsin, Tim perumus maupun Timcil.

Demikian pula yang kedua tadi Pak Tjarda mengingat tanggal 14 bulan 4 tanda bintang, terima kasih teliti sekali, saya malah tidak terlalu memperhatikan tentang rencana kegiatan, Pak Menteri. Tadi Pak Menteri sudah menyampaikan intinya bisa menyatu, kalau ada hal-hal yang mendesak terpaksa tidak bisa, mungkin kita masih bisa koordinasi dengan sebaik-baiknya.

Sehinggga jadwal ini bersifat mengikat tapi luaslah1 Pak. Masih bisa tawar menawar yang penting tidak terlalu berubah banyak sehingga bisa dicapai sesuai rencana kita. Semua itulah yang bisa saya sampaikan.

Kami persilahkan.

FRAKSI PG (MARYANI AKIB BARAMULIH):

Terima Kasih Pak Ketua.

Assalamu'a/aikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pak Menteri yang say a hormati,

Jadi kami sangat memahami apa yang disampaikan Pak Ketua khususnya menyambung apa yang disampaikan oleh Pak Tjarda tadi, jadi lebih cantik, Pak Ketua, supaya kita mendapatkan ketentuan hukum kita di-Panja-kan atas atau dalam kurung di-Timsin-kan. Timus supaya ada kelanjutan hukumnya.

Terima kasih, Pak Ketua.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Saran yang arif, nantinya mulai tanggal 9 - 10 Panja bukan Timcil. Tims in dan ti mus tanggal 8 atau 9 Panja (Timus, timcil dan timsin) saya kira saran yang cukup arif bisa menampung kedua belah pihak dan memang sayangnya seperti itu.

Untuk itu sekretariat bisa menyesuaikan tetapi cari subtansinya jadwal tidak berubah, Pak Menteri.

Silahkan, Pak Prof.

ARSIP

DPR

RI

(8)

FRAKSI PPP (BAIHAQI}:

Saya sedikit saja hanya urusan tulisan saja, ini di sini pada rapat panitia kerja (panja). Ada rupanya baris ke 1, 2, 3, 4. lni anggota Pansus berjumlah separuh dari anggota panja ini, ltu saja.

T erima kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih Pak Baihaqi, anggota panja separuh dari kekuatan pansus. Terima kasih koreksinya nanti kita perbaiki.

Kami persilahkan, Pak Hadi Wasikoen.

FRAKSI PDIP (HADI WASIKOEN):

Terima kasih, Pak Ketua,

Yang pertama soal acara saya menyetujui dengan catatan kalaupun nanti ada hal-hal yang khusu terutama raker harus di hadiri pak menteri. T entunya kita luwes dengarnya. Serperti pada beberapa kali kita lakukan pada pansus-pansus yang lain. Jadi saya sepakati itu, jadi tidak kalau seperti ini. lni yang pertama.

Yang kedua, untuk hal 2 baris nomor 4 dari bawah itu yang mewakili pemerintah sedapatnya esselon 1, saya pikir kalau pengertian sedapat mungkin itu berarti bisa tidak esselon 1, ini sedapat mungkin kita caret saja, tetapi kita persyaratkan esselon 1. ltu saja, nanti Pak Menteri bisa menegaskan beberapa eselon 1 yang berkaitan disini. Panja memang harus eselon 1.

Demikian juga hal 3, kata "sedapat mungkin' pada nomor 4 dari bawah dan juga angka ke-2 yang bait diatas saya pikir tegas saja. Pokoknya eselon 1.

T erima kasih, Pak.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih, Pak Hadi.

Yang pertama mendukung tentang jadwal tidak terlalu baku bisa kita sesuaikan dengan dinamika di lapangan, yang kedua tentang sedapat mungkin di hapus, baiklah kita hapus.

Kami persilahkan, Pak Herman.

FRAKSI PDIP (REKSO HERMAN):

T erima kasih, Pak Ketua.

Pak Menteri, saya cuma koreksi saja sedikit, mangenai rapat panja bersifat tertutup, sedangkan dibeberapa tempat lain tidak jelas kelihatan pansus dan panja ada, tapi Timus, timsin dan timcil saya tidak lihat sifatnya, itu terbuka atau tertutup, itu yang ke 1, yang ke-21 yang mewakili pemerintah eselon 1 itu departemen, bukan menteri, Pak, Depnaker yang pasti.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

T erima kasih, Pak Herman.

Yang pertama, kalau pansus terbuka, panja tertutup, tapi Timus, Timcil dan Timsin tidak dinyatakan, itu tertutup pak, karena bagian dari panja. Yang ke-2 tentang sedapat mungkin sudah saya jawab, yang ke-3 tadi saya sudah mencoba, walaupun tertulis eselon 1 menteri, tapi saya baca eselon 1 departemen, baik nanti disesuaikan mana yang paling baik.

Saya kira dengan saran-saran dan masukan dari rekan-rekan, secara substansi sudah sepakat masalah redaksi, lnsya Allah segera akan disepakati. Saya kira dengan demikian, jadwal bisa kita sepakati Pak Menteri, termasuk mekanisme juga.

Bapak lbu yang saya hormati, selanjutnya masih ada 2 jam, mari kita memulai membahas DIM sandingan. Mudah-mudahan DIM yang telah tersanding sudah rekan-rekan anggota Komisi VII menerima semua. Oleh karena itu, baiklah akan saya bacakan Tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri, dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Presiden RI. Sedikit perbedaan, di dalam RAP Pemerintah, ditambah kata penempatan dan karena perlindungan didahului dengan kegiatan penempatan dan pekerja Indonesia dari pemerintah tenaga kerja Indonesia. demikianlah untuk judul.

Barangkali Pak Menteri ada penjelasan singkat sebelum kami tawarkan kepada rekan- rekan komisi.

Silahkan, Pak Menteri.

ARSIP

DPR

RI

(9)

PEMERINT AH MENAKERTRANS:

Terima kasih Pak Ketua.

Saya ingin merubahnya menjadi RUU RI dan sebagainya, perlindungan dan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Dan kita intinya perlindungan walaupun sebenarnya penempatan dulu baru perlindungan. Kita tidak bicara hanya pekerja, tapi kita bicara tenaga kerja, Indonesia keseluruhan. Saya mengusulkan kepada pansus, judulnya itu, perlindungan dan penempatan tenaga kerja Indonesia juga mungkin.

Terima kasih, Pak Ketua.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih, Pak Menteri.

Demikianlah rekan-rekan sekalian.

Setelah disandingkan, Bapak Menteri menyarankan judulnya tentang "perlindungan dan penempatan tenaga kerja Indonesia di /uar negeri'1 dan seterusnya.

Kami persilahkan rekan-rekan komisi untuk mengomentarinya.

PEMERINTAH MENAKERTRANS:

Terima kasih, Pak Ketua.

Pak Menteri,

Saya sepakat perlindungan didahulukan karena ini penekanannya pekerja atau tenaga kerja itu membutuhkan perlindungan di dalam penempatannya, saya setuju. Dan yang tenaga kerja, juga saya setuju, karena yang di Indonesia ini calon pekerja belum jadi pekerja. Makanya perlu dikatakan tenaga kerja Indonesia, tapi di luar negeri itu saya kurang setuju, sebab bukan yang di luar negeri, ini undang-undang ini berlaku. Indonesia pakai undang-undang ini berlaku.

Indonesia pakai undang-undang mereka. Kita tidak bisa mengintervensikan undang-undang ini tidak bisa mengintervensi undang-undang di luar negeri, itu sebabnya saya katakan perlindungan dan penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Sebab cuma di sini kita bisa melindungi mereka berangkat dan tiba di negara tujuan maka mereka itu dilindungi oleh MoU, dasar-dasar perlindungan oleh MoU, Pak.

ltu saja, Terima kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Teri ma kasih.

Konkritnya mendukung judul dari pemerintah dengan catatan kata-kata diganti dengan

"ke".

Kami persilahkan yang lain.

FRAKSI PKB (SHAFIRA):

Terima kasih, Pak.

Saya juga sepakat dengan usulan Pemerintah dan Pak Herman judulnya perlindungan dan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Jadi tidak perlu diganti "ke11 ya! kalau tadi Pak Herman mengusulkan "ke" jadi tetap saja, karena tak perlu substansi yang jelas, kenapa perlindungan dulu dengan adanya unsur perlindungan ini, barangkali pemerintah nanti akan juga melakukan perlindungan ketika tenaga kerja di luar negeri itu akan ditempatkan dimana jadi begitu saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih.

Substansinya mendukung pemerintah, tapi tetap 100% "dt1 tidak diganti dengan "ke".

Silahkan, Pak Bondan.

FRAKSI PBS (BONDAN MADJID):

Bapak Pimpinan dan rekan-rekan anggota DPR.

ARSIP

DPR

RI

(10)

Kami sebelumnya memperhatikan uraian-uraian yang disampaikan Pak Menteri tadi, kami lebih berkecenderungan sesuai dengan pihak pemerintah yang tertulis di sini, mengapa?

Alasannya adalah memang "perlindungan" itu merupakan sesuatu yang diharapkan. Tapi kalau belum ada penempatannya bagaimana? Oleh karena itu penempatan lebih dahulu. Penempatan baru perlindungan. Sebab tanpa penempatan siapa yang dilindungi? atau perlindungan dulu baru penempatan juga kurang tepat. Oleh sebab itu, saya sependapat apa yang ditulis dalam TAP ini, penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia, mengenai "di luar negeri", saya setuju, sebab meskipun pemerintah di luar negeri negara masing-masing, maka kita tidak bisa melindungi itu. Tapi tugas kita melindungi WNI, bukan "ke'' tapi memang "di /uar negeri" itu. Jadi mulai keberangkatan lalu berada di luar negeri sampai kepulangan, itu tetap berada dalam perlindungan negara Indonesia. ltulah sebabnya kami setuju, rumusan pemerintah tetap yang ada di dalam draft ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih, Pak Bondan, Kami persilahkan, Pak Rickson.

FRAKSI PG (ARSEN RICKSON):

Terima kasih, Pak Ketua.

Jadi saya juga berpikir bahwa memang sebenarnya judul DPR itu lebih luas pengertiannya. Pertama Perlindungan, perlindungan dimana, yaitu perlindungan pada saaat penempatan dan perlindungan juga pada saat dia kembali ke dalam negara. Tapi tadi kalau dikatakan perlindungan dulu beru penempatan, mungkin ini juga terbalik, apanya yang dilindungi, ditempatkan saja belum, dipulangkan saja belum. jadi saya pikir gak nyambung kalimat itu, tetapi kalau dipakai "perlindungan" dalam arti kata iya penempatan, iya pemulangannya, selama dalam proses itu harus memperoleh perlindungan, seolah-olah penempatannya itu aja yang dilindungi.

Bagaimana dengan pengembaliannya olah karena itu dalam hal ini saya lebih cenderung kepada DPR punya daripada kita memakai perlindungan dan penempatan lebih cenderung saya kepada perlindungan tenaga kerja di luar negeri.

Terima kasih, Pak Ketua.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Teri ma kasih, Pak Rickson.

Kami persilahkan, Bu Nur.

FRAKSI REFORMASI (NURDIATI AKMA):

T erima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Menyimak judul, kalau judulnya 'Perlidungan pekerja di Luar Negari", barangkali di dalam perlindungan itu sudah ter-cover persyaratan, penempatan, pemulangan, dan apa pun yang menyangkut terhadap pekerja kita, dan khusus di luar negeri karena yang kita bahas saat ini adalah yang di luar negeri. Jadi berarti sejak di tanah air, mulai dari persyaratan sampai penempatan, sampai dia harus dipulangkan atau dan sebagainya itu saya rasa itu kalau kita masukan itu di dalam judul "perlindungan" itu bisa. Kemudian kalau melihat judul dari pemerintah yaitu "penempatan dan perlindungan" saya kuatir nanti kita hanya terbatas pada penempatan saja.

Padahal di luar penempatan nanti ada penempatan ini juga ter-cover di dalam perlindungan, jadi barangkali disarankan itu "perlindungan pekerja Indonesia di /uar negeri", dengan judul perlindungan kalau muatannya ini kita padatkan, barangkali ini cukup memadai untuk menjadi judul.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Silahkan, Pak Bagiada.

FRAKSI PDIP {BAGIADA):

Teri ma kasih, Pimpinan.

ARSIP

DPR

RI

(11)

Berbicara masalah judul, bahwasanya tenaga kerja kita yang di luar negeri itu, kita harap mendapatkan perlindungan mulai dari berangkat sampai dengan dipulangkan. Dan masalah judul itu, saya rasa bagaimana kita bisa meng-cover makna dari apa yang kita maksud. Kemudian saya hanya ingin meluruskan apa yang disampaikan oleh Pak Herman, bukan berarti salah tapi hukum kita mengenal asas personaliter, yang maksudnya adalah WN I dimanapun keberadaannya harus mendapat perlindungan hukum dari kita Bangsa Indonesia ini, sehingga dengan demikian bahwa tenaga kerja kita berada di luar negeri itu harus mendapatkan perlindungan secara hukum oleh pemerintah RI, itu yang saya maksud.

Terima kasih, Pak.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih, Pak Bagiada.

Silahkan, Pak Lutfi.

FRAKSI REFORMASI (LUTFI AHMAD):

Terima kasih menyimak judul,

Saya mengusulkan mengakomodir keduanya yaitu draft pemerintah dan draft DPR, tentang perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih, Pak Lutfi.

Silahkan, Pak Mus.

FRAKSI TNl/POLRI (MUSTOPO):

Pimpinan, terima kasih.

Saya mempertahankan draft DPR dengan alasan bahwa perlindungan itu sudah mencakup seluruhnya tentang perekrutannya ada undang-undangnya yaitu dilindungi dengan undang-undang ini sampai dengan kepulangannya kalau pemberangkatan dimasukkan, kenapa pemberangkatan tidak ditempatkan atau pemulangan tidak ditempatkan, jadi undang-undang pemberangkatan penempatan dan pemulangan perlindungan tenaga kerja, ini tidak heres, menurut saya perlindungan sudah mencakup seluruhnya.

T erima kasih, Pimpinan.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih, Pak Mus.

Silahkan, ibu Mariani.

FRAKSI PG (TISNAWATI KARNA):

Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya

Mencermati apa yang disampaikan oleh pemerintah bahwa judul draft RUU ini adalah penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri atau perlindungan dan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Sedangkan judul dari pada DPR ini adalah merupakan usul inisiatif, perlindungan pekerja Indonesia di luar negeri. Saya cenderung tetap mempertahankan usul dari judul draft DPR ini yakni perlindungannya yang kita kedepankan.

Dengan perlindungan ini sudah dikandung makna, bahwa di sini ada kita bicarakan tentang penempatan. Di sini juga kita bicarakan tentang pemulangan dan otomatis di dalamnya ter-cover tentang perlindungan.

Jadi oleh karena itu, walau pun singkat judul dari pad a DPR ini sang at bermakna sangat luas/dalam. Jadi oleh karena itu, saya tetap mengusulkan tetap sepakat judul yang diusulkan oleh DPR dan kata "di" saya tetap sepakat dengan kata "di" ini, karena seperti apa yang dikatakan oleh Bapak Bagiade yang terhormat, bahwa kita adalah menganut perinsif hukum personalitat, sehingga kewajiban negara untuk melindungi seluruh warga negaranya di manapun mereka berada. Oleh karena itu, kata "di" tetap dicantumkan seperti ini.

Terima kasih.

ARSIP

DPR

RI

(12)

KETUA RAPAT/PANSUS (IPING SUMANTRI):

Terima kasih lbu Trisna.

Kami persilahkan lbu Maryani.

FRAKSI PG (MARIANI AKIB):

Terima kasih Bapak Ketua, Bapak Menteri dan rekan-rekan sekretariat.

Assalamu'alaikum warahmatu/lahi wabarakatuh.

Jadi masalah judul Bapak Ketua, saya kira ini penting sekali, karena ini akan mengilhami, menjiwai Batang Tubuh daripada RUU ini. Sehingga kalau dari versi DPR memang menjiwai bahwa paradigma yang akan kami tampilkan dalam UU ini adalah paradigma perlindungan. Yang mana paradigma perlindungan itu mulai dari semua penempatan yang suatu proses, karena membuat konotasi bahwa dengan adanya kata "Penempatan" berarti ini operasional Pemerintah yang menempatkan, sedangkan tenaga kerja kita ini ada juga yang menempatkan dirinya sendiri, bukan hanya bagian penempatan.

Jadi prosesnya itu adalah proses penempatan oleh dirinya sendiri di luar negeri maupun oleh instansi terkait tetapi yang menjadi mengilhami kita untuk membuat undang-undang ini adalah melindungi tenaga kerja yang ada di luar negeri, apapun nantinya apakah di luar, tetapi bahwa jiwanya adalah perlindungan. Jadi inilah amanah dari pada Undang-Undang Dasar.

Jadi inilah saya kira, Bapak Ketua.

T erima kasih.

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

Terima kasih.

lbu Yoyoh persilahkan.

FRAKSI REFORMASI (YOYOH YUSROH):

Terima kasih Bapak Ke tu a.

Saya berpikir bahwa judul yang dibuat oleh DPR lebih luas pemaknaannya, jadi termasuk di dalamnya rekrutmen, penampungan, perjalanan, penempatan, pemulangan, ini sudah ter-cover dalam UU versi DPR.

Jadi saya berpikir dipertahankan apa yang dibuat oleh DPR.

Terima kasih.

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

Terima kasih.

Kami persilahkan Bapak Hadi Wasikoen.

FRAKSI PDIP (HADI WASIKOEN) : Terima kasih, Ketua.

Bapak Menteri yang saya hormati.

Jadi soal judul, saya lebih cenderung atau sepakan dengan usulan Pemerintah. Alasan begini, jadi tidak menggunakan kata "Kerja" tapi "Tenaga Kerja". Tapi dalam UU No. 13 tahun 2003 itu jelas bahwa "Pekerja/Buruh" adalah setiap orang pekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain, sedangkan rumusan tenaga kerja di dalam UU No. 13 tahun 2003 di sana dikatakan "Tenaga Kerja" adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau masyarakat. Jadi kalau menggunakan istilah "Pekerja" berarti UU ini hanya diperuntukkan mereka yang bekerja, padahal calon tenaga kerja kita di luar negeri dan ke luar negeri, itu ada beberapa yang juga belum bekerja atau ke sana kemudian tidak dipekerjakan. Kalau begitu tidak termasuk di dalam kepentingan perlindungan. Oleh karena itu, supaya cakupannya luas ini "Tenaga Kerja", jadi bukan

"Pekerja".

Kemudian yang kedua, istilah "di" dan "ke" maksud perlindungan ini, semangatnya memanglstressingnya pada kepentingan perlindungan. Kalau "ke" luar negeri berarti yang berangkat ke luar negeri, padahal ini maksudnya melindungi sebelum penempatan, penempatan dan setelah penempatan. Jadi setelah pulang dari luar negeri di sini pun tercangkup pada semangat perlindungan UU ini. Jadi saya pikir usul dari Pemerintah sudah baik dengan alasan seperti apa saya katakan. T erima kasih.

ARSIP

DPR

RI

(13)

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

Baik/ rekan-rekan sekalian yang saya hormati, Sudah 20 menit, masalah "judul" ini.

Baiklah saya beri kesempatan dari Fraksi TNl/Polri1 kami persilahkan.

FRAKSI TNl/POLRI (ROCHMUL Y ATI):

Terima kasih Ketua.

Kalau kita lihat dari RUU DPR RI ini adanya suatu semangat bahwa dalam "perlindungan"

dikandung maksud suatu tahapan proses dari mulai pra sampai dengan kepulangan, sehingga sudah termaktub semuanya dari mulai rekrutmen kemudian kemampuan keterampilannya selama di sana sampai kembali ke daerah asal. Sehingga kami lebih memberikan pemahaman atau pemaknaan bahwa perlindungan pekerja di luar negeri lebih cocok dalam rangka memberikan gambaran secara utuh makna dari pada RUU ini.

Terima kasih.

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

Kami persilahkan lbu Aan.

FRAKSI REFORMASI (AAN ROHANA):

T erima kasih Bapak Ketua.

Setelah mendengarkan penjelasan dari Bapak Hadi, saya merasa bahwa judul yang diajukan oleh DPR ini kelihatannya lebih tepat diganti dengan "Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri". Sebabl kalau tenaga kerja ini 'kan boleh dikatakan mengandung semua penduduk/warga negara Indonesia sedang di luar yang mungkin sudah mendapatkan pekerjaan atau belum tapi mereka mempunyai keahlian, sementara yang punya banyak masalah itu cuma yang sudah punya pekerjaan bahkan yang belum punya pekerjaan juga banyak yang perlu diberikan perlindungan.

Kemudian mengenai di luar negeri, menurut pikiran saya di sini sudah mengandung makna mulai dari berangkat sampai pulang, jadi tidak perlu diganti dengan "ke" lagi dan lebih tepat "di".

Teri ma kasih.

KETUA PANSUS {IPING SUMANTRI):

T erima kasih.

Kami persilahkan lbu Sugiharti, singkat-singkat saja.

FRAKSI PKB (SUGIHARTI):

T erima kasih Pak.

Kami juga setuju dengan draft DPR RI tapi "Pekerja" diganti dengan "Tenaga Kerja", jadi Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Kenapa kok "Tenaga Kerja" kalau "pekerja11 berarti jelas sudah menjadi sudah bekerja di sana tapi "Tenaga Kerja" itu juga perlindungan tenaga kerja itu sudah menunjukkan bahwa itu proses, jadi dalam proses sampai ke luar negeri dan kami setuju juga tidak melihat "ke'' tapi "dr' luar negeri, karena itu sudah semuanya merupakan suatu perlindungan mulai dari proses sampai penempatan di luar negeri.

T erima kasih.

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

Kami persilahkan lbu Chotidjahl mudah-mudahan terakhir.

FRAKSI KKI (SITI CHOTIDJAH):

T

erima kasih.

Saya cenderung pada draft dari DPR 'Pekerja" itu diganti dengan "Tenaga Kerja" sesuai dengan alasan yang disampaikan oleh teman-teman, mungkin tidak perlu penjelasan lagi. Jadi judulnya adalah "Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri".

T erima kasih.

ARSIP

DPR

RI

(14)

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

Terima kasih.

Kami persilahkan Bapak Bondan untuk memperkuat.

FRAKSI PBB (BONDAN MADJID):

Jadi kalau kita mengenai ini, yang menjadi subjek itu 'kan Tenaga Kerja lalu mendapatkan perlindungan. Perlindungan tenaga kerja atau di sini perlindungan pekerja dimana? di luar negeri dan bagaimana di dalam negeri? dan kepulangannya? ini belum tercakup sebelumnya kalau begini. Tetapi kalau kita mengatakan "Penempatan" itu mulai dari rekutmen lalu ditempatkannya dan dipulangkannya. Oleh karena itu, menurut hemat kami lebih tepat kita menggunakan

"Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri", jadi mulai penempatan itu sudah ada rekrutmen dan sebagainya.

T erima kasih.

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

T erima kasih.

Saya kira, kalau semua rnengulang ini tidak bisa disimpulkan. Kebetulan semua sudah berbicara.

FRAKSI PDIP (REKSO HERMAN):

Boleh saya bicara.

Tadi di dalam kesepakatan 3 putaran. Saya berharap kalau diijinkan untuk menanggapi, apa yang saya kernukakan, kalau tidak, tidak ada kesempatan untuk menanggapi.

T erirna kasih.

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

Terima kasih.

Pengertian 3 putaran itu dibahas, lempar ke Pemerintah balik lagi lernpar lagi. lni baru sekalipun belum, sedang dalam masalah. Oleh karena itu kalau sernua diberikan 2 kali berbicara tidak akan selesai.

Baiklah Bapak-bapak dan lbu-ibu sekalian, saya mencoba menampung aspirasi rekan- rekan tetapi kalau dipilah-pilahkan sebagai berikut:

1. Yang bertahan di RUU draft DPR sebagian besar menyarankan kata-kata: "Pekerja Indonesia" diganti dengan "Tenaga Kerja Indonesia". Jadi draft DPR tapi kata-kata

"Pekerja Indonesia" diganti dengan "Tenaga Kerja Indonesia", itu sebagian besar.

2. Yang mendukung Pemerintah, berkisarnya hanya penempatan dahulu atau perlindungan dulu. Dengan kata lain, selisihnya antara draft DPR setelah sebagian besar rnenyarankan

"Pekerja Indonesia" diganti dengan "Tenaga Kerja Indonesia" dengan draft Pemerintah, hanya di satu suku kata penempatan, sedangkan mengerucut. Jadi sebagian besar kalau konsep DPR "Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri", kalau konsep Pemerintah walaupun dibolak-balik "Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja di Luar Negeri".

Hanya beda satu suku kata yaitu "Penempatan" dan tempatnya di depan atau di belakang.

Oleh karena itu, saya kira sudah waktunya kembalikan pada Pemerintah, hanya beda satu suku kata. Mudah-mudahan tidak mempengaruhi substansi pembahasan.

Kami persilahkan, Bapak Menteri.

PEMERINTAH:

Terima kasih Ketua.

Kami sudah mendengar usul berbagai pihak teman-teman anggota, kalau kita katakan

"Perlindungan" sudah otomatis juga penempatan. Kita juga bisa mengatakan "Penempatan" sudah otomatis perlindungan, jadi untuk supaya lebih lengkap menurut kami ambillah dua kata ini masuk di dalam judul undang-undang. Kalau nanti ada acuannya di Ketentuan Umum, apa itu perlindungan, apa itu penempatan, jelas nanti ke belakang itu ada. Jadi supaya ada acuannya, itu di judulnya sudah ditempatkan. Sebab, kalau kita hanya mengatakan perlindungan, perlindungan semacam apa? bisa saja kita mengatakan bahwa perlindungan sudah otomatis penempatan. Saya juga bisa mengatakan penempatan otomatis di dalam kita merumuskan perlindungannya.

ARSIP

DPR

RI

(15)

Perlindungan dia mulai dari berangkat, direkrut, dilatih, berangkat ke luar negeri, dikembalikan sampai kerumah, ini juga perlindungan. Tapi maksudnya penempatan, penempatan pun begitu, kalau kita menempatkan nanti juga di dalam juga kita rumuskan mengenai perlindungannya.

Jadi kalau boleh saya tawarkan, sebaiknya dua suku kata kita masukkan, tapi kalau kita ingin lebih menonjolkan perlindungan, kami sepakat juga dengan 1'Perlindungan" di depan, jadi bukan penempatan, perlindungan, kalau kita ingin lebih menonjolkan. Saya juga bertemu dengan teman-teman LSM dan APJATI segala macam, tapi condong terhadap "Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia" karena supaya ada acuannya nanti ke belakang nanti kita lihat seperti draft DPR di DIM 14 "Perlindungan" nanti di DIM 15 "Penempatan" DPR punya, begitu pun yang dilakukan oleh Pemerintah.

Saya kira demikian, Bapak Ketua.

Teri ma kasih.

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

T erima kasih Bapak Menteri

Rekan-rekan yang saya hormati, sudah mulai mengerucut. Sekali lagi kalau Pemerintah menambah "Perlindungan dan Penempatan" kalau kita hanya "Per/indungan" saja tapi sudah sama-sama menggunakan Tenaga Kerja Indonesia. Oleh karena itu, untuk putaran kedua barangkali bisa saya lempar ke floor dahulu dengan harapan ada titik temu. di man a Pemerintah sudah menjelaskan untuk kedua kalinya memohon untuk "Perlindungan dan Penempatan". Harga tawarnya Pemerintah itu tolong kata-kata "Penempatan" itu disisipkan intinya dari konsep Dewan.

Kami persilahkan barangkali ada, silahkan lbu Nur.

FRAKSI REFORMASI (NURDIATI AKMA):

Terima kasihl Pimpinan.

Barangkali kalau kita akan menonjolkan kata-kata "Penempatan", saya ingin menanyakan bagaimana dengan proses. Karena saya menganggap "Penempatan" itu sebagai suatu proses/

dimana proses itu mulai dari persyaratan, pendaftaran, pembinaan1 penempatan kemudian pemulangan, pengembalian. Lalu apakah ini semuanya sudah tercakup di dalam penempatan atau kenapa penempatan harus dimunculkan. sedangkan yang pemulangan, pendaftaranl pembinaan.

itu tidak dimasukkan. Bagaimana kalau perlindungan saja, maka di dalam perlindungan itu tidak ter-cover penempatan itu. Jadi apa yang disebutkan oleh Bapak Menteri tadi bahwa, nanti di beberapa DIM kita akan munculkan tentang penempatan, kita akan munculkan pembinaan, kita

akan munculkan tentang pembinaan, pemulangan dan sebagainya. ltu memang sudah

sewajarnya, memang harus kita masukkan apabila kalimat-kalimat itu memang acap kali kita ungkapkan. Jadi rasanya lebih fleksibel kalau kita mempergunakan kalimat "Per/indungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri". lni sudah sama 1'Tenaga Kerja di Indonesia di Luar Negeri". Cuma kita menginginkan penempatan itu 1kan, apa tidak sama? Kedudukannya dengan pembinaanl pendaftaran, pemulangan dan sebagainya. Tidakkah itu sudah ter-cover di dalam kata-kata

"Perlindungan".

Terima kasih.

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

Baiklah, Saudara lbu Nur.

Kami persilahkan, Bapak Gunawan.

FRAKSI PDIP (GUNAWAN SLAMET):

Terima kasih.

Kalau saya melihat bahwa, pekerja itu dilindunginya itu diproses mana? apakah penempatannya, apakah waktu bekerja di sana? apakah pada waktu pemulangan?. Kalau saya melihat perlu dilindungi pada waktu bekerja di sana dan pada waktu pemulangannya. Jadi kalau tadi Pemerintah hanya mengurus penempatannya tidak menggambarkan proses pemulangannya seperti yang dikatakan lbu Nur.

Terima kasih.

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

Terima kasih Bapak Gunawan.

ARSIP

DPR

RI

(16)

Memang kita perlu melalui ke definisi, tapi pengertian penempatan dan keseluruhan proses sejak perekrutan dan lain sebagainya.

Terima kasih.

Kami persilahkan, Bapak Sukardi.

FRAKSI PPP (SUKARDI HARUN):

Terima kasih, Ketua.

Ketua, Bapak Menteri. lni saya melihat masalahnya mulai mengerucut sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Ketua tadi. Masalah sekarang tinggal kata penempatan.

Yang kedua, dari draft judul RUU ini, saya kira teman-teman Anggota Komisi VII, ini sudah mundur selangkah. Kalau tadi ini kita mencantumkan "Pekerja Indonesia" sekarang tenaga kerja Indonesia itu sama dengan draft Pemerintah, tinggal satu bu ah penempatan. Oleh karena itu saya berpikir Bapak Ketua, bahwa kita tidak akan bersitegang mempertahankan draft dari DPR kemudian kita menyampaikan draft dari pada Pemerintah, tetapi kita mencari yang terbaik untuk bangsa ini, mana yang baik kita berikan. Tapi dengan alasan bahwa kalau DPR punya draft dalam judul ini tidak mencantumkan kata penempatan, saya melihat di pasal-pasal berikutnya Batang Tubuh daripada RUU draft DPR RI, itu coba kita lihat di BAB VI Pasal 12 bagian ke-1, itu ada tata cara penempatan, jadi walaupun dalam judul belum terangkat tetapi dalam Batang Tubuh semangat daripada RUU ini masalah penempatan sudah dicantumkan.

Kemudian juga masalah keberangkatan dan kepulangan, ini juga sudah ada. Sudah diatur oleh draft DPR. Oleh karena itu, kita mengalah satu langkah Bapak Ketua, tetapkan saja saya kira, Bapak Yakob bisa memahami aspirasi dari pada teman-teman, kita tetapkan "Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri" ini sudah tercakup semua.

Saya kira ini saja, Bapak Ketua.

Terima kasih.

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

Terima kasih Bapak Sukardi Harun.

Memang kita perlu membaca definisi, tapi ada yang mempertanyakan. Jadi saya bacakan saja. Penempatan dan keseluruhan proses sejak perekrutan, pengurusan dokumen, pendidikan dan pelatihan, persiapan pemberangkatan sampai negara tujuan dan pemulangan dari negara tujuan, ini sudah include (sudah lengkap). Mudah-mudahan dengan saya bacakan DIM yang belum kita lewat ini.

Kami persilahkan Bapak Mustopo.

FRAKSI TNl/POLRI (MUSTOPO):

Terima kasih Pak.

Saya tadi mendengar bahwa kalau DPR mengatakan perlindungan, itu bisa juga ada penempatannya. Penempatan juga bisa berisi perlindungan, saya kira kalau begitu. Bagaimana kalau Undang-Undang ini diganti Undang-undang "Penempatan Tenaga Kelja11 saja? apakah sudah mencakup perlindungan? 'kan belum, ini maksudnya.

Terima kasih, Pak.

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

Baiklah rekan-rekan sekalian, kita masing-masing punya pendapat, kalau untuk satu nada semua itu agak susah. Tapi saya yakin ada jalan keluamya, singkat-singkat saja.

Bapak Kyai saja yang belum bicara.

FRAKSI PKB (K.H. SA YUTI):

Terima kasih Ketua.

Saya sependapat dengan Draft Pemerintah, karena selain perlindungan di dalam negeri dan yang paling utama adalah mengamankan penempatan di luar negerinya. Oleh karena sependapat yang disampaikan Pemerintah, perlindungan dan penempatan TKI di luar negeri.

Sekian dan terima kasih.

KETUA PANSUS (IPING SUMANTRI):

Terima kasih Bapak.Kyai.

ARSIP

DPR

RI

(17)

Kami persilahkan, Bapak Wasikun.

FRAKSI PDIP (HADI WASIKOEN):

Jadi saya pikir beginC seperti tadi lbu Mariani katakan bahwa judul itu harus mencerminkan semangatnya atau menjiwainya. Jadi judul itu pun penekanan judul itu nanti masuk di dalam Batang Tubuh. Tadi diberi argumen oleh salah satu teman kita yang terhormat, apakah ini masuk?

tentunya tidak semuanya masuk juga. Tetapi bahwa payungnya itu mestinya harus ada dan tentunya harus ada. Oleh karena itu, saya sebetulnya bukan asal setuju, kebetulan ini pendirian saya, kok sama dengan Pemerintah. Jadi karena memang penekanannya semangatnya, yang perlu kita kedepankan ada perlindungan, oke kata perlindungan di depan. Tetapi perlindungan terhadap apa? Terhadap tenaga kerja di luar negeri. Tenaga kerja yang ada di luar negeri setelah diapakan? Setelah ditempatkan, tetapi pengertian penempatan inipun bukan berarti setelah berada di luar negeri. Mulai dari proses dari awal dalam negeri, penempatan, pemulangan, itupun juga masuk pada semangat "perlindungan".

Jadi saya pikir, judul yang kebetulan diusulkan Pemerintah yang sama dengan saya ini, menurut saya sudah tepat.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Silahkan, bu.

FRAKSI REFORMASI (AAN RUHANA):

Terima kasih Pak Ketua.

Saya rasa judul itu harus bisa menjiwai dari seluruh isi RUU ini sehingga setiap orang yang membaca judul itu sudah bisa tau persis apa kira-kira yang dibahas dalam isinya. Oleh karena itu saya lebih sependapat dengan rekan-rekan yang lain yaitu judulnya, perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Sebab kalau misal perlindungan semua orang sudah tahu maksudnya itu, tapi kalau ada penempatan belum tentu penempatan itu berarti dari proses awal sampai akhir.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih

Kami persilahkan, Bu Mariani.

FRAKSI PG (MARIANI AKIB BARAMULIH):

Terima kasih, Pak Ketua, Pak Menteri yang kami hormati,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Jadi kita tidak mau bertahan juga, tapi mengeluarkan argumentasi kan bisa, jadi memang dari dewan ini merupakan salah satu usul inisiatif, bahwa paradigma yang ingin kami tampilkan itu adalah paradigma perlindungan, terhadap WNI yang didalam UUD mengatakan tentunya bahwa UUD itu menjamin hak-hak setiap orang untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak. Di dalam negeri dia tidak bisa dapat, di luar negeri dia bisa dapat misalnya, tetapi bahwa di dalam hal ini pemerintah wajib melindungi warga negara yang mencari pekerjaan ataupun yang mendapat pekerjaan. Sekarang kalau ada kalimat "penempatan", Pak Menteri ada konotasi mengatakan berarti yang ditempatkan saja, sedangkan riwayat daripada bangsa kita, dulu-dulu berlalu lalang pindah, itu merupakan hal yang dari dulu sudah turun temurun, apakah seperti ini, itu bukan tidak ditempatkan mereka jadi yang kami harapkan itu juga masuk di dalam undang-undang ini sehingga kita batasi kalimat "penempatan", itu salah satu argumennya.

Yang kedua, Pak. Bahwa ada yang memang UU No.37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (kalau tidak salah), barangkali itu bisa menjembatani, mangatasi tentang masalah tenaga kerja yang ilegal, barangkali itu bisa diselesaikan, akan tetapi tenag akerja yang pergi sendiri secara legal, dia bekerja disana, apakah itu dengan kalimat penempatan, itu masuk 'gak, Pak Menteri? ltu pertanyaan saya, sehingga kalau memang tidak barangkali kita bisa bicarakan lebih mendalam. Yang kami harapkan adalah perlindungan ini mencakup tenaga-tenaga kerja yang

ARSIP

DPR

RI

(18)

begitu lama oleh PJTKI dan sebagainya sehingga lama untuk ditempatkan tapi bisa pergi sendiri secara legal, banyak yang begitu juga, itu juga dilindungi oleh undang-undang ini, kita mengajar mereka tidak legal. lni saja pertanyaannya, kalau memang itu tercover di sini barangkali bisa dibicarakan lebih mendalam. Malah terakhir saya mengusulkan kalau memang ini Panja, kita panjakan. supaya tidak menghalangi, tapi ada, semangat kita sudah ada yaitu semangat perlindungan.

Teri ma kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih, Bu Mariani dan Pak Herman, silahkan.

FRAKSI PDIP (REKSO AGENG HERMAN):

Terima kasih Pak Ketua, Pak Menteri.

Saya bukannya ngotot, semuanya kalau sudah "di" mau diapain, saya pasti ikut "di". Tapi, tadi saya mendengar dari Bapak Bagiada, ini asas personalite, tapi ini saya kira bukan hanya lex genera/is, lex specialis. Berbicara masalah perlindungan penempatan, karena penempatan sudah meng-cover keberangkatan dari mulai pendaftaran, BLK, latihan kerja, lalu diberangkatkan sampai kembali. Kalau "ke" saja saya kira masih kurang. Cuma, kalau "di" luar negeri, nanti kita tanya ahli bahasa kalau UU ini cuma melindungi penempatan tenaga kerja Indonesia yang di luar negeri aja, tidak ada urusan dengan yang di sini.

Makanya itu, saya usul kalau bisa diterima perlindungan dan penempatan tenaga kerja Indonesia luar negeri saja. Tidak usah pakai "dt', "ke11"Luar Negeri" sudah mencakup semuanya.

Kalau pakai "di" sekali lagi, UU ini hanya melindungi orang-orang pekerja yang di luar negeri. Tidak ada urusan dengan yang di sini, cuma di luar negeri. Kalau boleh tanya bahasa, melalui Ketua dan Pak Menteri.

T erima kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih, Pak Herman.

Jadi saya luruskan, apa yang saya katakan bukan dari Ketua, dari saya sekadar membacakan draft yang ada. Yang kedua, masalah "di" dan "ke" nanti kita lemparkan kepada ahli bahasa, pasti ada ahli bahasa kita siapkan.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI}:

Silahkan, Pak Bondan.

FRAKSI PBB (BONDAN MADJID):

Begini Pak, barangkali bukan selalu memihak pemerintah atau bukan menolak DPR sendiri, pada DIM 15 itu seperti yang dibacakan oleh Pak Ketua, dengan demikian, maka kalau itu bertambah penempatan dan perlindungan itu itu sudah tepat karena sesuai dengan Tim kita sendiri, jadi itu usul DPR sendiri bukan usul dari pemerintah itu pada DIM 15, sedangkan pada DIM pemerintah, itu mengenai perlindungan, itu malah berbeda dengan kepunyaan DPR, yaitu terletak pada DIM 15 tetapi DIM kita itu adalah dari DIM DPR ditambah dengan ketentuan umum perlindungan oleh pemerintah itu lain pengertiannya.

T erima kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Teri ma kasih pak Bond an.

Substansinya atau konkritnya Pak Bondan tetapi cenderung mendukung judul dari pemerintah.

Kami persilahkan lbu Safira.

FRAKSI PKB (SAFIRA):

T erima kasih.

Saya pada dasarnya juga sama dengan Pak Bondan, hanya saja saya tetap menempatkan perlindungan pada urutan pertama setelah itu penempatan saya ingin menekankan itu terlebih dengan tadi yang ditanyakan oleh Bu Mariani. Bagaimana dengan tenaga kerja yang bukan karena

ARSIP

DPR

RI

(19)

ditempatkan. Oleh Karena itu, menurut saya kalau misal ''perlindungan" ditempatkan pada judul yang pertama. ltu maksudnya perlindungan untuk tenaga kerja keseluruhan tenaga kerja lndonessia yang berada di luar negeri. Baik mereka yang bekerja sendiri maupun mereka yang dikirim oleh lembaga-lembaga yang ada di Indonesia diberikan perlindungan dan penempatan semestinya. Dan seperti tadi yang sudah dibacakan oleh Bapa !ping yang ada di DIM 15, itu lagi bisa dilindungi dan ditempatkan sebgaimana mestinya. Jadi saya tetapi sepakat dengan usul pemerintah, bukan saya mendukung pemerintah, tapi rasionalnya begitu saja, jadi dua-duanya kalau ditempatkan, apalagi ada kata penghubung "dan", dua-duanya sama kuat, tapi tetapi unsur- unsur perlindungan itu adalah hal atau paradigma utama dari anggota DPR ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih, Bu Shafira.

Silahkan, Pak Lutfi.

FRAKSI REFORMASI (LUTFI AHMAD):

Terima kasih,

Saya punya pikiran kita mencari alternatif lain selain pada draft yang ada. Jadi saya membantah pendapat teman-teman bahwa "di" diganti "ke" dan "di" di situ, tempat kerjanya di luar negeri, bukan perlindungan di luar negeri, tetapi perlindungan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Jadi "di" itu pekerjaan di luar negeri. Sedangkan perlindungannya itu dilakukan di Indonesia, sampai dia keluar negeri dan sampai pulang kembali. Jadi saya kira tinggal mengutak- atik di sini apakah perlindungan dan penempatan itu dimasukan kita fokus. Jadi kita tidak berdebat lagi tentang "di" dan "ke".

Kita hilangkan "di" dan "ke", tetapi kita sepakat "di" nya sekalian tapi Pimpinan mengarahkan kepada dua hal "perlindungan dan ''penempatan". Kita tidak akan melebar kemana- mana lagi pembicaraan.

T erima kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih, Pak Lutfi.

Jadi masalah "di" dan "ke" tidak usah dibahas lagi, tadi sudah kita, tadi lebih banyak yang setuju di "dt'. Oleh karena itu yang "ke" dengan besar hati mengalah lah, nenti kita tanya ahli bahasa. Oleh karena itu, mungkin sudah waktunya untuk kita lemparkan kepada pemerintah untuk yang ke dua kalinya, bahwa selisihnya sekali lagi, tidak terlalu banyak hanya di "penempatan",

"perlindungan dan penempatan" semuanya sudah sama,

Saya kira silahkan lbu Karna, kalau mau bicara sebelum saya lempar kuliah, diharapkan yang terakhir.

FRAKSI PG (TISNAWATI KARNA):

Terima kasih Pak Ketua,

Saya akan tetap akan sepakat menggusulkan, kita tetap tertumpu pada usulan RUU daripada DPR, karena kalau kita melihat seperti apa yang telah kita bahas, bahwa kita tekankan pada perlindungan, kalau kita jeli sekedar menyimak di dalam DIM kita butir 14, makna dari perlindungan itu adalah segala upaya untuk melindungi calon pekerja dan pekerja dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan.

Kepentingan hak-haknya, sesuai peraturan perundang-undangan baik sebelum, selama maupun sudah bekerja, jadi dengan klausul ini maka sudah jelas sekali bahwa apa yang dimaksud dengan perlindungan ini. Oleh karena itu kalau kita berfikir sama-sama bijak, judul diusulkan oleh DPR ini adalah simpet cukup dan mengatur secara keseluruhan, jadi oleh karena itu secara komprehensif.

Jadi oleh karena itu saya mendukkung usul daripada draft DPR.

T erima kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih, Bu Tisna.

ARSIP

DPR

RI

(20)

Akan saya lempar kepada pemerintah, memang dengan segala reasoning kita masih ada 2 pendapat, tapi pendapat apapun pasti nuansanya cukup arif, jadi tidak hanya satu jadi yang bijak, tapi semua judul cukup bijak. Oleh karena itu yang kita pentingkan itu titik temu, masing- masing punya reasoning oleh karena itu saya yakin ada kebenarannya, bapak-bapak dan ada kebenarannya yang lain juga.

Oleh karena itu mungkin untuk kedua kalinya sebelum kita lanjut.

Kami persilahkan, Pak Menteri.

PEMERINT AH (MENAKERTRANS):

Terima kasih, Pak Ketua.

Sebenarnya sudah dijelaskan oleh Pak Bondan ini sebenarnya jawaban pemerintah, terus yang kedua, apa yang dikatakan ibu Mariani, kita dengan ada penempatan yang teratur, yang melalui mekanisme supaya tidak terjadi ilegal, ibu tahu kenapa sekarang ilegal begitu banyak karena penempatan yang tidak teratur. Keberangkatan dengan dokumen yang tidak lengkap dan sebagainya, akhirnya mereka menjadi ilegal di luar negeri. Kalau kita melakukan MoU dengan negara-negara itu juga termasuk penempatan itu. Saya lihat DIM yang dibuat oleh DPR seperti DIM 14, itu barangkali saya sepakat dengan DIM DPR dalam persi Indonesia.

Tapi DPR pun seperti DIM 15 yaitu penempatan. lni ada penjelasan tentang penempatan, saya juga sepakat dengan DIM yang dibuat oleh DPR. Dan yang kedua kita harus ada acuannya.

Bagaimana tau-tau timbul penempatan tanpa kita lakukan di depannya. Jadi sebuah undang- undang itu harus ada acuannya. Jadi tidak tahu nol-nol aja, "penempatan" itu dari mana.

Jadi otomatis perlindungan itu juga penempatan, maka pemerintah merubah itu bukan lagi penempatan dan perlindungan, tapi perlindungan dan penempatan, karena kita lebih menonjolkan masalah perlindungan, sebab kita semua tahu perlindungan itu sangat lemah, itulah sebabnya kita menggunakan judulnya tentang perlindungan dan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Jadi mulai prosesnya dan segala macam kita sepakat, usul saya yang ke dua, kalau memang ini perlu, dipilih saja seperti judul UU dulu juga, nanti akhir mau selesai baru bisa kita sepakati judul UU ketenaga kerjaan itu, jadi mungkin judul yang kita pilih, kita bahas yang lain saja, terus nanti kita sambil berpikir, bisa melalui lobi-lobi pendekatan-pendekatan untuk kita samakan persepsi kita.

Terima kasih, Pak Ke tu a.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih, Pak Menteri,

Saya kira saran yang arif daripada kita berebut satu suku kata penempatan, kita pending, yang dipending hanya satu suku kata, "penempatan". Sedangkan perlindungan dan tenaga kerjanya sudah kita sepakati untuk memuatnya.

Oleh karena itu bagaimana kalau tawaran Pak Menteri, untuk penggunaan kata-kata

"penempatan" kita pendingkan. Apakah pending nanti dalam pansus kita selesaikan di dalam Panja, kami lempar ke floor.

FRAKSI PG (ARSEN RICKSON):

Terima kasih pak Ketua, jadi bagaimana pak menteri dengan konotasi perlindungan dan penempatan itu tadi sudah dijelaskan walaupun tadi sudah dijelaskan, yang kita ingin tanyakan penempatan ini kan suatu hal yang terorganisir pengirimannya ke luar negeri, itu mekanismenya, terorganisir. Pertanyaan saya adakah orang perorang yang juga dokumennya lengkap, lengkap legal dia bekerja di luar negeri. Orang perorang tanpa diorganisir, nah orang-orang tersebut terjangkau atau tidak dim perlindungannya ke depan, pertanyaan saya. Kalau ada, tolong dijelaskan , kalau tidak juga dijelaskan .

Terima kasih.

KETUA RAPAT (IPING SOEMANTRI):

Terima kasih teman-teman sekalian, ada 1 (satu) pertanyaan dari Pak Rickson, baiklah saya lempar ke floor, tawaran Pak Menteri tadi untuk dipending untuk di tingkat pansus atau di tingkat panja khusus untuk kata-kata ''penempatan" tidak memuat pertanyaan Pak Rickson tadi,

Kami persilahkan Pak Tjarda.

ARSIP

DPR

RI

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga lampu menyala sama terang karena tegangan pada rangkaian hambatan seri dengan hambatan sama besar maka tegangan yang masuk juga sama besar, dan arus listrik yang mengalir

Data pressure drop yang diperoleh, dapat digunakan untuk menghitung shear stress pada dinding pipa ( t. rz

Kedua, faktor-faktor yang menyebabkan adanya minat masyarakat di Kecamatan Banjarmasin Tengah untuk membeli minyak goreng curah didapat 21 orang atau 70% mengatakan bahwa

Penelitian ini mengungkapkan struktur populasi, keragaman fenotipe kualitatif, dan keragaman genetik populasi lokal monyet ekor panjang di Jawa Timur (sebagai

Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara obyektif dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia fuktual dan berprinsip untuk mengorganisasikan dan

Berdasarkan hasil analisis butir soal dari segi Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran, dan Efektivitas Pengecoh, maka dapat disimpulkan bahwa soal

dan Adriana Parera yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moral dan materi, serta selalu mendoakan dan mengingatkan penulis agar menyelesaikan karya tulis

Dengan alternatif program tersebut, prioritas program kerja yang sesuai dengan hasil rancangan program kerja, untuk meningkatkan dan penjaminan mutu pendidikan di UNPAZ,