BAB. II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perencanaan
Perencanaan merupakan salah satu fungsi vital dalam kegiatan manajemen proyek. Perencanaan dikatakan baik bila seluruh proses kegiatan yang ada didalamnya dapat diimplementasikan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dengan tingkat penyimpangan minimal serta hasil akhir maksimal.
Secara umum definisi perencanaan adalah suatu tahapan dalam management proyek yang mencoba meletakan dasar tujuan dan sasaran sekaligus menyiapkan segala program teknis dan administratif agar dapat diimplementasikan.
Tujuan perencanaan adalah melakukan usaha untuk memenuhi persyaratan spesifikasi proyek yang ditentukan dalam batasan biaya, mutu dan waktu serta factor keselamatan.
Filosofi perencanaan adalah sebagai berikut :  Aman, keselamatan terjamin
 Efektif, produk perencanaan berfungsi  Efisien, produk yang dihasilkan hemat biaya
 Mutu terjamin, tidak menyimpang dari spesifikasi yang ditentukan Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi managemen, terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era globalisasi ini perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis dan bukan hanya pada intuisi dan firasat (dugaan).
Dalam perencanaan alternatif rencana anggaran biaya kami dituntut kreatif dami memuncukan alternatif - alternatif yang akan digunakan dalam melakukan perencanaan pada komponen pembangunan tersebut yaitu komponen pelat. Alternatif tersebut dapat dikaji dari segi bahan, waktu pelaksanaan, biaya pelaksanaan dan lain-lain.
Optimasi dalam penelitian ini diartikan sebagai proses penguraian durasi proyek khususnya pekerjaan pelat lantai untuk mendapatkan percepatan durasi yang paling baik (optimal) dengan menggunakan beberapa alternatif ditinjau dari segi biaya dan waktu pelaksanaan.
Menurut Heizer dan Render, 2005 “Proses memperpendek waktu
kegiatan dalam jaringan kerja untuk mengurangi waktu pada
jalur kritis, sehingga waktu penyelesaian total dapat dikurangi
disebut crashing proyek"
Perbandingan waktu pelaksanaan adalah dengan melihat total penyelesaian dari schedule masing-masing jenis pekerjaan yang telah dianalisa dan direncanakan. Waktu perencanaan tiap pekerjaan dibuat dalam grafik sebagai penggambaran waktu pelaksanaan masing-masing alternatif tersebut.
Schedule material adalah pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi,
yang mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan maupun tenaga kerja dan menentukan urutan pelaksanaan bagi suatu kegiatan operasi.
Tujuan scheduling adalah meminimalkan waktu proses, waktu tunggu langganan dan tingkat persediaan serta penggunaan yang efisien dari fasilitas, tenaga kerja dan peralatan.
Menurut Taylor (2004, p692), “Persediaan adalah sekumpulan
barang yang disimpan oleh perusahaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.”
Menurut Heizer dan Render (2001, p314), “Persediaan
merupakan salah satu asset yang yang paling mahal di banyak
perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang
diinvestasikan”.
Durasi proyek adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan proyek. Maharany dan Fajarwati
(2006) menjelaskan bahwa faktor yang berpengaruh dalam
menentukan durasi pekerjaan adalah volume pekerjaan, metode
kerja (construction method), keadaan lapangan, serta keterampilan
tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan proyek.
Manajemen Mutu adalah aspek-aspek dari fungsi manajemen keseluruhan yang menetapkan dan menjalankan kebijakan mutu suatu perusahaan/organisasi. Dalam rangka mencukupkan kebutuhan pelanggan dan ketepatan waktu dengan anggaran yang hemat dan ekonomis, seorang manager proyek harus memasukkan dan mengadakan pelatihan management kualitas.
Pengendalian Mutu (Quality Control) adalah teknik dan aktivitas operasi yang digunakan agar mutu tertentu yang dikehendaki dapat dicapai. Aktivitasnya mencakup monitoring, mengeliminir problem yang diketahui, mengurangi penyimpangan/perubahan yang tidak perlu serta usaha-usaha untuk mencapai efektivitas ekonomi.
Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO-9000 didefinisikan sebagai “ciri dan karakter menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu”.
Pada tahap pelaksanaan konstruksi penggunaan material di lapangan sering terjadi sisa material yang cukup besar, sehingga upaya untuk meminimalisi sisa material penting untuk diterapkan. Material yang digunakan dalam pelaksanaan konstruksi dapat digolongkan dalam dua bagian besar (Gavilan, 1994), yaitu:
1. Consumable material, merupakan material yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari struktur fisik bangunan, misalnya: semen, pasir, kerikil, batu kali, besi tulangan, dan lain-lain.
2. Non-consumable material, merupakan material penunjang dalam proses konstruksi, dan bukan merupakan bagian fisik dari bangunan setelah bangunan tersebut selesai, misalnya: perancah, bekisting, dinding penahan sementara, dan lain-lain.
Sisa material konstruksi ini akan terus bertambah sesuai dengan perkembangan pembangunan yang dilaksanakan, selain mempengaruhi biaya
lingkungan proyek dan sekitarnya. Pengendalian besarnya kuantitas sisa material tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara (Gavilan, 1994), yaitu:
1. Mencari jalan untuk memakai kembali sisa material tersebut. 2. Mendaur ulang sisa material tersebut menjadi barang yang berguna. 3. Memusnahkan sisa material dengan cara pembakaran.
4. Mencari cara untuk mengurangi sisa material yang timbul.
Penelitian Katarina Raninda Widjaja (2008) bertujuan untuk mengetahui penanganan kontraktor terhadap direct waste material pada proyek konstruksi di Surabaya. Pada penelitian ini dilakukan penyebaran kuesioner pada 15 proyek pembangunan gedung bertingkat di Surabaya untuk mendapatkan data mengenai faktor penyebab terjadinya sisa material dan penanganan para kontraktor terhadap sisa material tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab sisa material tertinggi adalah cutting waste sebesar 35,36%, penanganan terbanyak yang dilakukan oleh para kontraktor adalah usaha mengurangi sisa material (reduce) sebesar 35,64%. Berdasarkan skala perbandingan volume, sisa material terbanyak pada proyek-proyek di Surabaya adalah berupa sisa packaging sebesar 2,47%.
2.2 Perkiraan Biaya
Perkiraan biaya dibedakan dari anggaran dalam hal perkiraan biaya terbatas pada tabulasi biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan tertentu proyek ataupun proyek keseluruhan. Sedangkan anggaran merupakan perencanaan terperinci perkiraan biaya dari bagian atau keseluruhan kegiatan proyek yang
dikaitkan dengan waktu (time phase). Definisi perkiraan biaya menurut National
Estimating Society - USA adalah seni memperkirakan (the art of approximating)
kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu.
Perkiraan biaya diatas erat hubungannya dengan analisis biaya, yaitu pekerjaan yang menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai sebagai bahan untuk menyusun perkiraan biaya. Dengan kata lain, menyusun perkiraan biaya berarti melihat masa depan, memperhitungkan dan mengadakan prakiraan atas hal-hal yang akan dan mungkin terjadi. Sedangkan analisis biaya menitik beratkan pada pengkajian dan pembahasan biaya kegiatan masa lalu yang akan dipakai sebagai masukan.
Dalam usaha mencari pengertian lebih lanjut perihal perkiraan biaya, maka paling penting untuk diperhatikan hubungannya dengan disiplin cost engineering. Definisi cost engineering menurut AACE (the American association of cost
engineer) adalah area dari kegiatan engineering dimana pengalaman dan
pertimbanan engineering dipakai pada aplikasi prinsip-prinsip teknik dan ilmu pengetahuan didalam masalah perkiraan biaya dan pengendalian biaya.
Estimasi analisis ini merupakan metode yang secara tradisional dipakai oleh estimator untuk menentukan setiap tarif komponen pekerjaan. Setiap komponen pekerjaan dianalisa kedalam komponen-komponen utama tenaga kerja, material, peratalan, dan lain-lain. Penekanan utamanya diberikan factor-faktor proyek seperti jenis, ukuran, lokasi, bentuk dan tinggi yang merupakan factor penting yang mempengaruhi biaya.
2.3 Rencana Anggaran Biaya Material
Rencana anggaran biaya adalah biaya seuatu bangunan atau suatu proyek. Sedangkan rencana anggaran biaya material adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan material yang digunakan pada bangunan atau proyek tersebut. Anggaran biaya material pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan. Biaya (anggaran) adalah jumlah dari masing-masing hasil perkiraan volume dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan. Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut :
Penyusunan anggaran biaya material yang dihitung dengan teliti, didasarkan atau didukung oleh gambar bestek. Gambar bestek adalah gambar lanjutan dari uraian gambar Pra Rencana, dan gambar detail dasar dengan skala (PU = Perbandingan Ukuran) yang lebih besar. Gambar bestek merupakan lampiran dari uraian dan syarat-syarat (bestek) pekerjaan.
2.3.1. Biaya Material
Menyusun perkiraan biaya pembelian material amat kompleks, mulai dari membuat spesifikasi, mencari sumber sampai kepada membayar harganya. Terdapat berbagai alternatif yang tersedia untuk kegiatan tersebut, sehingga bila kurang tepat menanganinya mudah sekali membuat proyek menjadi tidak ekonomis. Harga bahan yang dipakai biasanya harga bahan yang di tempat pekerjaan, jadi sudah termasuk biaya angkutan, biaya menaikkan dan
menurunkan, pengepakan, penyimpanan sementara di gudang, pemeriksaan kualitas dan asuransi.
2.3.2. Volume / Kubikasi Pekerjaan
Volume suatu pekerjaan ialah menghitung jumlah banyaknya volume pekerjaan dalam satu satuan. Volume juga disebut sebagai kubikasi pekerjaan. Jadi volume (kubikasi) suatu pekerjaan, bukanlah merupakan volume (isi sesungguhnya), melainkan jumlah bagian pekerjaan dalam suatu kesatuan.
Dibawah ini diberikan beberapa contoh sebagai berikut : a. Volume pondasi batu kali = 30 m³
b. Volume atap = 410 m² c. Volume listplang = 31 m'
d. Volume besi beton = 2.704.2014 kg e. Volume kunci tanam = 17 buah
Dari contoh diatas dapat diketahui dengan jelas bahwa satuan masing-masing volume pekerjaan, seperti volume pondasi batu kali 30 m³, atap 410 m², listplang 31m', besi beton 2.704.2014 kg dan kunci tanam 17 buah, bukanlah volume dalam arti sesungguhnya melainkan volume dalam satuan, kecuali volume pondasi batu kali 30 m³ yang merupakan volume sesungguhnya.
Masing-masing volume diatas mempunyai pengertian sebagai berikut : - Volume pondasi batu kali dihitung berdasarkan isi, yaitu panjang x luas
penampang yang sama,
- Volume atap dihitung berdasarkan luas, yaitu jumlah luas bidang-bidang atap, seperti segitiga, persegi panjang, trapezium, dan sebagainya, - Volume listplang dihitung berdasarkan panjang atau luas,
- Volume besi beton dihitung berdasarkan berat, yaitu jumlah panjang besi beton x berat/m,
- Volume kunci dihitung berdasarkan jumlah banyaknya kunci,
2.3.3. Harga Satuan Pekerjaan
Harga satuan pekerjaan ialah jumlah harga bahan berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapat di pasaran, dikumpulkan dalam satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Bahan. Setiap bahan atau material mempunyai jenis dan kualitas tersendiri. Hal ini menjadi harga material tersebut beragam. Untuk itu sebagai patokan harga biasanya didasarkan pada lokasi daerah bahan tersebut berasal dan sesuai dengan harga patokan dari pemerintah. Misalnya untuk harga semen harus berdasarkan kepada harga patokan semen yang ditetapkan. Untuk menentukan harga bangunan dapat diambil standart harga yang berlaku di pasar atau daerah tempat proyek dikerjakan sesuai dengan spesifikasi dari dinas PU setempat Daftar Harga Satuan Bahan.
2.4 Pekerjaan Beton
2.4.1. Pekerjaan Cetakan Beton / Bekisting
Pekerjaan cetakan beton, yang secara umum para petugas dilapangan menyebut dengan istilah begisting, adalah merupakan pekerjaan sementara, tetapi walaupun merupakan pekerjaan sementara harus kuat untuk menahan tekanan beton yang masih cair dan juga harus kuat jika terkena injakan para pekerja dan pukulan-pukulan yang tidak disengaja. Harus diyakini juga agar tidak berubah bentuknya selama pekerjaan pengecoran beton sampai beton menjadi keras. Umumnya pembukaan begisting dapat dibuka saat beton berusia tiga sampai dengan empat hari meskipun beton matang pada usia di hari ke dua puluh delapan.
Cetakan balok atau pelat beton yang menggantung beban keseluruhan harus dipikul oleh balok-balok kayu, kemudian beban dari balok-balok kayu tersebut diteruskan ke tiang-tiang penyangga dari perancah atau Schaffolding. Konstruksi cetakan beton harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar.
Persyaratan umum dalam mendesign suatu struktur, baik struktur permanen maupun struktur sementara seperti begisting setidaknya tiga persyaratan yang harus dipenuhi yaitu :
1. Syarat Kekuatan, Yaitu bagaimana material begisting seperti balok kayu tidak patah ketika menerima beban yang bekerja,
2. Syarat Kekakuan, Yaitu bagaimana material begisting tidak mengalami perubahan bentuk/deformasi yang berarti, sehingga tidak membuat struktur sia-sia,
3. Syarat Stabilitas, yaitu berarti bahwa balok begisting dan tiang/perancah tidak runtuh tiba-tiba akibat gaya yang bekerja. Selain itu, perencanaan dan design begisting harus memenuhi aspek bisnis dan teknologi sehingga pertimbangan-pertimbangan dibawah ini setidaknya harus dipenuhi,
1. Ekonomis,
2. Kumudahan dalam pemasangan dan bongkar, dan 3. Tidak bocor
Konstruksi begisting untuk struktur yang mendukung bebas terdiri dari suatu konstruksi penyangga dari perancah kayu atau perancah baja bersekrup (Schaffolding). Perancah kayu umumnya diletakan dibagian atas gelagar balok yang cukup panjang dan lebarnya, untuk mencegah begisting melesak. Perancah
kayu dapat disetel tingginya dengan pertolongan dua biji kayu yang dapat digeser. Perancah ini termasuk tipe penyangga tradisional. Perancah baja bersekrup (Schaffolding) terdapat di pasaran dengan bermacam-macam panjang dan besarnya. Perancah baja semakin banyak digunakan karena selain pemasangannya yang mudah dan cepat, perancah ini juga mampu menyangga beban sampai dengan 5-20 kN (500-2000 kg). Perancah baja bersekrup terdiri dari dua pipa baja yang disambung dengan selubung sekrup atau mur penyetel. Penggunaan perancah baja bersekrup membutuhkan pengawasan serta ketelitian dalam pemasangannya. Jika perancah ini dirawat dengan baik, maka dapat dipakai berahun-tahun. Penyetelan dari perancah kayu atau perancah baja bersekrup memerlukan persyaratan seperti di bawah ini :
1) Perancah harus berdiri tegak lurus. Hal ini berguna untuk mencegah perubahan bekisting akibat dari gaya-gaya horizontal. Penyetelan dalam arah tegak lurus harus dengan waterpass
2) Bila beberapa lantai akan dicor berurutan, maka lendutan akibat dari lantai yang telah mengeras harus dihindarkan dengan menempatkan perancah diperpanjangngannya sebaik mungkin. 3) Tempat dari perancah perlu di pilih sedemikian rupa sehingga
beban-beban dapat terbagi serata mungkin, Hal ini berguna untuk mencagah perubahan bentuk yang berbeda-beda akibat dari perpendekan elastis perancah yang timbul karena pembebanan dan perbedaan pernurunan tanah.
Untuk membuat begisting harusnya dibuat suatu perancangan yang baik. Perancangan yang baik ini akan menghasilkan suatu kebutuhan akan kayu yang
paling efisien. Pada bagian kayu yang menipang beban yang tidak besar, dapat digunakan jenis kayu yang sesuai. Kayu juga jangan sampai memikul beban melebihi kapasitasnya kerena akan membuat kayu lebih cepat rusak. Kayu sebagai penopang beban akan direncanakan cukup memadai. Potongan-potongan kayu atau panel kayu akan direncanakan seseragam mungkin agar mengurangi pemotongan yang tidak efisien. Untuk menghitung volume begisting pelat yaitu :
a. Volume Kayu
Volume = Luas Kayu (m²) x Panjang kayu (m²) b. Volume Multipleks
Volume = Luas Pelat (m²) : Luas Multipleks (m²)
2.4.2. Pekerjan Pembesian Untuk Beton
Pembesian atau juga biasa disebut penulangan untuk beton, biasanya berfungsi menahan gaya tarik yang terjadi pada beton, karena beton tidak kuat menahan gaya tarik. Peran perencana dalam menghitung pembesian juga harus memperhatikan jarak besi antara besi, jangan sampai terjadi agregat kasar tertahan oleh anyaman besi beton sehingga dibawah anyaman akan keropos. Dalam merencanakan pembesian sebaiknya tidak terlalu benyak beragam dan ukuran besi yang digunakan, hal ini untuk mengurangi peluang kesalahan petugas di lapangan. Pemasangan dan pembengkokan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung. Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan PBI 1971.
Pemasangan Besi Beton
1. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya
2. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada posisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan
Spacers/penjaga jarak.
3. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk memperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton dengan penjaga jarak kursi penunjang dan penunjang lainyang diperlukan. 4. Tulangan-tulangan yang langsung diatas tanah dan diatas agregat
dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
5. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketetapan tebal penutup beton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m2 cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.
Pada pelat-pelat pada tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung oleh cetakan bawah atau lantai kerja oleh balok-balok beton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan balok yang berbatasan.
2.4.3. Pekerjaan Pengecoran
Pada dasarnya beton adalah berupa bahan campuran dari semen, agregat, dan air dengan perbandingan berat tertentu yang telah diaduk secara sempurna. Untuk tujuan tertentu kadang-kadang campuran beton perlu ditambahkan
admixtures, misalnya untuk meningkatkan workability, membuat cepat mengeras,
menunda setting time dari beton, mempercepat setting time dari beton menambah kuat tekan beton, tahan terhadap sulfat dan lain-lain.
2.5 Pelat Beton
Pelat adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati maupun beban hidup dan menyalurkannya ke rangka vertikal dari sistem struktur.
Pelat merupakan struktur bidang (permukaan) yang lurus, (datar dan melengkung) yang tebalnya jauh lebih kecil dibanding dengan dimensi yang lain. Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat dan tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang tejadi pada pelat.
Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut di tumpu oleh balok-balok secara monolit, yaitu pelat dan balok-balok dicor secara bersama-sama sehingga menjadi satu-kesatuan, atau ditumpu oleh dinding-dinding bangunan. Kemungkinan lainnya, yaitu pelat didukung oleh balok-balok baja dengan sistem komposit, atau didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, dikenal dengan pelat cendawan.
Gambar 2.2 Pengecoran Pelat Lantai Proyek BNPB
2.6 Bondek
Bondek adalah pelat baja struktural bergelombang dengan mutu tegangan tarik tinggi dan dilapisi galbani yang berfungsi ganda, yaitu sebagai begisting tetap dan penulangan positif satu arah, pada lantai beton bangunan. Kekuatan tarik oleh minimum pelat baja ini adalah 550 MPa. Tebal pelat standar adalah 0,70 mm
BMT dengan pilihan tebal yang lain 1,00 mm dan 1,20 mm BMT. Penggunaan
decking baja akan memberikan keunggulan bagi struktur secara keseluruhan
karena penghematan dalam penggunaan Formwork dan beton. Decking baja ini akan berfungsi antara lain sebagai lantai sementara, sebagai bekisting tetap dan tulangan positif. Smartdek juga memberikan keuntungan yang lain yaitu dari segi waktu pelaksanaan konstruksi yang lebih cepat yaitu mencapai 400 m²/hari/kelompok (3-4 orang) dan menghemat dalam pemakaian percancah dan tiang-tiang penyangga.
Pemasangan panel smartdek pada pelat beton diletakan melintang (pada arah memendek). Pada umumnya panel diletakan minimum ± 2,5 cm kedalam begisting balok. Pelat-pelat lantai dan atap yang terdiri dari panel-panel baja (steeldeck panels), yang berfungsi baik sebagai cetakan maupun sebagai tulangan bagi beton yang terletak diatasnya, telah banyak dipakai pada bangunan-bangunan yang rangka utamanya terdiri dari konstruksi baja atau konstruksi komposit. Perencanaan pelat seperti ini dalam beberapa cara berbeda dengan perencanaan dari pelat lantai beton bertulang yang memakai tulangan bersirip permukaannya. Satu hal yang perlu dicatat ialah bahwa luas penampang dari lantai baja yang berfungsi sebagai tulangan ini didistribusikan pada sebagian dari tinggi pelat melalui suatu cara yang bergantung pada bentuk dari lantai baja tersebut. Hal yang lebih penting lagi ialah kenyataan bahwa keberhasilannya lantai baja tersebut berfungsi sebagai perkuatan pelat seluruhnya tergantung pada kemampuan ikatan antara kedua material tersebut pada permukaan pertemuanya. Seperti juga halnya pada batang tulangan yang berfungsi sebagai penulangan, biasanya bahan-bahan ikatan kimiawi saja tidak cukup untuk menjamin terbentuknya lakatan yang kuat.
Berdasarkan alasan ini, untuk memperkuat ikatan tersebut dipakai berbagai alat yang dikenal dengan sebutan alat penyalur gaya geser. Pada kebanyakan kasus, alat-alat ini terdiri dari tonjolan-tonjolan yang mempunyai jarak antara yang dekat sekali. Alat-alat ini bekerja dalam cara yang sama seperti fungsi dari batang bersirip dalam memperbesar kekuatan lekatnya. Disamping itu alat ini juga harus mampu melawan kecenderungan terpisahnya lantai baja dan beton dalam arah vertikal. Tonjolan-tonjolan dapat melakukan tugas ini dengan jalan dimiringkan ke arah horizontal, sehingga dapat memikul kedua gaya horizontal (ikatan) dan gaya-gaya vertikal (gaya yang berusaha memisahkan baja dan beton). Pada jenis lantai lainnya, pada bagian dari atas rusuk-rusuk lantai tersebut dilas kawat-kawat baja dalam arah transversal dengan jarak antara yang dekat sekali sehingga dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.
Pada saat dibebani pelat-pelat lantai dengan baja komposit ini akan mengalami keruntuhan lentur melalui suatu cara yang tidak banyak berbeda dibandingkan dengan keruntuhan lentur dari pelat-pelat biasa, atau melalui hilangnya ikatan antara lantai baja tersebut dengan beton. Keadaan ini dikenal sebagai keruntuhan lekatan geser, dan justru kekuatan lekat geser ialah yang menjadi suatu problem khusus dari pelat-pelat komposit. Bondek mengelami pengembangan dan penyempurnaan dari generasi ke generasi yaitu pada bagian rusuk gelombang atas terdapat tonjolan emboss setinggi 2mm dan perbaikan pasa sistem sambungan (side lap) sehingga saat pengecoran air beton tidak tumpah ke bawah yang dapat menyebabkan beton keropos. Emboss /tonjolan pada rusuk, memperbesar kapasitas geser lekat (Shear bond) lebih dari dua kali lipat sehingga
menjadikan pelat komposit lebih monolite dan lebih mampu menerima beban yang lebih besar.
Gambar 2.3 Stock Bondek Proyek BNPB
Gambar 2.4 Type Bondek "Union Flooe Deck II"
2.6.1. Cara Hitung Volume Bondek dan Teknik Pemasangan
1. Volume Bondek
V = Luas bondek (m²) x Luas Pelat (m²) 2. Teknik Pemasangan
Secara umum teknik pemasangan bondek ada 2 macam : a) Teknik Perkotak/Ruangan
Pada teknik ini biasanya pengecoran dak/lantai dibarengi dengan mengecor balok utama, maka cara pemasangan bondek/potongannya disesuaikan
dengan perkotak/ruangan, teknik pembondekan perkotak, kita ambil contoh lebar balok utama misalkan dibuat 50cm, dari kolom as A ke as B Panjang as = 8 m, maka potongan panjang bondek menjadi 7,95m, pada teknik ini pemasangan bondek membutuhkan waktu yang agak lama dibandingkan dengan teknik bondek diatas balokan/potongan bondek terpanjang.
b) Teknik Pembondekan diatas balok utama
Maksudnya semua balok baik balokan utama maupun balokan anak sudah dicor terlebih dahulu, kemudian bondek dan wiremesh dipasang diatasnya/digelar. Pada teknik ini pengerjaannya lebih cepat dari pada teknik perkolom/ruangan, sebab bondek dipasang langsung melewati minimal tiga balokan.
2.7 Wiremesh
Wiremesh adalah bahan penulangan dari baja berbentuk prefab untuk
digunakan di dalam beton bertulang sebagai bahan pengganti besi tulangan pelat yang fungsinya sama dengan tulangan. Wiremesh terbuat dari kawat baja bulat rata atau ulir dan keras. Kawat-kawat itu seragam dan luas penampang-lintang yang konsisten, dengan proses ini, kekuatan kawat tidak meyusut selama dilas dan semua kawat tatap berada pada kedudukan masing-masing yang tepat. Selain
memiliki kekuatan yang sama namun dari segi pemasangan lebih praktis dan murah dibandingkan dengan tulangan konvensional.
Keuntungan utama dalam menggunakan Wiremesh adalah mutunya yang tinggi dan konsisten yang terjamin bagi perencana, pemilik dan pemborong, dibandingkan dengan cara penulangan pelat lainnya. Karena semua kawat ditarik dan di uji dengan seksama, mutu bahan yang dipakai lebih terjamin. Proses penarikan kawat tersebut akan menghasilkan kawat dengan penampang yang sangat merata. Keseragaman yang sama itu tidak akan mungkin terdapat pada batang-batang canaian panas (besi beton) ketika kawat dilas kedalam Wiremesh, ia di dudukan tepat pada tempatnya, jadi jaringan akan selalu dilengkapi dengan jumlah kawat yang benar. Dengan demikian, perencaaan terjamin dan penelitian di tempat kerja dapat dikurangi.
Untuk membuat pelat yang ringan, tipis tetapi kuat yaitu dengan menggunakan tulangan baja berupa kawar baja las Wiremesh penggunaan tulangan baja ini dimaksudkan untuk memperbesar kuat lentur pelat karena kawat baja ini mempunyai kuat tarik yang tinggi dan berbentuk seperti jala yang sangat memudahkan pada saat pemasangan, serta harga relatif lebih mudah dan material lebih ringan. Mutu yang tinggi dari Wiremesh memungkinkan yang ditetapkan sebelumnya, memenuhi standart kelas u-50, menghasilkan penghematan biaya yang sangat berarti. Dengan menggunakan tegangan ijin yang diusulkan sebesar 2.900 kg/cm tersebut, kita dapat memperoleh penghematan sampai separuh dari banyaknya penulangan.
Sesuai dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, mensyaratkan bahwa bahan yang mempunyai tegangan leleh karakteristik sebesar 4.800 kg/cm²
digolongkan ke dalam kelas u-48, maka berdasarkan keterangan diatas, besi
Wiremesh yang mempunyai tegagan batas 5.000 kg/cm² dapat digolongkan ke
dalam kelas u-50. Untuk memeuhi keamanan, kawat yang digunakan untuk
Wiremesh mempunyai tegangan putus paling sedikit 10 lebih tinggi dari tegangan
leleh karakteristik sebagai jaminan peringatan terhadap bahaya keruntuhan. Dengan perhitungan harga per-kg Wiremesh yang lebih tinggi, biasanya tetap terdapat penghematan biaya yang cukup berarti pada kebanyakan proyek. Selain penghematan, juga waktu pasang dihematkan, karena Wiremesh diserahkan di tempat kerja dengan kawat telah di las tapat pada jarak-jarak yang ditetapkan sebelumnya.