• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR VEGETASI MANGROVE DI PANTAI JANGKANG KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR VEGETASI MANGROVE DI PANTAI JANGKANG KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU. Oleh :"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR VEGETASI MANGROVE DI PANTAI JANGKANG KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

Oleh :

Muhammad Firdaus1); Aras Mulyadi2); Zulkifli2)

ABSTRACT

This research was conducted in April 2012 in Jangkang coastal Bengkalis Regency, Riau Province. Three station were decided on the Jangkang coastal by belt transect method.

There were 10 species of mangrove found in the study area, namely: Bruguiera gymnorhyza, Bruguiera parviflora, Nypa fruticans, Rhyzophora apiculata, Rhyzophora mucronata, Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris, Xylocarpus granatum, Thespesia populnea, Excoecaria agallocha,

At station I is the most dominant mangrove species are the type of E. agallocha and the least kind S. alba and S. caseolaris, at station II of the most dominant is the type E.agallocha and the least the kind B.parviflora and S.alba. at station III the most in dominant types E.agallocha was the kind B.gymnorhyza is the least of. The most frequently present spesies was Rhizophora apiculata. There was no domination shown by particular species (C ~ 0). It can be concluded that mangrove forest in the station II has been disturbed, however on the whole, the mangrove was in relatively good condition

Keyword; Mangrove, Structure, Jangkang, Bengkalis

1. Student of the Faculty of Fisheries and Marine Science, Universitas of Riau 2. Lectures of the Faculty of Fisheries and Marine Science, Universitas of Riau

PENDAHULUAN

Desa Jangkang merupakan salah satu desa terisolir yang ada di Kabupaten Bengkalis. Secara geografis, desa ini merupakan suatu desa kecil yang terletak di pesisir pantai Timur Bengkalis, namun akses langsung menuju desa ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor.Secara administrasi Desa Jangkang termasuk dalam Kecamatan Bantan terletak di antara 102°909’ BT - 102°1212’ BT dan 1°33’33" LU- 1°36’36" LU (Bakosurtanal, 2012) dengan luas wilayah 1.125 ha. Perairan laut Desa Jangkang berwarna kecoklatan dengandasar perairan yang berpasir hitam dan berlumpur. Pada pesisir pantai banyak terdapat ekosistem mangrove, dengan struktur tanah berawa, bergambut dan tanah basah.

Purwoko(2005) melaporkan bahwa kerusakan mangrove di pantai Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau berdampak pada penurunan volume dan keragaman jenis ikan yang ditangkap, dimana 56,32% jenis ikan menjadi langka atau sulit ditemukan dan 35,36% jenis ikan menjadi hilang/tidak pernah lagi tertangkap, disertai penurunan pendapatan sebesar 33,89%. Adapun kelompok yang paling besar terkena dampaknya adalah nelayan dan sekitar 85,4% mengalami kesulitan dalam berusaha dan mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan sebelum kerusakan mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

(2)

struktur vegetasi mangrove di Desa Jangkang, antara lain melihat nilai kerapatan, kerapatan relatif, dominasi, dominasi relatif, frekuensi, frekuensi relatif, indeks nilai penting, indeks keragaman dan indeks dominansi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini di laksanakan pada bulan April 2012 di Pantai Jangkang Kecamatan Bantan.Identifikasi jenis-jenis mangrove dilakukan di lapangan dan Laboratorium Biologi Laut Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Desa Jangkang Kecamatan Bantan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei,dengan metode belt transek. (panjang 20 m dan lebar 5 m) dari pinggir pantai hingga ke arah darat sampai tidak ditemukan lagi jenis mangrove pada 3 stasiun (Gambar 1). Untuk pengidentifikasian jenis vegetasi mangrove merujuk pada Dudley (1992) dan Noor et al (1999).

Parameter lingkungan yang diukur dalam penelitian ini adalah suhu perairan, salinitas, kecepatan arus serta pH perairan yang diukur di saat pasang,dan surut

Komunitas mangrove yang diamati dan dihitung adalah Kerapatan Relatif (KR), Dominasi Relatif (DR), Frekuensi Relatif (FR), Luas Bidang Dasar (Basal Area=BA) dan Nilai Penting (NP). Parameter tersebut dihitung berdasarkan rumus English et al (1994) yaitu :

(3)

Dimana :

DBH = Diameter pohon pada ketinggian 1.3 m

Π = 3.14

Nilai Penting (NP) untuk memberikan gambaran mengenai peranan suatu jenis tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove dengan menggunakan rumus :

Dalam menentukan indeks keragaman spesies mangrove digunakan indek keragaman (H’) Shannon –Weaver dalam Odum (1971) dengan rumus :

Dimana :

ni = jumlah individu dalam spesies N = jumlah total individu

S = jumlah spesies

pi = proporsi individu dari jenis ke i terhadap jumlah individu semua jenis (pi = ni/N)

(4)

Untuk mengetahui indeks Dominansi (C) dari jenis mangrove yang ada digunakan indeks Simpson dalam Odum (1971) :

Dimana :

C = Indeks dominansi

pi = Proporsi individu dari jenis ke i terhadap jumlah individu semua jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh jenis vegetasi mangrove sebanyak 10 spesies dari 6 famili (Tabel 1).

Tabel 1. Jenis Mangrove yang Terdapat di Kawasan Hutan Mangrove di Desa Jangkang.

FAMILY GENUS SPESIES NAMA LOKAL

Malvaceae Thespesia T. populnea Waru laut

Euphorbiaceae Excoecaria E. agallocha Bebetak

Rhyzoporaceae

Bruguiera B. gymnorhyza Lengadai

B. parviflora Lengadai

Rhyzophora R. apiculata Bakau hitam

R. mucronata Bakau putih

Sonneratiaceae Sonneratia S. alba Perepat

S. caseolaris Pedada

Meliacea Xylocarpus X. granatum Nyirih

Arecaceae Nypa N. fruticans Nipah

Adapun famili tersebut adalah Malvaceae dengan spesies T. populnea, Euphorbiaceae dengan spesies E. agallocha, Rhyzoporaceae dengan spesies B. gymnorhyza, B. parviflora, R. apiculata, R. mucronata, Sonneratiaceae dengan spesies S. alba, S. caseolaris, Meliacea dengan spesies X. granatum, dan Arecaceae dengan spesies N. fruticans.

Sementara untuk melihat perbedaan komposisi dan sebaran vegetasi mangrove dapat dilihat pada tabel 2.

(5)

Tabel 2. Persentase Kemunculan Jenis Mangrove di Setiap Stasiun di Desa Jangkang Kabupaten Bengkalis.

Kemunculan Jenis Mangrove (%)

STASIUN

TP EA BG BP RA RM SA SC XG NF I 24 25 - - 6 6 4 4 13 16 II 20 21 7 4 8 3 5 4 13 15 III 12 19 5 - 16 12 - 15 10 11 Rata-rata 19 22 4 1 10 7 3 8 12 14 Keterangan : ST : Stasiun RT : Rata-Rata

TP : Thespesia populnea RM :Rhyzophora mucronata

EA : Excoecaria agallocha SA : Sonneratia alba

BG : Bruguiera gymnorhyza SC : Sonneratia caseolaris

BP : Bruguiera parviflora XG : Xylocarpus granatum

RA : Rhyzophora apiculata NF : Nypa fruticans

Pada Stasiun I ditemukan 8 jenis spesies mangrove. Pada zona depan tepi pantai Stasiun I merupakan zona S. alba yang berasosiasi dengan R. apiculata. Zona tengah diisi dengan E. agallocha yang berasosiasi dengan N. fruticans Kemudian zona yang terlindung dari arus dan gelombang merupakan zona campuran antara spesies E. agallocha dan T.populnea. Dan mangrove yang banyak ditemukan adalah jenis E. agollocha (bebetak) yang diikuti jenis T. populnea (waru laut). Jenis yang sulit dijumpai pada stasiun ini adalah jenis S.alba (perepat) dan S. caseolaris (pedada).

Pada Stasiun II ditemukan 10 jenis spesies mangrove. Mangrove yang ditemukan di Stasiun II hampir seragam dengan Stasiun I, dimana jenis yang banyak ditemukan adalah E. agollocha (bebetak) yang diikuti jenis T. populnea (waru laut). Jenis yang sulit dijumpai pada Stasiun ini adalah jenis R. mucronata (bakau putih) dan S. Caseolaris (pedada). Pada Stasiun III yang terletak tidak jauh dari PNJS (Persatuan Nelayan Jalan Sejahtera) dan dekat dengan jalur jalan boat yang berseberangan dengan Desa Selat Baru ditemukan 8 jenis spesies mangrove. Pada zona depan tepi pantai Stasiun III merupakan zona R. apiculata yang berasosiasi dengan R. mucronata. Zona tengah diisi dengan N. fruticans yang berasosiasi dengan E. agallocha. Kemudian zona yang terlindung dari arus dan gelombang merupakan zona campuran antara spesies X. granatum dan S. caseolaris.

Pada Stasiun III mangrove yang banyak ditemukan adalah jenis E. agollocha (bebetak) yang diikuti jenis R. apiculata (bakau hitam). Jenis yang sulit dijumpai pada stasiun ini adalah jenis B. gymnorhyza (lengadai) dan X. granatum (nyirih)

(6)

Tabel 3.StrukturKomunitas Mangrove di Desa Jangkang Kabupaten Bengkalis

S : Spesies

TP : Thespesia populnea RM : Rhyzophora mucronata K : Kerapatan (ind/ha) D : Dominansi

EA : Excoecaria agallocha SA : Sonneratia alba KR : KerapatanRelatif (%) DR : Dominansi Relatif (%)

BG : Bruguiera gymnorhyza SC : Sonneratia caseolaris F : Frekuensi NP : NilaiPenting

BP : Bruguiera parviflora XG : Xylocarpus granatum FR : FrekuensiRelatif (%)

RA : Rhyzophora apiculata NF : Nypa fruticans BA : Basal Area (Met er)

S K KR F FR

I II III I II III I II III I II III

TP 10.67 900 667 23.88 19.57 12..35 0.6 0.5 0.6 16.67 10.53 14.29 EA 11.33 950 1000 25.37 20.65 18.52 0.6 0.5 0.6 16.67 10.53 14.29 RA 267 350 867 5.97 7.61 16.05 0.3 0.75 0.6 8.33 15.79 14.29 RM 26.7 150 667 5.97 3.26 12.35 0.3 0.25 0.6 8.33 5.26 14.29 SA 200 250 - 4.48 5.43 - 0.3 0.25 - 8.33 5.26 - SC 200 200 800 4.48 4.35 14.81 0.3 0.25 0.6 8.33 5.26 14.29 XG 600 600 533 13.43 13.04 9.88 0.6 0.75 0.3 16.67 15.79 7.14 NF 733 700 600 16.42 15.22 11.11 0.6 0.5 0.6 16.67 10.53 14.29 BG - 300 267 - 6.52 4.94 - 0.75 0.3 - 15.79 7.14 BP - 200 - - 4.35 - - 0.25 - - 5.26 - S BA D DR NP

I II III I II III I II III I II III

TP 23.02 23.36 10.51 0.15 0.12 0.07 21.05 14.96 10.23 61.60 45.05 36.86 EA 26.62 18.67 16.38 0.18 0.09 0.11 24.34 11.96 15.95 66.38 43.14 48.75 RA 6.17 7.52 15.50 0.04 0.04 0.10 5.64 4.82 15.09 19.94 28.21 45.42 RM 6.95 3.96 12.34 0.05 0.02 0.08 6.36 2.54 12.01 20.66 11.06 38.64 SA 7.52 20.08 - 0.05 0.10 - 6.88 12.86 - 19.69 23.56 - SC 5.36 11.46 13.83 0.04 0.06 0.09 4.90 7.34 13.46 17.71 16.95 42.56 XG 19.07 32.84 19.03 0.13 0.16 0.13 17.44 21.04 18.53 47.54 49.87 35.55 NF 14.65 22.00 10.86 0.10 0.11 0.07 13.40 14.09 10.57 46.48 39.84 35.97 BG - 6.54 4.28 - 0.03 0.03 - 4.19 4.17 - 26.50 16.25 BP - 9.67 - - 0.05 - - 6.19 - - 15.80 -

(7)

Pada stasiun I kerapatan tertinggi ditemukan pada spesies Excoecaria agallocha yaitu 11,33 (ind/ha) sedangkan yang terendah ditemukan spesies Sonneratia alba dan Sonneratia caseolaris yaitu 200 (ind/ha), pada stasiun II kerapatan tertinggi ditemukan spesies Excoecaria agallocha yaitu 950 (ind/ha) dan yang terendah spesies Rhyzophora mucronata yaitu 150 (ind/ha), pada stasiun III nilai kerapatan tertinggi terdapat spesies Excoecaria agallocha yaitu 1000 (ind/ha) dan yang terendah spesies Bruguiera gymnorhyza yaitu 267 (ind/ha). Selanjutnya, apabila dilihat dari tiga stasiun yang ada, struktur komunitas mangrove yang mendominansi adalah jenis spesies Excoecaria agallocha, yaitu 0.18 (ind/ha) yang terdapat di stasiun I (Tabel 3).

Indeks Nilai Penting dapat menggambarkan tingkat kepentingan dan nilai ekologi tumbuhan tersebut dalam suatu komunitas. Indeks Nilai Penting didapat dari penjumlahan Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif dan Dominansi Relatif. Gambar 2, menyajikan Nilai Penting pada tiap jenis mangrove di ketiga stasiun pengamatan.

Gambar 2. Indeks Nilai Pentingvegetasi mangrove di Desa Jangkang, Bengkalis Keterangan :

TP : Thespesia populnea RM :Rhyzophora mucronata

EA : Excoecaria agallocha SA : Sonneratia alba

BG : Bruguiera gymnorhyza SC : Sonneratia caseolaris

BP : Bruguiera parviflora XG : Xylocarpus granatum

RA : Rhyzophora apiculata NF : Nypa fruticans

Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa indeks nilai penting dari ketiga stasiun relative berbeda. Indeks nilai penting vegetasi mangrove yang tertinggi terdapat di stasiun I, yaitu jenis spesies Excoecaria agallocha. Sedangkan indeks nilai penting vegetasi mangrove terendah terdapat di stasiun II, yaitu jenis spesies Ryzophora mucronata

Secara umum keragaman yang tinggi mengartikan ekosistem daerah tersebut seimbang dan memberikan ketahanan terhadap gangguan, pencemaran serta perubahan faktor lingkungan tersebut. Perhitungan Indeks Keragaman (H’)Shannon Weaver dan dominasi mangrove (C) dilakukan pada Stasiun I, Stasiun II dan Stasiun III.( Tabel 4).

0 10 20 30 40 50 60 70 TP EA BG BP RA RM SA SC XG NF STASIUN1 STASIUN2 STASIUN3 IN P % SPESIES

(8)

Tabel 4. Indeks Keragaman dan Dominansi Vegetasi Mangrove di Desa Jangkang Kabupaten Bengkalis

INDEKS ST1 ST2 ST3

H’ 2.6692 3.0495 2.9238

C 0.1775 0.1389 0.1370

Indeks Keragaman pada Stasiun I bernilai 2,92 dan pada Stasiun III bernilai 2,69. Berbeda dengan kedua Stasiun tersebut, Stasiun II memiliki indeks keragaman dengan nilai 3,04. Keragaman ini juga menunjukan bahwa ekosistem hutan mangrove masih relatif baik. Nilai Dominansi (C) pada Stasiun I bernilai 0,1775, Stasiun II bernilai 0,1389 dan Stasiun III 0,1370.

Tabel 5: Hasil Pengukuran Kualitas Perairan Pada Stasiun I , II, Dan III

Stasiun

Parameter Lingkungan

Salinitas ‰ Kec arus (m/dtk) pH

Air Tanah

I 25 0,43 7 6

II 29 0,51 7 6

III 28 0,49 7 6

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas perairan di masing-masing stasiun, dapat diketahui bahwa salinitas tertinggi terdapat di stasiun II, yaitu 29‰ dengan kecepatan arus 0.51 m/dtk. Sedangkan salinitas terendah terdapat di stasiun I, yaitu 25‰ dengan kecepatan arus 0.43 m/dtk. Adapun tingkat keasaman (pH) air dari ketiga stasiun sama, yaitu 7 dan tingkat keasaman (pH) tanah juga sama, yaitu 6.

Komposisi jenis vegetasi mangrove yang ada di Desa Jangkang terdapat 10 jenis, bila dibandingkan dengan komposisi jenis di daerah lain. Khairijon dalam Rini (2006) di Daerah Banyuasin Palembang, terdapat sekitar 17 jenis vegetasi mangrove dan di Sungai Pakning terdapat sekitar 15 jenis vegetasi mangrove. Anwar et al,. dalam Dedy (2009) menyatakan bahwa di Indonesia pada umumnya diperkirkan terdapat 26 spesies vegetasi penyusun hutan mangrove. Namun di kawasan hutan mangrove Sumatera umumnya ditemukan 17 spesies dari 5 family yaitu Rhizophorae, Bruguiera, Avicenniaceae, dan Excoecarias.

Pada tiap stasiun tidak ditemukan perbedaan yang berarti dalam sebaran jenis mangrove. E. agallocha adalah spesies yang paling banyak ditemukan di Stasiun I dengan jumlah 17 pohon. Sama halnya dengan Stasiun II dan Stasiun III masih didominasi E. agallocha dengan jumlah 19 pohon dan 15 pohon. Keadaan ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti salinitas perairan, dimana pada tiap stasiun nilai salinitas berkisar antara 25-28 ‰. Kisaran nilai salinitas tersebut sangat mendukung perkembangan dan pertumbuhan mangrove (Hutching dan Saenger, 1987).

Sementara untuk jenis yang paling sedikit ditemukan pada tiap Stasiun adalah S. alba 3 pohon (Stasiun I), R. mucronata 3 pohon (Stasiun II) dan B. gymnorhyza 4 pohon (Stasiun III). Keadaan ini diduga karena ketidakcocokan jenis S. alba dan R. mucronata dengan derajat pH yang baik. Seperti yang dikemukakan Watson (dalam Sukardjo, 1984) serta Islami dan Utomo (1995) bahwa nilai derajat keasaman berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan akar,

(9)

sementara itu arus berperan dalam proses sedimentasi dan sirkulasi unsur hara nutrient pada saat pasang. Sangat besar kemungkinan jenis S. alba dan R. mucronata tidak mendapatkan sirkulasi unsur hara dan mengalami gangguan akar yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan dari kedua jenis ini terganggu.

Berdasarkan hasil identifikasi Stasiun I, Stasiun II dan Stasiun III didapat kerapatan tertinggi pada jenis E. agallocha dengan nilai kerapatan 1133 ind/ha (Stasiun I), 1067 ind/ha (Stasiun II) dan 1000 ind/ha (Stasiun III). Nilai kerapatan terendah pada tiap Stasiun adalah jenis S. alba 200 ind/ha (Stasiun I), R. mucronata 150 ind/ha (Stasiun II) dan B. gymnorhyza 267 ind/ha (Stasiun III).

Dari tabel dapat dilihat bahwa pada Stasiun I jenis E. agallocha memiliki nilai dominansi relatif tertinggi (24,66%). Dominansi relatif tertinggi Stasiun II dan Stasiun III didapat pada jenis X. granatum dengan nilai masing masing (21,04%) dan (18,52%). Untuk nilai Dominasi relative terendah pada Stasiun I adalah spesies S. caseolaris (5,00%), Stasiun II R. mucronata (2,53%) dan Stasiun III B. gymnorhyza (4,16%).

Tingginya nilai dominasi relatif jenis E. agallocha pada Stasiun I dan X. granatum pada Stasiun II dan Stasiun III menunjukan bahwa kedua jenis tersebut berhasil menguasai daerah dan mempunyai pertumbuhan serta perkembangan yang baik. S. caseolaris pada Stasiun I, R. mucronata pada Stasiun II dan B. gymnorhyza pada Stasiun III adalah jenis yang memiliki nilai dominasi relatif yang paling rendah, hal ini diduga disebabkan oleh tingginya angka kematian dan penyebaran alat perkembang biakan yang kurang berhasil.

Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa Indeks Nilai Penting pada Stasiun I dan Stasiun III berkisar antara 66,37% dan 48,75% dimana E. agallocha merupakan jenis mangrove yang memiliki INP tertinggi, sedangkan Stasiun II X. granatum memiliki nilai INP tertinggi dengan 44,87%. INP terendah pada tiap Stasiun terdapat pada jenis S. caseolaris 17,71% (SI), R. mucronata 11,06% (Stasiun II) dan B. gymnorhyza 16,24 % (Stasiun III).

Sebaran individu mangrove atau keragaman spesies pada Stasiun I dan III tidak begitu berbeda, dimana Stasiun I H’ bernilai 2,92 dan pada Stasiun III H’ bernilai 2,69. Odum (1971) mengatakan bahwa nilai indeks keragaman H’ 1-3 maka keragaman sedang, artinya sebaran individu sedang atau jumlah individu tidak seragam. Berbeda dengan Stasiun I dan III, Stasiun II memiliki indeks keragaman dengan nilai H’ 3,04 yang menurut Odum dikategorikan H’ > 3 yang memiliki keragaman tinggi, artinya sebaran individu merata atau jumlah individu yang ditemukan mendekati seragam, maka tidak ada jenis yang dominan.

Sementara untuk Nilai Dominasi (C) pada Stasiun I bernilai 0,1775, Stasiun II bernilai 0,1389 dan Stasiun III 0,1370, berarti Dominasi mendekati 0. Menurut Simpson (1971) apabila nilai C mendekati 0 maka tidak ada jenis yang mendominasi. Secara umum dapat diartikan bahwa ekosistem mangrove di Desa Jangkang masih tergolong baik dan belum banyak mengalami kerusakan secara alami maupun karena aktivitas manusia. Keberadaan daerah ini tentunya harus dipertahankan mengingat fungsi ekosistem mangrove sebagai habitat hidup organisme organisme darat dan laut serta melindungi pantai dari ombak dan gelombang.

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengamatan tentang jenis vegetasi mangrove yang terdapat di Desa Jangkang Kabupaten Bengkalis, dapat disimpulkan bahwa di Desa Jangkang terdapat 6 famili mangrove dengan 10 spesies yaitu family Malvaceae dengans pesiesT. populnea, family Euphorbiaceae dengan spesies E. agallocha, family Rhyzoporaceae dengan spesies B. gymnorhyza, B. parviflora, R. apiculata, R. mucronata, family Sonneratiaceae dengan spesies S. alba, S. caseolaris, famili Meliacea dengan spesies X. granatum, serta famili Arecaceae dengan spesies N. fruticans.

Persentase kemunculan jenis mangrove untuk ketiga stasiun dapat disimpulkan bahwa pada stasiun I terdapat jenis mangrove spesies T. populnea sebanyak 24%, spesies E. agallocha sebanyak 25 %, spesies R. apiculata sebanyak 6%, spesies R. mucronata sebanyak 6%, spesies S. alba sebanyak 4%, spesies S. Caseolaris sebanyak 4%, spesies X. Granatum sebanyak 13%, serta spesies N. Fruticans sebanyak16 %, pada stasiun II ditemukan jenis mangrove dengan spesies T. populnea sebanyak 20%, spesies E. agallochavsebanyak 21 %, spesiesb B. gymnorhyza sebanyak 7%, spesies B. parviflora sebanyak 4%, spesies R. apiculata sebanyak 8%, spesies R. mucronata sebanyak 3%, spesies S. alba sebanyak 5%, spesies S. caseolaris sebanyak 4%, spesies X. granatum sebanyak 13%, serta spesies N. fruticans sebanyak 15 %. pada stasiun III ditemukan jenis mangrove dengan spesies T. populnea sebanyak 12%, spesies E. agallocha sebanyak 19 %, spesies B. Gymnorhyza sebanyak 5%, spesies R. Apiculata sebanyak 16%, spesies R. Mucronata sebanyak 12%, spesies S. Caseolaris sebanyak 15%, spesies X. Granatum sebanyak 10%, serta spesies N. Fruticans sebanyak 11 %.

Indeks nilai penting masing-masing jenis vegetasi mangrove dari ketiga stasiun berbeda. Dimana indeks nilai penting spesies T. populnea di stasiun I 60%, stasiun II 45%, dan stasiun III 35%. Indeks nilai penting E. agallocha di satsiun I 65%, stasiun II 40%, dan stasiun III 50%. Indeks nilai penting B. gymnorhyza di stasiun I tidak ditemukan, di stasiun II 25%, dan stasiun III 15%.Indeks nilai penting B. parviflora di stasiun I tidak ditemukan, di stasiun II 15%, dan stasiun III 45%. Indeks nilai penting R. apiculata di stasiun I 20%, stasiun II 25%, dan stasiun III tidak ditemukan. Indeks nilai penting R. mucronata di stasiun I 20%, stasiun II 10%, dan stasiun III 40%. Indeks nilai penting S. alba di stasiunI 20%, stasiun II 25%, dan stasiun III 40%. Indeks nilai penting S. caseolaris di stasiun I 20%, di stasiun II 19%, dan di stasiun III tidakditemukan.Indeksnilaipenting X. granatum di stasiun I 48%, di stasiun II 50%, dan di stasiun III 38%, Indeks nilai penting N. fruticans di stasiun I 37%, di stasiun II 40%, dan di stasiun III 38%.

Selanjutnya, indeks keragaman pada stasiun I bernilai 2,92, stasiun II 3,04, stasiun III bernilai 2,69. Indeks dominansi (C) pada Stasiun I bernilai 0,1775, Stasiun II bernilai 0,1389 dan Stasiun III 0,1370.

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan untuk lebih menjaga kelestarian vegetasi mangrove, khususnya di Desa Jangkang Kabupaten Bengkalis, karena berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa struktur vegetasi mangrove di desa tersebut masih sedikit khususnya di Stasiun I dan satsiun III.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Dedy. 2009. Struktur Komunitas Desa Sei Sakat Kecamatan Negri Lama Kabupaten Labuhan Batu Provinsi Sumatra Utara. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 53 hal (tidak diterbitkan). Duddley, R. M.1992. Identification of Strict Mangrove Spesies in Indonesian.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 10 pp (tidak diterbitkan)

English, S., M. Wilkinson and V. Baker.1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. ASEAN-Ausralian Marine Science Project.Australian Institute of Marine Science.Townsville.

Hutchings, S dan S. M. Evans. 1987. Pengantar Oceanografi. Universitas Indonesia Press, Jakarta, 159 hal.

Islami, T. Dan W. H. Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang. 297 hal.

Noor, Y, R, M. Ghazali, dan I.N.N. Suryadiputra, 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/ Wetlands International Indonesia Progamme.Bogor. 220 Hal.

Odum, E.P., 1971. Fundamentals of Ecology. W. B. Sounders and CO Phyladelphia. 574 hal.

Purwoko, A. 2005.Dampak kerusakan Ekosistem Hutan Bakau (Mangrove) Terhadap Pendapatan Masyarakat Pantai di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat.(Tesis). Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Rini. 2006. Struktur Komunitas Vegetasi Pantai di Pinggiran Sungai Mesjid Dumai. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. 50 hal (tidak diterbitkan).

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Desa Jangkang Kecamatan Bantan
Tabel 3.StrukturKomunitas Mangrove di Desa Jangkang Kabupaten Bengkalis
Gambar  2,  menyajikan  Nilai  Penting  pada  tiap  jenis  mangrove  di  ketiga  stasiun  pengamatan
Tabel    4.  Indeks  Keragaman  dan  Dominansi  Vegetasi  Mangrove  di  Desa  Jangkang  Kabupaten Bengkalis

Referensi

Dokumen terkait

Novel “Peri Kecil di Sungai Nipah” mendedahkan bahwa praktek-praktek sebuah ideologi politik asing yang tidak sesuai dengan konteks sosio- historis masyarakat setempat akan

Alat  –   –  alat yang digunakan dalam kegiatan kultur jaringan terdiri atas: botol kultur, alat yang digunakan dalam kegiatan kultur jaringan terdiri atas: botol

Pengenal (Identifier) merupakan nama, simbol atau kata-kata yang dipakai untuk mendefinisikan variabel, konstanta, fungsi atau objek yang lain dalam suatu

Hikmah yang lain sebagaimana menurut Makvadon, seorang ahli kesehatan Amerika, menulis bahwa setiap orang butuh puasa meskipun ia tidak sakit karena racun-racun

Material mesopori dengan luas permukaan yang tinggi dan nilai porositas yang besar diharapkan memiliki struktur pori heksagonal yang seragam.. Material mesopori merupakan

Beberapa permasalahan yang sering terjadi yaitu adanya kesalahan atau kekeliruan dalam pencatatan ketika proses peminjaman sehingga saat dilakukan

Dari 2 pasang poksai kuda yang diamati, hanya satu pasangan yang berhasil melakukan perkawinan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan burung pada kandang 19 tidak

Prosedur penelitian yang akan diterapkan dalam menentukan solusi persamaan panas dengan menggunakan metode Dekomposisi Adomian Laplace adalah sebagai berikut :.. •