1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION
BERBANTUAN LINGKUNGAN ALAM SEKITAR
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV
Rahmawati Utari
1, Desak Putu Parmiti
2, Dewa Nyoman Sudana
3Jurusan PGSD
1, Jurusan TP
2, Jurusan PGSD
3, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
E-mail:
[email protected]
1, [email protected]
2,
[email protected]
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan lingkungan alam sekitar dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV di MIN Air Kuning Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan desain
non-equivalent post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas IV Semester II di MIN Air Kuning Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 41 orang. Penentuan sampel dilakukan dengan cara sampling jenuh dengan teknik undian. Pengumpulan data dikumpulkan menggunakan metode tes dengan instrumen tes hasil belajar IPA berbentuk pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan lingkungan alam sekitar dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung = 3,712 dan ttabel (pada taraf signifikansi 5%) =1,684. Hal
ini berarti bahwa thitung > ttabel. Dari rata-rata hitung, diketahui rata-rata kelompok
eksperimen = 20,28 dilihat dari hasil konversi tergolong kriteria sangat baik dan rata-rata kelompok kontrol = 16 tergolong kriteria baik. Hal ini berarti penerapan model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan lingkungan alam sekitar berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV di MIN Air Kuning tahun pelajaran 2015/2016.
Kata kunci :Explicit Instruction, Hasil Belajar, Lingkungan alam sekitar Abstract
The aim of this study is to know the different of the students’ science achievement between the students’ group which was taught using explicit instruction model supported by surrounding natural environment and the students’ group which was taught using conventional model toward fourth grade students in MIN Air Kuning academic year 2015/2016. The study was conducted by using non-equivalent post-test only control group of quasi experimental design. The population was overall four grade students of MIN Air Kuning in which the sample was chosen randomly using saturation sampling. Multiple choices test was used as the instrument for collecting the data. The data collected was analyzed using statistic descriptive analysis and inferential statistic (t-test). The result of this study shows that t observed= 3.712 and t table= 1.684. It means that there was significant different between those two students’ groups because t observed > t table (in significant level of 5%). The Mean of experimental group = 20.28 which is classified as a very good criteria based on the conversion and the Mean of the control group = 16 which is clasified as a good
2
criteria. It mean that the explicit instruction model supported by surrounding natural environment influenced positively toward students’ science achievement of fourth grade students in MIN Air Kuning academic year 2015/2016.
Key Words: Explicit Instruction model, Students’ achievement, Surrounding natural
environment
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan aspek yang sangat mendasar bagi kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Dengan kata lain pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Hal tersebut mendorong suatu negara menjadi negara yang maju dan pesat dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia dan seluruh masyarakat Indonesia yang maju, modern berdasarkan Pancasila, maka dibutuhkan tenaga pendidik yang berkualitas. Guru sebagai tenaga didik merupakan salah satu komponen yang sangat berperan dalam terselenggaranya proses pendidikan. Keberadaan guru merupakan pelaku utama sebagai fasilitator penyelenggaraan proses belajar siswa. Guru memiliki peran yang sangat penting, di mana memiliki posisi strategis, dan bertanggung-jawab dalam pendidikan nasional. Guru memiliki tugas sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Sedangkan mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu, pengetahuan, dan teknologi. Melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Guru yang profesional akan memperbaiki pembelajaran yang masih kurang efektif dan mengelola proses belajar mengajar untuk memberikan rangsangan kepada siswa sebab, siswa merupakan subjek utama dalam proses pembelajaran dan ikut serta berperan dalam menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran yang diterapkan.
Menurut Sanjaya (2011:1) Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran berlangsung siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Guru hanya menyampaikan sejumlah konsep atau
informasi kepada siswa yang harus dihafalkan, sehingga proses pembelajaran tidak dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan sistematis. Proses pembelajaran yang menarik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru untuk membentuk peserta didik yang berkualitas. Peserta didik dapat dikatakan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya diri sendiri. Untuk mengembangkan cara belajar siswa maka guru membutuhkan model pembelajaran yang sesuai.
Sebenarnya banyak muncul model pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Namun, pada kenyataan yang ada di sekolah, guru belum sepenuhnya memanfaatkan dan menggunakan model pembelajaran, Hal ini dikarenakan guru masih berpegang pada pembelajaran yang konvensional. Kemudian dari pihak siswa juga sudah terbiasa dengan
pembelajaran yang menggunakan
pembelajaran konvensional akan merasa malas jika secara tiba-tiba harus belajar secara mandiri. Jadi, untuk hal ini diperlukan suatu model pembelajaran yang tidak menghilangkan ceramah, namun mampu
mengembangkan daya pikir dan
kemandirian siswa serta membuat siswa lebih tertarik terhadap materi.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengatasi permasalahan di atas adalah model explicit
instruction. Menurut Hanafiah (2009:51),
Model pembelajaran langsung yang khusus dirancang untuk mengembangkan belajar peserta didik tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Model Explicit Instruction ini adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang
3 proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap. Model pembelajaran ini juga dilengkapi dengan media yang berbantuan alam sekitar yang nantinya dapat membantu siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam membangun pengetahuannya. Sehingga dapat membantu siswa dalam memahami secara mendalam materi yang diberikan, maka hasil belajar siswa pun akan lebih meningkat.
Hasil belajar siswa tidak terlepas dari sistem penilaian yang dilakukan oleh guru atau pendidik. Sistem penilaian yang dilakukan guru sangat beragam mulai dari kegiatan siswa di dalam kelas hingga pemahaman yang diterima siswa. Menurut Budhayani, dkk (2010 : 3) Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Kegiatan belajar mengajar akan efektif bila didukung oleh kegiatan penilaian yang efektif pula. Namun, pada kenyataanya seorang guru melakukan kegiatan penilaian hanya untuk memenuhi kewajiban formal, yaitu menentukan nilai bagi siswa. Artinya, masih banyak guru yang kurang memahami dengan benar tujuan dari kegiatan penilaian yang dilakukan dan manfaat apa yang dapat diambil dari kegiatan penilaian yang telah dilakukan. Untuk itu perlu adanya sebuah model penilaian yang tidak hanya menjadikan momen ujian sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran, tetapi perlu adanya sebuah evaluasi yang benar-benar bisa mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPA.
IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep antara yang terorganisasi dengan alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman serangkaian proses ilmiah. Untuk
menumbuhkan dan mengembangkan,
keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah siswa serta merasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang wajib dipelajari oleh siswa mulai dari tingkat sekolah dasar. Sumatowa (dalam Mastika, 2013) menyatakan,
Terdapat berbagai alasan yang
menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah, yaitu (1) bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung kepada kemampuan bangsa itu dalam bidang IPA, sebab IPA merupakan dasar teknologi. Sedangkan teknologi disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Suatu teknologi akan berkembang pesat bila tidak didasari pengetahuan dasar yang memadai. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah IPA ; (2) bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; (3) bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA bukanlah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka; (4) mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka IPA sangatlah penting untuk diajarkan sejak dini. Namun, berdasarkan hasil observasi di MIN Air Kuning selama ini hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA masih tergolong rendah. Sedangkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 66. Hal ini terlihat dari nilai ulangan yang diperoleh siswa, baik ulangan harian maupun ulangan umum. Selain itu, guru
juga jarang menggunakan media
pembelajaran atau alat peraga saat menjelaskan materi. Penggunaan media pembelajaran atau alat peraga sangat diperlukan dalam penyampaian materi agar proses pembelajaran lebih bermakna, khususnya dalam pembelajaran IPA.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Explicit Instruction Berbantuan Lingkungan Alam Sekitar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV di Min Air Kuning Tahun Pelajaran 2015/2016.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil
4 belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model explicit instruction berbantuan lingkungan alam
sekitar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV MIN Air Kuning Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent
post-test only control group design. Desain
ini dipilih untuk memudahkan guru dalam membagi kelompok siswa secara heterogen melalui post-test. Penelitian ini hanya menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Prosedur penelitian dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan tahap akhir penelitian. Dalam penelitian ini terdapat populasi dan sampel penelitian. Populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian (Agung, 2014:69). Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV MIN Air Kuning yang berjumlah 41 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu (Agung, 2014:69). Untuk menentukan sampel yang diteliti digunakan teknik sample jenuh. Teknik ini dilakukan dengan mengundi untuk memperoleh sampel. Hasil pengundian, terpilih kelas IV A dan IV B MIN Air Kuning sebagai sampel penelitian.
Setelah diundi, ditentukan bahwa kelas IV A sebagai kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan lingkungan alam sekitar, dan kelas IV B sebagai kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas yang merupakan model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan lingkungan alam sekitar dan variabel terikatnya adalah hasil belajar IPA siswa.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dengan tes
hasil belajar IPA berupa tes pilihan ganda yang diberikan setelah memberikan perlakuan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif dimana data dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi, dan varians. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk grafik polygon. Sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t sampel independent (tidak berkolerasi). Untuk bisa melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal dan (2) data yang dianalisis harus bersifat homogen. Untuk membuktikan dan mememenuhi persyaratan tersebut, maka dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan melakukan uji normalitas, dan uji homogenitas.
HASIL PENELITIAN
Data yang disajikan dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa yang terdiri dari dua kelompok yaitu (1) deskripsi data hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran Explicit Instruction berbantuan lingkungan alam sekitar, (2) deskripsi data hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Selanjutnya data hasil belajar IPA pada dua kelompok disajikan ke dalam grafik polygon seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.1. Grafik Polygon Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran dengan Model Pembelajaran
Explicit Instruction berbantuan lingkungan
5 Berdasarkan gambar 4.1 mean = 20,28; median = 21,18; modus = 22,05 Jika skor Mean (M), Median (Me), dan Modus (Mo) digambarkan dalam grafik, tampak bahwa kurve sebaran skor kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran Explicit
Instruction berbantuan lingkungan alam
sekitar merupakan kurve juling negatif, karena Mo>Md>M (22,05>21,18>20,28). Ini berarti sebagian besar skor cenderung tinggi.
Gambar 4.2. Grafik Polygon Hasil Belajar IPA Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional.
Berdasarkan gambar 4.2 mean = 16; median = 15,4; modus = 15,1 Jika skor Mean (M), Median (Me), dan Modus (Mo) digambarkan dalam grafik, tampak bahwa kurve sebaran skor kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional merupakan kurve juling positif, karena Mo<Md<M (15,1<15,4<16). Ini berarti sebagian besar skor cenderung rendah.
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar IPA
Data
Statistik
Hasil Belajar IPA
Kelompok
Eksperimen
Kelompok
Kontrol
Mean
20,28
16
Median
21,18
15,4
Modus
22,05
15,2
Varians
17,3
10,2
Standar deviasi
4,17
3,2
Skor minimum
11
12
Skor maksimum
25
24
Sebelum dilakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data tes hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat (x2),
diperoleh data hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran
Explicit Instruction berbantuan lingkungan
alam sekitar, kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, adalah berdistribusi normal.
Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang ke dua yaitu uji homogenitas varians
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Fisher, varians data hasil hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Explicit Instruction
berbantuan lingkungan alam sekitar, dan
kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional adalah homogen.
6
Tabel 2 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Data Kelompok Fhitung Ftabel Status
Post-test hasil belajar IPA Eksperimen dan kontrol 1,69 3,24 Homogen
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui Fhitung hasi belajar IPA kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol adalah 1,69, sedangkan Ftabel pada dbpembilang = 20,
db penyebut = 19, dan taraf signifikasi 5 %
adalah 3,24. Hal ini berarti Fhitung < Ftabel
adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil uji prasyarat analisis data,
analisis dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol
(H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan
menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled
varians. Rekapitulasi hasil perhitungan uji-t
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 3.
Tabel 3 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t
Data Kelompok N 𝑿̅ s2 thitung ttabel
Hasil Belajar
Eksperimen 21 20,28 17,38
3,712 1,684
Kontrol 20 16 10,2
Setelah diketahui data hasil belajar IPA siswa berdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan dengan uji hipotesis. Hipotesis penelitian yang diuji yaitu; terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa yang signifikan antara kelompok siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Explicit
Instruction berbantuan lingkungan alam
sekitar dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji-t sampel independent maka diperoleh Kesimpulan thitung = 3,712
>ttabel= 1,684 sehingga H0 ditolakdan H1
diterima, maka terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Explicit
Instruction berbantuan lingkungan alam
sekitar dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV di MIN Air Kuning.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran explicit instruction berbantuan lingkungan alam sekitar dan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional di kelas IV MIN Air Kuning tahun pelajaran 2015/2016. Adanya perbedaan pencapaian hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol disebabkan karena perbedaan model pembelajaran yang diterapkan pada kedua kelompok. Pada kelompok eksperimen diterapkan model pembelajaran exlplicit instruction berbantuan lingkungan alam sekitar yang menuntut siswa agar terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan pada kelompok kontrol, diterapkan pembelajaran konvensional dimana pembelajaran yang hanya berpusat pada guru dan siswa pasif dalam menerima pengetahuan yang disampaikan guru.
Perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disebabkan oleh adanya perbedaan treatment dalam penyampaian materi yang diberikan pada kedua kelompok saat pembelajaran berlangsung. Kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran
explicit instruction berbantuan lingkungan
alam sekitar memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran
7 dan menyenangkan karena dipadukan dengan berbantuan lingkungan alam sekitar. Hal ini disebabkan perpaduan antara model pembelajaran explicit instruction berbantuan lingkungan alam sekitar membuat siswa lebih termotivasi, dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan dapat menemukan sumber yang nyata terkait dengan materi yang sedang dipelajari, sehingga materi pembelajaran dapat diingat lebih lama, serta dengan peneraan model ini pembelajaran akan lebih menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Hamalik, (2008:195) yaitu melalui lingkungan alam sekitar dapat mencakup sesuatu yang ada di lingkungan alam sekitar yang memiliki makna dan/atau pengaruh tertentu kepada individu, dimana dengan membawa siswa dari situasi yang biasa ke dalam situasi yang lebih nyata akan lebih menarik minat, semangat, dan perhatian siswa serta mengurangi hafalan. Dengan adanya berbantuan lingkungan alam sekitar siswa menjadi lebih fokus terhadap materi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal yang pada akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Lingkungan alam sekitar juga memberikan pengaruh yang positif yaitu membantu siswa menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna.
Pembelajaran dengan model pembelajaran explicit instruction berbantuan lingkungan alam sekitar menekankan pada aktifitas guru dan siswa. Adapun langkah – langkah dalam pembelajaran yaitu : Penyampaian tujuan dan mempersiapkan siswa, pendemonstrasian pengetahuan dan keterampilan, membimbing pelatihan,
mengecek pemahaman siswa dan
memberikan umpan balik, dan guru memberikan kesempatan siswa untuk pelatihan lanjutan dan penerapan. Pada proses pembelajaran pun membuat siswa menjadi lebih aktif dengan dibantu lingkungan alam sekitar yang disajikan guru, sehingga siswa dapat memvisualisasikan materi yang disajikan oleh guru.
Pada tahap penyampaian tujuan ini, guru memberikan orientasi terhadap materi melalui kegiatan tanya jawab untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi, menginformasikan tujuan pembelajaran, memberikan penjelasan, dan arahan mengenai kegiatan yang akan
dilakukan, kemudian menginformasikan materi yang akan dibahas. Hal ini akan membuat siswa memperoleh gambaran tentang materi pelajaran, kemudian siswa dapat mempunyai waktu untuk mengingat kembali pengetahuan siswa sebelumnya yang berhubungan dengan materi tersebut. Selanjutnya, pada tahap demonstrasi, guru menyajikan materi dengan langkah-langkah kecil dilengkapi dengan mengaitkan ke dalam lingkungan alam sekitar yang telah disiapkan guru sehingga siswa dapat menguasai materi dalam waktu yang relatif pendek. Hal ini sejalan dengan teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Jean Piaget yang menyatakan bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Pada tahapan ini, anak mulai mampu menggunakan logika berdasarkan apa yang mereka amati (Danim, 2011).
Pada tahap latihan, guru memandu dan membimbing siswa untuk melakukan latihan-latihan, sehingga apa yang belum jelas dan belum dikuasai oleh siswa tertentu bisa dibimbing oleh guru. Selanjutnya guru memberikan umpan balik atas apa yang telah dikerjakan oleh siswa. Melalui tahap ini siswa memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi pengetahuannya serta bertukar informasi dengan siswa lainnya melalui interaksi sosial. Hal ini sesuai dengan teori belajar psikologi sosial yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi melalui interaksi, baik secara satu arah maupun dua arah (Annurrahman, 2011). Tahap terakhir adalah guru memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa sehingga siswa dapat kembali berlatih secara mandiri yang akan membuat siswa semakin paham dengan materi yang telah diajarkan.
Selain itu, dalam proses pembelajaran penggunaan model ini juga dapat dilaksanakan dengan bentuk yang bervariasi, yaitu dengan berbantuan lingkungan alam sekitar yang ada di sekitar sekolah akan membuat siswa lebih antusias dan lebih aktif dalam belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Sudrajat (2011) bahwa model ini memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran yang akan dibahas (melalui presentasi atau demonstrasi antusias yang
8 dilakukan oleh guru) yang dapat merangsang ketertarikan dan antusiasme siswa. Ketika siswa sudah tertarik terhadap suatu materi, maka siswa akan sungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berbeda halnya dengan pembelajaran konvensional yang membuat siswa lebih banyak belajar IPA secara menghafal. Dalam penerapannya pada kelas kontrol, guru lebih mendominasi pembelajaran. Proses pembelajaran lebih menekankan pada penyampaian pengetahuan tanpa mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran guru menyampaikan materi dengan metode ceramah, tanya jawab, penugasan, dan siswa diinstruksikan untuk mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian, siswa diinstruksikan untuk mengerjakan latihan soal secara individu.
Dalam pelaksanaan pembelajaran konvensional, siswa berperan sebagai pendengar yang pasif dan mengerjakan apa yang diintruksikan oleh guru. Guru tetap berperan sebagai sumber informasi. Pembelajaran seperti ini dapat membosankan dan melemahkan semangat siswa dalam belajar, siswa sangat tergantung pada guru dalam mendapatkan informasi (Rasana, 2009:20).
Perbedaan cara pembelajaran antara pembelajaran dengan model Explicit Instruction berbantuan lingkungan alam
sekitar dan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional tentunya akan memberikan dampak yang berbeda terhadap hasil belajar siswa. Penerapan model Explicit Instruction berbantuan lingkungan alam sekitar dalam pembelajaran memungkinkan siswa untuk lebih memahami materi karena dijelaskan dengan pola selangkah demi selangkah, selain itu guru juga dituntut untuk menyajikan demonstrasi pengetahuan dengan benar. Lingkungan alam sekitar membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih bermakna dalam benak siswa. Kesempatan latihan mandiri dan penerapan yang diberikan guru dapat membuat siswa lebih mengetahui manfaat materi yang dipelajari bagi kehidupan sehari - hari. Dengan demikian, hasil belajar IPA siswa yang diajar dengan model Explicit Instruction berbantuan lingkungan alam sekitar akan lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa
yang diajar dengan pembelajaran konvensional.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Sudrajat (2011) yang menyatakan bahwa model ini sangat efektif karena dapat diterapkan dalam kelas yang besar maupun kecil, sehingga sangat efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang di dalamnya terdapat keterampilan – keterampilan yang explicit kepada siswa.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian tentang penggunaan model pembelajaran explicit instruction yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dewi Mastika (2013). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa mengikuti pembelajaran dengan model
explicit instruction berbantuan media
gambar dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran model konvensional (thitung = 2,374 > ttabel = 2,000) dengan db =
62 dan taraf signifikansi 5%. Dalam pembahasannya, dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction
berbantuan media gambar dalam
pembelajaran menjadikan siswa agar tidak merasa bosan dengan pembelajaran yang diberikan, siswa menjadi lebih mudah untuk mengingat materi yang telah diajarkan sehingga hasil belajar siswa lebih baik. Model explicit instruction mempunyai fase yang menuntut siswa untuk lebih memahami materi karena dijelaskan dengan pola selangkah demi selangka dan membuat siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran yang berlangsung. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran explicit instruction
berpengaruh terhadap hasil belajar IPA Siswa kelas V SD Gugus I Kecamatan Buleleng.
Model explicit instruction ini dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa, apalagi dengan berbantuan lingkungan alam sekitar membuat pembelajaran lebih menarik, sehingga pembelajaran lebih aktif dan terampil dalam memanfaatkan bahan-bahan yang ada dilingkungan alam sekitar, serta pembelajara yang dilakukan lebih bermakna dan memberikan motivasi yang positif
9 terhadap siswa. Hal ini dibuktikan dengan memanfaatkan lingkungan alam sekitar akan membuat pembelajaran tersebut menjadi lebih bermakna bagi siswa. Melalui lingkungan alam sekitar, siswa akan mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan tertarik terhadap materi pelajaran. Kemampuan menyelesaikan masalah dan kemandirian siswa pun dapat diuji oleh guru dengan pemberian latihan mandiri kepada siswa setelah guru memberikan latihan terbimbing. Jadi, kuncinya disini adalah guru harus benar-benar menguasai materi pelajaran, bisa menjadi model yang dapat membuat siswa fokus terhadap proses
pembelajaran, dan mampu
mengembangkan keaktifan siswa melalui pemanfaatan lingkungan.
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat dinyatakan bahwa penggunaan model
explicit instruction berbantuan lingkungan
alam sekitar dalam pembelajaran IPA berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV di MIN Air Kuning Tahun Pelajaran 2015/2016.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran Explicit Instruction berbantuan
lingkungan alam sekitar dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV di MIN Air Kuning tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung = 3,712 dan ttabel (pada taraf signifikansi
5%) =1,684. Hal ini berarti bahwa thitung >
ttabel. Dari rata-rata hitung, diketahui rata-rata
kelompok eksperimen = 20,28, dilihat dari hasil konversi tergolong dalam kriteria sangat baik. Sedangkan rata-rata kelompok kontrol = 16, dilihat dari hasil konversi tergolong dalam kriteria baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran explicit
instruction berbantuan lingkungan alam
sekitar berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV di MIN Air Kuning tahun pelajaran 2015/2016
.
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut, (1) Kepada siswa
diharapkan dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik dan aktif
sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara optimal dan mampu
meningkatkan hasil belajar
, (2) Kepada guruagar model pembelajaran Explicit
instruction dapat diterapkan sebagai
salah satu alternatif untuk meningkatkan
hasil
belajar
siswa
yang
dapat
diterapkan selain dalam mata pelajaran
IPA
, (3) Kepada Peneliti lainagar meneliti
permasalah ini dalam lingkup yang lebih
luas sehingga memperoleh ilmu yag
lebih
baik
dan
sesuai
denga
perkembangan zaman,
dan (4) Kepada Kepala Sekolah,Sekolah hendaknya
mengadakan penataan lingkungan untuk
menunjang dalam proses pembelajaran,
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
sumber belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, A.A Gede. 2014. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Malang:
Aditya Media Publishing.
Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran, Cetakan Keempat.
Bandung:Alfabeta.
Ardhana, Pande Wishnu. 2014. “Penerapan Model Pembelajaran Explicit nstruction Berbantuan Media Konkret
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SDN 17 Dangin Puri Kota Denpasar”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Undiksha Singaraja.
Budhayani, I Dewa Ayu Made dkk. 2010.
Evaluasi dan Asesmen Hasil Belajar.
Singaraja: Undiksha.
Danim, Sudarwan. 2011. Perkembangan
Peserta Didik, Cetakan Kedua.
Bandung:Alfabeta.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar
10 Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009.
Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: PT Refika Aditama.
Mastika, Luh Ayu Dewi. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Explicit
Instruction Berbantuan Media
Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Gugus 1 Kecamatan
Buleleng Tahun Pelajaran
2012/2013”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Undiksha Singaraja.
Sanjaya. 2011. Perencanaan dan Desain
Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Sudrajat. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Surabay: Pusat Sains dan Matematika UNESA.