1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
COURSE
REVIEW HORAY
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
SISWA KELAS IV
I. GST. A. Kd Dewi Puspita Sari
1, Luh Putu Putrini Mahadewi
2, Ni Wayan Rati
3 1,3Jurusan PGSD,
2Jurusan TP, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail:dewipuspita548@gmail.com
1,lpp-mahadewi@undiksha.ac.id
2,
niwayan_rati@yahoo.com
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Course Review Horay dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus II Kecamatan Kubutambahan Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini merupakan penelitian semu (quasi experiment) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Posttest Only Control
Group Design.Jumlah populasi siswa kelas IV di Gugus II Kecamatan Kubutambahan adalah 224 siswa,
sedangkan jumlah sampel adalah 74 siswa yang dipilih secara random kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan observasi. Diperoleh data rata-rata hasil belajar IPA di kelas eksperimen yaitu = 20,93 dan kelas kontrol = 13,459. Selanjutnya data yang diperoleh dari analisis uji-t. dari hasil analisis uji-t diperoleh thit = 9,9 Sedangkan ttabel untuk db = 72 (db = n1 +n2 – 2 ) dengan taraf signifikan 5 % menunjukkan ttabel = 1,980 berarti, hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan anatara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif penerapan model pembelajaran kooperatif tipe course review horay terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV di Gugus II Kecamatan Kubutambahan.
Kata-kata Kunci:hasil belajar ,IPA, model CRH
Abstract
The purpose of this research is to know the significant differences of the result science study among students who used Course Review Horay model and those students who studied with conventional model of the four grades elementary in Gugus II, Kubutambahan subdistrict in the school year 2016/2017. The type of this research is quasi experiment with the research program that used is
Nonequivalent Posttest Only Control Group Design.The total population of the students in Gugus II, Kubutambahan Subdistrict are 224 students, and for the sample are 74 students which have been chosen in random class. The data collection is done by test method and observation. The average data of the science study result in experiment class are = 20,93 and control class = 13,459. Next for the data that obtained from experiment-t. From experiment-t obtained thit = 9,9 while ttabelfor db = 72 (db = n1 +n2 – 2 ) with significant level 5% that showed ttabel = 1,980 which mean, the result of this experiment there is a significant differences of the science study result among those students who used cooperative type
Course Review Horay and those who studied with conventional model. There is a positive influence to the application of cooperative learning model Course Review Horay toward science study result of students in four grade elementary in Gugus II, Kubutambahan subdistrict
2
PENDAHULUAN
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingginya pengetahuan serta kualitas pendidikan yang mereka miliki. Pendidikan yang tinggi dan berkualitas dapat membantu seseorang untuk dapat bersaing di era modern seperti saat ini. Selain itu juga, kualitas pendidikan akan
membantu seorang anak dalam
mengembangkan potensinya baik dibidang akademik, maupun non akademik. Menurut Surya (2001:3.22) “pendidikan berkaitan
dengan upaya mengarahkan
perkembangan orang-orang sebagai
pribadi-pribadi, maka inti masalah
pendidikan ialah penentu arah dan
tujuannya”. Tujuan pendidikan nasional ialah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa serta menjadi peserta didik yang cerdas, kreatif, mandiri, serta mampu menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Terkait dalam hal tersebut
pemerintah juga sudah melakukan berbagai
upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan peserta didik.Diantaranya
dengan penyempurnaan kurikulum dari tahun ketahun. Guru tidak hanya sebagi fasilitator namun juga sebagai motivator, evaluator, dan juga moderator. Namun kenyataannya dilapangan, masih saja ada guru yang belum memperhatikan hal
tersebut. Seharusnya guru sebagai
fasilitator mampu memfasilitasi siswa dalam pendidikan, sebagai motivator seharusnya guru mampu memotivasi minat belajar siswa dengan berbagai cara misalnya
dengan menggunakan model-model
pembelajaran yang inovatif.
Pendidikan yang tinggi dan
berkualitas dapat membantu seseorang untuk dapat bersaing di era modern seperti saat ini. Selain itu juga, kualitas pendidikan akan membantu seorang anak dalam mengembangkan potensinya baik dibidang akademik, maupun non akademik. Tujuan pendidikan nasional ialah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa serta menjadi peserta didik yang cerdas, kreatif, mandiri,
serta mampu menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung
jawab.Seorang pendidik diharapkan lebih mampu untuk memacu kreatifitas siswa dan aktivitas siswanya dengan menarik dan
tepat untuk menumbuh kembangkan
pengetahuan dan pemahaman mereka berdasarkan teori konstruktivisme. Untuk mewujudkan suatu tujuan dari pendidikan ini kita sebagai pendidik harus mengetahui serta mengamati cara belajar siswa yang baik. Belajar itu sendiri menurut Sumantri (2016:2) “belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatife permanen dan dihasilkan dari pengalaman masa lalu
ataupun dari pembelajaran yang
dibertujuan ataupun direncanakan”. Jika dilihat dari kondisi di lapangan bahwa aktifitas siswa dalam pembelajaran masih
sangat minim bahkan siswa hanya
cenderung diam dan mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru mereka.
Setiap individu memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap suatu hal yang dilihatnya. Dan untuk dapat mengetahui
informasi-informasi tersebut seseorang
haruslah belajar. Dengan belajar manusia memperoleh keterampilan dan kemampuan
sehingga terbetuklah sikap dan
bertambahnya ilmu pengetahuan. Belajar menghasilkan perubahan perilaku di dalam diri peserta didik. Belajar menghasilkan perubahan perilaku yang secara relatif tetap dalam berpikir, merasa dan melakukan pada diri peserta didik.
Secara umum hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri misalnya,
intelektual, minat, bakat, motivasi,
kebiasaan, jasmani, psikologi, dan
sebagainya.Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang muncul dari luar diri siswa misalnya faktor lingkungan tempat
dia dibesarkan, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, faktor kelompok, dan sebagaianya. Dari kedua faktor ini,
keduanya sangatlah mempengaruhi
3
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
secara garis besar berarti suatu cabang ilmu sains yang mempelajari fenomena alam melalui observasi dan menganalisis
bukti-bukti empiris sehingga mampu
menjabarkan, memprediksi dan memahami fenomena alam tersebut.Di dalam ilmu pengetahuan alam kriteria-kriteria seperti validitas, akurasi dan mekanisme sosial untuk menjamin kualitas harus ada di setiap observasi dan analisis bukti empiris.
Menurut Trianto (2010:136) “ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan
bagian dari ilmu pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris
“science”. Kata “science”sendiri berasal dari
kata dalam Bahasa Latin “science” yang
berarti saya tahu”.IPA biasa disebut juga
dengan natural science.Natural artinya
alamiah dan berhubungan dengan alam,
sedangkan science artinya ilmu
pengetahuan.Jadi sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. “IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera” (Trianto, 2010:136)
Dengan mempelajari IPA siswa secara langsung dapat berinteraksi tidak hanya dnegan lingkungan, namun juga
dengan dirinya sendiri. Melalui
pembelajaran IPA siwa akan mempelajari
tentang dirinya sendiri dan juga lingkungan disekitarnya. Pada dasarnya siswa merasa bahwa IPA itu sulit karena banyak membaca teori dan menghafal padahal IPA merupakan pelajaran yang membantu meningkatkan kepekaan dirinya sendiri
terhadap lingkungan dan orang lain
disekitarnya. Pembelajaran IPA di SD memberi kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah. Hal ini akan membantu siswa mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah.
Menurut Sudana (2016:2)
“pengetahuan alam atau science adalah
pengetahuan manusia yang luas yang
didapatkan dengan observasi dan
eksperimen yang sistematik, serta
dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori, dan
hipotesis”.Dari hasil observasi dan
wawancara yang saya lakukan di Gugus II SD di Kubutambahan pada tanggal 16 Januari 2017 terdapat 7 SD di Gugus II Kubutambahan dari ke 7 SD ini rata-rata hasil belajar IPA pada siswa cukup rendah dan menurut infomasi dari wali kelas 4 masing-masing sekolah mengatakan bahwa siswa cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar dan berikut ini adalah dokumen nilai siswa yang sudah dicatat oleh guru wali kelas IV pada ulangan tengah semester akan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rata-rata Nilai UTS IPA di SD Gugus II Kec. Kubutambahan
(Sumber : Dokumen Ulangan Tengah Semester (UTS) IPA Siswa Kelas IV di Gugus II Kec. Kubutambahan Tahun Pelajaran 2016/2017)
Nama Sekolah Nilai Rata-rata
SDN 1 Kubutambahan 76,70 SDN 2 Kubutambahan 71,03 SDN 3 Kubutambahan 65,41 SDN 4 Kubutambahan 66,25 SDN 5 Kubutambahan 77,65 SDN 6 Kubutambahan 74,46 SDN 7 Kubutambahan 68,08
4
Jika dilihat dari tabel rata-rata skor siswa hasil ulangan tengah semester menunjukkan bahwa tidak semua sekolah mencapai rata-rata yang memuaskan.Dari hasil observasi yang dilakukan guru juga
lebih sering menggunakan model
konvensional. Permasalahan yang
ditemukan diantaranya: Pertama,
pembelajaran masih didominasi oleh guru seingga pembelajaran hanya berpusat pada guru sementara siswa hanya bersifat sebagai penerima informasi dan pasif.
Kedua, Pelaksanaan pembelajaran yang terjadi di kelas cenderung pasif dan kurang kondusif karena guru lebih cenderung
menggunakan model ceramah, tanya
jawab, dan penugasan. Ketiga, siswa
kurang aktif dalam pembelajaran sehingga hanya beberapa siswa yang cenderung aktif dan memahami materi yang diberikan
oleh guru.Keempat, karena dibelajarkan
dengan model pembelajaran konvensional maka hasil belajar siswa cenderung rendah
dan kurang optimal.Kelima, siswa kurang
memahami materi yang diajarkan dan mudah melupakan materi yang sudah diajarkan, hal ini dikarenakan siswa yang kurang fokus dalam pembelajaran dan siswa juga kurang bersemangat saat pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Santyasa (2005:36)
“pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran yang lazim diterapkan seperti
kegiatan rutinitas sehari-hari. Desain
pembelajaran bersifat linier dan dirancang
dari part to whole .pesan pembelajaran
menurut pembelajaran konvensional
mengutamakan informasi konsep dan
prinsip, latihan soal-soal, dan tes”. Dengan demikian, jika sebuah pembelajaran hanya dilakukan tanpa adanya inovasi-inovasi yang dapat menimbulkan semangat siswa untuk belajar maka siswa tidak akan semangat dalam mengikuti pembelajaran.
Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan penelitian sebagai solusi untuk memecahkan permasalahan. Untuk itu perlu diadakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan merangsang minat siswa untuk lebih antusias berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Pada
penelitian ini model pembelajaran
kooperatif tipe course review horay
diharapkan tepat dalam melaksanakan pembelajaran siswa agar hasil belajar dapat tercapai optimal pada mata pelajaran IPA.
Menurut Shoimin (2014:54) “model
pembelajaran course review
horaymerupakan pembelajaran yang menguji pemahaman siswa menggunakan kotak yang diisi dengan soal dan diberi
nomor untuk menuliskan
jawabannya”.Sedangkanmenurut Kurniasih dan Sani (2016:80) “model pembelajaran
course review horay ini suatu model pembelajaran yang dapat menciptakan
suasana kelas menjadi meriah dan
menyenangkan karena setiap siswa dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak “horay!” atau yel-yel lainnya yang disepakati”.
Model pembelajaran ini dapat
digunakan oleh guru karena merupakan
model pembelajaran yang dapat
mencptakan suasana yang meriah di dalam kelas sehingga siswa akan lebih tertarik
dalam melaksanakan sebuah
pembelajaran. Hal ini dikarenakan model
pembelajaran kooperatif tipe course review
horay merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk membuat pembelajaran di kelas lebih menyenangkan,
sehingga siswa tertarik untuk
melaksanakan pembelajaran.
Di SD Gugus II Kecamatan
Kubutambahan sangat jarang
menggunakan model-model pembelajaran
mereka hanya cenderung kepada
pebelajaran konvensional saja yang
dianggap lebih praktis dan tidak banyak membutuhkan biaya.
Berdasarkan permasalahan diatas
maka dapat diuraikan permasalahan
sebagai berikut “apakah terdapat
perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe course
review horay (CRH) dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional di kelas IV SD Tahun Pelajaran 2016/2017 di Gugus II Kec. Kubutambahan ? “.
5
Menurut Santyasa (2012:101)
“sebagai teknologi untuk pembelajaran (technology for instruction), pembelajaran kooperatif melibatkan partisipasi aktif para pelajar dan meminimalisasi perbedaan-perbedaan antar individu”.Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran
konvensional. Proses pembelajaran
konvensional sepenuhnya ada pada kendali
guru, dimana dalam pembelajaran
konvensional pembelajaran masih berpusat pada guru. Dalam hal ini penggunaan pembelajaran konvensional siswa tidak menjadi aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.Sumber belajar dalam
pembelajaran konvensional lebih banyak menggunakan informasi yang dilakukan secara verbal maupun ceramah.
Model pembelajaran kooperatif tipe
course review horay sangat berbeda dengan model pembelajaran konvensional.
Model pembelajaran course review horay
ini lebih menekankan pada keaktifan siswa dikelas, konsentrasi, dan kerjasama siswa. dalam pelaksanaannya setiap kelompok yang berhasil menjawab benar akan
berteriak “horay” atau sesuai dengan yel-yel
lain yang sudah mereka sepakati.
Model pembelajaran course review
horay ini dapat digunakan oleh guru karena dapat menciptakan suasana yang meriah di dalam kelas. Menurut Kurniasih dan Sani
(2016:81) pelaksanaan model
pembelajaran course review horay ini
antara lain siswa diminta untuk membentuk kelompok 4-5 orang, kemudia setiap kelompok diminta untuk membuat kotak 9/16/25, masing-masing kotak akan diberi nomor sesuai dengan keinginan mereka nomor dibuat secara acak. Setelah itu soal akan dibacakan oleh guru kemudian siswa menjawab soal pada kotak yang sudah diisi nomor sesuai dengan nomor soal yang dibacakan oleh guru. Setiap nomor yang
benar diberi tanda centang (√) setiap
kelompok yang berhasil menjawab benar akan berteriak horay kelompok yang paling banyak berteriak horay dia yang menjadi pemenangnya.
Sedangkan menurut Kusumarini
(2012) “model pembelajaran course review
horay merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil”. Jadi dari penjelasan diatas maka dapat disintesiskan
bahwa model pembelajaran course review
horay juga merupakan suatu metode
pembelajaran dengan pengujian
pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan
untuk siswa atau kelompok yang
mendapatkan jawaban atau “horay” atau
menyanyikan yel-yel kelompoknya.
Pembelajaran course review horay,
merupakan salah satu pembelajaran
kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui terdapat tidaknya perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
course review horay (CRH) dengan siswa
yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional di kelas IV SD Tahun Pelajaran 2016/2017 di Gugus II Kec. Kubutambahan.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus II Kecamatan Kubutambahan. Pelaksanaan penelitian ini yaitu semester II tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian semu (quasi experiment). Menurut Sugiyono (2015:114) “bentuk desain eksperimen ini
merupakan pengembangan dari true
experimental design, yang sulit
dilaksanakan”. Dalam penelitian ini
menggunakan 2 kelompok sampel yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Desain penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian semu
yaitu
non equivalent posttest pnly control
group design
dengan memberikan post-testkepada kelompok siswa eksperimen dan kontrol di akhir penelitian. Menurut Sukardi (2014:53) “populasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu populasi target
6
dan populasi akses”
Populasi
yang
direncanakan dalam rencana penelitian
dapat disebut populasi target.
Populasi target ini dapat berupa guru atau jumlah obyek yang ditetapkan oleh peneliti atau yang ada secara pasti di kantor wilayah yang ada.Dari pendapat yang telah
disampaikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa populasi adalah suatu obyek atau subyek, yang berhubungan dengan sesuatu yang kita teliti atau yang kita pelajari yang sebelumnya sudah
ditargetkan terlebih dahulu. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalahsiswa
kelas IV di Gugus II Kecamatan
Kubutambahan sebanyak 224 siswa.
Menurut Sugiyono (2015:118)
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu sedangkan sampel penelitian ini adalah SDN 3 Kubutambahan sebagai kelompok kontrol dan SDN 5 Kubutambahan sebagai kelompok eksperimen total jumlah sampel adalah 74 siswa yang sebeblumnya telah
dipilih dengan teknik acak atau random
sampling. Menurut Sukardi (2014:58) “teknik acak ini, secara teoritis, semua
anggota dalam populasi mempunyai
probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel”.
Dari 7 sekolah yang ada pada Gugus II Kecamatan Kubutambahan terpilih 2 sekolah sebagai sampel penelitian. SDN 3 Kubutambahan sebagai kelas kontrol dan SDN 5 Kubutambahan sebagai kelas eksperimen.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode tes. Instrument yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar IPA dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda sebayak 25 butir soal. Dalam penelitian ini tes diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah mendapatkan perlakuan dengan
menerapkan model pembelajaran course
review horay dan kelas kontrol
menggunakan model pembelajaran
konvensional. Tes seperti ini disebut
sebagai post-test.
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistic deskriptif, yang artinya data dianilis dengan menghitung rata-rata, modus, median, standar deviasi, varian. Dalam penelitian ini
data disjaikan dalam bentuk kurva
histogramTeknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis
penelitian dengan menggunakan uji-t
(polled varians). Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi persyaratan yang dimaksud adalah data yang dianalisis haruslah
berdistribusi normal, dan data yang
dianalisis haruslah bersifat homogen.
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Hasil analisis deskripsi data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 2 . Tabel 2 Perbandingan Rata-rata Skor Hasil Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Hasil belajar siswa kelompok
eksperimen selanjutnya disajikan ke dalam kurva poligon. Tujuan penyajian data ini adalah
Untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen.
Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurva histogram distribusifrekuensi.Apabila data di atas divisualisasikan ke dalam bentuk kurva
Kelompok Rata-rata (Mean) Standar Deviasi (SD)
Eksperimen 20,93 3,81
7
poligon, sehingga tampak seperti Gambar 1.
Gambar 1 Kurva Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan dan kurva poligon pada Gambar 1, diketahui Modus lebih besar daripada Median dan
Medianlebih besar dari pada mean
(Mo>Md>M), atau 20.93 < 21 < 25 maka data termasuk pada distribusi juling. negative. sehingga kurva juling negatif
yang berarti sebagian besar skor
cenderung tinggi. Sedangkan grafik dari kelompok kontrol akan disajikan pada gambar 2
Gambar 2 Kurva Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol.
Berdasarkan kurva diatas, tampak bahwa kurva sebaran skor siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional merupakan kurve juling positif, karena Mo<
Md< M (11<15<13,459). Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar
kelompok kontrolcenderung rendah. Untuk
itu, pengujian hipotesis
dilakukanmenggunakan uji-tdengan
rumuspolled varians.Rangkuman hasil
perhitungan uji-t antar kelompok
eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t
Data
Kelompok N X s2 thitung ttabelData Hasil
Belajar IPA
Eksperimen
37
20.93
14,59
9.9
1,980
Kontrol
37
13.459
8,32
Hasil analisis uji-t berdasarkan tabel diatas adalah untuk hasil belajar IPA siswa yang menggunakan rumus polled varians
diperoleh thitung = 9,9. Sedangkan ttabel untuk
db = 72 (db = n1 +n2 – 2 ) dengan taraf
signifikan 5 % menunjukkan ttabel = 1,980.
Karena thitung lebih besar dari ttabel (9,9 >
1,980), berdasarkan kriteria pengujian Ho
ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian,
dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil belajar IPA pada siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe course review horay dengan
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus II Kecamatan
Kubutambahan Tahun Pelajaran
2016/2017.
PEMBAHASAN
Hasil analisis data hasil belajar IPA
siswa menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar
antara kelompok siswa dengan
menggunakan model pebelajaran course
review horay dibandingkan dengan siswa
yang mdibelajarkan dengan model
konvensional pada siswa kelas IV Gugus II Kecamatan Kubutambahan tahun pelajaran 2016.2017. Tinjauan ini berdasarkan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa dan hasil uji-t. Rata-rata skor hasil belajar siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Course Review Horay adalah 20,93 berada pada kategori sangat tinggi, sedangkan rata-rata skor hasil belajar siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional adalah 13,459 berada pada kategori sedang.
0 5 10 15 20 14,5 16,5 18,5 20,5 22,5 24,5 Fr e ku e n si Titik Tengah 0 5 10 15 9 12 15 18 21 24 Fr e ku e n si Titik Tengah
8
Berdasarkan hasil analisis data
menggunakan uji-t diperoleh thitung = 9,9 dan
ttabel = 1,980 untuk db = 72 dengan taraf
signifikan 5%. Hasil perhitungan tersebut
menunjukkan bahwa thitung> ttabel, sehingga
H0 ditolak dan H1 diterima. Adanya
perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
Course Review Horay berpengaruh
terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas IV SD di Gugus II
Kecamatan Kubutambahan Tahun
Pelajaran 2016/2017.
Perbedaan hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
Course Review Horay dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan
model konvensional dikarenakan oleh
beberapa faktor diantaranya sebagai
berikut.
Pertama, model pembelajaran ini tidak hanya menuntut siswamemahami konsep materi yang diajarkan namun juga menuntut siswa untuk bekerja secara berkelompok, sehingga siswa diajarkan untuk belajar berdiskusi dengan temannya serta belajar bertoleransi.
Kedua, pada fase ini siswa diberikan
kesempatan untuk memahami materi
dengan membaca buku ataupun bertanya kepada guru keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran juga terlihat dari kegiatan membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan setiap kotak diisi nomor secara acak sesuai keinginan mereka. dengan kesempatan tersebut
siswa menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran.
Ketiga, pelaksnaan model
pembelajaran course review horay ini
membentuk hubungan yang baik antara siswa dan guru. Hubungan yang baik juga tercipta dari interaksi yang baik antara guru da siswa selama pelaksnaan pembelajaran.
Keempat, pemberian reward kepada siswa dengan memberikan tanda (√) bagi kelompok siswa yang menjawab benar
mereka dapat berteriak “horay” hal itulah
yang membuat pembelajaran terasa
menyenangkan dan mampu menciptakan suasana kelas yang meriah..
Berbeda dengan halnya pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional (tradisional) dapat disebut sebagai sebuah model pembelajaran karena di dalamnya
mengandung sintaks, sistem sosial,
prinsip-prinsip reaksi, dan sistem
dukungan (Rasana, 2009:19).
Pembelajaran yang seperti ini cenderung membuat siswa menjadi tidak aktif dalam pelaksaan pembelajaran. siswa menjadi mudah bosan dan malas untuk belajar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian tentang
model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization. Asih Suryani
(2016) yang berjudul “Pengaruh
Pendekatan Course Review Horay(CRH)
Terhadap Pemahaman Matematis dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar Pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat”. Penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaran
Course Review Horay sangat berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman
matematis pada siswa dibandingkan
dengan model pembelajaran konvensional. Peneitian lain juga dilaksanakan oleh Ni Made Widya (2014) yang berjudul “pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Course Review Horay Berbantuan
Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Saraswati 2 Denpasar” hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang
menggunakan model Course Review Horay
lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa
yang belajar menggunakan model
pembelajaran konvensional.
Perbedaan hasil belajar IPA pada
siswa yang menggunakan model Course
Review Horay pastinya akan lebih terlihat dibandingkan dengan hasil belajar siswa
yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional. Hal ini
disebakan karena model pembelajaran
Course Review Horay ini merupakan model pembelajaran yang dapat membangun semangat belajar siswa dan keaktifan pada siswa, selain itu juga model pembelajaran ini mampu menciptakan kelas yang meriah dan kondusif.
9
SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN
Berdasarkan rumusan masalah dan
pembahasannya di atas, dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan
model pembelajaran Course Review Horay
(CRH) dan kelompok siswa yang
dibelajarkan menggunakan model
konvensional pada siswa kelas IV SD tahun pelajaran 2016/2017 di Gugus II
Kecamatan Kubutambahan terdapat
perbedaan yang signifikan, dapat dilihat
pada hasil uji-t menunjukkan bahwa thitung
adalah 9,9, sedangkan ttabel pada taraf
signifikan 5 % dan db = 72 adalah 1,980. Di samping itu, rata-rata skor hasil belajar IPA kelopok siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran course review
horay(20,93) lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (13,459).
Dari hasil yang telah dipaparkan di atas maka dapat diketahui bahwa model
pembelajaran course review horay
berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa terutama pada hasil belajar IPA. Model ini dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional. Sehingga model
course review horay ini dapat
dipergunakan untuk meningkatkan
suasana pembelajaran yang aktif, meriah dan menyenangkan.
SARAN
Beberapa saran yang dapat diaujukan
adalah sebagai berikut. Pertama,
disarankan kepada siswa di Sekolah Dasar Gugus II Kecamatan Kubutambahan agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran
dan terus mengembangkan
pemahamannya dengan membangun
sendiri pengetahuan tersebut melalui
pengalaman belajar dengan model
pembelajaran course review horay. Kualitas
siswa sangat ditentukan oleh kualitas pembelajaran. oleh karena itu, disarankan kepada guru-guru di sekolah dasar agar lebih kreatif dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif yang disesuaikan dengan
kondisi sekolah dan peserta didik demi peningkatan kualitas proses dan hasil
belajar. Kedua, disarankan kepada Kepala
Sekolah agar temuan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai dasar untuk membuat kebijakan dalam membina
dan mengembangkan kemampuan
professional guru yang dipimpinnya.
Ketiga, kepada peneliti lainnya diharapkan
mencoba kembali untuk melakukan
penelitian yang dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Course
Review Horay agar teori ini benar-benar teruji keefektifannya untuk meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa SD kelas IV.
DAFTAR RUJUKAN
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2016.
Ragam
Pengembangan
Model
Pembelajaran. Cetakan Ke-3. Kata
Pena.
Raka Rasana, I Dewa Putu. 2009.
Model-model Pembelajaran. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Santyasa, I Wayan. 2012.
Pembelajaran
Inovatif.
Singaraja:
Undiksha
Press.
Santyasa, I Wayan. 2005.
Belajar dan
Pembelajaran.
Singaraja:
Undiksha Press.
Shoimin,
Aris.
2014.
68
Model
Pembelajaran Inovatif. Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Sudana, Dewa. dkk. 2016.
Pendidikan IPA
SD.
Singaraja:
Universitas
Pendidikan Ganesha.
10
Sugiyono.
2015.
Metode
Penelitian
Pendidikan.
Cetakan
Ke-2.
Bandung: Alfabeta.
Sumantri, Mohamad Syarif. 2016. Strategi Pembelajaran. Cetakan Ke-2. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.