LANTING
Journal of ArchitectureVolume 6, Nomor 1, Februari 2017
ISSN 2089-8916
DEWAN REDAKSI
Pimpinan Redaksi
Naimatul Aufa, M.Sc.
Sekretaris Redaksi
Dila Nadya Andini, M.Sc.
Anggota:
J.C. Heldiansyah, M.Sc.
Reviewer:
Prof. Dr. Rusdi H. A., M.Sc.
Dr. Budi Prayitno, M.Eng.
Dr.-Ing. Ir. Gagoek Hardiman
Dr. Bani Noor Muchamad, MT.
Dr. Ira Mentayani, MT.
Desain Cover, Setting dan Tata Letak:
J.C. Heldiansyah, M.Sc.
Alamat Redaksi
Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat
Jl. Jalan A. Yani Km.36 Banjarbaru – Kalimantan Selatan 70714
Email: [email protected]
http://ejournal.unlam.ac.id/index.php/lanting
DITERBITKAN OLEH:
Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
Dekan:
Dr. –ing. Yulian Firmana Arifin, ST., MT.
Ketua Program:
Dr. Bani Noor Muchamad, MT.
LANTING Journal of Architecture terbit pertama kali bulan Februari 2012. Dewan Redaksi
menerima sumbangan artikel terpilih di bidang teknik arsitektur untuk dimuat pada
LANTING Journal of Architecture. LANTING Journal of Architecture diterbitkan 2 (dua) kali
dalam 1 (satu) tahun pada bulan Februari dan Agustus. Artikel yang diterbitkan bulan
Februari diterima Dewan Redaksi paling lambat akhir bulan Oktober dan yang diterbitkan
LANTING
Journal of ArchitectureVolume 6, Nomor 1, Februari 2017
ISSN 2089-8916
DAFTAR ISI
Halaman
EDITORIAL
Pusat Perawatan Kucing di Banjarbaru
Adelia Puspita Sari dan Prima Widia Wastuty
1-12
Akademi Kuliner Banjarbaru
Annisa Wulandari dan M. Deddy Huzairin
13-22
Perpustakaan Pusat Universitas Lambung Mangkurat
Dewa Widhi Putra dan Indah Mutia
23-35
Gedung Olahraga Basket di Kabupaten Tabalong
Diah Purwaningsih dan Mohammad Ibnu Saud
36-41
Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Di Banjarbaru
Fahrina Supianida dan Gusti Novi Sarbini
42-52
Taman Kupu-Kupu Sultan Adam di Banjarbaru
Wardiyanti Sariwati dan Dila Nadya Andini
53-61
Zara Fashion Store Banjarbaru
Oneal Lony Laxmybay dan Ira Mentayani
62-70
Pusat Kecantikan Wanita di Banjarbaru
Winda Ayu Safitri dan Dila Nadya Andini
71-80
Pusat Kuliner Khas Banjar Di Martapura
Nisa Anasandi Noor dan Bani Noor Muchamad
81-90
Pusat Kerajinan Tangan di Banjarmasin
Hikmatus Silvia Harlina dan Ira Mentayani
91-100
Eiger Flagship Store Banjarbaru
Fauzi Alvi dan Mohammad Ibnu Saud
101-109
Pusat Kebugaran Dan Kecantikan di Banjarmasin
Agung Satriya dan Nurfansyah
110-118
Redesain Pusat Perbelanjaan Kandilo di Kabupaten Paser
Elda Fitrawati dan Anna Oktaviana
119-128
Pusat Rehabilitasi Penyandang Tuna Daksa di Banjarbaru
Pasar Seni Kerajinan di Banjarmasin
Gabriella Octaviria Noormalia Hetrani Putri dan Mohammad Ibnu Saud
140-146
Planetarium Siring Laut Kotabaru
Adiyat Nur dan Akbar Rahman
147-154
Resort Dan Wedding Venue di Pantai Rindu Alam Kabupaten Tanah Bumbu
Riesky Amalia dan Dila Nadya Andini
155-164
Sanggar Tari Tradisional di Amuntai
Ahmad Wahyuni dan J. C. Heldiansyah
165-177
Pusat Kecantikan dan Perawatan Tubuh di Desa Sungai Alang
Winda Trisnayanti dan Nurfansyah
178-185
E-Sport Community Center Banjarbaru
Bayu Nur Imam dan Bani Noor Muchamad
186-196
Kawasan Taman Wisata Kalsel Park
Reza Renaldi dan M. Tharziansyah
197-206
Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
LANTING
Journal of ArchitectureVolume 6, Nomor 1, Februari 2017
ISSN 2089-8916
EDITORIAL
LANTING Journal of Architecture sudah memasuki tahun keenam penerbitan. Pada terbitan kali ini, LANTING Journal of Architecture khusus mewadahi artikel hasil perancangan 22 (dua puluh dua)
mahasiswa Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat. Sehingga redaksi meminta maaf kepada rekan-rekan peneliti yang ingin menerbitkan artikelnya di jurnal ini. Namun, di tahun ini mulai dirintis jurnal khusus untuk Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Arsitektur Universitas Lambung Mangkurat, sehingga pada tahun depan LANTING Journal of
Architecture akan kembali fokus pada hasil penelitian rekan-rekan peneliti, khususnya penelitian
terkait lahan basah.
Semoga beberapa artikel yang dihadirkan LANTING Journal of Architecture kali ini dapat menambah referensi pembaca setia Jurnal Lanting. Demikian editorial LANTING Journal of Architecture kali ini. Terimakasih kami ucapkan kepada para kontributor dan pihak-pihak terkait. Sampai jumpa di
LANTING Journal of Architecture selanjutnya.
Banjarbaru, 1 Februari 2017 Ketua Redaksi
Konsep Deatil Arsitektural Kalsel Park (Sumber: Reinaldi, 2016)
155
LANTING Journal of Architecture, Volume 6, Nomor 1, Februari 2017, Halaman 155-164ISSN 2089-8916
RESORT DAN WEDDING VENUE DI PANTAI RINDU ALAM
KABUPATEN TANAH BUMBU
Riesky Amalia
Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat [email protected]
Dila Nadya Andini
Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat [email protected]
Abstrak
Permasalahan yang paling mendasar dalam perancangan Resort dan Wedding Venue di Pantai Rindu Alam ini adalah bagaimana bangunan dapat serasi dengan alam tanpa merusaknya. Resort dan Wedding Venue ini dirancang sebagai salah satu fasilitas penunjang untuk pengunjung yang ingin menginap, selain itu juga merupakan wadah bagi pasangan penganin untuk menggelar pernikahannya dengan suasana alam yang merupakan daya tarik utama dari Pantai Rindu Alam. Metode yang digunakan adalah Ekologi, dimana bangunan akan menyelaraskan kondisi alam yang ada. Dengan pendekatan Ekologi sebagai metode desain, perancangan Resort dan Wedding Venue ini memperhatikan nilai-nilai ekologi. Pendekatan Ekologi ini dapat menghasilkan konsep-konsep perancangan arsitektur yang ramah lingkungan, ikut menjaga kelangsungan ekosistem, menggunakan energi yang efesien, memanfaatkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui secara efesien, menekan penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui dengan daur ulang. Kata kunci: Resort, wedding venue, pendekatan Ekologi, Eko-Arsitektur, alam
PENDAHULUAN
Tanah Bumbu memiliki potensi alam yang cukup baik sebagai objek wisata. Keunggulan wisata di daerah ini yang sedang berkembang salah satunya adalah wisata alamnya. Berikut beberapa wisata alam yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu antara lain :
1. Pantai Pagatan
2. Pantai Tanjung Petang 3. Pantai Angsana
4. Pantai Pulau Salak 5. Pantai Rindu Alam 6. Pantai Bunati 7. Pulau Sewangi 8. Goa Sugung
Saat ini Pemerintah Daerah Tanah Bumbu akan mengembangkan wisata pantai dan pulau keunggulannya. Pemerintah
daerah Tanah Bumbu akan
mengembangkan sektor kepariwisataan untuk meningkatkan sektor perekonomian daerah. Salah satunya yang akan dikembangkan oleh Pemerintah Daerah
Tanah Bumbu adalah wisata Pantai Rindu Alam.
Pantai Rindu Alam terletak di Desa Salak, Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu. Rindu Alam memiliki panjang pantai ± 1 km, dengan luas ± 3 ha, dengan jarak tempuh menuju tempat tersebut ± 25 menit dari jalan raya provinsi. Salah satu daya tarik wisata pantai ini adalah letaknya yang menyerupai sebuah pulau karena dipisahkan sebuah selat kecil menjurus keluar. Objek wisata ini ditumbuhi dengan pohon pinus yang lebat, sehingga menciptakan suasana yang sejuk.
Berdasarkan data Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Tanah Bumbu, pengunjung Pantai Rindu Alam meningkat drastis hingga 340% per hari pada hari raya, bila dibandingkan dengan hari libur biasa atau akhir pekan. Jumlah pengunjung pada hari raya tahun 2016 mencapai 14.100 orang, terhitung dari tanggal 7 – 10 Juli 2016, sedangkan jumlah pengunjung pada hari libur Sabtu dan
156
Minggu yang hanya mencapai 800 orang perhari (Kuswandi, 13 Juli, 2016).
Jika dibandingkan dari banyaknya pengunjung yang datang dengan pengembangan fasilitas yang ada di Pantai Rindu Alam tidak sebanding, hal ini terlihat dari minimnya fasilitas akomodasi berupa penginapan (hotel, wisma, homestay, cottage, dan bungalow). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, di sekitar pantai ini tidak terdapat fasilitas penginapan. Wilayah Kecamatan Pagatan, tercatat hanya memiliki 2 penginapan, yaitu Putri Duyung Resort dan Penginapan Shangrilla.
Keberadaan Resort dan penginapan tersebut sangat jauh dari lokasi wisata, dan juga fasilitas yang disediakan tidak memenuhi kapasitas pengunjung wisata yang tiap tahunnya meningkat. Tingginya tingkat kunjungan wisatawan ini tidak diimbangi dengan fasilitas akomodasi penginapan yang tersedia, karena kenyataannya kunjungan wisata ke Pantai Rindu Alam tidak dapat dilakukan dalam waktu satu hari perjalanan, khususnya wisatawan luar kota yang berkunjung.
Berdasarkan fakta tersebut, terlihat adanya peluang pengembangan industri pariwisata di Pantai Rindu Alam, khususnya dalam penyediaan fasilitas akomodasi penginapan yang berkualitas guna melayani wisatawan dengan orientasi rekreasi. Sektor bisnis dan perdagangan Tanah Bumbu berkembang pesat seiring dengan sektor pariwisata. Kabupaten ini memiliki infrastruktur relatif lengkap untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Keadaan ekonomi yang baik terlihat dari bertambahnya fasilitas perdagangan dan perekonomian di Tanah Bumbu.
Perencanaan pembangunan Resort ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemandangan alam yang menjadi potensi daya tarik Resort ini, selain itu memberikan fasilitas dimana dapat mengakomodasikan acara pernikahan dari pra – acara hingga akhir acara, sehingga keluarga dan pengantin dapat menikamati hari bahagia dengan baik.
Karena belum adanya tempat yang mampu memfasilitasi pasangan sedemikian rupa di Kabupaten Tanah Bumbu, maka perlu dibangun suatu tempat yang bisa mewadahi sekaligus memfasilitasi
pasangan-pasangan yang ingin
mengadakan pernikahan sekaligus berbulan madu di Pantai Rindu Alam dengan suasana alami dan didukung dengan view yang indah (pantai) dimana acara pernikahan bisa dilakukan secara outdoor maupun indoor yang hanya menampung beberapa orang, mengingat pesta pernikahan ini adalah pesta pernikahan yang mementingkan kualitas daripada kuantitas, sekaligus menyediakan beberapa cottage kecil dan fasilitas pendukung lainnya untuk berbulan madu sehingga pasangan dapat melakukan berbagai kegiatan bersama-sama sambil menikmati pemandangan alam Pantai Rindu Alam.
Pernikahan biasanya dilangsungkan sesuai upacara adat yang disepakati dan dirayakan bersama keluarga, teman dan
kerabat. Pernikahan modern
diselenggarakan seperti kegiatan pesta resepsi pada umumnya, sedangkan upacara pernikahan tradisional diselenggarakan sesuai ritual adat yang bersangkutan. Namun tidak berarti pengantin hanya menggunakan satu jenis perayaan saja, ada kalanya pengantin menyelenggarakan dalam bentuk pesta dan upacara adat dalam waktu yang tidak bersamaan.
Pernikahan di ruang terbuka mulai banyak diminati masyarakat karena sifatnya yang kekeluargaan, santai dan akrab. Sedangkan pernikahan di ruangan tertutup umumnya cocok untuk upacara pernikahan tradisional, tetapi juga dapat dibuat santai, praktis, dan privasi. Akan tetapi, masyarakat Kalimantan khususnya Daerah Tanah
Bumbu masih menyelenggarakan
pernikahan dengan upacara adat yang bersifat tradisional dibandingkan dengan pernikahan modern.
Permasalahan Arsitektur
Permasalahan arsitektural pada perancangan Resort dan Wedding Venue ini didapat setelah meninjau kedua fungsi yang ada dalam perancangan, dimana Resort bersifat umum dan Wedding Venue lebih bersifat privasi. Daya tarik utama dari kawasan wisata Pantai Rindu Alam ini adalah pesona alamnya.
Terkait uraian diatas, maka muncul permasalahan yaitu :
157
Bagaimana pengolahan ruang denganfungsi berbeda pada Resort dan Wedding Venue agar selaras dengan alam?
TINJAUAN PUSTAKA Resort
Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi seseorang di luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga diartikan dengan kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga, kesehatan, konvensi, keagamaan, serta keperluan usaha lainnya (Dirjen Pariwisata, 1988;13).
Resort adalah sebuah tempat menginap dimana mempunyai fasilitas khusus untuk kegiatan bersantai dan berolah raga seperti tennis, golf, spa, tracking, dan jogging, bagian concierge berpengalaman dan mengetahui betul lingkungan Resort, bila ada tamu yang ingin hitc-hiking berkeliling sambil menikmati keindahan alam sekitar Resort ini (Pendit, 1999).
Beberapa pengertian Resort diatas yang dikemukakan para ahli memiliki kesamaan maksud dan arti, bahwa Resort merupakan suatu tempat yang memiliki keindahan alam yang digunakan untuk rekreasi dan di dalamnya terdapat fasilitas penunjang kegiatan rekreasi.
Berdasarkan keputusan Dirjen Pariwisata No. 14/U/11/88 tentang pelaksanaan ketentuan usaha dan penggolongan Resort. Dapat dijelaskan pada klasifikasi standar di bawah ini:
Wedding Venue
Wedding Venue adalah tempat untuk melangsungkan acara pernikahan. Pada umumnya, Wedding Venue diadaptasi dari budaya barat, dimana pemberkatan
pernikahan hingga acara resepsi diadakan pada suatu wilayah atau suatu tempat. Sistem pemberkatan tersebut adalah dengan memanggil pendeta atau penghulu, ke tempat acara pernikahan akan berlangsung baik indoor maupun outdoor. Tetapi, tidak sedikit yang memisahkan acara tersebut dan merayakannya di gedung yang berbeda satu hari penuh atau lebih (Nike, 2011).
Dalam Undang-undang tentang Bangunan Gedung Nomor 28 tahun 2002 pasal 5, bahwa bangunan Wedding Venue dapat diklasifikasikan sebagai fungsi wisata dan rekreasi, dimana jenis-jenis bangunan yang diatur dalam fungsi tersebut meliputi gedung pertemuan, olahraga, anjungan, bioskop, dan gedung pertunjukan.
Konsep Resepsi Pernikahan
Konsep resepsi pernikahan diterapkan
untuk mempermudah persiapan
penyelenggaraan pernikahan secara keseluruhan. Mulai dari pemilihan tempat respsi, cara penyajian hidangan, penataan dekorasi, dan lain-lain. Konsep pernikahan dapat dibedakan menjadi dua, berdasarkan tempat resepsi :
1. Indoor
Penyelenggaraan resepsi pernikahan yang dilakukan dalam ruangan tertutup. Konsep ini dapat digunakan untuk jenis resepsi dengan berbagai tema karena pengadaan resepsi dalam ruang tertutup dapat didekor sesuai keinginan.
2. Outdoor
Penyelenggaraan resepsi yang dilakukan di ruang terbuka. Konsep ini biasanya hanya digunakan untuk jenis resepsi tematik (misalnya pesta kebun) karena untuk mendekor ruangan agak sulit mengingat elemen lingkungan sangat mempengaruhi keindahan dekorasinya (Dessar, 2011).
Penerapan Konsep Ekologi
Dari prinsip-prinsip ekologi menurut para ahli tersebut, penulis menerapkan prinsip dari Heinz Frick (1998) dan Kenth Yeang, karena merupakan prinsip ekologi yang pas untuk diterapkan pada perancangan Resort dan Wedding Venue ini.
Tabel 1 Klasifikasi Bintang Resort
158
Penerapan prinsip menurut Heinz Frick lebihmengutamakan kepada penggunaan Ekologi pada perancangan Resort dan Wedding Venue, sedangkan prinsip menurut Kenth Yeang lebih mengutamakan pada penerapan Ekologi pada bangunan kawasan. Berikut langkah-langkah perancangan menggunakan kedua prinsip tersebut:
Pelaku Resort dan Wedding Venue
Pelaku kegiatan pada perencanaan resort dan wedding venue dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan kegiatan yang diwadahi, berikut kategori pelaku kegiatan tersebut:
Kegiatan dan Kebutuhan Ruang
Kebutuhan ruang ditentukan berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh pelaku kegiatan serta ditentukan berdasarkan fungsi dari aktivitas di Resort maupun Wedding Venue. Berdasarkan dari aktivitas tersebut maka dapat ditentukan jenis ruang yang dibutuhkan pada Resort maupun Wedding Venue. Berikut merupakan rincian kebutuhan ruang yang sesuai dengan kegiatan yang akan diwadahi di Resort dan Wedding Venue.
Tabel 2 Langkah Perancangan Ekologi
(Sumber : Data Penulis, 2016)
Tabel 3 Kelompok Pelaku Kegiatan
(Sumber : Analisis Penulis, 2016)
Tabel 4 Kebutuhan Ruang Kegiatan Resort
(Sumber : Analisis Penulis, 2016)
Tabel 5 Kebutuhan Ruang Kegiatan
Wedding Venue
159
METODE1. Pola Hubungan Ruang
Pola hubungan ruang dan organisasi ruang ini akan menghasilkan penzoningan ruang. Dari penzoningan tersebut dapat terlihat suatu hubungan ruang yang saling berhubungan meskipun berbeda jenis kegiatannya. Sedangkan tingkat hubungan ruang dilihat berdasarkan persyaratan ruang yang ada. Semakin banyaknya persamaan persyaratan yang harus dimiliki oleh antar ruang, maka semakin erat pula hubungan ruangannya. Berikut pola hubungan ruang antar massa yang digambarkan dalam pola diagram.
2. Tampilan Bangunan
Tujuan dari analisis pendekatan ungkapan fisik bangunan adalah mendapatkan gubahan massa dasar dan komposisi massa bangunan Resort dan Wedding Venue. Sesuai dengan pendekatan ekologi yang digunakan, bentuk bangunan persegi panjang lebih menguntungkan daripada bentuk bujur sangkar (persegi). Selain karena pertimbangan ekologi, bentuk bangunan dipertimbangkan dari berbagai macam gubahan yang menurut teori F. DK.
Kriteria bentuk bangunan yang dipilih untuk bangunan Resort dan Wedding Venue adalah bentuk segi empat untuk memaksimalkan efetivitas ruang yang terbentuk dan kemudahan pengolahan sirkulasi, serta untuk memudahkan pergerakan angin dan cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan.
Penggabungan antara persegi panjang dengan persegi pada bangunan diterapkan pada bangunan Resort, ruang penerima, dan pengelola. Penerapan bentuk persegi panjang dan persegi bertujuan untuk memaksimalkan pencahayaan alami dan pengahwaan alami agar bangunan menggunakan sedikit energi.
3. Tata Massa Bangunan
Penataan massa bangunan pada perancangan Resort dan Wedding Venue ini merupakan bangunan dengan massa majemuk yang ditata berdasarkan kegiatan dan fungsi yang berbeda. Tata letak massa bangunan ini selain berdasarkan kegiatan
Tabel 6 Kebutuhan Ruang Kegiatan
Pengelola
(Sumber : Analisis Penulis, 2016)
Gambar 1. Pola Organisasi Resort dan
Wedding Venue
160
dan fungsi, juga harus dibuat berdasarkanalur sirkulasi yang saling terkait. Massa sebagai elemen site dapat tersusun dari massa berbentuk bangunan dan vegetasi, kedua-duanya baik secara kelompok maupun individual menjadi unsur pembentuk ruang out door.
Bangunan merupakan massa majemuk yang nantinya akan menggunakan pola cluster pada penataan massa bangunan. Penataan massa bangunan pada perencanaan Resort dan Wedding Venue menggunakan penggabungan antara pola terpusat, radial, dan linier tentunya dengan menerapkan prinsip ekologi. Nantinya massa bangunan dibagi berdasarkan kegiatan dan fungsi, disesuaikan dengan penggunaan taman dan vegetasi sebagai penghubung dan pemisah antar bangunan.
4. Sistem dan Struktur Utilitas Bangunan
Dalam pola perencanaan Eko-Arsitektur yang selalu memanfaatkan peredaran alam, berikut pola perencanaan Eko-Arsitektur :
Struktur Dinding
Sesuai dengan pola perencanaan Eko-Arsitektur diatas, dinding rumah harus memberi perlindungan terhadap panas. Daya serap panas dan tebalnya dinding harus sesuai dengan kebutuhan iklim ruang dalamnya. Rumah yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa
menghemat banyak energi. Selain itu, kemampuan tahan lama bagian bangunan menjadi salah satu pertimbangan bangunan Eko-Arsitektur.
Dari kedua tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dinding batu merupakan dinding yang berpengaruh besar dalam penyejukkan udara di dalam ruangan. Tetapi, bahan batu alam bukan merupakan bahan yang ada di daerah Tanah Bumbu. Dinding batu bata memiliki kemampuan tahan lama mencapai 60 tahun masa pakai. Penggunaan dinding pada perancangan Resort dan Wedding Venue menggunakan dinding batu bata expose.
Material Atap
Struktur atap juga mempengaruhi kualitas struktur yang Eko-Arsitektur, salah satunya adalah penggunaan energi bahan bangunan yang ekologis. Berikut tabel penilaian bahan bangunan ekologis.
Tabel 7 Pola Perencanaan Eko-Arsitektur
(Sumber : Frick, 1998)
Tabel 9 Daya Serap dan Pemantulan
Dinding
(Sumber : Frick, 1998)
Tabel 8 Perbedaan Waktu Dinding
(Sumber : Frick, 1998)
161
Dari tabel diatas, dapat disimpulkanbahwa atap sirap menggunakan energi yang paling sedikit diantara bahan atap lainnya. Selain itu, masa pakai atap sirap berkisar sekitar 25 tahun. Penggunaan atap pada perancangan Resort dan Wedding Venue menggunakan atap sirap.
Struktur Pondasi
Struktur bangunan yang akan digunakan pada bangunan adalah struktur rumah panggung. Penggunaan struktur jenis ini bertujuan untuk melindungi dari sinar panas matahari, karena udara panas melewati bawah bangunan sehingga menjadikan bangunan menjadi sejuk. Maka dari itu, pemilihan pondasi sangat berpengaruh dalam perencanaan struktur rumah panggung.
Tapak berada di lokasi yang merupakan tanah keras, sehingga pemilihan pondasi bangunan menggunakan pondasi tiang batu kali. Struktur dinding yang digunakan pada bangunan memilih dinding batu bata expose, dan pondasi umpak dipilih karena pondasi ini tidak tertanam didalam tanah, sehingga tidak merusak tanah.
Sistem Jaringan Air Bersih
Kabupaten Tanah Bumbu tidak memiliki saluran air PDAM, sehingga masyarakat mengandalkan air sumur sebagai satu-satunya sistem air bersih. Karena tapak berada di daerah dekat dengan pantai, tidak memungkinkan untuk pengeboran sumur, kalau pun bisa air bersih tersebut tidak bisa digunakan untuk minum.
Sistem jaringan air bersih pada perencanaan Resort dan Wedding Venue ini mengandalkan sistem penyulingan air laut dan pemanfaatan air hujan. Penyulingan air laut dan air hujan dimanfaatkan sebagai air bersih kamar mandi, sedangkan untuk air minum bekerja sama dengan perusahaan air minum.
Sistem Jaringan Air Kotor
Sistem jaringan air kotor pada perancangan Resort dan Wedding Venue ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu balck water dan grey water. Grey water disuling menjadi air bersih yang digunakan sebagai air penyiraman tanaman. Sedangkan black water ditampung menggunakan bio septic tank.
PEMBAHASAN
Dasar pertimbangan pemilihan lokasi, terdapat 5 pantai yang masuk dalam kriteria pemilihan lokasi, yaitu pantai Pagatan, pantai Tanjung Petang, pantai Angsana, pantai Pulau Salak, dan Pantai Rindu Alam. Dari ke lima pantai tersebut, pantai Rindu Alam yang paling memenuhi persayaratan perencanaan Resort dan Wedding Venue.
Beberapa kondisi yang berkaitan dengan site terpilih dapat dipaparkan sebagai berikut :
Site terpilih di Desa Betung, Kecamatan Kusan Hilir, Pagatan.
Berada pada :3° 37’ 27” LS dan 115° 50’ 59” LU.
Luas site :42.525 m²
Batas site :
Utara :Permukiman warga /
Jalan Trans Kalimantan
Selatan :Selat kecil / pantai
Timur :Kawasan wisata
pantai Rindu Alam
Barat : Lahan kosong
Tabel 10 Penilaian Bahan Bangunan
Ekologi
162
Konsep ProgramatikKonsep dari perancangan Resort dan Wedding Venue ini menerapkan konsep Berdampingan dengan Alam, dimana desain perencanaan kawasan Resort dan Wedding Venue mengaplikasikan desain Ekologi dalam perancangan.
Konsep Desain
1. Konsep Organisasi dan Tata Massa Bangunan
Berikut penerapan Eko-Arsitektur dalam perancangan Resort dan Wedding Venue :
Sesuai dengan konsep Eko-Arsitektur, dimana tata massa bangunan berdasarkan arah edar matahari dan angin. Berikut hasil analisis penempatan zona berdasarkan arah edar matahari dan angin. Selain itu, penempatan zona di dapat dari analisis matahari.
Tata massa bangunan mempunyai pengaruh terhadap kenyamanan thermal bangunan. Penataan massa bangunan yang tepat adalah dapat memaksimalkan aliran angin antar massa bangunan. Sesuai dengan prinsip dari Bromberek, memberikan alternatif tata massa yang dapat memaksimalkan aliran angin dalam tapak maupun bangunan.
Penataan massa akan mengelompokkan berdasarkan kegiatan yang ada di kawasan. Selain itu, karena tapak berada di kawasan wisata pantai maka massa bangunan akan diarahkan menghadap pantai, namum untuk massa bangunan bersifat servis tidak mutlak.
2. Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi pada kawasan diperoleh dari penataan massa, dimana massa dikelompokkan berdasarkan kegiatan. Konsep sirkulasi pada perancangan Resort dan Wedding Venue ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sirkulasi pejalan kaki dan sirkulasi mobil wisata.
Sirkulasi Pejalan Kaki
Sirkulasi pejalan kaki menghubungkan antara bangunan ke bangunan lainnya. Konsep sirkulasi yang diterapkan pada Resort merupakan penggabungan antara sirkulasi linier dan terpusat. Sirkulasi linier diterapkan pada penghubung antara jalan masuk utama menuju bangunan lainnya.
Skema 2 Konsep Programatik
Tabel 11 Pola Perencanaan Orientasi
Bangunan
Sumber : Frick, 1998
Gambar 2 Penataan Zona Kawasan
Gambar 3 Konsep Tatanan Massa
163
Sedangkan sirkulasi terpusat diterapkanpada jalan masuk utama. Sirkulasi pada Resort dibedakan lebarnya menurut penggunaannya. Sirkulasi terpusat memiliki lebar 3 meter, sedangkan sirkulasi linier memiliki lebar 2 meter.
Sirkulasi Mobil Wisata
Sirkulasi mobil wisata digunakan untuk pengunjung yang ingin berkeliling dan mengantar pengunjung ke tempat yang dituju. Pengadaan mobil wisata ini dikarenakan jauhnya jangkauan dari satu bangunan ke bangunan lainnya.
Konsep sirkulasi mobil wisata menerapkan jenis sirkulasi mengelilingi kawasan, dimana suatu sirkulasi yang mengelilingi suatu titik pusat.
3. Konsep Lansekap
Penataan lansekap merupakan salah satu desain Eko-Arsitektur yang sesuai dengan vegetasi yang ekologis. Lansekap pada kawasan ini akan dibuat sesuai dengan pola penataan massa pada Resort maupun Wedding venue.
4. Konsep Bentuk Bangunan
Konsep yang diterapkan pada bentuk bangunan adalah Eko-Arsitektur, dimana bentuk bangunan baiknya mengikuti arah gerak angin agar ruang-ruang pada
bangunan dapat menggunakan penghawaan dan cahaya alami lebih maksimal.
Tabel 12 Pola Perencanaan Bentuk
Bangunan
Sesuai dengan analisis konsep bentuk bangunan pada kawasan Resort dan Wedding Venue ini memiliki 2 bentuk bangunan yang berbeda, berikut penjelasannya.
Bentukan Bangunan
Bentukan ini penggabungan antara kubus dan balok, dimana balok merupakan bangunan penghubung antara bangunan 1 ke bangunan lainnya.
5. Konsep Utilitas
Sistem Jaringan Air Bersih
Sistem jaringan air bersih pada perencanaan Resort dan Wedding Venue ini mengandalkan sistem penyulingan air laut
Gambar 5 Konsep Sirkulasi Mobil Wisata
Tabel 11 Pola Perencanaan Lansekap
Sumber : Frick, 1998
Tabel 13 Pola Perencanaan Bentuk
Bangunan
Gambar 6 Bentukan Awal
Gambar 7 Konsep Bentuk dan Struktur
Sumber : Frick, 1998
164
dan pemanfaatan air hujan. Penyulingan airlaut digunakan sebagai air minum, sedangkan air hujan dimanfaatkan sebagai air mandi, mencuci, dan kebutuhan lainnya. Metode penyulingan air laut adalah reverse osmosis, sedangkan metode yang digunakan untuk pemanfaatan air hujan adalah metode PAH. Berikut penjelasan dan cara kerjanya.
KESIMPULAN
Pantai Rindu Alam merupakan salah satu pantai yang memiliki potensi alam yang sangat indah dari pantai lainnya yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu. Potensi alam ini yang menarik pengunjung untuk datang ke pantai ini. Jumlah pengunjung dengan pengembangan fasilitas yang ada tidak sebanding, sehingga diperlukannya sebuah penginapan yang dapat memenuhi kebutuhan menginap pengunjung.
Tujuan dari perancangan Resort dan Wedding Venue ini untuk mengoptimalkan pemandangan alam yang menjadi potensi daya tarik utama, dan memberikan fasilitas menginap pengunjung, serta memberikan fasilitas dimana dapat mengakomodasikan acara pernikahan dengan suasana romantis. Jika dilihat dari potensi alam yang dimiliki oleh Pantai Rindu Alam, dimana terdapat kawasan hutan pinus maka penggunaan konsep Eko-Arsitektur dirasa paling pas diterapkan pada perancangan ini. Dimana bangunan dan alam akan berdampingan tanpa merusak alam dan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adler, David. (1999). Metric Handbook Planning and Design Data. Butterworth Architecture. London.
Bromberek, Zbigniew. (2009). Eco-Resort Planning and Design for The Topics. USA:Elsevier
Darmawan, Jodie. (2012). Laporan Tugas Akhir Ranch Resort Hotel. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Dessar, Duwi Haryati. (2011). Tropical Resort dan Wedding Place di Karimunjawa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Frick, Heinz. (1999). Ilmu Bahan Bangunan. Yogyakarta: Kanisius.
Heinz, F& Bambang, S. FX. (2007). Dasar-dasar Ekologi Arsitektur. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Lawson, Fred. (1995). Hotel and Resort Planning, Design and Refurbishment. Penerbit Butterworth
Architecture. Inggris.
Neufret, Erns. (1996). Data Arsitek 1 Edisi 33. Penerbit Erlangga. Jakarta
Neufret, Erns. (2002). Data Arsitek 2 Edisi 33. Penerbit Erlangga. Jakarta
Panero, Julius. (1979). Human Dimension and Interior Space. Whitney Library of Design. New York.
Perwitamila, Tisa. (2011). Resort dan Wedding Chapel di Karimunjawa. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Safrilia, Adisti., Suryokusumu, Beta., Ramdlani, Subhan. (2012). Perancangan Resort Dengan Penerapan Prinsip Ekologi Di Pulau Menjangan Kecil Karimunjawa. Malang: Jurnal
Susilowati, Diana., Ramanadhia, Irma. (2013). Penerapan Arsitektur Ekologi Pada Bangunan Resort Di Kawasan Puncak.
Titisari, E. Y., Triwinarto, J.S., Suryasari, N. (2012). Konsep Ekologis pada Arsitektur di Desa Bendosari. Malang: Jurnal RUAS. Vol. 10 No. 2. Wikipedia. (2016, Juli 18). Kabupaten Tanah
Bumbu. Diambil kembali dari Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten _Tanah_Bumbu.
Yeang, Ken. (2006). Ecodesign : A manual for Ecological Design.