• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rini Endah Sugiharti, Tantri Putri Dwi Pratiwi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rini Endah Sugiharti, Tantri Putri Dwi Pratiwi."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PEDAGOGIK Vol. VI, No. 1, Februari 2018 41 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING COMPOSITION) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN MINAT BACA SISWA KELAS V SDN BABELAN KOTA

09 KECAMATAN BABELAN KABUPATEN BEKASI

Rini Endah Sugiharti, Tantri Putri Dwi Pratiwi

e-mail : riniendahsugiharti@gmail.com Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan minat baca siswa dengan menggunakan Model Kooperatif Tipe CIRC (Coopeative Integrated Reading Composition) siswa kelas V SDN Babelan Kota 09 Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi pada pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan 3 siklus. Pengumpulan data dilakukan melalui tes, angket dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman ketuntasan klasikal kelas V pada siklus I 60%, siklus II 70%, dan siklus III 87,5%. Sedangkan angket minat baca siklus I,II,III yaitu ketuntasan klasikal 60%, 72,5%, dan 85% Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Model Kooperatif Tipe CIRC (Coopeative Integrated Reading Composition) dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan minat baca siswa.

Kata Kunci: Model Kooperatif Tipe CIRC, Kemampuan Membaca Pemahaman, Minat Baca Siswa.

I. PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks dan mendunia. Membaca salah satu cara menyerap informasi baik melalui buku ataupun media lain. Walaupun tidak semua informasi perlu dibaca tetapi jenis-jenis bacaan tertentu lebih penting sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan membaca dapat dilakukan seseorang jika ada keinginan dan kemauan dalam diri seseorang yang disebut sebagai minat baca. Jika minat baca seseorang sudah terlihat

dari kemauannya dalam membaca, maka kegiatan membaca yang dilakukan akan lebih bermakna serta mudah di pahami isi bacaan tersebut. Karena masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya dalam menyerap informasi sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup di masa yang akan mendatang melalui proses kegiatan membaca.

Salah satu keterampilan membaca yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah kemampuan membaca pemahaman.

Dalman, (2013:87) membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca yang berada pada urutan

(2)

PEDAGOGIK Vol. VI, No. 1, Februari 2018 42 yang lebih tinggi. Membaca

pemahaman adalah membaca secara kognitif (membaca untuk memahami). Dalam membaca pemahaman, membaca dituntut mampu memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, setelah membaca teks, si pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan menggunakan bahasa sendiri dan menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan.

Pada dasarnya membaca pemahaman merupakan kelanjutan dan membaca permulaan. Apabila seseorang membaca telah melalui tahap membaca permulaan, ia berhak masuk kedalam tahap membaca pemahaman atau membaca lanjut. Disini seorang pembaca tidak lagi dituntut bagaimana ia melafalkan huruf dengan benar dan merangkaikan setiap bunyi bahasa menjadi bentuk kata, frasa, dan kalimat. Tetapi, di sini ia dituntut untuk memahami isi bacaan yang dibacanya. Membaca juga harus didasari dengan keinginan seseorang dalam membaca seperti minat baca.

Menurut Dalman, (2013:141) minat baca merupakan dorongan untuk memahami kata demi kata dan isi yang terkandung dalam teks bacaan tersebut, sehingga pembaca dapat memahami hal-hal yang dituangkan dalam bacaan itu.

Berdasarkan pengamatan dan pembelajaran yang telah dilakukan di SDN Babelan Kota 09 Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi terdapat beberapa permasalahan yang muncul yaitu rendahnya kemampuan membaca pemahaman dan minat baca siswa. Masalah yang ditemui dalam kemampuan membaca pemahaman

yaitu Pertama, siswa belum mampu memaparkan wacana yang diberikan oleh guru dengan jawaban pemikirannya sendiri. Kedua, siswa kurang memahami makna wacana yang dibaca. Ketiga, wacana yang diberikan oleh siswa terlalu sulit sehingga siswa tidak bisa menjawab pertanyaan dari wacana tersebut. Keempat, kecepatan membaca yang dilakukan siswa sangat mempengaruhi pemahaman siswa dalam membaca. Sedangkan masalah yang ditemui dalam minat baca siswa yaitu Pertama, siswa hanya tertarik membaca yang bersifat kesenangan, dan mau membaca yang bersifat tujuan jika ditugaskan oleh guru saja. Kedua, siswa tidak meluangkan waktunya untuk membaca sebelum mulai pelajaran. Ketiga, kurangnya kesadaran siswa akan manfaat membaca.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti memilih model pembelajaran yang efektif dan cocok untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan minat belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Coopertative Integrated Reading Composition) adalah model yang efektif untuk membaca pemahaman. Menurut Shoimin Aris, (2014:51) model CIRC (Coopertative Integrated Reading Composition) merupakan model pembelajaran khusus mata pelajaran bahasa dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran, atau tema sebuah wacana.

Adapun ada beberapa kelebihan dari model kooperatif tipe CIRC(Cooperative Integrated Reading Composition) . Aris Shoimin, (2014:54) , yaitu sebagai berikut : (1) CIRC sangat

(3)

PEDAGOGIK Vol. VI, No. 1, Februari 2018 43 tepat untuk meningkatkan

keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, (2) dominasi guru dalam pembelajaran berkurang, (3) siswa termotivasi pada hasil secara teliti karena bekerja dalam kelompok, (4) para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya, (5) membantu siswa yang lemah, (6) meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah.

Penelitian yang relevan dengan masalah di atas, Fudizri (2014), pernah melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC Siswa Kelas VIII MTsN Kamang Kabupaten Tenagam” yang menyimpulkan bahwa model pembelajaran CIRC yang ditetapkan oleh guru dapat meningkatkan penguasaan pembelajaran membaca pemahaman. Hal ini terbukti dengan praktik yang dilakukan oleh siswa dalam melakukan model CIRC dalam kelompok. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata nilai pada siklus I yaitu 71,6 (cukup) dan pada siklus II meningkat menjadi 82(baik) serta motivasi dan minat belajar siswa sudah meningkat. Berdasarkan penelitian yang sudah diketahui keberhasilan maka peneliti mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC(Cooperative Integrated Reading Composition) dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman dan Minat Baca Siswa Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SDN Babelan Kota 09 Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi”.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti merumuskan perumusan masalah: 1) Adakah Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC (Cooperatif Integrated Reading Composition) kelas V SDN Babelan Kota 09 Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi? 2) Adakah Peningkatan Minat Baca dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC (Cooperatif Integrated Reading Composition) kelas V SDN Babelan Kota 09 Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi?

Berdasarkan rumusan masalah diatas peneliti mempunyai tujuan dalam penelitian: 1) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC (Cooperatif Integrated Reading Composition) kelas V SDN Babelan Kota 09 Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. 2) Untuk Meningkatkan Minat Baca dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC (Cooperatif Integrated Reading Composition) kelas V SDN Babelan Kota 09 Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi.

II. TIJAUAN PUSTAKA

Menurut Aris Shoimin, (2014:51) model CIRC merupakan model pembelajaran khusus mata pelajaran bahasa dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran, atau tema sebuah wacana. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe CIRC merupakan suatu pembelajaran yang di adakan secara kelompok yang membentuk kerja sama antar anggota sehingga mampu

(4)

PEDAGOGIK Vol. VI, No. 1, Februari 2018 44 mengerjakan soal bacaan yang terkait

dengan menentukan ide pokok atau kalimat inti di setiap paragraf dalam sebuah wacana.

Menurut Dalman, (2013:87) membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca yang berada pada urutan yang lebih tinggi. Membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif (membaca untuk memahami). Dalam membaca pemahaman, membaca dituntut mampu memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, setelah membaca teks, si pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rakuman isi bacaan menggunakan bahasa sendiri dan menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan membaca yang dituntut untuk memahami isi teks pada bacaan. Sehingga bacaan tersebut penuh makna serta dapat disimpulkan bacaan baik secara lisan maupun tulisan.

Menurut Dalman, (2013:141) minat baca merupakan minat baca merupakan dorongan untuk memahami kata demi kata dan isi yang terkandung dalam teks bacaan tersebut, sehingga pembaca dapat memahami hal-hal yang dituangkan dalam bacaan itu. Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa minat baca merupakan kemauan atau dorongan memahami teks bacaan dan menangkap makna yang terkandung dalam tulisan, sehingga pembaca dapat memahami hal-hal yang dituangkan dalam bacaan tersebut. III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Dasar Negeri Babelan Kota 09 Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi Jumlah siswa secara keseluruhan adalah 40 siswa yang terdiri dari 17 laki-laki dan 23 perempuan.

Adapunwaktu yang

digunakanuntukmelakukanpenelitiani nidimulaipadabulanOktober-Mei tahunajaran 2016/2017.Variabel yang digunakan yaitu variabel (X), variabel (Y1), dan variabel (Y2) dengan rincian keterangan sebagai berikut: 1) Variabel X, yaitu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition), 2) Variabel Y1, yaitu Kemampuan Membaca Pemahaman, 3) Variabel Y2, yaitu Minat Baca. Desain dalam penelitian ini menggunakan Kemmis & Mc Taggart, (dalam Saur Tampubolon, 2013:27) yang merupakan pengembangan dari desain PTK model Kurt Lewin yang terdiri dari empat yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta refleksi. Instrumen dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga yaitu: 1) tes untuk kemampuan membaca pemahaman, 2) angket untuk minat baca siswa, 3) lembar observasi untuk melihat guru dalam menerapkan model kooperatif tipe CIRC. Uji validitas ahli yaitu menggunakan Expert judgment dan uji validitas angket dengan menggunakan korelas product momen.

IV. HASIL PENELITIAN

Tindakan kelas membaca pemahaman dan minat baca dengan Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition) pada siklus I dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua waktu dalam penelitian 70 menit. Sebelum

(5)

PEDAGOGIK Vol. VI, No. 1, Februari 2018 45 tindakan dilaksanakan, terlebih dahulu

konsep tindakan disusun secara matang, mulai dari waktu pelaksanaan, skenario pembelajaran hingga perlengkapan pembelajaran yang diperlukan. Dalam kegiatan perencanaan, pembelajaran yang diperlukan, tidak ada hambatan yang berarti. Guru mampu menerima dan memahami konsep Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition). Berdasarkan kendala yang dihadapi pada siklus I yaitu Kegiatan diskusi berjalan selama sepuluh menit, siswa terlihat antusias dalam mengerjakan soal bersama dengan kelompoknya meskipun berbeda jenis kelamin. Beberapa siswa beradu pendapat dengan temannya dan beberapa yang lain ada yang hanya duduk diam. Guru bertanya “apakah anak-anak susdah selesai?”, siswa menjawab sambil senyum-senyum “belum Bu”. Guru meminta siswa untuk melanjutkan pekerjaannya. Pada saat guru sedang berkeliling memantau kegiatan diskusi seorang siswa bertanya, “Bu, bagaimana cara membuat ringkasan kembali isi bacaan? Kok susah ya Bu.”. guru pun menjelaskan bagaimana cara membuat rangkuman isi bacan. Lalu guru membimbing siswa dengan berjalan ke tiap-tiap meja siswa. Namun banyak siswa yang malu sehingga pekerjaan siswa saat dilihat ditutupi. Sehingga memperoleh hasil tes dan angket serta lembar observasi yaitu:

Nilai rata-rata tes membaca pemahaman pasca tindakan siklus I mengalami peningkatan 9,6 dibanding tes pratindakan, yaitu dari 59,25 menjadi 68,85. Sedangkan nilai ketuntasan klasikal (KK) nilai prasiklus

mengalami peningkatan 35% dari 25% menjadi 60%. Adapun dari semua nilai siswa dapat di kategorikan dengan nilai sangat kurang, kurang, cukup, tinggi dan sangat tinggi. Untuk nilai siswa kurang yaitu mencapai 7 siswa, cukup mencapai 9 siswa, dan nilai tinggi mencapai 24 siswa. Adapun nilai rata-rata untuk minat baca siswa pada siklus I. Penyebaran angket dilakukan selesai mengerjakan tes membaca pemahaman. Nilai rata-rata angket mengalami peningkatan 10,34 dari 58,45 menjadi 68,79. Sedangkan ketuntasan klasikal (KK) siswa mengalami peningkatan 35% dari 25% menjadi 60%. Adapun dari semua nilai minat baca siswa dapat di kategorikan dengan nilai sangat kurang, kurang, dan tinggi dan sangat tinggi. Untuk nilai cukup mencapai 17 siswa, dan nilai tinggi mencapai 23 siswa. Sedangkan untuk perolehan nilai lembar observasi guru dapat dilaksanakan hanya mencapai 65,71% sehingga yang didapatkan belum maksimal sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yaitu 80%.

Tindakan kelas membaca pemahaman dan minat baca dengan penerapan Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition) pada siklus II dilaksanakann dalam dua kali pertemuan, yakni pertemuan 1 dan 2 mencapai waktu 70 menit tiap pertemuan. Seperti pada kegiatan perencanaan siklus I, terlebih dahulu konsep tindakan mulai dari waktu pelaksanaan sampai instrumen penelitian disusun dan dipersiapkan secara matang. Pada siklus II diawali dengan guru menjelaskan ulang tahap-tahap Model Kooperatif Tipe CIRC

(6)

PEDAGOGIK Vol. VI, No. 1, Februari 2018 46 (Cooperative Integrated Reading

Composition) dengan detail dan rinci. Seperti pada tindakan sebelumnya kegiatan yang dilakukan sama dengan siklus I. Hal-hal yang dianggap sulit dan belum dimengerti bisa dibicarakan dengan teman satu kelompoknya. Dalam kegiatan kelompok, masing-masing siswa dapat berinteraksi dan bekerja sama saling membantu dalam pemecahan masalah terkait dengan bacaan yang diberikan. Dengan kegiatan kooperatif, siswa secara individu mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok. Keberhasilan individu dalam kelompok merupakan orientasi dari keberhasilan dalam kelompok, siswa bekerja sama dengan satu tujuan untuk membantu dan mendorong temannya agar berhasil dalam belajar. Sehingga menghasilkan nilai perolehan yaitu:

Nilai rata-rata hasil tes kemampuan membaca pemahaman pascatindakan siklus II mengalami peningkatan 6,8 dari hasil siklus I 68,85 menjadi 75,65. Sedangkan ketuntasan klasikal (KK) mengalami peningkatan 10% dari 60% menjadi 70%. Adapun dari semua nilai siswa dapat di kategorikan dengan nilai sangat kurang, kurang, cukup, tinggi dan sangat tinggi. Pada siklus II ini siswa tidak ada yang dikategori mendapatkan nilai cukup 11 dan nilai tinggi mencapai 29 siswa.Nilai rata-rata minat baca siklus II mengalami peningkatan 4,49 dari 68,79 menjadi menjadi 73,28. Sedangkan ketuntasan kasikal (KK) minat baca juga mengalami peningkatan 12,5% dari 60 menjadi 72,5%. Adapun dari semua nilai siswa dapat di kategorikan dengan nilai sangat kurang, kurang,

cukup,tinggi dan sangat tinggi. Pada siklus II ini siswa tidak mendapatkan nilai yang dikategorikan sangat rendah akan tetapi hanya mendapatkan nilai cukup 11, dan nilai tinggi mencapai 29 siswa.Selain penilaian tes kemampuan membaca pemahaman dan minat baca, adapun terdapat pula penilaian guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC mengalami peningkatan dari siklus I yaitu sebanyak 4 point sehingga mencapai 71,42%.

Pada siklus III diawali dengan guru menjelaskan ulang tahap-tahap Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition) dengan detail dan rinci. Seperti pada tindakan sebelumnya kegiatan yang dilakukan sama dengan siklus II. Hal-hal yang dianggap sulit dan belum dimengerti bisa dibicarakan dengan teman satu kelompoknya. Dalam kegiatan kelompok, masing-masing siswa dapat berinteraksi dan bekerja sama saling membantu dalam pemecahan masalah terkait dengan bacaan yang diberikan. Dalam siklus III kegiatan proses belajar mengajar sudah meningkat baik dalam cara mengajar guru menerapkan Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition) maupun siswa yang ikut serta aktif dalam proses pembelajaran. Siklus II siswa masih terlihat belum aktif semua dalam proses diskusi maupun presentasi maju kedepan, lalu siswa juga masih terlihat cuek dan tidak mau menghargai temannya ketika maju kedepan dan menyimak apa yang di presentasikan oleh kelompok lain. Berdasarkan catatan lapangan Siswa sudah terlihat aktif , interaksi siswa dengan guru atau siswa dengan siswa

(7)

PEDAGOGIK Vol. VI, No. 1, Februari 2018 47 lainnya sudah terlihat bagus dengan

perkembangan dari siklus I dan II tidak ada lagi siswa yang masih berdiam diri ditempat duduk, tidak ada lagi siswa malu bertanya dengan teman kelompoknya dan tidak ada lagi siswa yang tidak mau berinteraksi dengan sesama anggota kelompok bahkan kelompok lain. Pada kenyataannya dalam kerja sama kelompok yang dilakukan mampu meningkatkan nilai siswa secara individu karena siswa satu dengan lainnya saling membantu dan bertanya kepada temannya ketika tidak bisa. Sehingga peroleh hasil yaitu:

Nilai rata-rata hasil pascatindakan siklus III mengalami peningkatan 5,82 dari 75,65 menjadi 81,47. Sedangkan ketuntasan klasikal (KK) mengalami peningkatan 17,5% dari 70% menjadi 87,5%. Adapun dari semua nilai siswa dapat di kategorikan dengan nilai sangat kurang, kurang, cukup, tinggi dan sangat tinggi. Pada siklus III tidak ada siswa yang mendapatkan kategori nilai cukup mencapai 3 siswa, akan tetapi siswa nilai tinggi mencapai 12 siswa dan nilai siswa yang sangat tinggi mencapai 15 siswa sangat sempurna ada yang mendapatkan nilai tertinggi. Nilai rata-rata minat baca siklus III mengalami peningkatan 6,72 dari 73,28 menjadi 80. Sedangkan nilai ketuntasan klasikal (KK) juga mengalami peningkatan 12,5% dari 72,5% menjadi 85%. Adapun dari semua nilai siswa dapat di kategorikan dengan nilai sangat kurang, kurang, cukup, tinggi dan sangat tinggi. Pada siklus III ini siswa sangat sempurna dan optimal dalam mendapatkan cukup 7 siswa , nilai tinggi 5 siswa dan nilai tertinggi 18 siswa.Selain penilaian tes kemampuan

membaca pemahaman dan minat baca, adapun terdapat pula penilaian guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC mengalami peningkatan dari siklus II yaitu sebanyak 8 point sehingga mencapai 82,85%.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman dan minat baca kelas V SDN Babelan Kota 09 Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi dapat ditingkatkan melalui Model Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition). Peningkatan dalam hal proses dapat dilihat pada pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung secara menarik dan menyenangkan. Peningkatan proses juga meliputi keseluruhan perilaku siswa selama proses pembelajaran. Saat observasi pratindakan, dalam pembelajaran membaca pemahaman masih sangat pasif dan kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada guru sedangkan untuk minat baca siswa masih sangat rendah yang dilakukan di sekolah SDN Babelan Kota 09 Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi, harusnya sebelum belajar dari pihak sekolah ataupun inisiatif guru mengadakan wajib membaca sebelum belajar dengan memberikan waktu 5 atau 10 menit sebelum memasuki pelajaran berlangsung. Setelah dilakukan tindakan siklus I belum optimal karena masih ada beberapa siswa yang pasif selama kegiatan pembelajaran membaca pemahaman dan minat baca siswa juga masih kurang dalam membaca di setiap harinya sehingga perlu diadakan tindakan perbaikan pada siklus II. Pada

(8)

PEDAGOGIK Vol. VI, No. 1, Februari 2018 48 siklus II agar siswa lebih antusias dan

aktif dalam kegiatan membaca pemahaman, maka guru menambah pemberian reward untuk kelompok siswa yang terbaik dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Hal ini menjadikan pembelajaran membaca pemahaman lebih kondusif dan siswa pun mulai terlatih dan terbiasa dalam prose belajar mengajar selalu membiasakan dengan membaca. Akan tetapi, dalam pemberian reward ke siswa yang terbaik masih saja siswa belum semua ikut serta dalam diskusi kelompok yang maju dengan kelompok yang menyimak presentasi temannya. Masih terlihat dari salah satu anggota kelompoknya masih kurang fokus dalam mendengarkan atau menyimak hasil presentasi teman yang maju kedepan. Untuk itu peneliti melakukan tindakan ulang untuk memperbaiki proses belajar yang efektif dan efisien. Dengan melakukan tindakan pada siklus III, pada siklus III ini siswa sudah mulai terlihat kondusif, aktif dan semua siswa mampu bekerja sama dengan kelompoknya maupun menyimak presentasi kelompok lain yang maju ke depan sehingga siswa terlihat mengalami perubahan dengan menghargai kelompok lain dalam presentasi, tidak lagi mereka sibuk sendiri.

Peningkatan dari siklus I, II, dan III dapat dilihat dari perbandingan nilai rata-rata dalam kemampuan membaca pemahaman siswa pada tahap pratindakan sampai dengan pascatindakan pada siklus III. Nilai rata-rata tes membaca pemahaman pratindakan yaitu 59,25 mengalami peningkatan 9,6 dari hasil tes pada siklus I yaitu 68,85. Pada siklus I ke

siklus II mengalami peningkatan 6,8 dari 68,85 menjadi 75,65 sedangkan pada siklus II ke siklus III juga mengalami peningkatan 5,6 dari 75,65 menjadi 81,25. Adapun nilai rata-rata pada minat baca siswa pada tahap pratindakan sampai dengan pascatindakan pada siklus III. Sedangkan ketuntasan klasikal pratindakan 25% mengalami peningkatkan ke siklus I 35% dari 25% menjadi 60%, pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 10% dari 60% menjadi 70%, pada siklus II ke siklus III mengalami peningkatan 17,5% dari 70% menjadi 87,5%.

Nilai rata-rata angket minat baca pratindakan 58,45 mengalami peningkatan 10,34 dari hasil angket pada siklus I yaitu 68,79. Pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 4,49 dari 68,79 menjadi 73,28 sedangkan pada siklus II ke siklus III juga mengalami peningkatan 6,72 dari 73,28 menjadi 80. Sedangkan ketuntasan klasikal pratindakan 25% mengalami peningkatkan ke siklus I 35% dari 25% menjadi 60%, pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan 12,5% dari 60% menjadi 72,5%, pada siklus II ke siklus III mengalami peningkatan 12,5% dari 72,5% menjadi 85%.

Adapun juga dalam pengamatan penerapan guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC siklus I yaitu mencapai 65,715 mengalami peningkatan 4 point siklus II yaitu mencapai 71,4%, dari siklus II ke siklus III juga mengalami peningkatan 8 point yaitu mencapai 82,85%.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik

(9)

PEDAGOGIK Vol. VI, No. 1, Februari 2018 49 kesimpulan bahwa penggunaan Model

Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition) dalam pembelajaran membaca pemahaman dan minat baca siswa dapat meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman dan minat baca siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus.2012.Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Berkarakter. Bandung: PT Refika Aditama.

Anggraeny, Sinta.2015.Upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan model Kooperatif Tipe Think Pair Shair siswa di sekolah.Skripsi pada sekolah S1 Bekasi(tidak diterbitkan).

Dalman.2013.Keterampilan membaca.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Farida, Rahim.2007.Pengajaran membaca di Sekolah Dasar.Jakarta: Bumi Aksara. Fudizri. 2014. Peningkatan keterampilan membaca pemahaman melalui model

pembelajaran kooperatif tipe CIRC siswa di sekolah. Tesis pada sekolah Pascasarjana Padang(tidak diterbitkan).

Hernacki, http://bagawanabiyasa.membaca-pemahaman.wordpress.com. [Online] 28, Maret.2017

Khofiah, Siti.2015.Hubungan minat baca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa di sekolah. Skripsi pada sekolah S1 Yogyakarta(tidak diterbitkan).

Noor, Juliansyah.2011.Metodologi penelitian.Jakarta: PT Prenadamedia Group Rahmawati, Dwi.2015.Hubungan antara komunikasi orang tua dengan prilaku sosial

siswa di sekolah. Skripsi pada sekolah S1. Bekasi(tidak diterbitkan). Shoimin, Aris.2014.68 Model pembelajaran inovatif dalam kurikulum

2013.Yogyakarta: AR- Ruzz Media.Suharsimi, Arikunto.2013.Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Tampubolon, Saur.2013.Penelitian tindakan kelas.Jakarta: PT Erlangga.

Sari, Rosita Sartika.2015.Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara melalui metode the cell learning siswa di sekolah. Skripsi pada sekolah S1 Bekasi (tidak diterbitkan).

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Average total and medical costs increased and provider productivity decreased for both rural and urban cent- ers during each year of the study period, posing a two-edged challenge

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi dokumen penawaran paket pekerjaan Rehabilitasi Rumah Jabatan Walikota, maka sebagai kelanjutan proses, kami mengundang

Ukuran serbuk sekecil ini diperlukan agar komponen- komponen pembentuk bahan magnet dapat saling berdeposisi (bereaksi) ketika bahan mengalami pemanasan

[r]

[r]

Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan di Sekolah SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan bahwa sekolah ini sudah menerapkan kurikulum 2013

Berikut ini merupakan data hasil pengujian Impact dari pengecoran lost foam pada parameter model sistem saluran, ditunjukkan pada tabel-5 dan parameter variasi