• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reduksi Persamaan Dirac ke Persamaan Cauchy Nondegenerate

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Reduksi Persamaan Dirac ke Persamaan Cauchy Nondegenerate"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Reduksi Persamaan Dirac ke Persamaan Cauchy Nondegenerate

Susilo Hariyanto

1

1 Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

ABSTRAK---Persamaan Dirac abstrak adalah suatu sistem persamaan diferensial parsial yang memiliki struktur abstrak sebagai berikut

)

(

1

2

)

V)

t

mc

-i(cD

ψ(t)

dt

d

dengan massa m>0, kecepatan cahaya c>0.

Dalam artikel ini dikaji suatu cara mereduksi persamaan dirac abstrak yang dapat dipandang sebagai masalah Cauchy degenerate, ke masalah Cauchy abstrak nondegenerate. Reduksi ini dapat dilakukan dengan memformulasikan masalah yang dibicarakan dalam ruang Hilbert H dan tranformasi T: H

H yang didefinisikan sebagai fungsi berkut:

(t

)

D(D)

H

T

(t

)

s

(

t

)

P

cP

(

t

)

Kata kunci: Cauchy Degenerate, Nondegenerate, Persamaan Dirac, Ruang Hilbert

PENDAHULUAN

Perhatikan masalah Cauchy abstrak,

0

)

0

(

),

(

)

(

t

Az

t

z

z

Mz

dt

d

dengan operator M tidak harus mempunyai invers.Masalah Cauchy abstrak disebut masalah Cauchy abstrak degenerate jika M tidak mempunyai invers. Masalah Cauchy abstrak (disebut masalah Cauchy abstrak nondegenerate jika M mempunyai invers. Adapun dalam pembahasan ini akan dibicarakan kemungkinan mereduksi

persa-maan dirac abstrak

)

(

1

2

)

V)

t

mc

-i(cD

ψ(t)

dt

d

yang

dapat dipandang sebagai masalah Cauchy abstrak degenerate ke permasalahan menye-lesaikan masalah Cauchy abstrak non-degenerate.

KONSEP DASAR

Setiap penyelesaian strict masalah Cauchy abstrak degenerate pasti memenuhi z(t)  DA untuk semua t0, dengan

DA = { z(t) D(A)|

Az(t)(RanM)}

Dalam menyelesaikan masalah Cauchy abstrak degenerate diawali dengan asusmsi bahwa

operator A,M tertutup dan terdefinisi dense. Hal ini berakibat operator

A

|

A

D tertutup. Karena M operator tertutup, maka Ker M merupakan ruang bagian tertutup dari H. Misalkan P proyeksi ortogonal pada Ker M, akibatnya

P

T

 1

P

juga merupakan

proyeksi ortogonal pada (Ker M). Karena M tertutup dan terdefinisi dense dalam H, maka M* tertutup dan terdefinisi dense dalam K.

Untuk selanjutnya misalkan pula Q proyeksi ortogonal pada Ker M* , akibatnya

Q

T=

1

-

Q

juga merupakan proyeksi ortogonal pada (Ker M*). Dengan demikian dapat dituliskan :

PH= Ker M,

P

TH=

(

Ran M

*

)

, QK=

Ker M* dan

Q

TK= (Ran M).

Operator M injektif jika dan hanya jika Ker M={0}. Oleh karena itu agar dimungkinkan mereduksi operator M yang belum tentu mempunyai invers ke operator yang mempunyai invers terlebih dahulu didefinisikan operator pembatasan dari M pada (Ker M)

D(M) sebagai berikut:

Mr = M |D(Mr), dengan D(Mr)= (ker M) D(M). Operator | ( ) r M M D =Mr mempunyai invers .

(2)

Misalkan

 

P

T 1{x(t)} merupakan bayangan invers dari x(t)

(

Ker

M

)

 terhadap proyeksi

P

T yaitu

 

T 1

P

{x(t)}={x(t)  y(t) | y(t)Ker M},

) (t

x

(

Ker

M

)

. Apabila diperhatikan

himpunan

 

P

T 1{x(t)} belum tentu merupakan singelton.

Selanjutnya akan didefinisikan operator A0 yang merupakan operator pembatas dari

operator A pada

(

Ker

M

)

 sebagai berikut: A0{x(t)} =

A

 

P

T 1

{

x

(

t

)}

D

A

(Ran M

)

, untuk

setiap x(t)

D(A0) dengan,

D(A0)=

 

 

A T

{

x

(

t

)}

P

|

)

M

Ker

(

)

t

(

x

1

D

Operator A0 bernilai tunggal jika

 

A

T

x

t

P

1

{

(

)}

D

merupakan singelton. Untuk itu diperlukan asumsi PDADA dan

operator (QAP)|PDA mempunyai invers yang

terbatas.Dengan asumsi tersebut , maka vektor z(t)H merupakan anggota ruang bagian DA

apabila z(t)

D(A),

Pz

(

t

)

(

QAP

)

1

QAP

T

z

(

t

)

dan setiap

x

(

t

)

P

TDA (ker M) menyatakan

dengan tunggal z(t) DA sehingga x(t) =

T

P

z(t) dan z(t) = (1-(QAP)-1QA) x(t).

Selanjutnya dapat didefinisikan operator ZA yaitu sebagai berikut:

T T

A

P

QAP

QAP

Z

(

)

1

Operator ZA terdefinisi pada D (ZA)

P

TD A. Pembatasan A T P A

Z

D

|

adalah 1 - (QAP)-1QA pada

P

TD A yang merupakan

invers dari proyeksi

A T

P

|

D dalam arti:

1

T A

P

Z

pada DA dan

P

T

Z

A

1

, pada

T

P

DA

Jadi operator A0 dapat dinyatakan menjadi

setiap z(t)  DA diperoleh A0x(t )= Az(t)

dengan

x

(

t

)

P

T

z

(

t

).

Operator A tertutup dan mempunyai invers terbatas ekuivalen dengan operator A injektif dengan Ran A = K. Hal ini berakibat

A

A|D mempunyai invers terbatas yaitu :

A A|D : DA

Q

TK ( A A|D )-1 :

Q

TK

D A

Dengan demikian operator A0-1 = (A ZA)-1 =

K T

Q T

A

P

1

|

terbatas dan terdefinisi pada

T

Q

K .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diberikan

: H

H operator involusi uniter, terbatas dan operator D : D(D) H

H self adjoint, terdefinisi dense dan anti komutatif dengan

, yaitu :

D(D)D(D), D

 D

0 pada D(D). (1) Diberikan pula V : D(V)H

H operator simetri, terbatas relatif terhadap D dan komutatif dengan

,yaitu :

D(V)D(V), V

-

V = 0 pada D(V). (2)

Persamaan Dirac abstrak adalah suatu sistem persamaan diferensial parsial yang memiliki struktur abstrak sebagai berikut

)

(

1

2

)

V)

t

mc

-i(cD

ψ(t)

dt

d

(3)

dengan massa m>0, kecepatan cahaya c>0. Oleh karena

2

1

(

involusi) maka operator

mempunyai nilai eigen 1 dan atau –1. Untuk menghilangkan trivialitas dari operator

, misalkan

=1 diasumsikan bahwa 1 dan –1 merupakan nilai eigen operator

. Diberikan

1

2

1

P

merupakan proyeksi ortogonal pada ruang Hilbert H dengan definisi

P

H

 H

. Sehingga ruang Hilbert H dapat dinyatakan sebagai jumlahan langsung kedua ruang eigen H+ dan H-

(3)

Selanjutnya dari definisi operator-operator

 

P

P

D

V

,

,

,

didapat sifat-sifat hubungan sebagaimana tertuang dalam Lemma berikut.

Lemma 1

(i). VP+ = P+ V, pada D(V).

(ii). VP- = P- V, pada D(V).

(iii). DP+ = P- D , pada D(D).

(iv). DP- = P+ D , pada D(D).

Bukti : Hanya akan dibuktikan untuk (i) dan

(iii) sedangkan bukti untuk (ii) analog dengan (i) dan (iv) analog dengan (iii).

(i). Untuk setiap

(t

)

D(V) berlaku,

)

(t

VP

=V ( ) 2 1 t

       = ) ( 2 t V V

       = ( ) 2 t V V

       =

)

(t

V

P

.

(iii).Untuk setiap

(t)D(D) berlaku,

)

(t

DP

= D ( ) 2 1 t

       = ). ( ) ( 2 ) ( 2 t P D t D D t D D

                

Diperhatikan persamaan Diract (3), untuk mencari penyelesaian limit non relativistik (

c

) terlebih dahulu didefinisikan tranformasi : T: H

H

(t)D(D)H

T

(t

)

(

)

)

(

t

P

cP

t

s

.

Oleh karena itu

s

(

t

)

c

)

t

(

P

P

- . Lemma 2

Untuk setiap s(t)D(D) berlaku :

).

(

2

)

(

2

s

t

c

VP

mP

VP

D

i

t

s

c

P

P

dt

d

     Bukti :

Dengan tranformasi T persamaan (3) dapat dinyatakan sebagai :

(

1

)

(

)

)

(

2

s

t

c

P

P

V

mc

cD

i

t

s

c

P

P

dt

d

   

Akibatnya

(

1

)

(

)

)

(

2

s

t

c

P

P

V

mc

cD

c

P

P

i

t

s

c

P

P

dt

d

c

P

P

       

atau

(

1

)

(

)

)

(

2

s

t

c

P

P

V

mc

cD

c

P

P

i

t

s

c

P

P

c

P

P

dt

d

       

atau

(

1

)

(

)

)

(

2 2

c

s

t

P

P

V

mc

cD

c

P

P

i

t

s

c

P

P

dt

d

     

(4)

Ruas kanan persamaan (4) dapat ditulis dengan :

       

(

)

2

(

1

)

s

(

t

)

c

P

P

mc

c

P

P

i

t

s

c

P

P

cD

c

P

P

i

(4)

).

(t

s

c

P

P

V

c

P

P

i

    (5)

Penghitungan selanjutnya dikerjakan untuk masing-masing suku persamaan (5) : Diperhatikan suku ke-1 persamaan (5)

P D P D

s(t) Ds(t). (6) ) t ( s c D P P D P P D P P D P cP ) t ( s c P D P DP P DP P DP cP ) t ( s c P P cD c P P                                                   

Diperhatikan suku ke-2 persamaan (5) :

2mc P P P 2mcP P P 2mcP P P 2mP

s(t) 2mP s(t). (7) ) t ( s P ) 1 ( m P P ) 1 ( mc P P ) 1 ( mc P P ) 1 ( mc P ( ) t ( s c P P ) 1 ( mc c P P 2 2 2                                                        

Diperhatikan suku ke-3 persamaan (5):

)

8

.

4

(

).

(

)

(

)

(

)

(

2 2

c

s

t

VP

V

P

t

s

c

V

P

c

V

P

P

c

V

P

P

V

P

t

s

c

P

V

c

P

c

P

V

P

VP

c

P

VP

P

t

s

c

P

P

V

c

P

P

                    Selanjut

nya Lemma dapat dibuktikan dengan persamaan 4,6,.7dan 8.■ Diperhatikan Lemma 2, jika c

maka didapat :

P dt

d

s(t) = -i(D + V

P

- 2m

P

-)s(t), s(t)D(D). (9) Persamaan ini merupakan masalah Cauchy abstrak (3.1), dengan

i

D

VP

mP

A

2

dan

M

 P

. (10)

Karena

P

merupakan operator proyeksi self adjoint maka M merupakan operator self adjoint dan terbatas.

Perlu diingat bahwa PH=KerM ,

P

T

H

(

Ker

M

)

dan

*

M

Ker

Q

H

,

Q

T

H

(

Ker

M

)

. Karena

 P

M

merupakan operator self adjoint, maka PH = QH = Ker M dan

P

T

H

Q

T

H

(

Ker

M

)

. Disamping itu karena

 P

M

juga merupakan proyeksi ortogonal maka

P

P

(

Ker

M

)

Ker

M

.

H

H

H

Dengan mengingat bahwa ruang

Hilbert H dapat dinyatakan sebagai hasil jumlahan langsung dari

Ker

M

dan

(

Ker

M

)

, serta untuk setiap anggota H dapat dinyatakan secara tunggal dengan anggota

Ker

M

dan

(

Ker

M

)

, maka berakibat

P

Q

P

dan

P

T

Q

T

P

.

KESIMPULAN

Untuk menyelesaikan persamaan Dirac abstrak yang merupakan bentuk masalah Cauchy degenerate dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mereduksi ke masalah Cauchy nondegenerate. Hal ini dapt dilakukan dengan

dibahas dalam ruang Hilbert dan suatu tranformasi tertentu, sehingga dapat direduksi ke bentuk berikut:  P dt d s(t) = -i(D + V

P

- 2m

P

-)s(t),

(5)

 ) (t

s D(D). Persamaan ini meru-pakan masalah Cauchy abstrak, dengan

i

D

VP

mP

A

2

dan

M

 P

,

dimana M merupakan operator yang invertibel.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kappel, F. & Schappacher, W., 2000, Strongly Continuous Semigroups, An Introduction.

2. Pazy, A., 1983, Semigroups of Linear Operators and Applications to Partial Differential Equations, Springer-Verlag, New York.

3. Thaller, B. & Thaller, S., 1996, Factorization of Degenerate Cauchy

Problems : The Linear Case, J. Operator Theory, 121-146.

4. Weidman, J., 1980, Linear Operators in Hilbert Spaces, Springer-Verlag, Berlin-Heidelberg-New York .

5. Hariyanto Susilo, 2005, Reduksi Masala Cauchy Abstrak Degenerate ke Masalah Cauchy Abstrak Non Degenerate, Jurnal Matematika Vol 8, No 1 April 2005; Hal: 33-36

6. Hariyanto Susilo, 2006, Penyelesaian Masalah Cauchy Degenerate dengan Mereduksi ke Bentuk Masalah Cauchy Nondegenerate, Jurnal Sains & Matematika Vol. 14, No. 4, Oktober 2006; Hal: 141-145

Referensi

Dokumen terkait

Araştırma sonucuna göre öğrenciler, adaletin eşitlikten daha iyi olduğunu ve adil bir yaşam için bazı insanlara pozitif ayrımcılık yapılması gerektiğini

an an g g be be ru ru pa pa hipofibrinogenemia famiia# dapat sa"a ter"adi# tetapi abnormaitas !ang didapat biasan!a hipofibrinogenemia famiia# dapat

maka kenampakan bulan akan berkurang sekitar 1/15 (satu per lima belas) bagian dari ukuran bulan, kemudian pada Panglong 2, kenampakan bulan akan berkurang 2/15

PRAKTIKUM ANALISIS SENYAWA KIMIA

jka kita selalu lukis bentuk market trade Bank ...lurus..Merata... sampai melekat di minda separa sedar kita.. minda separa sedar kita hidup.. tetiba..di satu hari

Di atas usia kehamilan 30 minggu, berat badan masing-masing janin ini umumnya lebih ringan dibanding janin pada kehamilan tunggal di usia kehamilan yang sama..

Titik akhir titrasi dari larutan HCl sampel ditentukan dengan cara melihat lonjakan perubahan pH yang terjadi secara drastis dengan perubahan volume pentiter

TANJUNG UTARA, KALIMANTAN TENGAH PSC EKSPLORASI 131 PETROJAVA NORTH KANGEAN INC BLOK NORTH KANGEAN, EAST JAVA PSC EKSPLORASI 132 PT.MEDCO E&P INDONESIA ONS. BLOCK