• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemik kronik disertai

berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesipada membran basalis pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer, 2001).

Diabetes Mellitus ditandai oleh kadar glukosa yang meningkat secara

kronis. Kadar glukosa darah puasa pada berbagai keadaan adalah sebagai berikut : diabetes ≥ 7,0 mmol/L, toleransi glukosa terganggu (impaired

glucose tolerance) 6-7 mmol/L, normal < 6 mmol/L ; kadar glukosa 2 jam

setelah pemberian 75 g glukosa ke dalam plasma adalah : diabetes ≥11,1 mmol/L, toleransi glukosa terganggu 7,8-11,1 mmol/L; normal < 7,8 mmol/L (Davey, 2005).

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (Smeltzer & Bare, 2001)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes

Mellitus merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan kenaikan kadar

glukosa dalam darah atau hiperglikemia akibat gangguan hormonal yang dapat menimbulkan komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.

(2)

B. Anatomi dan Fisiologi 1. Anatomi Pankreas

Gambar 1: pankreas (http://www.google.co.id/image)

Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan 12,5 cm dan tebal ± 2,5 cm. Pankreas terbentang dari atas sampai kelengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari) organ ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu kelenjar endokrin dan eksokrin (Syaifudin, 2006).

a. Struktur Pankreas terdiri dari : 1) Kepala pankreas

Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum dan yang praktis melingkarinya.

2) Badan pankreas

Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama.

(3)

3) Ekor pankreas

Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang sebenarnya menyentuh limfa.

b. Saluran Pankreas

Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi pankreas ke dalam duodenum :

1) Ductus Wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus,

kemudian masuk ke dalam duodenum melalui sphincter oddi. 2) Ductus Sartonni, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam

duodenum di sebelah atas sphincter oddi. c. Jaringan pankreas

Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas :

1) Asim berfungsi untuk mensekresi getah pencernaan dalam duodenum

2) Pulau langerhans d. Pulau-pulau langerhans

1) Hormon-hormon yang dihasilkan a) Insulin

Adalah suatu poliptida mengandung dua rantai asam amino yang dihubungkan oleh gambaran disulfide.

b) Enzim utama yang berperan adalah insulin protease, suatu enzim dimembran sel yang mengalami internalisasi bersama insulin.

(4)

c) Efek faali insulin yang bersifat luas dan kompleks. 2) Efek-efek tersebut biasanya dibagi:

a) Efek cepat (detik)

Peningkatan transport glukosa, asam amino dan k+ke dalam sel peka insulin.

b) Efek menengah (menit)

Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan protein, pengaktifan glikogen sintesa dan enzim-enzim glikolitik.

c) Efek lambat (jam) .

3) Peningkatan Massenger Ribonucleic Acid (MRNA) enzim lipogenik dan enzim lain.

Pengaturan fisiologi kadar glukosa darah sebagian besar tergantung dari:

a) Ekstraksi glukosa b) Sintesis glikogen c) Glikogenesis 4) Glukagon

Molekul glukagon adalah polipeptida rantai lurus yang mengandung 29 n residu asam amino dan memiliki 3485 glukogen merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip aktivitas fisiologi meningkatkan kadar glukosa darah.

(5)

a) Somatostatin

Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukagon dan polipeptida pankreas dan mungkin bekerja di dalam pulau-pulau pankreas.

b) Polipeptida pankreas

Polipeptida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida linear yang dibentuk oleh sel pulau langerhans.

2. Fisiologi

a. Fungsi eksokrin pankreas:

Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan ketiga jenis makanan utama, protein, karbohidrat dan lemak. la juga mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang memegang peranan penting dalam menetralkan timus asam yang dikeluarkan oleh lambung ke dalam duodenum.

Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kamotripsin, karboksi, peptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease. Tiga enzim pertama memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein yang dicernakan, sedangkan nuclease memecahkan kedua jenis asam nukleat, asam ribonukleat dan deoksinukleat.

Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amylase pankreas, yang menghidrolisis pati, glikogen dan sebagian

(6)

besar karbohidrat lain kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat, sedangkan enzim-enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase pankreas yang menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol, asam lemak dan kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis ester-ester kolesterol.

1) Pancreatic juice

Sodium bicarboinat memberikan sedikit pH alkalin (7,1 - 8,2) pada pancreatic juice sehingga menghentikan gerak pepsin dari lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan enzim-enzim dalam usus halus.

2) Pengaturan sekresi pankreas ada 2 yaitu : a) Pengaturan saraf

b) Pengaturan hormonal b. Fungsi endokrin pankreas

Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompok-kelompok sel epithelium yang jelas, terpisah dan nyata. Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil / kepulauan langerhans yang bersama-sama membentuk organ endokrin (Price, 2006).

C. Klasifikasi

Klasifikasi terbaru menurut American Diabetes Association (ADA) (2005) lebih menekankan penggolongan berdasarkan penyebab dan proses penyakit. Ada 4 jenis diabetes melitus berdasarkan klasifikasi terbaru :

(7)

1. Diabetes Melitus Tipe 1 : IDDM (Insulin Dependent Diabetes

Mellitus)

Ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas, kombinasi faktor genetik, imonologi dan mungkin pula lingkungan (virus) diperkirakan turut menimbulkan distruksi sel beta.

2. Diabetes Melitus Tipe 2 : NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes

Mellitus)

Disebabkan oleh resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. 3. Diabetes Melitus Tipe Spesifik Lain

Disebabkan oleh berbagai kelainan genetik spesifik (kerusakan genetik sel beta pankreas dan kerja insulin). Penyakit pada pankreas, gangguan endokrin lain, obat-obatan atau bahan kimia, infeksi (rubela kongenital dan Cito Megalo Virus (CMV)).

4. Diabetes Melitus Kehamilan

Diabetes Melllitus yang hanya muncul pada kehamilan (Sudoyo, 2006).

D. Etiologi

Penyebab Diabetes Mellitus dibedakan berdasarkan kasifikasi, antara lain:

1. Diabetes Mellitus tipe 1:IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Pada tipe ini insulin tidak diproduksi. Hal ini disebabkan dengan timbulnya reaksi autoimun oleh karena adanya peradangan pada sel beta

(8)

insulin. Kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki antigen HLA (Human Leucocyte Antigen).

a. Faktor genetik

Penderita diabetes mellitus tidak mewarisi diabetes mellitus tipe 1 itu sendiri, tetapi mewarisi suatu kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes mellitus tipe 1. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human

Leucocyte Antigen) tertentu.

b. Faktor imunologi

Respon abnormal dimana Ab terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi dengan jaringan tersebut sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan

Virus/toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan distruksi sel beta.

2. Diabetes Mellitus tipe 2 : NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes

Melitus)

Etiologi biasanya dikaitkan dengan faktor obesitas, obat-obatan, hereditas atau lingkungan penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan resistensi insulin.

(9)

3. Diabetes Mellitus tipe spesifik lain

Awitan selama kehamilan, disebabkan oleh hormon yang diekskresikan plasenta dan mengganggu kerja insulin (Smeltzer & Bare, 2001).

E. Faktor Resiko

Penyakit Diabetes Mellitus bukan merupakan penyakit menular, namun penyakit yang diturunkan. Namun, bukan berarti mutlak bahwa bila orang tua terkena Diabetes Mellitus, pasti anaknya terkena penyakit Diabetes

Mellitus juga. Walaupun kedua orang tua terkena Diabetes Mellitus

kadang-kadang anaknya tidak terkena Diabetes Mellitus. Namun, bila dibandingkan dengan kedua orang tua yang normal (tidak ada riwayat diabetes mellitus), penderita Diabetes Mellitus lebih cenderung memiliki anak yang akan menderita Diabetes Mellitus juga. Resiko – resiko bagi seseorang yang kemungkinan menderita Diabetes Mellitus bila ditemukan kondisi-kondisi berikut ini :

1. Riwayat kedua orangtua yang mengidap Diabetes Mellitus.

2. Riwayat salah satu orang tua atau saudara kandung terkena penyakit

Diabetes Mellitus.

3. Riwayat salah satu anggota keluarga (nenek, kakek, paman, bibi, sepupu) mengidap penyakit Diabetes Mellitus.

4. Seorang yang gemuk/obesitas (> 20 %, BB ideal) atau indeks masa tubuh (IMT) > 27 kg/m2.

(10)

5. Umur diatas 40 tahun dengan faktor yang disebutkan diatas. 6. Seseorang dengan tekanan darah tinggi (> 140/90).

7. Seorang dengan kelainan profil lipid darah (dislifidema) yaitu kolesterol HDL < 35 mg/dl, dan / atau trigliserida > 250 mg/dl.

8. Seseorang yang sebelumnya dinyatakan sebagai toleransi glukosa terganggu (TGT) atau gula darah puasa (terganggu) (GDPT).

9. Wanita yang sebelumnya mengalami diabetes kehamilan. 10. Wanita yang melahirkan bayi > 4.000 gr.

11. Semua wanita hamil 24 – 28 minggu.

12. Riwayat menggunakan obat-obatan oral atau suntikan dalam jangka waktu lama, obat golongan kortikosteroid (untuk pengobatan asma, kulit, rematik dan lainnya.

13. Riwayat terkena infeksi tertentu antara lain virus yang menyerang kelenjar air liur (penyakit gondongan), virus morbili. Infeksi virus ini sering dijumpai pada anak-anak dan penderita yang masih hidup harus setiap hari disuntik insulin (Soegondo, 2005).

F. Patofisiologi

Diabetes Mellitus mengalami defisiensi insulin, menyebabkan

glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula baru (glukoneogenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat. Kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonemia (keton

(11)

dalam urin) dan kadar natrium menurun serta pH serum menurun yang menyebabkan asidosis.

Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun, sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul Glukosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi.

Glukosuria mengakibatkan keseimbangan kalori negatif sehingga menimbulkan rasa lapar yang tinggi (polipagi).

Penggunaan glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi menurun, sehingga tubuh menjadi lemah.

Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang akan menyebabkan luka tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat akan menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadinya gangguan.

Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina menurun, sehingga suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang, akibatnya pandangan menjadi kabur. Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal, sehingga terjadi nefropati. Diabetes mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, sistem syaraf

(12)

otonom dan sistem syaraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati (Price, 2006).

G. Manifestasi Klinik`

Tanda dan gejala Diabetes Mellitus antara lain : 1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin).

2. Polidipsi (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkandehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan rasa haus.

3. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

4. Polifagia (peningkatan rasa lapar) akibat keadaan pascaabsorptif yang kronik, katabolisme protein dan lemak, dan kelaparan relatif sel-sel. Sering terjadi penurunan berat badan.

5. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik (Corwin, 2001).

(13)

H. Komplikasi

Komplikasi Diabetes Mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik:

1. Komplikasi akut

a. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHN)

Koma hiperosmolar non ketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perubahan utamanya dengan DKA adalah tidak tepatnya ketosik dan asidosis pada KHN.

b. Diabetes Ketoasidosis (DKA)

Ketoasidosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu pengalaman penyakit Diabetes Mellitus. Diabetik katoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata.

c. Hipoglikemia

Hipoglikemia(kadar glukosa plasma < 60 mg/dl) terjadi pada pasien yang mendapatkan insulin atau agen hipoglikemik oral, dimana terdapat kelebihan insulin yang relatif banyak daripada intake makanan atau pemakaian energi.

2. Komplikasi kronik a. Makrovaskuler

(14)

1) Penyakit jantung koroner

Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya ke seluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis) dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke.

2) Pembuluh darah kaki

Timbul karena adanya anesthesis fungsi saraf-saraf sensorik, keadaan ini menyebabkan gangren infeksi dimulai dari celah-celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal dan halus demikian juga pada daerah-daerah yang terkena trauma.

3) Pembuluh darah ke otak

Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah ke otak menurun.

b. Mikrovaskuler

1) Penyakit ginjal ( nefropati)

Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal, bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urine.

(15)

2) Penyakit mata (retinopati)

Penderita Diabetes Mellitus akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan, keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan neuropati. Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan, menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.

3) Neuropati

Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom medulla spinallis atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbitol dan perubahan-perubahan metabolik lain dalam sintesa fungsi myalin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996).

I. Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan Diabetes Mellitus adalah secara konsisten menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Penatalaksanaan untuk Diabetes Mellitus terdiri dari penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan. Penatalaksanaan medis, terdiri dari obat hipoglikemik oral dan penambah sensitivitas terhadap insulin. Obat hipoglikemik oral yang gunanya sebagai pemicu sekresi Insulin, yaitu : golongan sulfonilurea/sulfonyl Ureas, obat ini paling banyak digunakan dan

(16)

dapat dikombinasikan obat golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin.Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel-sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita diabetes mellitus type 2 dengan berat badan yang berlebihan. Obat-obat yang beredar dari kelompok ini adalah : Glibenklomida (5mg/tablet), Glibenklomida micronized (5mg/tablet), Glukoidon (30mg/tablet).

Glinid, merupakan obat generasi baru yang cara kerjanya sama

dengan sulfonylurea, dengan meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu : Repaglinid (derivate asam benzoat) dan Nateglinid (derifat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati.

Sedangkan obat penambah sensitivitas terhadap insulin terdiri dari :

Biguanid, Saat ini dari golongan ini yang masih dipakai adalah metformin.

Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus sehingga menurunkan glukosa darah dan juga disangka menghambat absorbsi glukosa dari usus pada keadaan sesudah makan selain itu dapat menurunkan produksi glukosa hati.

Tiazolidindion, adalah golongan obat baru yang mempunyai efek

farmakologis meningkatkan sensitivitas insulin. Dapat diberikan secara oral. Golongan obat ini bekerja meningkatkan glukosa disponsal pada sel dan mengurangi produksi glukosa di hati.

(17)

Penghambat glukosidase alfa, obat ini bekerja secara kompetitif

menghambat kerja enzim glukosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin (Soegondo, 2005).

Insulin, hormon insulin disekresikan oleh sel-sel beta pulau Langerhans. Hormon ini bekerja untuk menurunkan kadar glukosa darah postprandial dengan mempermudah pengambilan serta penggunaan lukosa oleh sel-sel otot, lemak dan hati. Penyuntikan insulin sering dilakukan 2 kali per hari (atau bahkan lebih sering lagi) untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari (Smeltzer & Bare, 2001)

Penatalaksanaan secara keperawatan, terdiri dari diet, olah raga dan penyuluhan. Diet, merupakan salah satu pilar utama pengelolaan diabetes mellitus adalah perencanaan makan. Penderita diabetes mellitus sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang, dengan komposisi idealnya sekitar 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12% protein. Diet disesuaikan dengan keadaan penderita. Prinsip umum : diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes dengan cara kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis, dan perbanyak konsumsi serat. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini: memberikan semua unsur makanan esensial (misal : vitamin dan mineral), mencapai dan

(18)

mempertahankan berat badan yang sesuai, memenuhi kebutuhan energy, mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupanyakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara – cara yang aman dan praktis, menurunkan makan pada penderita diabetes mellitus (Smeltzer & Bare, 2001).

Olah raga, selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja lebih efektif juga dapat membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung, dan mengurangi stres. Penderita diabetes sebaiknya berolahraga dengan berjalan,joging, berenang dan bersepeda. Olah raga sebaiknya dilakukan secara teratur 3-5 kali perminggu dan dengan waktu sekitar 30-60 menit (Soegondo, 2005).

Penyuluhan tentang diabetes, adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik (Soegondo, 2005).

J. Pengkajian Fokus

Pengkajian fokus terkait dengan Diabetes Mellitus meliputi : 1. Pola Pemeliharaan Kesehatan

Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan,

(19)

kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.

2. Pola Nurtisi–Metabolik

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, mual/muntah.

3. Pola Eliminasi

Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit. Kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri dll), penggunaan kateter, Karakteristik urin dan feses, pola input cairan dll.

4. Pola Latihan-Aktivitas

Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi. Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain.

5. Pola Kognitif Perseptual

Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya mengandung kemampuan daya ingat pasien terhadap persitiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi pasien terhadap waktu, tempat, dan nama (orang, atau benda yang lain). Tingkat pendidikan, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran, adakah

(20)

gangguan penglihatan, pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman dan lain-lain

6. Pola Istirahat-Tidur

Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepasi tentang energi. Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk, mengeluh letih.

7. Pola Konsep Diri-persepsi Diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai system terbuka, manusia juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam pandangan secara holistik.Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak sakit terhadap diri, kontak mata, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup atau rileks.

8. Pola Peran dan Hubungan

Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran pasien terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal pasien.

(21)

9. Pola Reproduksi/Seksual

Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, riwayat penyakit hubungan seksual, pemeriksaan genital.

10. Pola mekanisme koping

Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan penggunaan system pendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi dengan orang terdekat, menangis, metode koping yang biasa digunakan, efek penyakit terhadap tingkat stress.

11. Pola Keyakinan Dan Spiritual

Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan pasien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan dan budaya,berbagi dengan orang lain, bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama sakit (Perry & Potter, 2005) (Asmadi, 2008).

K. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dapat menyebutkan bahwa pasien menderita

Diabetes Mellitus antara lain :

1. Glukosa darah : Meningkat 200-100mg/dL atau lebih. 2. Aseton plasma : Positif secara mencolok.

(22)

3. Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.

4. Osmolalitas serum:Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330mOsm/l. 5. Elektrolit :

a. Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.

b. Kalium : Normal atau peningkatan semu(perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun.

c. Fosfor : Lebih sering menurun.

6. Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden (mis ISK baru).

7. Gas darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik. 8. Trombosit darah : Hematokrit mungkin meningkat (dehidrasi) ;

leukositosis, hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

9. Ureum/kreatinin : Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjal).

10. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebabdari DKA.

11. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengidentifikasi insufisiensi

(23)

insulin/ganggguan dalam penggunaannya (endogen / eksogen). Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan (antibodi). 12. Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat

meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

13. Urin : Gula dan aseton positif;berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.

14. Kultur dan sensivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan infeksi pada luka (Doenges, 2000).

(24)

L. Pathway Keperawatan

Obesitas, obat-obatan. penyakit pancreas Kerusakan pankreas Defisiensi insulin Glukagon meningkat Hiperglikemia GD > 140 mg/mmol Glukoneogenesis Ketoagenosis Ketonemia pH serum menurun Asidosis Glukosa masuk ke dalam tubulus ginjal

Glukosa dibuang bersama urine Glukosuria Poliuri Diuresis osmotik Dehidrasi Devisit vol cairan Produksi energi metabolik menurun Kelelahan BB menurun Nutrisi < kebutuhan Starvasi sel Rasa lapar Kurang pengetahuan Polifagi Hilang protein tubuh Respon peradangan melambat Hiperosmolaritas Koma Angiopati Mikrovaskuler Makrovaskuler Perubahan pembuluh darah Gangguan sirkulasi Suplai mkn ke jar perifer Luka tidak sembuh Ganggren Infeksi Peredaran pembuluh darah ke retina Pandangan kabur Retinopati Gg persepsi sensori : penglihatan - Trombosit beroklusi - Pembuluh drh besar Aterosklerosis Neuropati Sensorik Motorik Hilang rasa Vaskulataria Resti injuri Atropi otot Perub dalam pergerakan Gangguan keseimbangan tubuh Syok Polidipsi Mual muntah (Price, 2006) Resiko penyebaran infeksi Infeksi Terjadi

(25)

M. Diagnosa Keperawatan, Intervensi dan Rasional

Diagnosa yang muncul dari Diabetes Mellitus antara lain :

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

a. Tujuan : Pemasukan nutrisi adekuat. b. Kriteria Hasil :

1) Mencerna jumlah kalori atau nutrisi yang tepat. 2) Menunjukkan tingkat energi biasanya.

3) Mendemostrasikan berat badan stabil atau penambahan kearah rentang yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal.

c. Intervensi

1) Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti : perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab / dingin, derajat nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan.

Rasional : karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula darah berkurang, sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemi dapat terjadi).

(26)

2) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.

Rasional :mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.

3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdoment / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna.

Rasional : hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan mobilitas / fungsi lambung.

4) Tentukan program diit dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.

Rasional :mengidentifikasi kekurangan dan penyimpanan dari kebutuhan therapeutik. 5) Indikasi makanan yang disukai / dikehendaki termasuk

kebutuhan etnik.

Rasional :jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan.

(27)

6) Libatkan keluarga pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Rasional :meningkatkan rasa keterlibatan, memberikan informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.

7) Kolaborasi

a) Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan “Finger stick”.

Rasional : analisa ditempat tidur terhadap GD lebih kuat.

b) Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton, PH dan HCO3.

Rasional :gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan therapi insulin terkontrol.

c) Berikan insulin secara teratur.

Rasional :insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

2. Gangguan persepsi-sensori (penglihatan) berhubungan dengan perubahan kimia endogen, ketidakseimbangan glukosa atau insulin dan atau elektrolit.

(28)

b. Kriteria Hasil :

1) Mempertahankan tingkat mental biasanya

2) Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori c. Intervensi

1) Pantau tanda-tanda vital dan status mental

Rasional :sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti suhuyang meningkat dapatdapat mempengaruhi fungsi mental

2) Panggil klien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya, misalnya terhadap tempat, orang dan waktu. Berikan penjelasan yang singkat dengan bicara perlahan dan jelas

Rasional :menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankankontak dengan realitas

3) Pelihara aktivitas rutin klien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya

Rasional : membantu memelihara klien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya

(29)

4) Lindungi klien dari cedera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran klien terganggu. Berikan bantalan lunak pada pagar tempat tidur dan berikan jalan napas buatan yang lunak jika klien kemungkinan mengalami kejang Rasional : pasien mengalami disorientasi merupakan

awal kemungkinan timbulnya cedera, terutama malam hari dan perlu pencegahan sesuai indikasi.munculnya kejang perlu diantisipasi untuk mencegah trauma fisik 5) Berikan tempat tidur yang lembut, pelihara kehangatan

kaki atau tangan, hindari terpajan terhadap air panas, dingin dan penggunaan bantalan

Rasional : meningatkan rasa nyaman dan menurunkan kemungkinan kerusakan kulit karena panas. Munculnya dingin yang tiba-tiba pada tangan atau kaki menunjukan adanya hipoglikemi, yang perlu untuk melakukan pemeriksaan terhadap kadar gula darah 6) Kolaborasi

a) Berikan pengobatan sesuai dengan obat yang ditentukan untuk mengatasi DKA seuai indikasi

Rasional : gangguan dalam proses pikir terhadap aktivitas kejang biasanya hilang bila

(30)

keadaan hiperosmolalitas teratasi

b) Pantau hasil laboratorium, seperti glukosa darah, osmolalitas darah, hemoglobin, hematokrit, reum, creatinin

Rasional : ketidakseimbangan laboratorium ini dapat menurunkan status mental

3. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, insufisiensi insulin.

a. Tujuan : Pasien dapat mengungkapkan peningkatan tingkat energi.

b. Kriteria hasil : Pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.

c. Intervensi

1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Rasional :pendidikan dapat memberikan motivasi

untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah. 2) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang

cukup.

Rasional :mencegah kelelahan yang berlebihan. 3) Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah

(31)

Rasional :mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

4) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.

Rasional :meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai prognosis penyakit.

a. Tujuan : Pasien menyatakan pemahaman tentang penyakit.

b. Kriteria Hasil :

1) Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.

2) Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.

3) Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

c. Intervensi

1) Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian dan selalu ada untuk pasien.

(32)

Rasional :menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar. 2) Diskusikan topik-topik utama seperti apakah kaar glukosa

normal ibu dan bagaimana hal tersebut dibandingkan kekurangan insulin dengan kadar gula darah yang tinggi. Rasional :memberikan pengetahuan dasar dimana

pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.

3) Menganjurkan klien untuk rutin melakukan pemeriksaan gula darah dan instruksikan pasien untuk pemeriksaan keton urinenya jika glukosa darah lebih tinggi dari 250 mg/dl.

Rasional :Melakukan pemeriksaan darah secara teratur dapat meningkatkan kontrol gula darah dengan lebih ketat (misal 60 – 150 mg/dl).

4) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat dan cara untuk melakukan makan di luar rumah.

Rasional :keadaan tentang pentingnya kontrol obat akan membantu pasien dalam merencanakan makan / mentaati program.

(33)

5) Diskusikan faktor-faktor yang memegang peranan dalam kontrol DM seperti latihan stres, pembedahan dan penyakit tertentu.

Rasional :informasi ini akan meningkatkan pengendalian terhadap DM dan dapat menurunkan berulangnya kejadian ketoasidosis.

6) Buat jadwal latihan aktivitas yang teratur dan identifikasi hubungan dengan penggunaan insulin yang perlu menjadi perhatian.

Rasional :waktu latihan tidak boleh bersamaan waktunya kerja puncak insulin untuk mencegah percepatan ambilan insulin

7) Identifikasi gejala hipoglikemia (misal lemah, pusing, letargi, lapar, peka rangsang, diaforesis, pucat, takikardia, tremor, sakit kepala, dan perubahan mental).

Rasional :dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan lebih awal dan mencegah / mengurangi kejadiannya. 5. Resiko deficit volume cairan berhubungan dengan adanya diuresis

osmotik.

(34)

b. Kriteria Hasil : Mendemostrasikan hidrasi adekuat yang dibuktikan oleh tanda vital stabil, haluaran urine secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

c. Intervensi

1) Pantau tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik. Rasional : hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh

hipotensi dan takikardia. 2) Pantau suhu, warna kulit atau kelembabannya.

Rasional :demam dengan kulit kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari dehidrasi. 3) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan

membran mukosa.

Rasional :merupakan indicator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.

4) Pantau masukan dan pengeluaran, catat Bj urine.

Rasional :memberikan perkiraan kebutuhan atau cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dan terapi yang diberikan.

5) Pertahankan untuk memberi cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan melalui oral sudah dapat diberikan.

Rasional : mempertahankan hidrasi / volume sirkulasi. 6) Pasang/pertahankan kateter urin tetap terpasang.

(35)

Rasional :memberi ukuran yang tepat/akurat terhadap pengukuran haluaran urine. 7) Kolaborasi

a) Berikan therapy cairan sesuai dengan indikasi Normal salin atau ½ NS atau tanpa dekstrose.

Rasional :tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan.

b) Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti :

(2) Hematokrit : mengkaji tingkat hidrasi dan sering kali meningkat akibat hemokonsentrasi yang terjadi setelah diuresis osmotik.

(3) BUN/kreatinin : peningkatan nilai dapat mencerminkan kerusakan sel karena dehidrasi atau tanda akibat kegagalan ginjal.

(4) Osmolalitas : meningkat dengan adanya hiperglikemia dan dehidrasi.

(5) Natrium : menurun yang mencerminkan diuresis osmotik, meningkat mencerminkan kehilangan cairan / dehidrasi berat.

6. Resti injury berhubungan dengan kelemahan umum a. Tujuan : tidak terjadi injury

b. Kriteria Hasil : Mendemostrasikan tidak ada cedera demham komplikasi minimal/ terkontrol.

(36)

c. Intervensi

1) Pantau tanda vital dan catat adanya peningkatan suhu tubuh, takikardia (140-200/mnt).

Rasional :untuk mengetahui keadaan umum pasien yang dapat menentukan tindakan yang diberikan.

2) Pertahankan penghalang tempat tidur terpasang / diberi bantalan.

Rasional :untuk menentukan kemungkinan adanya trauma.

3) Kolaborasi

a) Pantau kadar kalsium darah : pasien dengan kadar kalsium kurang dari 7,5/100 ml secara umum membutuhkan terapi pengganti.

b) Berikan obat sesuai indikasi.

(1) Kalsium (glukosa, laktat) : untuk memperbaiki kekurangan yang biasanya sementara.

(2) Sedatif : meningkatkan istirahat, menurunkan stimulasi dari luar.

7. Resiko tinggi penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, perubahan pada sirkulasi

a. Tujuan :

(37)

2) Tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi. b. Kriteria Hasil :

1) Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.

2) Mendemostrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.

c. Intervensi

1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka, sputum purulent, urine warna merah keruh atau berkabut.

Rasional :pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya lebih lebih mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.

2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan denga pasien termasuk pasien sendiri.

Rasional : mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nsokomial).

3) Lakukan perawatan luka (ganti balut tiap hari) dengan menjaga tehnik septik dan aseptik.

Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi dan penyebaran infeksi lebih lanjut.

(38)

4) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, lumen kering dan tetap kencang (tidak berkerut).

Rasional : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada resiko terjadinya kerusakan pada kulit / iritasi kulit dan infeksi.

5) Bantu pasien untuk melakukan higiene oral.

Rasional : menurunkan resiko terjadinya penyakit kulit /gusi 6) Kolaborasi

a) Pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai dengan indikasi. Rasional :untuk mengidentifikasi organisme sehingga

dapat memilih/memberikan therapy antibiotik yang terbaik.

b) Berikan antibiotik sesuai advise.

Rasional :penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis (Doenges, 2000).

Gambar

Gambar 1: pankreas (http://www.google.co.id/image)

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, penelitian oleh Supriadin (2016) dengan judul Identifikasi Penggunaan Kosakata Baku dalam Wacana Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri

Untuk lembar observasi keterlaksanaan sintaks bagi siswa siklus 2 pertemuan kedua, disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah tertulis dalam RPP

Seperti tujuan awalnya, kegiatan ini digagas untuk merespon langsung kebutuhan masyarakat oleh Gubernur NTB. Sehingga, masyarakat tidak perlu lagi harus melewati sistem

xiii صخلم بيَبخكوا ٍيه ةذيششنا 2014 عىضىًنا :” ثلاوبذي زيحبسا تيبشح ولاسلإا يف ٍيىكح قلاخلأا تًيشكنا ٍيب زييلاح تسسذًنا تطسىخًنا تييىكذنا ىنوولاا ٌىنبح

Sedangkan orang yang sama sekali tidak memiliki ahli waris diperbolehkan berwasiat dengan seluruh hartanya, wasiat lebih dari sepertiga boleh dilaksanakan manakala

Keterangann: Materi Komisi diemailkan satu minggu sebelum acara dilaksanakan.. Lampiran 1 – Susunan Acara Sidang Pleno Ke-8 AFEBI Hal.. Lampiran 2 – Formulir Pendaftaran

Sebagai salah satu folklor lisan yang ada di Kabupaten Kutai Barat, cerita Tulur Aji Jangkat hadir di tengah-tengah masyarakat Dayak sebagai alat pemersatu

Alasan peneliti melakukan penelitian di PT Pan Pacific Insurance, karena dengan semakin gencar dan meningkatnya penjualan produk Asuransi Kendaraan Bermotor pada perusahaan ini,