• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Ketoksikan Akut Ekstrak Air Daun Singkong (Manihot utilissima Pohl) Dan Gambaran Histopatologi Organ Hati Pada Mencit Jantan Galur Swiss ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Ketoksikan Akut Ekstrak Air Daun Singkong (Manihot utilissima Pohl) Dan Gambaran Histopatologi Organ Hati Pada Mencit Jantan Galur Swiss ARTIKEL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Uji Ketoksikan Akut Ekstrak Air Daun Singkong (Manihot utilissima Pohl)

Dan Gambaran Histopatologi Organ Hati Pada Mencit Jantan Galur Swiss

ARTIKEL

Oleh :

YURIESTA SUKMI PRADINI

050110a055

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO

2015

(2)
(3)

Ngudi Waluyo School Of Health Ungaran Pharmacy Study Program

Acute Toxicity Test Water Extract of Leaves Cassava (Manihot utilissima Pohl) and Description Organ Liver Histopathologic in Male Mice of Swiss strain

Yuriesta Sukmi Pradini*, 050111a055

Richa Yuswantina** And Niken Dyah Ariesti*** Final Assignment, September 2015

(78 pages + 4 tables + 17 pictures + 11 attachments) References : 36

ABSTRACT

Cassava leaves (Manihot utilissima Pohl) contains cyanide that is alleged to have the effect of toxicity. Cyanide is a toxic substance that is extremely lethal. This study aims to determine the potential acute toxicity of the water extract of leaves of cassava (Manihot utilissima Pohl) as seen from LD50 based on criteria of Loomis and microscopic hystopathologic description a liver organ male mice of Swiss strain.

This study was pure experiment using posttest control group design using 25 male mice of Swiss strain composed of 5 groups including negative control (aquadest), water extract of leaves cassava (Manihot utilissima Pohl) the dose of 13 mg/tail, 26 mg/tail, 50 mg/tail, and 100 mg/tail. Observations were made 0-3 hours after administration of a single dose and at 24th hour, further observation was continued until 7th day. The observations include physical symptoms and the observations on liver organs microscopically. The data were analyzed descriptive.

Based on the observations of acute toxicity potential of water extract of leaves of cassava (Manihot utilissima Pohl) was shown by false LD50 of 11.08 g/Kg BB according to the criteria of Loomis practically non toxic, observed from the level of toxic symptoms from mild to more severe, namely scratching the nose, silent , diarrhea, and cyanosis. Histopathologic features of liver showed that all doses were ranked from the dose of 13 mg/tail, 26 mg/tail, 50 mg/tail, and 100 mg/tail were damaged on the 24th hour and reversible on 7th day.

Keywords : Water Extract of Leaves Cassava (Manihot utilissima Pohl), Cyanide, and Acute Toxicity.

(4)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Program Studi Ilmu Farmasi

Uji Ketoksikan Akut Ekstrak Air Daun Singkong (Manihot utilissima Pohl) Dan Gambaran Histopatologi Organ Hati Pada Mencit Jantan Galur Swiss

Yuriesta Sukmi Pradini*, 050111a055

Richa Yuswantina** Dan Niken Dyah Ariesti*** SKRIPSI, September 2015

(78 halaman + 4 tabel + 17 gambar + 11 lampiran) Pustaka : 36

INTISARI

Daun singkong (Manihot utilissima Pohl) mengandung sianida yang diduga mempunyai efek ketoksikan. Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ketoksikan akut ekstrak air daun singkong (Manihot Utilissima Pohl) yang dilihat dari LD50 berdasarkan kriteria Loomis dan gambaran histopatologi mikroskopis organ hati pada mencit jantan galur Swiss.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni post test control group

design menggunakan 25 ekor mencit jantan galur Swiss yang terdiri dari 5 kelompok

perlakuan meliputi kontrol negatif (aquadest), ekstrak air daun singkong (Manihot

utilissima Pohl) dengan dosis 13 mg/ekor, 26 mg/ekor, 50 mg/ekor, dan 100 mg/ekor.

Pengamatan dilakukan 0-3 jam setelah pemberian dosis tunggal dan jam ke 24, selanjutnya pengamatan dilanjutkan sampai hari ke 7. Pengamatan meliputi gejala-gejala fisik dan pengamatan pada organ hati secara mikroskopis. Data dianalisis secara deskriptif.

Berdasarkan hasil pengamatan potensi ketoksikan akut ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl) ditunjukkan dengan LD50 semu sebesar 11,08 gram/Kg BB menurut kriteria Loomis praktis tidak toksik, yang diamati dari tingkat gejala toksik dari ringan hingga lebih berat yaitu menggaruk hidung, diam, diare, dan sianosis. Gambaran histopatologi organ hati menunjukkan bahwa seluruh peringkat dosis mulai dosis 13 mg/ekor, 26 mg/ekor, 50 mg/ekor, dan 100 mg/ekor mengalami kerusakan pada jam ke 24 dan reversibel pada hari ke 7.

Kata kunci: Ekstrak Air Daun Singkong (Manihot Utilissima Pohl), Sianida, dan Ketoksikan Akut.

PENDAHULUAN

Prevalensi Keracunan Makanan dari Data Jenis Keracunan Akut Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan POM Republik Indonesia (RI) : Pada tahun 2008, jumlah korban keracunan pangan Indonesia mencapai 25.268 orang dengan jumlah kasus sebanyak 8.943 kasus. Di tahun 2009, jumlah korban berkurang menjadi 7.815 orang dengan jumlah kasus sebanyak 3.239 kasus (DepKes RI, 2009).

Kasus keracunan makanan yang terjadi di masyarakat salah satunya yaitu daun singkong (Manihot utilissima Pohl). Mengkonsumsi daun singkong (Manihot utilissima Pohl) dengan kadar HCN yang tinggi dan proses pengolahan yang tidak benar sehingga kadar HCN pada daun singkong (Manihot utilissima Pohl) melebihi kadar aman yang dapat dikonsumsi manusia. Gejala keracunan yang muncul antara lain respirasi cepat, penurunan tekanan darah, denyut nadi cepat, pusing, sakit kepala, sakit perut, muntah, diare, kebingungan mental, berkedut, dan kejang. Jika HCN melebihi batas toleransi kemampuan individu untuk detoksifikasi atau mentolerir, kematian dapat terjadi akibat keracunan sianida (Hamzah, 2008).

(5)

Hidrogen sianida (HCN) yang masuk dalam tubuh dengan cepat didistribusi ke seluruh tubuh oleh darah. Tingkat sianida pada hati dilaporkan 0,03 mg/100g. Secara fisiologi dalam tubuh, HCN menginaktivasi enzim sitokrom oksidase dalam mitokondria sel dengan mengikat Fe³⁺ atau Fe²⁺ yang terkandung dalam enzim. Hal ini menyebabkan penurunan oksigen dalam jaringan, sehingga organ yang sensitif terhadap kondisi kurangnya oksigen akan sangat menderita terutama jaringan otak. Sehingga menimbulkan

asfiksia, hipoksia, dan kejang (Utama, 2006).

Sianida dimetabolisme ke hati menjadi tiosianat, karena adanya enzim sulfur transferase (rodanase) bekerja secara lambat sehingga menimbulkan racun dengan penumpukan asam-asam empedu di dalam hati karena gangguan transport pada kanakuli ke membran plasma dan memicu kematian sel melalui apoptosis (Putut, 2006).

Daun singkong (Manihot utilissima Pohl) sering dikonsumsi masyarakat, dengan pengolahan tidak benar maka masih terdapat kandungan HCN. Potensi HCN yang tinggi dapat menyebabkan keracunan sehingga perlu dilakukan penelitian.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN Bahan

Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah daun singkong yang didapat dari daerah Semarang. Hewan uji mencit putih jantan galur Swiss berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-22 gram diperoleh dari peternakan tikus di Daerah Bandungan. Senyawa kimia Sianida, aquadest, NaOH, FeSO₄, HCl, Fe₂S₃, Hematoksilin Eosin (HE), larutan buffer formalin 10%, alkohol 70%, alkohol 80%, alkohol 96%, etanol, xylol, dan parafin.

Cara Penelitian

1. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematika Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang.

2. Pembuatan ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl)

Ekstrak air daun singkong yang diperoleh dibuat dalam empat dosis yaitu 13 mg/ekor, 26 mg/ekor, 50 mg/ekor, dan 100 mg/ekor.

3. Perlakuan hewan uji

Tikus dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari masing-masing 5 ekor yang dihitung berdasarkan perhitungan menggunakan rumus Federer. Pada percobaan ini terdapat 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol negatif aquadest, ekstrak air daun singkong dosis 13 mg/ekor, 26 mg/ekor, 50 mg/ekor, dan 100 mg/ekor. Setelah diberi perlakuan, hewan uji diamati selam 0-3 jam, kemudian dilakukan determinasi organ hati pada jam ke 24 dan hari ke 7.

ANALISA DATA

a. Data jumlah hewan uji yang mati masing-masing kelompok (bila ada), digunakan untuk menghitung LD50, selanjutnya secara kuantitatif dipakai untuk mengevaluasi potensi ketoksikan akut mengikuti kriteria berdasarkan Loomis. Bila sampai batas volume maksimum yang boleh diberikan tidak menimbulkan kematian hewan uji, maka peringkat dosis tertinggi tersebut dinyatakan sebagai LD50 semu.

b. Gejala toksik yang timbul seperti kereaktifan, diare, dan sianosis yang diamati selama 0-3 jam setelah pemberian dosis tunggal secara intensif. Diteruskan hingga 24 jam, serta paling tidak sekali sehari pada masa pengamatan (selama 7 hari). Data gejala toksik yang teramati dianalisa secara kualitatif.

c. Preparat histopatologi organ hati diamati di bawah mikroskop cahaya dalam lima lapang pandang yang berbeda, dengan perbesaran 400 kali. Setiap lapang pandang

(6)

dihitung 40 sel hepatosit untuk hepar. Kemudian dibuat grafik hubungan dosis dengan persentase kerusakan sel hepatosit pada hati, yaitu sel normal, degenerasi albuminosa, degenerasi hidropik, dan piknosis.

d. Data pemeriksaan preparat mikroskop organ hati untuk mengevaluasi perubahan-perubahan pada organ sebagai perwujudan efek dan sifat toksik akibat pemejanan ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl). Dengan parameter presentase kerusakan organ hati pada jam ke 24 dan pada hari ke 7 yang meliputi sel normal, degenerasi albuminosa, degenerasi hidropik, dan piknosis.

e. Data dianalisis secara deskriptif yaitu data persentase kerusakan sel hepatosit yang meliputi sel normal, degenerasi albuminosa, degenerasi hidropik, dan piknosis pada mencit jantan galur Swiss.

HASIL

Hasil Determinasi Tanaman Kunci Determinasi :

1b, 2b, 3b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14a, 15a,... Golongan 8 : Tanaman dengan daun tunggal terletak tersebar...109b, 119b, 120a, 121b, 124b, 125b,... Famili 67 : Euphorbiaceae ... 1b, 3a, 4b, 5b, 6b, 7a, 8a,... Genus 6 : Manihot ... Spesies : Manihot

utilissima Pohl (Singkong).

Hasil Identifikasi Sianida

Gambar 1. Sebelum Identifikasi Sianida Gambar 2. Sesudah Identifikasi Sianida Hasil Penelitian

Tabel 1. Data Peringkat Dosis yang Menyebabkan Kematian Mencit

Perlakuan Jumlah Hewan Uji Jumlah Hewan Uji yang Mati

Kontrol Negatif 5 0 Dosis 13 mg/ekor 5 0 Dosis 26 mg/ekor 5 0 Dosis 50 mg/ekor 5 1 Dosis100 mg/ekor 5 2 K 1 2 3 4 K 1 2 3 4

(7)

Gambar 3. Degenerasi Albuminosa

Gambar 4. Degenerasi Hidropik

Gambar 5. Piknosis

Tabel 2. Hasil Kerusakan Organ Hati Mencit Pada Jam Ke 24

Kelompok Pada Jam ke 24 Sel Normal Degenerasi Albuminosa Degenerasi Hidropik Piknosis Kontrol 89% 11% 0% 0% 13 mg/ekor 61% 19% 15% 5% 26 mg/ekor 54% 20,50% 16,50% 9% 50 mg/ekor 42,50% 16,50% 27,50% 13,50% 100 mg/ekor 34% 17,50% 33% 15,50% Degenerasi Hidropik Piknosis Degenerasi Albuminosa

(8)

Tabel 3. Hasil Kerusakan Organ Hati Mencit Pada Hari Ke 7 Kelompok Pada hari ke 7 Sel Normal Degenerasi Albuminosa Degenerasi Hidropik Piknosis Kontrol 87% 13% 0% 0% 13 mg/ekor 78,50% 7,50% 8,50% 5,50% 26 mg/ekor 70% 13,50% 9,50% 7% 50 mg/ekor 67% 17% 8,50% 7,50% 100 mg/ekor 61,50% 20% 8,50% 10% PEMBAHASAN

Gejala toksik yang timbul dicatat dari tiap mencit dalam setiap kelompok perlakuan selama 0-3 jam. Gejala yang diamati pada mencit dari yang ringan hingga lebih parah, yaitu menggaruk hidung merupakan terjadinya sensitifitas pada pemberian ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl), diam (tidur) merupakan ketidak reaktifan mencit setelah pemberian ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl), diare (berak-berak dengan frekuensi > 5x, konsitensi feses lembek, kadang hanya air yang keluar, kadang campur lendir) merupakan gejala awal keracunan akut, dan sianosis merupakan ketoksikan akut yang di sebabkan ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl) yang ditandai warna biru pada ekor mencit. Pada kelompok kontrol negatif setelah pemberian ekstrak air daun singkong (Manihot

utilissima Pohl) kelima mencit menggaruk hidung jarang, diam (tidur) tidak ada,

diare jarang, dan sianosis jarang. Pada kelompok dosis 13 mg/ekor kelima mencit menggaruk hidung sering, diam (tidur) sering, diare sedang, dan sianosis 1 mencit jarang, 4 mencit tidak ada. Pada dosis 26 mg/ekor kelima mencit menggaruk hidung sering, diam (tidur) sering, diare sedang, dan sianosis 1 mencit jarang, 4 mencit tidak ada. Pada dosis 50 mg/ekor kelima mencit menggaruk hidung sering, diam (tidur) 3 mencit sering, 2 mencit sedang, diare sedang, dan sianosis 2 mencit jarang, 3 mencit tidak ada. Pada dosis 100 mg/ekor kelima mencit menggaruk hidung sering, diam (tidur) jarang, diare sedang, dan sianosis tidak ada. Maka dapat disimpulkan bahwa pengamatan yang dilakukan pada 0-3 jam setelah pemberian ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl) terjadi ketoksikan ringan yang ditandai dengan semua kelompok dosis 13mg/ekor, 26 mg/ekor, 50 mg/ekor, dan 100 mg/ekor sering menggaruk hidung, selanjutnya semua kelompok dosis 13 mg/ekor, 26 mg/ekor, dan 3 ekor mencit pada dosis 50 mg/ekor mencit diam (tidur), kemudian pada semua dosis 13 mg/ekor, 26 mg/ekor, 50 mg/ekor dan 100 mg/ekor terjadi ketoksikan sedang ditandai dengan diare, serta terjadi tanda gejala ketoksikan pada tingkat keparahan yaitu sianosis terjadi pada 1 ekor masing-masing kelompok dosis 13 mg/ekor dan dosis 26 mg/ekor, dua ekor pada dosis 50 mg/ekor. Sianosis pada penelitian ini didapatkan hasil dengan gejala yang jarang pada tingkat keparahan yang tertinggi, dikarenakan dosis ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl) kurang menimbulkan gejala keracunan yang tinggi pada mencit. Pada dosis 13 mg/ekor dan 26 mg/ekor dapat menimbulkan gejala ketoksikan akut yang sedang.

Hasil pengamatan pada jam ke 24 dan hari ke 7 diperoleh kematian 1 mencit pada dosis 50 mg/Kg BB dan 2 mencit pada dosis 100 mg/Kg BB dinyatakan sebagai LD50 semu. Dikatakan LD50 semu karena sampai batas volume maksimum pada

(9)

dosis tertinggi yang diberikan tidak menimbulkan kematian 50 % hewan uji tiap kelompok. Berdasarkan LD50 semu didapat potensi ketoksikan akut ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl) 11,08 gram/Kg BB, yaitu Praktis Tidak Toksik (5-15 gram/Kg BB) dilihat dari Kriteria Ketoksikan Akut menurut Loomis.

Gambaran histopatologi organ hati mempunyai tujuan untuk melihat ada tidaknya kerusakan organ hati pada mencit yang diberikan ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl) secara peroral dosis tunggal, sehingga dapat diketahui efek ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl) pada mencit. Organ hati dipilih karena hati organ yang berfungsi memetabolisme semua zat kimia yang masuk kedalam tubuh. Pemeriksaan organ hati sangat penting karena zat penting yang terkandung dalam daun singkong akan dimetabolisme didalam sel hati. Selain itu hati juga berperan penting dalam proses detoksifikasi racun di dalam tubuh. Perubahan fungsional dan biokimia sering merupakan tahap awal terjadinya perubahan stuktural atau respon histopatologi yang dapat diperiksa di bawah mikroskop elektron atau cahaya. Jadi pemeriksaan histopatologi digunakan untuk melihat adanya kerusakan tingkat seluler yang tidak tampak oleh pengamatan secara makroskopik, juga bermanfaat untuk memperkirakan sprektum efek toksik yang ditimbulkan setelah pemberian sediaan uji pada sel hati.

Penelitian ini menggunakan kelompok kontrol negatif yaitu aquadest yang dimaksudkan untuk membandingkan kerusakan organ hati antara kelompok kontrol dan empat kelompok perlakuan. Hasil pengamatan makrokopis (morfologi) organ hepar masing-masing perlakuan pada jam ke 24 dan hari ke 7 menunjukkan adanya perubahan warna. Hepar pada jam ke 24 tampak berwarna kuning pucat, sedangkan hepar pada hari ke 7 tampak berwarna merah tua dan mengkilat yang disebabkan oleh darah yang terdapat sangat banyak dalam organ hepar dan bersifat ireversibel dan

reversibel pada jaringan hati. Perubahan warna menjadi kuning pucat disebabkan

oleh senyawa sianida yang bersifat hepatotoksik sangat kuat dan menyebabkan perlemakan hepar yang ditunjukkan dengan bintik-bintik putih. Sedangkan pada kelompok kontrol jam ke 24 dan hari ke 7 tampak berwarna merah kecoklatan dan mengkilat karena aquadest tidak merusak sel hepar.

Dari hasil pengamatan histopatologi hati mencit pada semua perlakuan peringkat dosis sudah menunjukkan adanya kerusakan. Kerusakan sel yang terjadi ditunjukkan dengan adanya sel hati yang mengalami degenerasi albuminosa, degenerasi hidropik, dan piknosis.

Degenerasi Albuminosa merupakan degenerasi paling ringan, terjadi pembengkakan dan kekeruhan sitoplasma. Degenerasi ini reversibel karena hanya terjadi pada mitokondria dan RE akibat gangguan oksidasi. Sel yang terkena jelas tidak dapat mengeliminasi air sehingga tertimbun didalam sel dan sel mengalami pembengkakan. Terjadi presentase lebih tinggi pada dosis 26 mg/ekor pada jam ke 24 dan lebih rendah pada dosis 13 mg/ekor hari ke 7.

Degenerasi Hidropik merupakan derajad kerusakan yang lebih berat, tampak vakuola yang berisi air dalam sitoplasma yang tidak mengandung lemak atau glikogen. Perubahan ini umumnya merupakan akibat gangguan metabolisme seperti hipoksia atau keracunan bahan kimia. Bersifat reversibel maupun irreversibel apabila penyebab cederanya menetap. Terjadi presentase lebih tinggi pada dosis 100 mg/ekor pada jam ke 24 dan lebih rendah pada dosis 13 mg/ekor, 50 mg/ekor, dan 100 mg/ekor hari ke 7.

Piknosis merupakan kerusakan pada inti sel yang ditandai dengan larutnya kromosom dan proses kondensasi pada inti sel dan akan menjadi padat atau kental

(10)

dan ukurannya mengalami penyusutan. Terjadi presentase lebih tinggi pada dosis 100 mg/ekor pada jam ke 24 dan lebih rendah pada dosis 13 mg/ekor jam ke 24.

Hasil pengamatan kerusakan organ hati pada jam ke 24 dan hari ke 7 dapat dibandingkan sebagai berikut, kelompok kontrol terjadi ireversibel pada sel normal dan degenerasi albuminosa. Dosis 13 mg/ekor terjadi reversibel pada sel normal, degenerasi albuminosa, degenerasi hidropik, dan ireversibel pada piknosis. Dosis 26 mg/ekor terjadi reversibel pada sel normal, degenerasi albuminosa, degenerasi hidropik, dan piknosis. Dosis 50 mg/ekor terjadi reversibel pada sel normal, degenerasi hidropik, piknosis, dan ireversibel pada degenerasi albuminosa. Dosis 100 mg/ekor terjadi reversibel pada sel normal, degenerasi hidropik, piknosis, dan

ireversibel pada degenerasi albuminosa. Jadi dapat disimpulkan bahwa kerusakan

organ hati pada jam ke 24 dan hari ke 7 bersifat reversibel.

Disimpulkan bahwa kelompok kontrol yang diberikan aquadest terdapat kerusakan albuminosa dalam jumlah yang sedikit, dikarenakan adanya variabel luar yang tidak bisa dikendalikan, seperti stress, dan organ hati mencit yang sudah mengalami berulang-ulang kerusakan sehingga recovery membutuhkan waktu yang lama, pada dasarnya aquadest bukanlah bahan iritan. Sel normal banyak terdapat pada hari ke 7 karena pada jam ke 24 sel normal terjadi penurunan setelah pemberian dosis tunggal ekstrak daun singkong (Manihot utilissima Pohl), kemudian sel normal dapat kembali lagi (reversibel) pada hari ke 7. Degenerasi albuminosa banyak terjadi pada hari ke 7, merupakan kerusakan yang ringan dengan terjadi pembengkakan dan kekeruhan pada sitoplasma, bersifat reversibel dan ireversibel. Degenerasi hidropik banyak terdapat pada jam ke 24, merupakan kerusakan yang lebih berat tampak vakuola yang berisi air dalam sitoplasma yang tidak mengandung lemak yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme seperti hipoksia atau keracunan, bersifat

reversibel dan irreversibel. Piknosis banyak terdapat pada jam ke 24, sel mengalami

perubahan pada inti sel, dapat bersifat reversibel dan ireversibel.

Perbandingan antara kerusakan organ hati pada mencit setelah pemberian ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl) pada jam ke 24 dan hari ke 7 dianalisis secara kualitatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl) dengan dosis 13 mg/ekor, 26 mg/ekor, 50 mg/ekor, dan 100 mg/ekor tidak menyebabkan kerusakan lebih berat pada organ hati, meliputi sel normal, degenerasi albuminosa, degenerasi hidropik, dan piknosis pada mencit jantan galur Swiss. Hal ini dikarenakan dosis terlalu rendah dan kemampuan

reversibilitas pada organ hati mencit pada hari ke 7.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl) tidak memiliki potensi ketoksikan akut.

2. Kriteria ketoksikan akut ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl) dilihat berdasarkan kriteria Loomis adalah Praktis tidak toksik dengan nilai 11,08 gram/Kg BB karena diantara 5-15 gram/Kg BB.

3. Gambaran histopatologi mikroskop organ hati pada mencit jantan galur Swiss setelah pemberian ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl) jam ke 24 menunjukkan adanya kerusakan pada semua perlakuan dosis, semakin besar dosis yang diberikan maka semakin besar pula kerusakan yang terjadi, sedangkan gambaran histopatologi organ hati mencit hari ke 7 menunjukkan adanya pemulihan sel atau jaringan.

(11)

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan meningkatkan dosis ketoksikannya.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji ketoksikan subkronis dan kronis ekstrak air daun singkong (Manihot utilissima Pohl).

3. Perlu dilakukan pemeriksaan kerusakan organ hati yang lain. UCAPAN TERIMAKASIH

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu dosen prodi Farmasi dan staf karyawan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2009, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, 5-11, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Sebelum Identifikasi Sianida     Gambar 2. Sesudah Identifikasi Sianida  Hasil Penelitian
Gambar 4. Degenerasi Hidropik
Tabel 3. Hasil Kerusakan Organ Hati Mencit Pada Hari Ke 7  Kelompok  Pada hari ke 7  Sel  Normal  Degenerasi  Albuminosa  Degenerasi Hidropik  Piknosis  Kontrol  87%  13%  0%  0%  13 mg/ekor  78,50%  7,50%  8,50%  5,50%  26 mg/ekor  70%  13,50%  9,50%  7%

Referensi

Dokumen terkait

besar dari sumber daya yang dimiliki akan dipergunakan untuk memproduksi barang- barang publik, dan seberapa besar akan digunakan untuk memproduksi barang- barang individu..

Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu terjadinya reaksi berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh.Radikal bebas juga disinyalir

Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan oleh Efraldo (2014), mengenai implementasi peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok, didapatkan hasil bahwa pimpinan

Dengan kata lain, pada suatu kombinasi tertentu antara jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan akan menghasilkan output yang optimal dan lebih efisiensi

Lalat jantan akan berusaha keras untuk mendapatkan metil eugenol sebelum melakukan perkawinan Dari sifat atraktan inilah pengendalian lalat

Sudah dilakukan penelitian mengenai perilaku deformasi aksial dari pipa berpenampang persegi yang umum digunakan untuk komponen penyerap energi pada kendaraan[4]

Pada beban luluh awal, kurva beban lendutan pada pengujian ini adalah tetap datar dan deformasi yang sangat besar terjadi, seperti didalam kejadian pembebanan dua

PENGARUH LATIHAN POWER LENGAN MENGGUNAKAN MODEL LATIHAN PULL OVERPASS DAN PULL OVER TERHADAP HASIL LEMPARAN PADA ATLET LEMPAR LEMBING JAWA BARAT.