• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Sektor Unggulan Kota Tarakan

5.1.1. Struktur Total Output

Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi. Oleh karena itu dengan menelaah besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor, akan dapat diketahui sektor-sektor apa saja yang memberikan konstribusi yang besar dalam penciptaan output secara keseluruhan di Kota Tarakan dari total output sebesar 4,77 triliun rupiah.

Tabel 13 Total Output Sepuluh Sektor Terbesar di Kota Tarakan Tahun 2007

No Sektor Kode

Sektor

Total Output (Juta Rp.) (%)

1 Perdagangan 14 1.044.701,94 21,91

2 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 583.093,23 12,23 3 Industri Makanan dan Minuman 8 574.61407 12,05

4 Industri lainnya 10 555.529,66 11,65

5 Perikanan 5 315.861,53 6,63

6 Kehutanan 4 243.293,37 5,10

7 Bangunan/Konstruksi 13 163.582,67 3,43 8 Sewa bangunan dan jasa perusahaan 24 163.101,47 3,42

9 Angkutan udara 19 120.893,90 2,54

10 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 6 111.167,81 2,33

11 Lainnya 891.531,82 18,70

Jumlah 4.767.371,48 100

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sektor-sektor yang mempunyai total output terbesar di Kota Tarakan adalah Sektor Perdagangan dengan output sebesar 1,05 triliun rupiah yaitu setara dengan 21,91%, kemudian Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 12,23% diikuti oleh Sektor Industri Makanan dan Minuman sebesar 12,05% dan Industri Lainnya sebesar 11,65%. Dari sepuluh sektor terbesar secara keseluruhan menghasilkan output sebesar 81,30% atau setara dengan Rp. 3.88 triliun, sisanya terdistribusi pada 18 sektor yang hanya menghasilkan output sebesar

(2)

0,89 triliun yakni sebesar 18,70% dari total output Kota Tarakan. Berdasarkan Tabel 13 bahwa lebih dari 50% nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan di Kota Tarakan berasal dari Sektor Perdagangan, Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain, Sektor Industri Makanan dan Minuman dan Industri Lainnya.

5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto

Berdasarkan Tabel I-O Kota Tarakan tahun 2007 updating, Nilai Tambah Bruto perekonomian Kota Tarakan sebesar 2,89 triliun rupiah. Dibanding dengan tahun 2000 Nilai Tambah Bruto yang dihasilkan adalah sebesar 1.1 triliun rupiah terjadi kenaikan sebesar 1,88 triliun rupiah atau sebesar 65,23% . Dimana sektor perdagangan memberikan sumbangan yang terbesar pada penciptaan Nilai Tambah Bruto yaitu sebesar 0,85 triliun rupiah atau 29,37%, kemudian Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain sebesar 5,19% kemudian sektor Perikanan sebesar 4,62%.

Tabel 14 Nilai Tambah Bruto Sepuluh Sektor Terbesar di Kota Tarakan Tahun 2007 No Sektor Kode Sektor NTB (Juta Rp.) (%) 1 Perdagangan 14 847.411,67 29,37

2 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 149.708,84 5,19

3 Perikanan 5 133.243,59 4,62

4 Sewa bangunan dan jasa perusahaan 24 132.549,44 4,59 5 Pemerintahan dan pertahanan 25 99.448,53 3,45

6 Angkutan udara 19 92.022,63 3,19

7 Bangunan/Konstruksi 13 88.652,46 3,07

8 Industri Makanan dan Minuman 8 86.666,46 3,00 9 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 6 80.098,55 2,78

10 Komunikasi 21 75.223,36 2,61

11 Lainnya 1.100.250,76 38,13

Jumlah 2.885.276,29 100

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Jika dilihat dari struktur ekonomi Kota Tarakan pada Tabel 14 menunjukkan kondisi yang sangat dominan dari sepuluh sektor terbesar penyumbang Nilai Tambah Bruto Kota Tarakan adalah konstribusi sektor

(3)

perdagangan hampir 30%, sembilan sektor lainnya menyumbang sebesar 32,25%, sisanya sebesar 38,13 sebagai sumbangan dari 18 sektor lainnya.

Tingginya konstribusi Sektor Perdagangan tidak terlepas dari letak strategis Kota Tarakan sebagai pintu masuk kedua Propinsi Kalimantan Timur setelah Balikpapan disamping itu Kota Tarakan sebagai daerah tujuan dan transit bagi daerah sekitarnya yaitu Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Tana Tidung, juga Kota Tarakan berdekatan dengan negara tetangga Malaysia, sehingga kondisi ini sangat memungkinkan terjadinya transaksi perdagangan yang cukup besar terhadap barang-barang baik yang berasal dari Tawau Sabah Malaysia Timur maupun berasal dari dalam negeri baik domestik maupun luar daerah, bahkan pada masa yang akan datang sesuai visi dan misi Kota Tarakan diharapkan sebagai pusat perdagangan dan transaksi ekonomi lainnya di wilayah Kalimantan Timur Bagian Utara.

Tabel 15 Nilai Tambah Bruto Kota Tarakan Menurut Komponennya Tahun 2007

No Sektor Kode

Sektor

NTB

(Juta Rp.) (%)

1 Upah dan Gaji 201 1.305.935,27 45,26

2 Surplus Usaha 202 1.062.115,26 36,81

3 Penyusutan 203 79.711,21 2,76

4 Pajak Tak Langsung Netto 204 437.515,55 15,16

Jumlah 2.885.276,29 100

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Jika diamati total nilai tambah yang tercipta menurut komponennya yaitu : Upah dan Gaji, Surplus Usaha, Penyusutan dan Pajak Tak Langsung, maka komponen Upah dan Gaji memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pembentukan Nilai Tambah Bruto Kota Tarakan, yaitu sebesar 45,26%, dibandingkan dengan komponen surplus usaha sebesar 36,81% hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan masyarakat sebagai balas jasa cukup besar dibandingkan dengan pendapatan pengusaha, hal ini memungkinkan terjadi mengingat bahwa tingkat pengangguran di Kota Tarakan hanya 5,14% dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 62,11% pada tahun 2007 (BPS

(4)

Kota Tarakan, 2008), selanjutnya terdapat sebesar 54,49% pekerja yang bekerja pada sektor jasa, 26,28% disektor manufacture dan sebanyak 19,23% bekerja di sektor pertanian (Sakernas, 2008) banyaknya jumlah penduduk yang bekerja pada sektor jasa dan manufacture akan berpengaruh terhadap jumlah gaji/upah yang diterima masyarakat.

Komponen Penyusutan memberikan konstribusi hanya sebesar 2,76%. Sedangkan komponen Pajak memberikan konstribusi sebesar 15,16% setara dengan 0,44 triliun rupiah, hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah Kota Tarakan sangat serius menangani masalah perpajakan sebagai sumber pendapatan negara yang juga berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat melalui dana bagi hasil yang diterima pemerintah kabupaten/kota setiap tahunnya. Tax Ratio atau rasio Penerimaan Pajak terhadap Nilai Tambah Bruto Bruto (NTB) merupakan perbandingan antara realisasi penerimaan pajak dengan pendapatan nasional. Rasio dimaksud pada dasarnya menunjukkan jumlah penerimaan pajak yang dapat dipungut dari setiap rupiah pendapatan nasional (Nilai Tambah Bruto). Rasio ini biasa digunakan sebagai salah satu tolok ukur atau indikator untuk melakukan penilaian terhadap kinerja penerimaan perpajakan mengingat Nilai Tambah Bruto yang menunjukkan output nasional merupakan indikator kesejahteraan masyarakat.

Di negara-negara yang sedang berkembang sebagian besar penerimaan pajaknya berasal dari sumber pajak tak langsung. Dalam perkembangannya akan terjadi proses pergeseran dari dominasi pajak tidak langsung menjadi pajak langsung sesuai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi di iringi dengan peningkatan pendapatan perkapita penduduknya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa konstribusi pajak tak langsung dan upah dan gaji pada NTB Kota Tarakan tahun 2007 updating mengindikasikan bahwa tingginya kesejahteraan dan pendapatan masyarakat di Kota Tarakan.

5.1.3. Keterkaitan Antar Sektor

Satu diantara keunggulan Tabel I-O adalah dapat digunakan untuk menganalisis hubungan atau keterkaitan antar sektor-sektor produksi sebagai proses identifikasi peran dari suatu sektor, untuk mengetahui sektor unggulan

(5)

suatu daerah. Keterkaitan tersebut berupa keterkaiatan ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke depan (forward linkages). Keterkaitan antar sektor ini adalah bagaimana suatu sektor mampu menyuplai outputnya sebagai inputnya sendiri dan sektor lain maupun menggunakan output sektor lain sebagai input dalam proses produksi.

Dalam analisis model Tabel I-O sektor unggulan dapat diartikan sebagai sektor yang mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke depan yang tinggi, yaitu sektor yang mampu mendorong pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor lainnya, atau yang memiliki derajat kepekaan dan daya penyebaran yang tinggi, yaitu sektor yang menyuplai inputnya maupun sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksi.

5.1.3.1. Keterkaitan Ke Belakang

Keterkaitan ke belakang (backward linkages) menunjukkan efek suatu sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung. Semakin tinggi keterkaitan kebelakang mengindikasikan bahwa sektor tersebut dibutuhkan, karena memberikan dampak yang akan mendorong tingkat produksi sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut.

Tabel 16 menunjukkan bahwa dari sepuluh sektor yang di indentifikasi memiliki keterkaitan langsung ke belakang (backward linkages) dan ketekaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang paling tinggi adalah Sektor Kehutanan 0,89, kemudian Industri Makanan dan Minuman 0,79, Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain, Air Minum. Sedangkan Sektor Angkutan Laut, Sektor Bangunan/Konstruksi, Sektor Jasa Hiburan dan Rekreasi, Sektor Restoran, Jasa Penunjang Angkutan dan Pergudangan, dan Sektor Hotel seluruhnya memiliki nilai dibawah 0,5, dimana Sektor Hotel memiliki angka keterkaitan ke belakang terendah yaitu 0,35. Sektor Kehutanan merupakan sektor yang memiliki keterkaitan langsung ke belakang tertinggi yaitu 0,89. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 unit Sektor Kehutanan membutuhkan output sektor lainnya sebagai input sebesar 0,89 unit, yaitu mendorong

(6)

peningkatan output sektor-sektor lain yang digunakan sebagai input oleh Sektor Kehutanan.

Sektor Kehutanan memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang sebesar 2,88, ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan permintaan akhir Sektor Kehutanan sebesar Rp. 1 juta akan meningkatkan total output seluruh perekonomian sebesar Rp. 2,88 juta, melalui peningkatan penggunaan input sektor ini baik langsung maupun tidak langsung.

Tabel 16 Sepuluh Sektor dengan Keterkaitan Langsung Ke Belakang (DBL) serta Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Belakang (DIBL)

No Sektor Kode

Sektor DBL DIBL

1 Kehutanan 4 0,887 2,883

2 Industri Makanan dan Minuman 8 0,790 2,470 3 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 0,728 2,782

4 Air minum 12 0,524 2,118

5 Angkutan Laut 18 0,455 2,122

6 Bangunan/Konstruksi 13 0,454 2,118

7 Jasa Hiburan dan Rekreasi 27 0,435 2,059

8 Restoran 15 0,408 1,854

9 Jasa Penunjang Angkutan dan Pergudangan 20 0,354 1,810

10 Hotel 16 0,349 1,900

Sumber Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007. Data diolah

5.1.3.2. Keterkaitan Ke Depan

Keterkaitan ke depan (forward linkages) menunjukkan banyaknya output sektor yang digunakan oleh sektor lainnya sebagai input, semakin tinggi keterkaitan ke depan berarti bahwa semakin dibutuhkan sektor tersebut sebagai pemasok yang digunakan sebagai input oleh sektor lain, hal ini menunjukkan arus output suatu sektor dalam perekonomian.

Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa Sektor Bangunan/Konstruksi memiliki keterkaitan langsung ke depan tertinggi diikuti oleh Sektor Industri Lainnya, Sektor Peternakan dan Hasil-hasilnya, Sektor Perikanan, Sektor Perdagangan, Sektor Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan, kemudian Sektor Listrik, Sektor Komunikasi, Sektor Angkutan Udara dan Sektor Kehutanan.

(7)

Sektor Bangunan/Konstruksi memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan sebesar 1,42. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan satu unit Sektor Bangunan/ Konstruksi akan meningkatkan output sektor lain sebesar 1,42 yang menggunakan output sektor ini sebagai input, dan memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sebesar 3,42, memberi makna jika terjadi kenaikan permintaan satu unit Sektor Bangunan/Konstruksi akan meningkatkan total output seluruh perekonomian sebesar 3,42 unit. Atau dengan kata lain jika terjadi kenaikan permintaan akhir tiap-tiap sektor sebesar satu unit (berarti terjadi peningkatan permintaan akhir seluruh perekonomian sebesar n unit), dengan demikian Sektor Bangunan/Konstruksi memberikan sumbangan kenaikan sebesar 3,42 unit dari total permintaan akhir.

Tabel 17 Sepuluh Sektor dengan Keterkaitan Langsung Ke Depan (DFL) serta Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Depan (DIFL)

No. Sektor Kode

Sektor DFL DIFL

1 Bangunan/Konstruksi 13 1,422 3,415

2 Industri Lainnya 10 1,177 3,933

3 Peternakan dan Hasil-hasilnya 3 0,720 2,326

4 Perikanan 5 0,672 2,691

5 Perdagangan 14 0,534 3,663

6 Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan 24 0,519 2,929

7 Listrik 11 0,462 2,011

8 Komunikasi 21 0,426 2,257

9 Angkutan Udara 19 0,387 2,076

10 Kehutanan 4 0,351 1,469

Sumber Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007. Data diolah

Untuk mengetahui derajat kepekaan dan daya penyebaran sektor-sektor perekonomi di Kota Tarakan, sektor-sektor tersebut di bagi ke dalam empat kuadran dengan kriteria yaitu : Kuadran I adalah sektor-sektor yang mempunyai derajat kepekaan (forward linkages) dan daya penyebaran (backward linkages) kuat. Kuadran II merupakan sektor-sektor yang memiliki derajat kepekaan (forward linkages) lemah dan derajat penyebaran (backward linkages) kuat. Sektor-sektor yang termasuk pada Kuadran III adalah sektor yang memiliki dan derajat kepekaan (forward linkages) kuat dan derajat penyebaran

(8)

(backward linkages) lemah. Sedangkan pada Kuadran IV menggambarkan sektor-sektor dengan derajat kepekaan (forward linkages) maupun derajat penyebaran (backward linkages) lemah.

Forward Linkages B ac kw ar d L inka ge s Kua t Kuat Lemah Kuadran I Kuadran II

Bangunan/Konstruksi Industri Makanan dan Minuman Kehutanan Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain

Air minum Angkutan laut

Jasa Hiburan dan Rekreasi Restoran

Jasa Penunjang Angkutan dan Per gudangan

Hotel

L

em

ah

Kuadran III Kuadran IV

Industri lainnya Tanaman Bahan Makanan Peternakan dan Hasil-hasilnya Tanaman Perkebunan

Perikanan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi

Perdagangan Penggalian

Sewa Bangunan Dan Jasa Perusahaan Angkutan Darat

Listrik Bank Komunikasi Lembaga Keuangan Tanpa Bank Angkutan Udara Pemerintahan dan Pertahanan

Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Jasa Perorangan dan Rumah Tangga

Sumber Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007. Data diolah

Gambar 5 Kuadran Derajat Kepekaan dan Daya Penyebaran Sektoral Sektor-sektor yang termasuk dalam Industri, Pengangkutan, Hotel dan Restoran serta Sektor Jasa berada pada Kuadran II. Sedangkan Kuadran III meliputi kelompok Sektor Industri lainnya, Sewa Bangunan, Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi. Kuadran IV sebagian besar termasuk kedalam kelompok Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Keuangan dan Jasa-jasa. Pada Kuadran IV menggambarkan lemahnya keterkaitan antar sektor, yaitu sektor yang produknya memiliki sifat dikonsumsi langsung, atau yang hanya bisa diproses melalui perlakuan khusus seperti Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Sektor Jasa Pemerintahan dan Pertahanan. Sektor Kehutanan dan Sektor Bangunan/Konstruksi memiliki keterkaitan ke belakang dan ke depan yang kuat.

(9)

Pada dasarnya persepsi berdasarkan Kuadran ini belum dapat menggambarkan struktur ekonomi secara keseluruhan demikian pula yang berkaitan dengan sektor unggulan. Untuk melakukan analisis khususnya yang berkaitan dengan sektor unggulan diperlukan analisis multiplier yang dapat menggambarkan peran suatu sektor dalam perekonomian secara konprihensif seperti : pengganda pendapatan, pengganda total output, pengganda surplus usaha, pengganda pajak tak langsung netto, dan pengganda nilai tambah bruto yang digunakan dalam penelitian ini.

5.1.4. Analisis Pengganda (Multipiler) 5.1.4.1. Angka Pengganda Total Output

Perubahan permintaan akhir suatu sektor akan mempengaruhi perubahan pada total output dalam suatu perekonomian secara keseluruhan. Pada Tabel 18 dapat dilihat besarnya pengaruh masing-masing sektor terhadap total output, Sektor Pemerintah dan Pertahanan lainnya memberikan anggka pengganda yang paling besar yaitu 3,42 hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan satu juta rupiah permintaan akhir Sektor Pemerintah dan Pertahanan akan meningkatkan total output sebesar 3,42 juta rupiah, demikian pula halnya dengan Sektor Kehutanan meningkatkan total output sebesar 3,33 juta rupiah, selanjutnya Sektor Bank akan meningkatkan sebesar 3,16 juta rupiah, serta Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain sebesar 3,15 juta rupiah setiap terjadi peningkatan sebesar satu juta rupiah permintaan akhir, memberikan indikasi bahwa peran pemerintah sangat besar dalam meningkatkan total output dibandingkan dengan Sektor Industri dan Sektor Jasa.

Hal ini sesuai dengan kondisi Kota Tarakan yang sedang membangun, dan memiliki industri kayu olahan, lengkapnya fasilitas perbankan, tersedia pelabuhan laut samudra dan bandara berstandar internasional sehingga Sektor Industri yang ditunjang oleh Sektor Jasa akan menjadikan Kota Tarakan sebagai daerah tujuan dan rujukan bagi Kabupaten di sekitaranya.

(10)

Tabel 18 Sepuluh Sektor dengan Pengganda Total Output Terbesar

No. Sektor Kode

Sektor

Total Output Multiplier

1 Pemerintahan dan pertahanan 25 3,422

2 Kehutanan 4 3,330

3 Bank 22 3,164

4 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 3,148

5 Industri Makanan dan Minuman 8 2,767

6 Jasa Sosial dan kemasyarakatan 26 2,562

7 Bangunan/Konstruksi 13 2,548

8 Angkutan laut 18 2,511

9 Angkutan udara 19 2,485

10 Air minum 12 2,422

Sumber Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007. Data diolah

5.1.4.2. Angka Pengganda Pendapatan (Income Multiplier)

Perubahan permintaan akhir suatu sektor dalam perekonomian akan memberikan pengaruh terhadap pendapatan masyarakat. Besarnya pengaruh perubahan ini dapat dilihat dari besaran angka pengganda pendapatan yang dihasilkan dari matriks Tabel Input Output, sebagai suatu besaran nilai akibat terjadinya perubahan permintaan akhir yang melipatgandakan pendapatan rumah tangga.

Tabel 19 Sepuluh Sektor dengan Pengganda Pendapatan Terbesar

No. Sektor Kode

Sektor

Income Multiplier

1 Industri Makanan dan Minuman 8 88,897

2 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 5,828

3 Kehutanan 4 5,686

4 Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 6 4,709

5 Air minum 12 3,936

6 Jasa penunjang angkutan dan pergudangan 20 3,197

7 Jasa Hiburan dan Rekreasi 27 2,701

8 Angkutan darat 17 2,267

9 Industri lainnya 10 2,244

10 Restoran 15 2,128

Sumber Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007. Data diolah

Dari sepuluh sektor dengan pengganda pendapatan terbesar di Kota Tarakan seperti tertera pada Tabel 19 bahwa Sektor Industri Makanan dan

(11)

Minuman mempunyai angka pengganda yang paling tinggi yaitu sebesar 88,90. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan akan mengakibatkan kenaikan pendapatan rumah tangga secara keseluruhan sebesar 88,90 satuan, kemudian Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain sebesar 5,83 dan Sektor Kehutanan sebesar 5,67, sedangkan angka pengganda yang paling terendah adalah Sektor Restoran yaitu hanya sebesar 2,13.

Tingginya angka pengganda pendapatan Sektor Industri Makanan dan Minuman mengindikasikan bahwa sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan, baik skala kecil mikro maupun skala besar, disamping itu sektor ini memiliki keterkaitan ke belakang yang kuat berada pada Kuadran II.

5.1.4.3. Angka Pengganda Surplus Usaha (Business Surplus Multipllier)

Berdasarkan hasil olahan data dengan metode input output diperoleh bahwa Sektor yang mempunyai angka pengganda surplus usaha terbesar adalah Sektor Kehutanan yaitu sebesar 47,05. Jika terdapat perubahan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah akan memberikan kenaikan margin perdagangan pada Sektor Kehutanan sebesar 47,05 juta rupiah. Sektor Industri Makanan dan Minuman mempunyai angka pengganda sebesar 6,62, selanjutnya adalah Sektor Pemerintahan dan Pertahanan yaitu sebesar 5,74. Sektor Angkutan Udara menempati urutan kesepuluh dengan angka pengganda surplus usaha 2,56.

Tabel 20 Sepuluh Sektor dengan Pengganda Surplus Usaha Terbesar

No. Sektor Kode

Sektor

Surplus Multiplier

1 Kehutanan 4 47,049

2 Industri Makanan dan Minuman 8 6,618 3 Pemerintahan dan Pertahanan 25 5,739

4 Bank 22 4,451

5 Industri Kayu, dan Hasil Hutan Lain 9 4,136

6 Air minum 12 3,064

7 Hotel 16 2,943

8 Angkutan laut 18 2,633

9 Bangunan/Konstruksi 13 2,630

10 Angkutan udara 19 2,564

(12)

Besarnya angka pengganda surplus usaha Sektor Kehutanan dibanding dengan sektor lainya, tidak semestinya dijadikan rekomendasi untuk menentukan sektor unggulan mengingat bahwa Sektor Kehutanan ini juga memiliki dampak yang sangat besar bagi lingkungan, kecuali hasil hutannya lainnya seperti gaharu, sarang burung dan termasuk didalamnya adalah penangkaran buaya, karena semua hasil hutan non kayu berbasis ekspor.

5.1.4.4. Angka Pengganda Pajak Tak Langsung Netto (Tax Multiplier)

Beberapa sektor dengan angka pengganda pajak tak langsung terbesar dari sepuluh sektor yang diidentifikasi adalah Sektor Air Minum, mempunyai angka pengganda sebesar 13,92, kemudian Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan lainnya sebesar 13,15 dan Sektor Kehutanan dengan angka pengganda 11,71.

Hal ini memberikan makna bahwa jika terjadi peningkatan permintaan akhir pada Sektor Air Minum sebesar satu juta rupiah akan terjadi peningkatan pajak tak langsung netto sebesar 13,92 juta rupiah. Demikian pula halnya jika terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta rupiah pada Sektor Industri Kayu dan Hasil Hutan akan meningkatkan pajak tak langsung sebesar 13,15 juta rupiah.

Tabel 21 Sepuluh Sektor dengan Pengganda Pajak Tak Langsung Netto Terbesar

No. Sektor Kode

Sektor

Tax Multiplier

1 Air minum 12 13,916

2 Industri Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 13,146

3 Kehutanan 4 11,706

4 Bangunan/Konstruksi 13 5,088

5 Perikanan 5 4,528

6 Pemerintahan dan pertahanan 25 3,976

7 Angkutan laut 18 3,169

8 Jasa Sosial dan Kemasyarakatan 26 3,166

9 Bank 22 3,159

10 Restoran 15 2,744

Gambar

Tabel 13  Total Output Sepuluh Sektor Terbesar di Kota Tarakan Tahun 2007
Tabel 15 Nilai Tambah Bruto Kota Tarakan Menurut Komponennya Tahun 2007
Tabel 16 Sepuluh Sektor dengan Keterkaitan Langsung Ke Belakang (DBL)  serta Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Belakang (DIBL)
Tabel 17  Sepuluh Sektor dengan Keterkaitan Langsung Ke Depan (DFL) serta   Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Ke Depan  (DIFL)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Produksi adalah perhitungan nilai tambah barang dan jasa adalah perhitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi yang diproduksi oleh

Pengeluaran sektor rumah tangga akan selalu sama dengan nilai barang dan jasa yang diproduksi yang diciptakan oleh faktor-faktor produksi tersebut dalam

Kondisi perekonomian suatu wilayah dapat tercermin dari total produksi barang dan jasa yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi yang tergambar dalam besaran nilai Produk

Harga adalah suatu nilai yang dinyatakan dalam bentuk rupiah guna pertukaran/ transaksi atau sejumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa. Penetapan

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan

Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor- sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan

unit usaha dalam suatu negara pada periode tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi BPS, besarnya nilai PDB sangat berkaitan