Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
COST ANALISYS OF OSTEOARTHRITIS IN RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA
Dedi Hartanto1, Tri Murti Andayani2, Satibi3
ABSTRACT
Background: Osteoarthritis is a joint disease that is most commonly found in the world, including in Indonesia. This disease causes pain and disability in patients that interfere daily activities. OA requires a huge cost to the community.
Objective: The purpose of this study to determine the components of cost, average total cost, the largest proportion of cost components, and to determine whether there is a correlation between the variables and patient characteristics between variable characteristics patients of with the total cost
Methods: The study used a non-experimental descriptive. Data retrieved retrospectively by proportional stratified random sampling method from medical records of patients who met the inclusion criteria, financial and pharmaceutical installations. Data are grouped by type of financing. Data analysis was carried out to see the picture of the characteristics of the patient and the total cost of treatment. Correlation analysis was done to see the correlation between patient characteristics, medication and the type of financing the total cost.
Result: The results are the average total cost of osteoarthritis patients in the department of Dr. Sardjito Yogyakarta in 2012, is $ 140,087 ± 192,904 per patient per month in patients ASKES Rp 364,971 ± 747,492 per patient per month in patients with non ASKES (General + Hospital Employee Facility + JAMKESMAS). The largest proportion of the total cost is the cost of the drug, amounting to 74.53% on the type financing ASKES and amount of 87.10% on the type of financing Non ASKES. Correlation of test results between patient characteristics of the overall show its age a predictor variable that affects the cost of OA therapy are age.
PENDAHULUAN
1
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
2
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
3
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
ANALISIS BIAYA TERAPI OSTEOARTRITIS DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA
Dedi Hartanto1, Tri Murti Andayani2, Satibi3
INTISARI
Latar Belakang: Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan ketidakmampuan pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. OA memerlukan biaya yang besar pada komunitas.
Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui komponen biaya, rata-rata biaya keseluruhan, komponen biaya dengan proporsi terbesar, dan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antar variabel karakteristik pasien maupun antara variabel karateristik pasien dengan biaya total.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif non eksperimental. Data diambil secara retrospektif dengan metode stratified propotional random sampling dari catatan medik pasien yang memenuhi kriteria inklusi, keuangan dan instalasi farmasi. Data dikelompokkan berdasarkan jenis pembiayaan. Analisis data dilakukan untuk melihat gambaran karakteristik pasien dan total biaya terapi.. Analisis korelasi dilakukan untuk melihat korelasi antara karakteristik pasien, obat dan jenis pembiayaan terhadap biaya total.
Hasil: Hasil penelitian yaitu rata-rata biaya total pada pasien osteoarthritis di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta pada tahun 2012, adalah Rp 140.087±192.904 per pasien per bulan pada pasien ASKES Rp 364.971±747.492 per pasien per bulan pada pasien Non ASKES (Umum + Fasilitas Pegawai RSU + JAMKESMAS). Proporsi terbesar penyusun biaya total adalah biaya obat, yaitu sebesar 74,53 % pada jenis pembiayaan ASKES dan sebesar 87,10 % pada jenis pembiayaan Non ASKES. Hasil uji korelasi antar karakteristik pasien terhadap biaya total menunjukkan umur menjadi variabel prediktor yang berpengaruh terhadap biaya terapi OA adalah umur .
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
Osteoarthritis merupakan penyakit kronis sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dari 50% dari orang di atas usia 65 tahun memiliki bukti radiologis OA dan sekitar 10% pria dan 18% dari wanita memiliki gejala OA (McKenzie dan Torkington, 2010). Nyeri sendi dan penurunan mobilitas menimbulkan dampak besar pada kualitas hidup.
Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan ketidakmampuan pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami simptom OA. Di Amerika, 1
dari 7 penduduk menderita OA.
Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 – 15% orang dewasa lebih dari 60 tahun menderita OA. Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari OA sangat besar, tidak hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungan (Wibowo dkk., 2003).
OA juga berdampak pada komunitas, diantaranya adalah mengenai perkiraan bahwa OA akan menjadi penyebab keempat yang menyebabkan kecacatan pada tahun 2020 (Woolf and Pfleger, 2003). Selain itu, OA juga diperkirakan termasuk dalam delapan besar penyakit non fatal pada tahun 1990, dengan 2,8 % dari total orang yang hidup cacat, sama
persentasenya dengan penyakit
schizophrenia. Pelayanan kesehatan juga mendapatkan dampak dari OA. Misalnya tiap tahun, 2 juta orang dewasa mendatangi dokter karena OA. Dalam 1 tahun terdapat lebih dari 114.000 kejadian pasien masuk rumah sakit dan pada tahun 2000, terdapat lebih dari 44.000 hip replacement dan lebih dari 35.000 knee replacement yang menghabiskan biaya kurang lebih 405 juta
Poundsterling (Royal College of
Physicians, 2008).
OA memerlukan biaya yang besar pada
komunitas. Biaya langsung yang
ditimbulkan oleh OA meliputi kunjungan ke dokter, pengobatan, dan tindakan operasi. Biaya tidak langsung meliputi semua yang hilang akibat ketidakmampuan bekerja. Biaya yang terkait dengan OA dapat menjadi signifikan nilainya pada lansia yang menjadi tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari sehingga
memerlukan bantuan orang lain.
Komunitas pada negara-negara yang sedang berkembang perlu lebih memahami OA dan dapat mengembangkan alternatif terapi untuk mengatasinya (Royal College of Physicians, 2008).
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta merupakan rumah sakit tipe A pendidikan yang menjadi anggota dalam Perhimpunan Rhematologis Indonesia. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta dijadikan pusat rujukan terapi rematologi untuk daerah Yogyakarta dan sekitarnya, maka Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito Yogyakarta cukup representatif untuk dijadikan objek pada penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran biaya terapi dan terapi yang efektif pada pasien OA pada rumah sakit tersebut. METODE PENELITIAN
Penelitian analisis biaya terapi Osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif non eksperimental. Data diambil secara retrospektif melalui catatan medik pasien dengan diagnosis utama osteoarthritis dengan atau tanpa penyakit penyerta yang memenuhi kriteria inklusi selama periode Januari 2012 hingga Juni 2012. Data diambil dari
Instalasi Catatan Medik untuk
mendapatkan pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi dan bagian keuangan RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta untuk mengetahui biaya terapi serta dari bagian instalasi farmasi untuk mengetahui rincian penggunaan obat oleh pasien selama satu periode pengobatan. Analisis biaya ini dilihat dari perspektif rumah sakit. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan medik pasien, rincian biaya yang dikeluarkan, dan rincian penggunaan obat oleh pasien selama pengobatan untuk mengetahui biaya perawatan pasien selama pengobatan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode 1 Januari 2012 hingga 30 Juni 2012.
Subyek penelitian ini adalah pasien osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 1 Januari hingga 30 Juni 2012. Metode sampling yang digunakan adalah stratified random sampling. Populasi dihitung berdasarkan
jumlah pasien yang melakukan kunjungan di Poliklinik Rematologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jumlah sampel dihitung menggunakan rumus Slovin dengan hasil minimal sebanyak 74 pasien. Data yang diambil adalah data dari sejumlah pasien yang didiagnosis osteoarthritis baik dengan maupun tanpa penyakit penyerta yang datang di Poliklinik Reumatologi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Dari catatan medik diperoleh data berupa deskripsi pasien dan data rencana pengobatan pasien serta catatan tindakan penunjang yang diberikan dan tindakan diagnostik yang dikerjakan. Data deskripsi memuat identitas pasien yang meliputi : jenis
kelamin, jenis OA, umur, tanggal
periksa, dan cara pembayaran.
Sedangkan data pengobatan pasien meliputi : nama obat, frekuensi dan dosis, bentuk sediaan, cara pemberian, tanggal pemberian, lama pemberian, dan diagnosis penyakit oleh dokter. Rincian biaya obat diperoleh dari instalasi farmasi. Sedangkan data biaya selain obat diperoleh dari bagian keuangan rumah sakit.
Kuesioner tersebut akan diberikan bersamaan oleh peneliti kepada respondent
dan memberikan kesempatan pada
responden untuk membaca dengan tenang serta dipersilahkan apabila ada pertanyaan terkait dari isi kuesioner tersebut. Peneliti memberikan kuesioner tersebut dalam 3 shif dinas perawat yaitu pada dinas pagi, siang dan malam hal ini agar menghindari responden yang sama nantinya, peneliti juga memiliki catatan kecil untuk
menandai perawat yang sudah
mendapatkan kuesioner pada satu hari itu, karena tidak menutup kemungkinan di hari berikutnya adalah perawat yang sama yang berdinas di IGD RSUD Ulin Banjarmasin. Analisa data yang dilakukan meliputi analisa univariat, analisa bivariate, analisa multivariate.
HASIL
a. Karakteristik Responden
Berikut karakteristik demografi pasien rawat jalan di RSUP Dr. Sardjito dengan Osteoartritis pada tahun 2012, yang meliputi penelitian meliputi, jenis kelamin dan umur yang ditampilkan pada tabel 1.
Tabel 1
Karakteristik Demografi Pasien Rawat Jalan dengan Osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2012
Karakteristik Pasien Variasi Kelompok Jumlah Pasien Presentase Total Pasien Jenis Kelamin
Perempuan 75 70,5
109
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016 Umur (Tahun) 45-54 10 9,17 109 55-64 19 17,43 65-74 48 44,04 >75 32 29,36
b. Gambaran Karakteristik Osteoarthritis
berdasarkan distribusi jenis
Osteoarthritisi dan lamanya penyakit
osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2012.
Tabel 2
Gambaran Karakteristik Pasien Osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2012
Karakteristik Kasus Variasi Kelompok Jumlah Pasien Persentase (%) Total Pasien
Jenis Osteoarthritis Lutut 79 72,48 109 Tangan 9 8,26 Panggul 7 6,42 Pergelangan Kaki 8 7,34 Tumit 6 5,50 Lama Penyakit OA
Kurang dari 1 Tahun 48 44,04
109
2 – 5 Tahun 32 29,36
6 – 10 Tahun 20 18,35
Diatas 10 Tahun 9 8,26
c. Distribusi Penggunaan Obat Osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2012
Tabel 3
Karakteristik Obat Osteoarthritis yang digunakan pada Pasien di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2012
Jenis Obat Osteoarthritis Jumlah Pasien Persentase (%) Total Pasien
Analgesik Non Opioid 19 17,43
109
Analgesik Opioid 7 6,42
Injeksi Asam Hyaluronat 6 5,50
Injeksi Kortikosteroid 6 5,50
Kortikosteroid 16 14,68
NSAID 82 75,23
NSAID Topikal 3 2,75
Obat Lain OA (Glukosamin) 105 96,33
Obat Untuk Ulkus 48 44,04
d. Analisis biaya terapi Osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2012 yang meliputi: Biaya Obat Osteoarthritis, Pola peresepan
Osteoarthritis, Biaya Non Obat, Biaya rata-rata Biaya Osteoarthritis pada pasien Rawat Jalan.
Tabel 4.
Daftar Rata-rata Biaya Obat Osteoartritis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2012 Biaya Obat
rata-rata±SD (Rp/ orang/ bulan)
Pasien Askes 68.277 ± 50.298
Pasien Umum 118.554 ± 43.670
Pasien Fasilitas Pegawai RSU 81.332 ± 29.266
Pasien Jamkesmas 85.131 ± 39.377
Total biaya 74.598 ± 48.605
Tabel 5
Daftar Rata-rata Biaya Obat Osteoartritis (Khusus) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2012 Biaya Obat Injeksi Asam Hyaluronat
rata-rata±SD (Rp/ orang/ bulan)
Pasien Askes 1.019.775 ± 65.255
Pasien Umum 2.147.513 ± 165.550
Total biaya 1.583.644 ± 627.856
Tabel 6
Daftar Pola Peresepan Obat Osteoartritis pada Pasien ASKES RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2012
Pola Peresepan
Pasien ASKES Jumlah Biaya Obat (Rp / orang / bulan)
Jumlah pasien Analgesik Non Opioid + Obat Lain OA + Obat Ulkus 44.150 ± 12.513 4
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016 6
Injeksi Asam Hyaluronat + NSAID + Obat Lain OA +
Obat Ulkus 1.019.775 ± 65.256
3
Injeksi Kortikosteroid + Kortikosteroid + NSAID 214.859 ± 75.577 3
Kortikosteroid + NSAID + Obat Lain OA 113.650 ± 78.929 9
NSAID + Obat Lain OA + Obat Ulkus 53.567 ± 22.853 43
NSAID Topikal + Obat Lain OA 90.970 ± 12.049 2
Obat Lain OA + Obat Ulkus 48.325 ± 18.627 13
Lain-lain 92.070 ± 7.254 2
Total 79
Tabel 7
Daftar Pola Peresepan Obat Osteoartritis pada Pasien Umum RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2012
Pola Peresepan
Pasien Umum Jumlah Biaya Obat (Rp / orang / bulan)
Jumlah pasien
Analgesik Non Opioid + Obat Lain OA + Obat Ulkus 37.470 ± 0 1
Injeksi Asam Hyaluronat + NSAID + Obat Lain OA +
Obat Ulkus 2.147.513 ± 165.550 3
Injeksi Kortikosteroid + Kortikosteroid + NSAID 147.758 ± 0 1
NSAID + Obat Lain OA + Obat Ulkus 124.930 ± 21.194 3
Lain-lain 148.582 ± 837 2
Total 10
Tabel 8
Daftar Pola Peresepan Obat Osteoartritis pada Pasien Fasilitas Pegawai RSU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2012
Pola Peresepan
Pasien Fasilitas Pegawai RSU Jumlah Biaya Obat
(Rp / orang / bulan)
Jumlah pasien Injeksi Kortikosteroid + Kortikosteroid + NSAID 133.908 ± 36.557 2
NSAID + Obat Lain OA + Obat Ulkus 93.150 ± 26.283 6
Obat Lain OA + Obat Ulkus 51.600 ± 20.364 2
6
Total 10
Tabel 9
Daftar Pola Peresepan Obat Osteoartritis pada Pasien Jamkesmas RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2012
Pola Peresepan
Pasien Jamkesmas Jumlah Biaya Obat (Rp / orang / bulan)
Jumlah pasien Analgesik Non Opioid + Obat Lain OA + Obat Ulkus 68.145 ± 43.381 2
Kortikosteroid + NSAID + Obat Lain OA 94.238 ± 23.705 2
NSAID + Obat Lain OA + Obat Ulkus 76.792 ± 12.736 4
NSAID Topikal + Obat Lain OA 111.490 ± 0 1
Obat Lain OA + Obat Ulkus 37.200 ± 0 1
Total 10
Tabel 10
Daftar Pola Peresepan Obat Osteoartritis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2012 Pola Peresepan
Total Pasien Jumlah Biaya Obat (Rp / orang / bulan)
Jumlah pasien Analgesik Non Opioid + Obat Lain + Obat Ulkus 53.408 ± 27.441 7 Injeksi Asam Hyaluronat + NSAID + Obat Lain OA +
Obat Ulkus 1.583.844 ± 627.856 6
Injeksi Kortikosteroid + Kortikosteroid + NSAID 176.691 ± 65.770 6
Kortikosteroid + NSAID + Obat Lain OA 96.571 ± 665.063 11
NSAID + Obat Lain OA + Obat Ulkus 66.676 ± 32.675 56
NSAID Topikal + Obat Lain OA 37.163 ± 19.509 3
Obat Lain OA + Obat Ulkus 51.432 ± 20.516 16
Lain-lain 98.483 ± 35.626 4
Total 109
Tabel 11
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016 6
JENIS PEMBIA YAAN
Pasien ASKES Pasien Umum Pasien Fasilitas
Pegawai RSU JAMKESMA S rata-rata±SD (Rp) % rata-rata±SD (Rp) % rata-rata±SD (Rp) % rata-rata±SD (Rp) % karcis 2.759 ± 775 2 4.400 ± 1.679 2,81 3.550 ± 1.690 3,01 2.500 ± 0 2,20 administras i 1.607 ± 206 1,16 1.550 ± 158 0,98 1.500 ± 0 1,27 1.500 ± 0 1,32 pemeriksaa n poliklinik 24.645 ± 20.840 17,8 6 56.700 ± 23.050 36,20 18.800 ± 17.298 15,95 19.550 ± 17.044 17,22 tindakan keperawata n 4.000 ± 0 2,90 4.000 ± 0 2,55 4.000 ± 0 3,39 4.000 ± 0 3,52 rehabilitasi medik 55.000 ± 13.693 39,8 5 40.000 ± 0 25,53 40.000 ± 0 33,94 36.000 ± 0 31,70 pemeriksaa n konsulen 50.000 ± 0 36,2 3 50.000 ± 0 31,92 50.000 ± 0 42,43 50.000 ± 0 44,35 Tabel 12
Daftar Rata-rata Biaya Non Obat Osteoartritis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2012
JENIS PEMBIAYA AN
Pasien ASKES Pasien Umum Pasien Fasilitas
Pegawai RSU JAMKESMAS rata-rata±SD (Rp) % rata-rata±SD (Rp) % rata-rata±SD (Rp) % rata-rata±SD (Rp) % Biaya Obat 68.277 ± 50.298 65,37 118.554 ± 43.670 62,84 81.332 ± 29.266 70,73 85.131 ± 39.377 65,65 Biaya Non Obat 35.657 ± 31.505 34,63 73.142 ± 2.154 38,16 33.650 ± 24.243 29,27 44.550 ± 29.780 34,35 Biaya total 138.012 ± 31.032 100 156.650 ± 20.835 100 117.850 ± 24.243 100 113.550 ± 29780 100
d. Analisis Korelasi Karakteristik Pasien, Obat dan Jenis Pembiayaan (Variabel yang berpengaruh terhadap biaya).
Tabel 13
Variabel yang Merupakan Prediktor Utama biaya Total Pasien Osteoarthritis
Variabel Prediktor utama
Biaya Total Signifikansi (α) (tingkat kepercayaan = 95%)
Signifikansi (α) pada analisis multivariate
Umur 0,006 0,049
Jenis Pembiayaan 0,029 0,053
PEMBAHASAN
Wood dan Pfleger (2003) menyatakan bahwa di seluruh dunia prevalensi OA sebesar 9,0% pada laki-laki dan sebesar 18,0% pada perempuan. Di Amerika Serikat, OA pada tangan dan lutut penderita perempuan dua kali lebih banyak dibanding pada pasien laki-laki (Dipiro dkk., 2005). Hal ini hampir sama dengan hasil penelitian yang menunjukan angka kejadian OA pada perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.
Menurut (Soeroso, dkk. 2007) persentase orang yang memiliki osteoartritis pada satu atau beberapa sendi meningkat dibawah 5% dan orang-orang dengan usia antara 15-44 tahun sekitar 25%, pada orang-orang dengan usia 45-64 tahun menjadi 30%, dan mencapai 60%-90% pada usia diatas 65 tahun.
Faktor yang menyebabkan insidensi OA paling besar pada usia diatas 65 tahun erat kaitannya bahwa osteoartritis terjadi akibat proses wear & tear yang normal dan kekakuan sendi pada orang-orang dengan usia diatas 65 tahun. Hubungan antara penggunaan sendi, penuaan, dan degenerasi sendi. Namun hingga saat ini belum ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan secara jelas. (Soeroso, dkk. 2007).
Menurut Dipiro dkk (2005), berdasarkan data dari Badan Statistik Kesehatan Nasional Amerika, 12% penduduk dunia mempunyai tanda dan gejala osteoarthritis pada umur antara 25 hingga 74 tahun. Pada usia dibawah 45 tahun, OA pada tangan hanya seperlima dari total penderita OA sedangkan pada umur diatas 75 tahun, 85% penderita OA mengalami OA pada tangan.
OA pada lutut paling banyak diderita pada usia 65-74 tahun, namun tingkat keparahannya semakin meningkat seiring dengan usia.
Glukosamin adalah gula amino yang
membentuk penghalang bagi
glycosaminoglycans yang merupakan pembentuk tulang rawan. Kondroitin adalah suatu zat yang sangat hidrofil, pembentuk makro molekul polisakarida. Kondroitin bersifat hidrokoloid yang dapat menahan tekanan pada tulang rawan (Wandel, dkk. (2010)). Hasil penelitian terbaru mengenai glucosamine/chondroitin
arthritis intervention trial (GAIT) menunjukkan bahwa semua kelompok pasien dengan OA lutut, penggunaan Glukosamin dan kondroitin sendiri-sendiri atau dalam kombinasi tidak mengurangi nyeri secara efektif (Clegg, 2006).
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan analgesik non opioid (parasetamol) hanya
digunakan oleh 9,47%. Hal ini
dimungkinkan karena pasien merasakan respon yang didapat dari penggunaan analgesik ini tidak cukup untuk menghilangkan rasa sakit karena OA. Dipiro dkk. (2005) menyatakan bahwa bila respon dari analgesik kurang maka pilihan selanjutnya adalah NSAID. NSAID yang digunakan antara lain adalah meloxicam, piroxicam, dan natrium diklofenak. Hal ini
dimungkinkan karena NSAID ini
memberikan respon pengurangan rasa nyeri pada pasien OA. Bila NSAID ini kurang
memberikan respon, maka pilihan
selanjutnya adalah analgesik golongan opioid, injeksi hyaluronat dan pembedahan. Pada penelitian yang dilakukan, tidak
ditemukan pasien dengan metode
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
Peloso (2001) menyatakan bahwa
berdasarkan penelitian yang terdahulu, opioid efektif pada OA panggul dan lutut dari nyeri OA yang menengah hingga parah. Opioid digunakan bila parasetamol sudah tidak memberikan respon yang cukup, NSAID atau cyclooxygenase-2
(COX-2) specific inhibitors
dikontraindikasikan. Opioid memiliki efek analgesik yang lebih baik dibandingkan parasetamol dan NSAID, serta efek sampingnya dapat diperkirakan
Peneliti menggolongkan jenis
pembiayaan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan gabungan jenis pembiayaan ASKES PNS. Kelompok kedua adalah jenis pembiayaan non ASKES, yang terdiri dari jenis pembiayaan
Pasien JAMKESMAS, Umum, dan
Fasilitas Karyawan RSU. Alasan
penggabungan ini adalah kesamaan penggolongan harga obat-obatan yang digunakan. Pasien ASKES PNS sebanyak 79 pasien, JAMKESMAS sebanyak 5 pasien, Fasilitas Karyawan RSU sebanyak 5 pasien dan Pasien Umum sebanyak 6 pasien.
Pengobatan yang paling tinggi biayanya adalah dengan menggunakan injeksi asam hyaluronat. Hal ini dikarenakan harga injeksi tersebut sangat mahal dan bervariasi. Merek injeksi asam hyaluronat yang digunakan pada pasien OA di poliklinik rematologi RSUP Dr Sardjito Yogyakarta ada 3 (tiga) jenis dan memiliki perbedaan harga yang bervariasi. Injeksi asam hyaluronat ini digunakan apabila penyakit OA pada pasien sudah parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari pasien. Pasien yang menggunakan injeksi ini adalah pasien dengan OA pada lutut
Obat yang paling banyak digunakan oleh pasien OA dengan pembiayaan ASKES adalah obat lain OA, dimana hampir setiap kombinasi obat yang digunakan terdapat obat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
pasien OA memiliki perbaikan kondisi penyakitnya dengan menggunakan obat tersebut. Kortikosteroid yang digunakan pada pasien OA dengan pembiayaan ASKES ada 2 (dua) jenis sediaan, yaitu secara oral dan injeksi. Injeksi kortikosteroid ini digunakan pada pasien OA lutut apabila peradangan yang diderita tidak bisa diatasi dengan NSAID atau kortikosteroid oral.
Biaya non obat adalah biaya medis langsung selain biaya obat. Pasien OA di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dikenakan beberapa biaya non obat setiap kali berobat. Biaya non obat ini meliputi: biaya karcis, biaya administrasi, biaya pemeriksaan poliklinik, biaya tindakan keperawatan, biaya rehabilitasi medik, dan biaya pemeriksaan konsulen.
Biaya karcis adalah biaya yang dikeluarkan pasien untuk mendaftar pemeriksaan pada poliklinik rawat jalan. Biaya ini dikenakan pada semua pasien yang akan melakukan pemeriksana pada instalasi rawat jalan.Biaya administrasi adalah biaya yang dikeluarkan pasien untuk membayar administrasi saat pasien mendaftar pemeriksaan pada poliklinik rawat jalan. Biaya Rehabilitasi Medik adalah biaya
yang dikeluarkan pasien untuk
mendapatkan pelayanan pada instalasi Rehabilitasi Medik. Layanan pada Instalasi ini antara lain adalah fisioterapi yang meliputi Transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS) dan terapi infra merah.
Pasien melakukan pemeriksaan pada instalasi Rehabilitasi Medik atas saran dokter yang melakukan pemeriksaan. Pada pasien ASKES, rata-rata biaya Pasien ASKES yang melakukan pemeriksaan pada instalasi Rehabilitasi medik sebanyak 6 (enam) kasus dari 79 pasien. Sedangkan pada pembiayaan Non ASKES terdapat 3 (tiga) pasien dari 16 pasien.
Analisis korelasi karakteristik pasien dilakukan untuk mengetahui apakah
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
terdapat korelasi antar variabel-variabel pasien seperti (umur, jenis OA, jenis kelamin, dan lama sakit), obat dan jenis pembiayaan. Analisis ini dilakukan pada semua jenis pembiayaan
Variabel umur dan jenis pembiayaan merupakan variabel yang berpengaruh terhadap biaya total pada semua subyek penelitian yang dianalisis. Menurut Woolf dan Pfledger (2003), umur memiliki pengaruh yang kuat. Hal ini dikarenakan pada usia diatas 65 tahun erat kaitannya bahwa osteoartritis terjadi akibat proses
wear & tear yang normal dan kekakuan
sendi pada orang-orang dengan usia diatas 65 tahun. Penggunaan sendi, penuaan, dan degenerasi sendi saling berkaitan (Soeroso, dkk. 2007). Hasil analisis menunjukkan korelasi antara umur dengan biaya total mempunyai nilai negatif. Hal ini berarti semakin rendah umur, biaya total semakin tinggi. Penyebab tingginya biaya total pada
pasien dengan umur yang rendah
dikarenakan pada pasien tersebut melakukan pengobatan secara rutin serta beberapa pasien mendapatkan terapi dengan injeksi asam hyaluronat.
Analisis multivariate dilakukan pada kedua variabel yang mempengaruhi biaya total. Hasil analisis multivariate menunjukkan hanya variabel umur yang memiliki α ≤ 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel umur berpengaruh terhadap biaya total tanpa dipengaruhi oleh variabel lainnya. Analisis korelasi karakteristik variabel pasien dengan biaya total dilakukan untuk mengetahui karakteristik pasien yang mana yang mempunyai pengaruh terhadap besarnya biaya total. Dari hasil penelitian didapatkan hasil variabel umur mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap biaya total. Semakin rendah umur pasien maka
akan semakin tinggi biaya yang
dibutuhkan. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dipiro (2005) dimana OA pada lutut paling banyak diderita pada usia 65-74 tahun,
namun tingkat keparahannya semakin meningkat seiring dengan usia. Perbedaan ini dimungkinkan karena pada pasien dengan jenis pembiayaan Non ASKES lebih awal dalam memeriksakan kondisi sakitnya. Selain itu juga dikarenakan pasien yang menggunakan terapi dengan injeksi asam hyaluronat adalah pasien dengan kelompok umur 45-64 tahun. Sedangkan umur diatas 65 tahun hanya melakukan kontrol rutin terhadap penyakitnya saja.
KESIMPULAN
Pada pasien ASKES, rata-rata biaya
pengobatan total adalah Rp
140.087±192.904 dan pada pasien Non ASKES (Umum + Fasilitas Pegawai RSU + JAMKESMAS) rata-rata biaya
pengobatan total adalah Rp
364.971±747.492. Komponen biaya yang menyusun keseluruhan biaya pengobatan pasien OA adalah biaya obat, dan biaya non obat yang terdiri dari biaya karcis, biaya administrasi, biaya pemeriksaan poliklinik, biaya tindakan keperawatan, biaya rehabilitasi medik, dan biaya pemeriksaan konsulen.
Rata-rata biaya obat pada jenis pembiayaan ASKES adalah Rp. 104.034±189.898 dengan persentase biaya obat dibanding dengan biaya total adalah sebesar 74,53 %. Sedangkan pada jenis pembiayaan Non ASKES biaya obat adalah komponen biaya terbesar dengan rata-rata sebesar Rp. 329.502±732.262 dengan persentase biaya obat terhadap biaya total sebesar 87,10 %. Hasil penelitian didapatkan responden paling banyak mengalami compassion
fatigue tingkat sedang 15 responden
(53,6%), Burnout tingkat sedang sebanyak
20 responden (71,4%), sedangkan
compassion satisfaction tingkat sedang
sebanyak 14 responden (50,0%)
Caring, Vol.2, No.2, Maret 2016
Variabel prediktor yang berpengaruh terhadap biaya terapi OA adalah umur (makin muda usia pasien maka biaya total semakin meningkat).
DAFTAR PUSTAKA
Clegg, D. O, Reda, D. J., Harris, C. L., Klein, M. A., O'Dell, J. R., Hooper, M. M., Bradley, J. D. 2006. Glucosamine, chondroitin sulfate, and the two in combination for painful knee osteoarthritis. N Engl J Med, 354:795-808
DiPiro, J. T., Talbert, R. L.,Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey, L. M., 2005, Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach, sixth
edition, McGRAW-HILL
Companies Medical Publishing Division, United States of America. McKenzie, S. dan Torkington, A., 2010,
Osteoarthritis, General Option in General Practice, Australian Family
Physician 39 (9): 622-626
Peloso P.M. 2001. Opioid Therapy for Osteoarthritis of the Hip and Knee: Use It or Lose It?. The Journal of
Rheumatology; 28 : 6 - 11
Royal College of Physicians, 2008a,
Osteoarthritis: National Clinical Guideline For Care and Management in Adults. Royal College of Physicians,
England
Soeroso J., Isbagio H., Kalim H., Broto R.,Pramudiyo R., 2007. Osteoartritis,
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI: Jakarta
Wandel, S., Jüni, P., Tendal, B.,Nüesch, E., Villiger, P. M., Welton, N. J., Reichenbach, S., Trelle, S. 2010. Effects of glucosamine, chondroitin, or placebo in patients with osteoarthritis
of hip or knee: network meta-analysis.
BMJ 2010; 341 doi:
10.1136/bmj.c4675 (Published 16 September 2010).
Wibowo, D. T., Kurniawan, Y., Latifah, T.,
Gunadi, R. Perancangan dan
Implementasi Sistem Bantu Diagnosis Penyakit Osteoartritis dan Reumatoid Artritis Melalui Deteksi Penyempitan Celah Sendi pada Citra X-Ray Tangan dan Lutut. Dalam Temu Ilmiah
Reumatologi. Jakarta, 2003 : 168 – 172
Woolf AD, Pfleger B., 2003, Burden of major musculoskeletal conditions.
Bulletin of the World Health Organization 81 (9): 646–56
113