EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PENGOBATAN PASIEN KANKER PROSTAT YANG DIRAWAT
DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Agustina Nia Kurniati
NIM : 038114082
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PENGOBATAN PASIEN KANKER PROSTAT YANG DIRAWAT
DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2005
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Agustina Nia Kurniati
NIM : 038114082
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
JUST BE
Be strong enough to face the world each day
Be weak enough to know you cannot do everything alone Be generous to those who need your help
Be frugal with what you need your self
Be wise enough to know that you do not know everything Be foolish enough to believe in miracles
Be willing to share your joys
Be willing to share the sorrows of others
Be a leader when you see a path of others have missed
Be a follower when you are shrouded in the midst of uncertainity Be the first to congrulate an opponent who succeds
Be the last to critiaze a colleague who fails
Be sure where your next step will fall, so that you will be stumble Be sure of your final destination, in case you are going the wrong way Be loving to those who love you
Be loving to those who do not love you, and they may change Above all……
Be Yourself
Kupersembahkan karya kecilku untuk
Allah Bapa di Surga, Bunda Maria,
Jesus Christ my Saviour,
Orang tuaku tercinta Bapa & Mamah Keluargaku…..
My lovely Ajoenk Almamaterku
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Agustina Nia Kurniati
Nomor Mahasiswa : 038114082
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PENGOBATAN PASIEN KANKER PROSTAT YANG DIRAWAT DI RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA TAHUN 2005
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun mem-berikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 24 Februari 2008
Yang menyatakan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas berkat dan perlindunganNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pengobatan Pasien
Kanker Prostat yang Dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005”
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dorongan, motivasi, saran, maupun bantuan finansial sampai
terselesaikannya skripsi ini, terutama kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan dosen penguji
yang telah yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan
penelitian ini dan meluangkan waktu untuk menguji, memberikan kritik dan
saran demi kesempurnaan skripsi ini
2. dr. Luciana Kuswibawati, M.,Kes selaku dosen pembimbing, yang telah sabar
membimbing, memberi saran dan kritik, dorongan dan motivasi selama
penulisan skripsi ini.
3. Aris Widayati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas saran dan kritik yang
telah diberikan demi terselesaikannya skripsi ini sebagai suatu karya ilmiah.
4. Yosef Wijoyo, M.Si, Apt selaku dosen pembimbing akademis, terima kasih
telah sabar mendengar keluh kesah, memberikan bimbingan, masukan, selama
penulis melaksanakan kuliah.
5. Direktur RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah memberi kesempatan
untuk melakukan penelitian dan mengambil data yang diperlukan.
6. Bapak Ibu di bagian Rekam Medik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah
membantu kelancaran pengambilan data penelitian ini.
7. Bapak dan mamah tercinta atas doa, dukungan, cinta, bantuan finansial dan
semangat untuk pengerjaan skripsi ini.
8. Kakak – kakak dan keluargaku yang selalu mendukungku agar tetap semangat
menyelesaikan skripsi.
9. Mba metha, kakak, teman, dan sahabat yang selalu memberikan dukungan,
semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih buat
waktu, perhatian, kasih sayang, masukan dan persahabatan yang kita jalani ini.
10. Ajoenk terima kasih untuk waktu, dukungan, perhatian, kasih sayang dan
kesetiaannya menemani dan mendengarkan keluhan dalam setiap kesempatan
terutama selama penyusunan skripsi ini.
11. Keluarga besar A.A.Gde Putra yang selalu memberikan doa dan dukungannya.
12. Sahabat-sahabat tersayang Silih, Fanie, Esie, Desie, Hani, Wiwin, Nadyea,
yang selalu bersamaku dalam suka dan duka, terima kasih buat semua hal
yang udah kita jalani.
13. Kakak dan sahabatku Mb Wira, Mb Fitri, Indri, Sindu, Cipoet yang selalu
memberikan doa, dukungan, kasih sayang dan perhatian terima kasih untuk
semua hal yang sudah kita jalani bersama
14. Teman – teman kost Griya Talenta Mb Oucha, Githa, Siwi, Desie, Mb Imeth,
Rosa, Elvie, Intan, Tito, Purba, dan lainnya terima kasih buat waktu,
kebersamaan dan pengalaman yang sudah diberikan.
15. Teman-teman Farmasi seperjuangan angkatan 2003 terutama kelas B terima
kasih atas kebersamaan dan pengalaman selama kuliah dan praktikum.
16. Vera Dwi teman seperjuangan di Rekam Medik RSUP Dr. Sardjito , terima
kasih atas kerjasamanya.
17. Semua temanku di farmasi telah memberikan dorongan dan bantuan hingga
terselesaikannya skripsi ini.
18. Semua orang dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu di
sini, baik secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
INTISARI... xx
ABSTRACT... xxi
BAB I. PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan masalah... 4
2. Keaslian penelitian ... 4
3. Manfaat penelitian... 5
B. Tujuan Penelitian... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Prostat ... 7
B. Kanker Prostat ... 8
1. Definisi... 8
2. Epidemiologi ... 10
3. Patogenesis... 11
4. Tanda dan Gejala... 13
5. Etiologi... 14
a. Faktor risiko yang tidak dapat dicegah... 14
b.Faktor risiko yang dapat dicegah... 15
6. Gambaran klinis ... 15
7. Stadium ... 16
8. Diagnosis... 18
9. Penatalaksanaan terapi ... 21
a. Tujuan terapi ... 21 b. Sasaran terapi ... 21 c. Strategi terapi ... 21 B. Drug Related Problems (DRPs)... 27
C. Keterangan Empiris ... 30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 31
B. Definisi Operasional... 32
C. Subjek Penelitian ... 33
D. Bahan Penelitian... 33
E. Lokasi Penelitian ... 34
F. Jalannya Penelitian ... 34
1. Persiapan ... 34
2. Pengumpulan data ... 34
3. Analisis data ... 34
4. Pembahasan Kasus ... 36
G. Kesulitan ... 36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Gambaran Kasus Pasien Kanker Prostat ... 37
C. Pola Pengobatan Kanker Prostat ... 38
1. Obat yang bekerja pada sistem saluran cerna ... 40
2. Obat yang digunakan untuk penyakit pada sistem kardiovaskuler... 41
3. Obat yang bekerja pada sistem saluran pernafasan ... 42
4. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat ... 43
5. Obat yang bekerja sebagai anastetik ... 44
6. Obat yang bekerja sebagai analgesik ... 44
7. Obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi ... 45
8. Obat-obat hormonal ... 46
9. Obat-obat saluran kemih... 47
10. Antineoplastik dan Imunomodulator ... 47
11. Obat-obat yang mempengaruhi gizi dan darah ... 48
12. Obat-obat untuk penyakit otot skelet dan sendi ... 49
13. Sediaan Topical ... 50
C. Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)... 51
1. DRP Butuh obat (need for aditional drug therapy) ... 69
2. DRP Tidak butuh obat (unnecessary drug therapy) ... 70
3. DRP Obat salah (wrong drug) ... 71
4. DRP Dosis kurang (dosage too low) ... 72
5. DRP Dosis berlebih (dosage too high) ... 73
6. DRP Efek samping obat (Adverse drug reaction) dan adanya interaksi obat (drug interaction) ... 76 D. Outcome Pasien Kanker Prostat... 78
E. Rangkuman Pembahasan ... 79
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 82
A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 85
LAMPIRAN... 88
BIOGRAFI PENULIS ... 126
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I Pengelompokkan stadium... 17
Tabel II.
Kadar normal PSA (Anonim, 2006)... 19
Tabel III. Kombinasi hormon (Dipiro, 2003)... 26
Tabel IV.
Distribusi penggunaan obat-obat pada pasien kanker prostat kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 39
Tabel V.
Golongan, kelompok dan jenis obat pada sistem saluran cerna yang digunakan pada pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... ... 40
Tabel VI.
Golongan, kelompok dan jenis obat pada sistem kardiovaskuler yang digunakan pada pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005 ... 41
Tabel VII
Golongan, kelompok dan jenis obat pada sistem saluran pernafasan yang digunakan dalam pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... ... 42
Tabel VIII
Golongan, kelompok dan jenis obat pada sistem saraf pusat yang digunakan dalam pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 43
Tabel IX.
Golongan, kelompok dan jenis obat anastetik yang digunakan dalam pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 44
Tabel X.
Golongan, kelompok dan jenis obat analgesik yang digunakan dalam pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 44
Tabel XI.
Golongan, kelompok dan jenis obat untuk pengobatan infeksi yang digunakan dalam pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 45
Tabel XII.
Golongan, kelompok dan jenis obat hormonal yang digunakan dalam pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 46
Tabel XIII.
Golongan, kelompok dan jenis obat saluran kemih yang digunakan dalam pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 47
Tabel XIV.
Golongan, kelompok dan jenis obat antineoplastik dan imunomodulator yang digunakan dalam pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 47
Tabel XV.
Golongan, kelompok dan jenis obat yang mempengaruhi gizi dan darah yang digunakan dalam pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005 ... 48
Tabel XVI.
Golongan, kelompok dan jenis obat untuk otot skelet dan sendi yang digunakan dalam pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005 ... 49
Tabel XVII.
Golongan, kelompok dan jenis obat sediaan topical yang digunakan dalam pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005
... 50
Tabel XVIII Evaluasi DRPs kasus 1 pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 52
Tabel XIX. Evaluasi DRPs kasus 2 pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 53
Tabel XX.. Evaluasi DRPs kasus 3 pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 54
Tabel XXI. Evaluasi DRPs kasus 4 pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 55
Tabel XXII Evaluasi DRPs kasus 5 pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 56
Tabel XXIII Evaluasi DRPs kasus 6 pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 57
Tabel XXIV Evaluasi DRPs kasus 7 pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 58
Tabel XXV Evaluasi DRPs kasus 8a pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 59
Tabel XXVI Evaluasi DRPs kasus 8b pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 60
Tabel XXVII Evaluasi DRPs kasus 9 pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 61
TabelXXVIII Evaluasi DRPs kasus 10 pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 62
Tabel XXIX. Evaluasi DRPs kasus 11 pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 63
Tabel XXX Evaluasi DRPs kasus 12 pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 64
Tabel XXXI Evaluasi DRPs kasus 13 pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 65
Tabel XXXII Evaluasi DRPs kasus 14 pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 66
Tabel XXXIII Evaluasi DRPs kasus 15 pada pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 67
Tabel XXXIV Hasil analisis DRPs yang terjadi dalam pengobatan kanker
prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005 ... 68
Tabel XXXV Butuh obat pada pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP
Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005 ... 69
Tabel XXXVI
Tidak butuh obat pada pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 70
Tabel XXXVII Obat salah pada pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 71
Tabel XXVIII Dosis kurang pada pasien kanker prostat yang dirawat di
RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 72
Tabel XXXIX Dosis berlebih pada pasien kanker prostat yang dirawat di
RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 73
Tabel XL Efek samping obat dan adanya interaksi obat pada pasien
kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 76
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kelenjar Prostat (Anonim, 2006a)... 7
Gambar 2. Lokasi Kelenjar Prostat (Anonim, 2006c )... 8
Gambar 3. Kanker Prostat (Anonim, 2006a)……… 9 Gambar 4. Bagan Regulasi Hormon pada Kelenjar Prostat
(Dipiro, 2003)... 11 Gambar 5. Pemeriksaan Colok Dubur (Anonim, 2006a)... 16
Gambar 6.
Diagram Terapi Hormonal (Anonim,2006a)... 23
Gambar 7. Persentase pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 berdasarkan kelompok umur... 37 Gambar 8 Persentase outcome atau Hasil Terapi dari Pasien Kanker
Prostat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005………... 78
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Pasien Kanker Prostat RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
tahun 2005………. 88
Lampiran 2 Catatan Perkembangan Pasien Kanker Prostat yang
Dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005... 105
Lampiran 3. Nama Obat yang Dipakai pada Pengobatan …..…………... 123
INTISARI
Kanker prostat merupakan penyebab kedua kematian yang paling umum akibat kanker pada pria yang berusia lebih dari 55 tahun. Di Indonesia, kanker prostat termasuk dalam 10 penyakit terganas pada pria yang angka kejadiannya tinggi dan menduduki peringkat kedua setelah kanker kandung kemih. Banyak cara pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengobati kanker prostat. Beberapa pengobatan kanker prostat banyak menimbulkan efek samping bahkan bila pengobatan tidak tepat dapat menimbulkan penyakit baru, sehingga pasien pun akan mendapatkan obat-obat tambahan. Dimana dengan adanya obat – obat tambahan ini memungkinkan terjadinya Drug Related Problems (DRPs). Drug Related Problems adalah suatu masalah yang paling sering timbul dalam suatu terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kejadian DRPs pada pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2005.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif melalui rekam medik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005. Drug Related Problems dievaluasi berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, catatan perkembangan dan catatan terapi pasien. Kemudian, dibandingkan dengan standar pengobatan kanker prostat dan pustaka yang sesuai.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien kanker prostat di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta pada tahun 2005 sebanyak 15 pasien. Persentase kelompok umur dibagi menjadi 4, yaitu kelompok umur ≥40 – ≤49 tahun (6,7%), kelompok umur ≥50 – 59 tahun (13,3%), kelompok umur ≥60 - ≤69 tahun (46,7%) dan kelompok umur ≥70 tahun (33,3%). Drug Related Problems (DRPs )
yang terjadi adalah butuh obat (46,7%), tidak butuh obat (6,7%), salah obat (40%), dosis kurang (26,7%), dosis berlebih (60%), adanya efek samping obat dan interaksi obat (40%) dan ketidakpatuhan pasien (0%).
Kata kunci : Drug Related Problems, kanker prostat
ABSTRACT
Prostate cancer is placed on second rank of the cause of death man with age more 55 years old in the world. In Indonesia, placed prostate cancer on the second rank of big ten disease diagnose after vesical cancer. The prostrate cancer is a cancer growing in the prostrate gland, thus bringing about its abnormal growth. As a result, the cancer also destroys the surrounding cells. Many treatment can use to therapy, and each of treatment can make many side effect and make many new disease. This kind of condition is the one that cause drug related problems (DRPs). Drug related problems are problems that most frequently appear in a therapy. The existance of DRPs in a medication can terrible effect on patients. The purpose of this research is to evaluate DRPs which happened in prostate cancer therapy in the hospitalized unit of Dr Sardjito Hospital Yogyakarta in 2005.
This research is a non experimental research with descriptive evaluative research design which has retrospective characteristic by looking at the medical record of Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta in 2005. The occurred DRPs are evaluated by looking at the treatment of prostate cancer compared with Standard of medical service of National Comprehensive Cancer Network in 2005.
The research results in four points. First, based on age category, the patients are subdivided into four groups, namely that of <40- ≤49 (6,7%), of ≥
50-≤59 (13,3%), of ≥60-≤69 (46,7%), and of ≥70 (33,3%). Class of medicine therapy often used is 80% for digestive tract; 73,3% for cardiovascular system; 93,3% for respiratory tract; 73,3% for central nervous system; 73,3% for analgesics; 49,30% for infection; 33,3% for hormone 93,3% for nutrition and blood; 60,0% for skleletal and neuromuscular, and 3% for the others. Drug related problems which happen in medication of prostate cancer are need for additional drug therapy (46,7%), unnecessary drug therapy (6,7%), wrong drug (40%), dossage too low (26,7%), dossage too high (60%), adverse drug reaction and drug interaction (40%).
Keyword: drug related problems (drps), prostate cancer
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kanker prostat adalah kanker yang menyerang kelenjar prostat, dimana
sel-sel kelenjar prostat bermutasi, tumbuh secara tidak normal dan tidak
terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan di sekitarnya (terutama
tulang dan kelenjar limfe), bahkan dapat juga menyebabkan kematian
(Aumuler, 2005).
Kanker prostat merupakan penyebab kedua kematian yang paling
umum akibat kanker pada pria dan merupakan penyakit yang angka
kejadiannya tinggi pada pria di Amerika Serikat. Di Indonesia kanker prostat
termasuk dalam 10 penyakit terganas pada pria yang angka kejadiannya
tinggi, ditemukan rata-rata 17 kasus per tahun dan menduduki peringkat
kedua setelah kanker kandung kemih (Anonim, 2006b).
Pengobatan kanker prostat dapat dilakukan dengan cara pembedahan,
terapi radiasi, terapi hormon, dan kemoterapi (Anonim, 2006c). Tindakan
awal yang biasa dilakukan untuk mencegah pertumbuhan dan penyebaran
kanker adalah dengan terapi radiasi atau penyinaran. Apabila dengan langkah
penyinaran tidak berhasil biasanya dilakukan terapi hormon dan kemoterapi.
Langkah lain yang dilakukan bila penyinaran dan kemoterapi tidak berhasil
adalah dengan mengangkat salah satu atau kedua testes dengan cara operasi.
Pengobatan kanker prostat disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit
dan kondisi pasien. Usia dan penyakit penyerta pasien seperti tekanan darah
tinggi, diabetes, dan gangguan ginjal dapat juga dijadikan sebagai
pertimbangan (Anonim, 2006b).
Beberapa pengobatan pada pasien kanker prostat yang dilakukan
banyak menimbulkan efek samping yang cukup berarti, bahkan bila
pengobatan yang dilakukan kurang tepat memungkinkan terjadinya penyakit
yang baru, sehingga memungkinkan juga pasien akan mendapatkan obat-obat
tambahan. Penggunaan obat-obat tambahan tersebut memungkinkan
terjadinya Drug Related Problems (DRPs). Penelitian mengenai DRPs pada
pengobatan pasien kanker prostat sangat penting dilakukan karena dibutuhkan
kecermatan dan ketepatan dalam pemberian obat. Selain itu, adanya DRPs
yang terjadi selama pengobatan dapat merugikan pasien. Drug Related
Problems (DRPs) sering terjadi pada pasien yang sedang menjalani
pengobatan. Hal ini mengakibatkan penurunan kualitas hidup pasien,
meningkatnya biaya pengobatan yang dikeluarkan oleh pasien, serta
meningkatkan rata-rata angka kematian dan kecacatan pada pasien, sehingga
untuk mengatasinya dibutuhkan peran seorang farmasis (Nguyen, 2000).
Evaluasi penggunaan obat pada dasarnya merupakan salah satu tugas seorang
farmasis dalam memberikan nilai tambah terhadap sistem pelayanan
kesehatan.
Pada pertengahan tahun 1980 dibuat konsep mengenai tugas dari
farmasi klinik, diantaranya memberikan informasi kepada pasien,
masalah yang terjadi, memilih dan merekomendasikan suatu terapi,
dan mengikuti perkembangan hasil dari terapi pasien (Perri, 2004).
Dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien, sangat diperlukan
kerjasama antara farmasis dengan dokter, tenaga kesehatan lainnya, serta
pasien. Dengan adanya kerjasama ini maka tujuan untuk memperoleh keadaan
sembuh yang optimal dapat tercapai.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit yang berkualitas semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan perekonomian
masyarakat. Adapun alasan dilakukan penelitian di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta karena RSUP tersebut memiliki pelayanan spesialis kanker
terpadu. Pada tahun 2005 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, jumlah pasien
yang menjalani pengobatan akibat kanker prostat secara keseluruhan
berjumlah15 pasien.
Berdasarkan beberapa alasan tersebut, maka peneliti memandang perlu
dilakukan evaluasi mengenai Drug Related Problems (DRPs) pada
pengobatan pasien kanker prostat sehingga dapat diperoleh gambaran
mengenai pemilihan obat dan terjadinya DRPs dalam pengobatan pasien
kanker prostat. Rasionalitas dalam terapi pengobatan akan sangat menentukan
mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien yang mendapat terapi
1. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut ini.
a) Seperti apakah gambaran kasus pasien kanker prostat yang dirawat di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 ?
b) Bagaimana pola penggunaan obat pada penanganan pasien kanker prostat
yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 ?
c) Apakah ada Drug Related Problems (DRPs) yang meliputi :
1) Butuh obat (need for additional drug therapy)?
2) Tidak butuh obat (unnecessary drug therapy)?
3) Obat salah (wrong drug)?
4) Dosis kurang (dosage too low)?
5) Dosis berlebih (dosage too high)?
6) Reaksi efek samping obat (adverse drug reaction)?
7) Interaksi obat (drug interaction)?
d) Seperti apa outcome pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 ?
2. Keaslian penelitian
Berdasarkan penelusuran pustaka yang telah dilakukan oleh penulis, sudah
pernah dilakukan penelitian mengenai evaluasi Drug Related Problems (DRPs)
pada kasus pasien stroke di instalasi rawat inap rumah sakit Panti Rapih
Drug Related Problems (DRPs) pada Pengobatan Pasien Kanker Prostat yang
Dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2005 sejauh ini belum pernah
dilakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini berbeda
dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dalam hal objek dan subjek
yang diteliti.
3. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
a. manfaat teoritis: hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber informasi tentang Drug Related Problems (DRPs) pada
pengobatan kanker prostat dan menambah referensi pengetahuan tenaga
kesehatan mengenai penggunaan obat khususnya pada pasien kanker
prostat.
b. manfaat praktis: hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
efektivitas proses terapi pada pasien kanker prostat sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan pengobatan kanker prostat di RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta serta memberi informasi dan referensi untuk
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. memberikan gambaran pengobatan kasus pasien kanker prostat yang
dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005,
2. mendeskripsikan pola penggunaan obat pada pasien dalam pengobatan
kanker prostat,
3. mengevaluasi terjadinya Drug Related Problems (DRPs) yang meliputi
adanya butuh obat, tidak butuh obat, obat salah, dosis berlebih, dosis
kurang, reaksi efek samping dan interaksi obat, dan
4. mendeskripsikan outcome pasien kanker prostatyang dirawat di RSUP Dr.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prostat
Prostat adalah organ reproduksi pada pria yang berfungsi membantu
produksi dan menyimpan cairan seminal. Pada pria dewasa, prostat
mempunyai ukuran panjang sekitar 3 cm dengan berat sekitar 20 gram. Prostat
terletak pada bagian pelvis, di bagian bawah saluran kemih dan di bagian
depan rektum. Prostat mengelilingi bagian uretra yang membawa urin dari
saluran kemih pada saat buang air kecil dan cairan semen pada saat ejakulasi.
Karena letaknya ini, penyakit prostat biasanya berpengaruh pada proses buang
air kecil, ejakulasi, dan buang air besar. Prostat terdiri dari kelenjar-kelenjar
kecil yang mana sekitar 20% bagiannya terdiri dari cairan semen.
(NCCN, 2005).
Gambar 1. Kelenjar Prostat (Anonim, 2006a)
Gambar 2. Lokasi Kelenjar Prostat (Anonim, 2006c)
B. Kanker prostat 1. Definisi
menyebar ke tempat lain dan menyebabkan pertumbuhan baru (Setiabudy dan
Gan, 1999).
Kanker prostat adalah kanker yang menyerang kelenjar prostat dimana
sel-sel kelenjar prostat tumbuh secara abnormal tak terkendali sehingga mendesak dan
merusak jaringan di sekitarnya bahkan dapat menyebabkan kematian (Anonim,
2006b). Sel-sel ini dapat menyebar (metastase) dari prostat ke bagian tubuh yang lain,
khususnya tulang dan getah bening. Kanker prostat biasanya dapat menimbulkan rasa
nyeri, kesulitan dalam buang air kecil, ejakulasi, buang air besar dan gejala lainnya
(Anonim, 2006a).
Pertumbuhan kelenjar prostat bergantung pada adanya hormon androgen
seperti testosteron. karena dihidrotestosteron adalah suatu promoter penting kanker
prostat. Kebanyakan kanker prostat mulai pada bagian belakang dan pada bagian
uretra (Anonim, 2006b).
2. Epidemiologi
Kanker prostat merupakan penyakit usia tinggi. Insidensinya
meningkat dengan bertambahnya umur (Arjono, 1999). Penyebab spesifik dari
kanker prostat belum dapat diketahui. Pria yang berisiko terserang penyakit
kanker prostat ini tergantung dari usia, genetik, ras, pola makan, gaya hidup,
pengobatan, dan faktor lainnya. Faktor risiko utamanya adalah usia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pria di China, Jerman, Israel,
Jamaika, Swedia, dan Uganda angka kematian pria yang berumur 50 tahun
akibat kanker prostat adalah sekitar 30% dan pada pria yang berumur 70 tahun
adalah sekitar 80%. Pada tahun 2005, di Amerika Serikat diperkirakan
terdapat 230.000 kasus baru kanker prostat dan 30.000 diantaranya meninggal
karena kanker prostat (Anonim, 2006b).
Kanker prostat merupakan penyebab kedua kematian yang paling umum
akibat kanker pada pria Amerika yang berusia lebih dari 55 tahun. Menurut
Maxine Papadakis dan Stephen J. Mcphee dalam Dipiro, et al (2003) bahwa
prevalensi pasien kanker prostat akan meningkat pada rata - rata umur di atas
50 tahun, terutama pada umur 50 – 70 tahun.
Kira-kira 125.000 kasus baru kanker prostat didiagnosa setiap tahunnya
dan 32.000 pria yang sudah mengalaminya mati akibat kanker tersebut
(Brunner dan Suddarth, 1997). Data dari 13 Fakultas Kedokteran Negeri di
Indonesia menunjukkan kanker prostat termasuk dalam 10 penyakit terganas
pada pria yang angka kejadiannya tinggi. Di Sub-bagian Urologi, bagian
17 kasus pertahun dan menduduki peringkat kedua setelah kanker kandung kemih (Anonim, 2006b).
3. Patogenesis
Hypothalamus LH - RH
LH ACTH
Pituitary FSH
Testes LH Adrenal glands FSH PROL
GH
Testosterone Androgens
Testosterone Androgens
+ R
DHT DHT R
DHT R
DNA RNA
Prostate cell mRNA
Keterangan : ACTH = adrenocorticotropic hormone DHT = dihydrotestosterone
FSH = folicle-stimulating hormone GH = Growth Hormone
LH = Luteinizing Hormone
LH-RH = Luteinizing Hormone-Releasing Hormone PROL = Prolactin
R = Receptor
Pertumbuhan dan diferensiasi dari prostat tergantung pada androgen khususnya DHT (dihydrotestosterone). Testes dan kelenjar adrenal merupakan sumber utama yang dapat menghasilkan hormon androgen. Pada regulasi hormon, hormon androgen dipengaruhi oleh adanya interaksi antara kelenjar hipotalamus, pituitary, kelenjar adrenal, dan testes. Kelenjar hipotalamus akan melepaskan Luteinizing hormone – releasing hormone (LH-RH) yang kemudian akan memicu pelepasan
Luteinizing hormone (LH) dan folicle stimulating hormone (FSH) dari kelenjar pituitary. LH berikatan dengan reseptor dan memicu produksi testosteron dan sejumlah kecil estrogen. FSH bekerja pada testes menghasilkan androgen yang terikat. Sirkulasi testosteron dipengaruhi oleh LH-RH, LH, dan FSH dengan adanya kerja umpan balik degatif dari hipotalamus dan kelenjar pituitary. Testosteron merupakan hormon androgen utama sekitar 95%. Bila testosteron dikonversi oleh 5 α reduktase maka akan berubah menjadi DHT. Dihydrotestosterone (DHT) yang memicu perkembangan sel prostat (Dipiro et al, 2003)
organ-organ terdekat seperti misalnya seminal vesicle atau rectum, atau sel
tumor tersebut akan berkembang dan masuk ke dalam aliran darah dan sistem limfatik. Kanker prostat bisa menjadi ganas karena sel kanker
sudah menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh. Serangan sel kanker ini biasa disebut dengan metastasis. Kanker prostat biasanya menyerang atau
bermetastasis ke tulang, limfe, rektum dan saluran kemih (Anonim, 2006c).
4. Tanda dan Gejala
Gejala itu dapat diketahui bila dilakukan pemeriksaan Prostate Spesific Antigen (PSA) secara rutin. Tahap awal biasa disebut dengan
Benign Prostate Hypertrophy (BPH). Pada tahap ini terjadi gejala iritasi seperti misalnya sering kencing/frequency, tergesa-gesa ingin kencing/urgency, sering kencing pada malam hari/nocturia, sulit menahan kencing/urgeincontinent, dan juga gejala-gejala obstruksi yaitu kencing harus menunggu lama/hesistancy, pancaran kencing lemah, kencing tidak puas, terputus-putus/intermittency, dan harus mengedan untuk memulai kencing/straining. Gejala lainnya yang biasanya terjadi adanya darah pada urin/hematouria, pembengkakan limfe di sekitar paha, impotensi (kesulitan pada saat ereksi), rasa nyeri pada saat ejakulasi, nyeri di sekitar panggul, punggung, pinggul, atau sekitar iga (Dipiro et al, 2005).
menyebabkan kaki terasa lemas, kesulitan buang air kecil, dan kesulitan buang air besar (Anonim, 2006b).
5. Etiologi
Penyebab dan proses terjadinya kanker prostat belum diketahui secara pasti. Namun dari hasil penelitian dapat diketahui beberapa faktor risiko untuk terjadinya penyakit ini adalah
a. faktor risiko yang tidak dapat dicegah :
1) usia lanjut, semakin lanjut usia, risiko terjadinya kanker prostat meningkat dengan bermakna. Pada usia 50 tahun, sekitar 33% pria memiliki tumor prostat kecil. Pada usia sekitar 55 tahun hingga 80 sekitar 70% pria dapat dibuktikan memiliki kanker prostat secara histopatologi.
2) kadar hormon, kadar hormon testosteron yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko kanker prostat. Testosteron akan diubah menjadi dihydrotestosteron (DHT) oleh enzim 5 alpha-reductase, yang memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan sel-sel prostat.
3) ras, orang dari ras kulit hitam memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk terjadi kanker prostat dibanding ras lain. Orang-orang Asia memiliki insiden kanker prostat yang paling rendah.
ada satu anggota keluarga mengidap penyakit ini, maka risiko meningkat 2 kali lebih bagi yang lain. Bila ada 2 anggota keluarga maka risiko meningkat menjadi 2-5 kali.
b. faktor risiko yang dapat dicegah adalah dengan dilakukannya diet. Diet yang dapat dilakukan misalnya dengan mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi dan kurang serat karena akan meningkatkan risiko terkena kanker prostat (Anonim, 2006b).
6. Gambaran Klinis
Secara umum gambaran klinis yang sering dijumpai pada penderita kanker prostat adalah sebagai berikut ini.
Adanya perkembangan kanker yang bersifat asimptomatis atau keluhan-keluhan yang biasa muncul pada sistem urinaria seperti terjadinya disfungsi atau ketidaknormalan (sering kencing/frequency, kencing harus menunggu lama/hesitancy, kencing tidak lancar atau hanya menetes/
7. Stadium
Stadium dari kanker prostat ditentukan berdasarkan sudah sejauh mana penyebaran dari kanker ke jaringan sekitar dan organ lainnya. Penetuan stadium salah satu faktor yang penting dalam menetukan terapi yang akan dipilih dan faktor penentuan prognosis.
Kanker prostat dikelompokkan menjadi:
a. stadium A : benjolan/tumor tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik, biasanya ditemukan secara tidak sengaja setelah pembedahan prostat karena penyakit lain.
b. stadium B : tumor terbatas pada prostat dan biasanya ditemukan pada pemeriksaan fisik atau tes antigen prostat spesifik (PSA).
c. stadium C : tumor telah menyebar ke luar dari kapsul prostat, tetapi belum sampai menyebar ke kelenjar getah bening.
d. stadium D : kanker telah menyebar (metastase) ke kelenjar getah bening regional maupun bagian tubuh lainnya (misalnya tulang dan paru-paru) (Anonim, 2006a).
Tabel I. Pengelompokkan Stadium (Staging)
Primary tumor (T) Clinical
TX primary tumor tidak dapat diketahui T0 belum ada bukti adanya primary tumor
T1 secara klinik tidak ada perbedaan tumor saat diraba atau dilihat dengan foto T1a ditemukan tumor secara tidak sengaja sebesar 5% atau kurang pada jaringan T1b ditemukan tumor secara tidak sengaja sebesar lebih dari 5% pada jaringan T1c tumor diidentifikasi dengan biopsi (misal karena adanya peningkatan nilai PSA) T2 tumor hanya terdapat dalam prostat*
T2a tumor menyerang sebagian atau satu lobus atau kurang T2b tumor menyerang lebih dari satu lobus tetapi tidak kedua lobus T2c tumor menyerang dua lobus
T3 tumor menyebar pada kapsul prostat*
T3a tumor menyebar pada bagian ekstracapsular (unilateral atau bilateral)
T3b tumor menyerang pada kantung mani
T4 tumor menetap atau menyerang bagian yang berdekatan selain kantung mani : bladder neck, rectum, dan dinding pelvis
Keterangan :
* bila tumor ditemukan pada satu atau dua laobus berdasarkan biopsi, tetapi hasilnya tidak terlihat jelas atau gambar yang didapat tidak jelas, maka dikelompokkan pada T1c
** penyerangan pada bagian batas dalam (tetapi tidak banyak) ke dalam kapsul prostat, maka tidak dilkelompokkan sebagai T3 tetapi sebagai T2
Patologic (pT)
pT2* organ khusus
pT2a unilateral :tumor menyerang sebagian dari satu lobus atau kurang
pT2b unilateral :tumor menyerang sebagian dari satu lobus tapi tidak kedua lobus pT2c bilateral diseases
pT3 daerah sepanjang ekstraprostatic
pT3a daerah sepanjang ekstraprostatic
pT3b tumor menyerang kantung mani
pT4 tumor menyerang kandung kemih dan rektum Keterangan :
* pada patologic, tidak ada kelompok T2
Regional Limfe Nodes (NX) Clinical
NX Regional Limfe Nodes tidak dapat diketahui N0 tidak terjadi metastasis pada regional limfe node N1 tidak terjadi metastasis pada regional limfe node Patologic
PNX Regional Limfe Nodes tidak dijadikan sample PN0 Regional Limfe Nodes tidak menunjukkan hasil positif PN1 terjadi metastasis pada Regional Limfe Nodes
Distant Metastasis (M)
MX distant metastasis tidak dapat diketahui M0 tidak dapat diketahui distant metastasis
M1 distant metastasis
M1a non Regional Limfe Nodes
M1b penyebaran sampai ke tulang
M1c bagian lain dengan atau tanpa penyakit tulang
Gleason Score (G)
GX tingkatan tidak dapat diketahui
G1 diferensiasi baik (anaplasia sedikit) (Gleason 2 -4 ) G2 diferensiasi sedang (anaplasia sedang ) (Gleason 5 – 6 )
Lanjutan Tabel I. Pengelompokkan Stadium (Grouping Stage)
Stage I T1a N0 M0 G1
Stage II T1a N0 M0 G2, G3
T1b N0 M0 Setiap G
T1c N0 M0 Setiap G
T1 N0 M0 Setiap G
T2 N0 M0 Setiap G
Stage III T3 N0 M0 Setiap G
Stage IV T4 N0 M0 Setiap G
Setiap T N1 M0 Setiap G
Setiap T Setiap N M1 Setiap G
8. Diagnosis
Selain berdasarkan gejala yang timbul, biasanya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara umum terlebih dahulu kemudian dilakukan pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectum Exam (DRE) agar dapat mengetahui ada tidaknya kelainan pada prostat yang mencurigakan ke arah kanker prostat, yaitu konsistensi yang keras, adanya benjolan dan pembesaran prostat yang tidak simetris serta untuk mengetahui tingkat keparahannya (Dipiro et al, 2005)
Selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan Prostat Spesific Antigen (PSA). Prostat Spesific Antigen merupakan suatu glikoprotein yang secara primer diproduksi oleh sel-sel prostat. Kadar normalnya dalam darah adalah 0–4ng/ml. Bila kadarnya antara 4–10ng/ml, interpretasinya dapat berbeda karena masih bisa dikatakan normal pada orang dalam kondisi tertentu atau dapat juga sebagai tanda kanker. Kadar yang lebih tinggi dari 10ng/ml merupakan tanda yang cukup akurat untuk keberadaan kanker prostat, terutama bila sesuai dengan hasil pemeriksaan colok dubur, maka untuk memastikan diagnosis biasanya diperlukan pemeriksaan jaringan prostat yang diambil secara biopsi. Perlu diperhatikan juga bahwa sekitar 43% penderita kanker prostat dini memiliki nilai PSA kurang dari 4ng/ml. Untuk mempertajam nilai diagnostik PSA, digunakan nilai rasio PSA bebas dengan PSA total. Dari tabel II akan ditunjukkan kadar normal pada usia-usia tertentu.
Tabel II. Kadar normal PSA (Anonim,2006b)
Umur (th) Level PSA dalam darah (ng/mL)
40-49 2,5
50-59 3,5
60-69 4,5
70-79 6,5
Apabila hasil pemeriksaan DRE menunjukkan hasil yang positif dan diperkuat dengan adanya peningkatan nilai PSA biasanya dilakukan
untuk menentukannya dilakukan biopsi terlebih dahulu. Gleason score dilakukan untuk dapat mengetahui diferensiasi yang dialami oleh sel dilihat dari bentuk, ukuran, dan strukturnya dengan mengambil contoh dari hasil biopsi, dimana sampel yang diambil adalah yang dominan kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Masing-masing sampel tes mempunyai grade antara 1 sampai 5, dimana jumlah yang lebih tinggi menandakan kanker yang lebih berbahaya atau agresif. Sejauh apa kanker telah menyebar dan mempengaruhi kesehatan pasien. Grade 1 dan 2 pada kanker prostat termasuk pada “ well differentiated “ dimana sel masih teridentifikasi seperti sel normal dan grade 5 termasuk pada “ poorly differentiated “ dan ini menandakan kanker sudah menjadi ganas. Pada akhir penentuan nilai Gleason atau Gleason score, grade dari kedua sampel ditambahkan, nilai akan bervariasi antara 1 + 1 = 2 dan 5 + 5 = 10. nilai yang paling tinggi ( antara 2 sampai 10 ) menandakan lebih agresif dan berpotensi menjadi sel kanker yang berbahaya.
Diagnosis lain yaitu dengan melakukan rontgen atau skrening tulang, bisa diketahui adanya penyebaran kanker ke tulang. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan analisa air kemih, sitologi air kemih atau cairan prostat, dan biopsi prostat (Anonim, 2006b).
9. Penatalaksanaan Terapi
Penatalaksanaan terapi pada kanker prostat dapat dilihat sebagai berikut ini.
a. Tujuan Terapi
Tujuan terapi kanker prostat adalah untuk menghambat perkembangan dari kanker prostat pada saat pengobatan dan mencegah terjadinya komplikasi setelah dilakukan prosedur terapi. Terapi yang diharapkan adalah mampu memberikan gambaran mengenai gejala dan menjaga kualitas hidup.
b. Sasaran Terapi
Pada pelaksanaan terapi pasien kanker prostat, yang menjadi sasaran terapi adalah nilai PSA dan penyebarannya, yaitu mencegah pertumbuhan dan penyebaran sel kanker ke organ lainnya. Pengobatan dilakukan untuk sedapat mungkin menurunkan nilai kadar PSA sehingga risiko berkembangnya sel kanker kecil. Selain itu, pengobatan sangat penting dilakukan untuk mengurangi angka kematian akibat kanker prostat dan untuk mencegah bertambah parahnya penyakit (Dipiro et al, 2003).
c. Strategi Terapi
1). Terapi non farmakologis
Terapi non farmakologi yang biasanya dilakukan pada kanker prostat operasi/pembedahan (surgery), terapi radiasi, kemoterapi, terapi hormonal, dan beberapa terapi kombinasi. Pemilihan terapi tergantung pada tingkat stadium penyakit, dan tingkat nilai PSA. Faktor penting lain adalah usia pasien, kesehatan secara umum, dan keadaan atau perasaan pasien mengenai potensial pengobatan yang diberikan, dan kemungkinan adanya efek samping. Karena semua jenis pengobatan dapat menyebabkan efek samping yang cukup berarti
seperti disfungsi ereksi dan gangguan pada saluran kemih (Anonim, 2006).
Operasi/pembedahan (surgery), operasi pengangkatan prostat atau
prostatectomy merupakan pengobatan, atau bila pengobatan dengan menggunakan terapi radiasi mengalami kegagalan. Beberapa jenis operasi yang biasa dilakukan adalah radical prostatectomy dan
Transurethral resection of the prostat (TURP) (NCCN, 2005).
Dalam menangani kanker prostat juga diperlukan gambaran (nomogram) untuk mengetahui perkiraan penyebaran sel kanker. Selain itu, dilakukan tahap pengawasan (active surveillance) yaitu dengan mengobservasi dan memonitoring penyakit tanpa melakukan
Terapi non farmakologis lain yang lebih sederhana dapat dilakukan dengan cara menghindarkan diri dari stres, mengatur pola makan, olahraga teratur, pemeriksaan kesehatan secara berkala khususnya bagi mereka yang sibuk, perokok, kurang berolahraga, atau bergaya hidup tidak sehat. Beberapa pemeriksaan yang direkomendasikan adalah pengukuran tekanan darah dan kadar kolesterol serta pemeriksaan nilai PSA untuk mendeteksi kanker sejak dini (Siswandi, 2002).
2). Terapi farmakologis
Pengobatan awal pada kanker prostat tergantung pada tingkat keparahan penyakit tersebut. Untuk pengobatan atau terapi secara farmakologis, bagi pasien kanker prostat biasanya digunakan obat seperti berikut ini.
a) Luteinizing Hormone – Releasing Hormone agonist (LHRH agonist)
Merupakan obat yang mampu memberikan respon rata-rata sekitar 80%, mempunyai kelebihan sifat yang reversibel. Tidak ada perbandingan yang terdapat pada LHRH agonist, jadi pemilihan tergantung pada biaya, pasien, dan pilihan dari dokter. Leuprolide asetat diberikan setiap hari; leuprolide depot dan goserelin asetat implan dapat diberikan setiap bulan , atau setiap 12 atau 16 minggu. Efek samping yang ditimbulkan biasanya adalah meningkatnya flare
pada pengobatan minggu pertama (seperti misalnya meningkatnya rasa nyeri pada tulang, gejala sulit buang air kecil), rasa panas, impotensi,
menurunnya libido, dan reaksi pada bagian tertentu (Dipiro et al, 2003).
b) Antiandrogen
Merupakan monoterapi dengan flutamide (50% - 80%), bicalutamide (54% - 74%) dan nilutamide (40%) yang menghasilkan respon rata-rata pada objek lebih rendah bila dibandingkan dengan
LHRH agonist. Antiandrogen diindikasikan untuk mencegah
perkembangan kanker prostat. Bila dikombinasi dengan
LHRH agonist, antiandrogen dapat mengurangi flare
Dosis yang dibutuhkan adalah untuk flutamide 750mg/hari, bicalutamide 50mg/hari, dan nilutamide 300mg/hari untuk sebulan, selanjutnya 150mg/hari (Dipiro et al, 2003). Flutamide juga digunakan sebagai antikanker.
Efek samping yang bisa ditimbulkan dari antiandrogen adalah
gynecomastia, sensasi panas, gangguan pada pencernaan, menurunnya fungsi hati, rasa sakit pada bagian dada. Gangguan pencernaan yang terjadi adalah diare yang merupakan efek samping dari flutamide dan bicalutamide, rasa mual dan konstipasi yang merupakan efek samping dari nilutamide (Dipiro et al, 2003).
c) Kombinasi hormon
Tabel IV. Kombinasi hormon (Dipiro et al, 2003)
Obat Dosis
Leuprolide depot 7,5 mg / bulan
Leuprolide depot 22,5 mg / 12 minggu
Leuprolide depot 30 mg / 16 minggu
Goserelin implant 3,6 mg / 28 hari
Goserelin implant 10,8 mg / 12 minggu
Flutamide 750 mg / hari
Bicalutamide 50 mg / hari
Nilutamide 300 mg / hari selanjutnya 150 mg/hari
d) Estrogen
Agen yang paling utama adalah diethylstilbestrol (DES), sebagai alternatif lain digunakan ethinyl estradiol, conjugated estrogen, chlorotrianisene, dan polyestradiol phosphate yang dilihat dari segi biaya tidaklah terlalu mahal (Dipiro et al, 2003). Terapi estrogen digunakan untuk meredakan gejala, mengurangi ukuran tumor, menurunkan nyeri. Tetapi terapi estrogen dapat meningkatkan risiko
tromboembolism, infark miokardium dan stroke. Selain itu efek samping lain dari terapi estrogen adalah impotensi, penurunan libido, penurunan produksi sperma (Anonim, 2006b).
e) Kemoterapi
Kemoterapi seringkali digunakan untuk mengatasi gejala kanker prostat yang kebal terhadap pengobatan hormonal. Biasanya diberikan obat tunggal atau kombinasi beberapa obat untuk menghancurkan sel-sel kanker. Obat yang biasa digunakan secara tunggal adalah
dacarbazine, mitoxantrone, doxorubicin, paclitaxel, gemcitabine,
vinorelbine, dan cisplatin.
Kombinasi yang biasa dilakukan adalah dengan estramustine dan
vinblatine, mitoxantrone dan prednison. Kombinasi lain yang dapat
dilakukan dengan ketoconazole dan doxorubicin, estramustine dan
etoposide atau paclitaxel (Dipiro et al, 2003). Efek sampingnya
bervariasi dan tergantung kepada obat yang diberikan obat yang biasa
digunakan untuk memperbaiki potensi ini diantaranya digunakan
sildenafil (Viagra), tadalafil (Cialis), atau vardenafil (Levitra)
(Anonim, 2006a).
C. Drug Related Problems (DRPs)
Proses evaluasi dalam penelitian ini difokuskan pada permasalahan
dalam farmasi klinis. Permasalahan dalam farmasi klinis terutama muncul karena
pemakaian obat. Drug Related Problems (DRPs) adalah kejadian atau efek yang
tidak diharapkan yang dialami pasien dalam proses terapi dengan obat dan secara
aktual atau potensial terjadi bersamaan dengan outcome yang diharapkan pada
saat mendapat pengobatan terhadap penyakit tertentu (Cipolle et al, 1998).
Masalah- masalah dalam kajian DRPs menurut Cipolle, Strand, and
Morley, tahun 1998 antara lain adalah seperti berikut ini.
1. Butuh obat (need for additional drug therapy).
Pasien akan mendapat risiko tinggi bila tidak mendapat terapi
terapi obat baru, pasien mempunyai penyakit kronik yang membutuhkan terapi obat lanjutan, pasien dalam kondisi pengobatan yang membutuhkan kombinasi farmakoterapi untuk mencapai efek sinergis atau potensial, pasien dengan kondisi memburuk dapat dicegah dengan terapi profilaksis atau sebelum operasi.
2. Tidak perlu obat (unnecessary drug therapy).
Pasien akan mengalami komplikasi akibat mendapat obat yang tidak dibutuhkan. Pasien mendapat obat yang tidak sesuai dengan indikasi penyakit, pasien tidak sengaja terkena racun di antara obat atau bahan kimia yang menyebabkan penyakit, masalah-masalah pengobatan yang dihubungkan dengan penyalahgunaan obat, pengguna alkohol atau perokok, kondisi yang lebih baik dirawat dengan terapi tanpa obat, pasien yang melakukan terapi obat lebih dari yang dianjurkan.
3. Obat salah (wrong drug).
4. Pasien mendapat obat dengan dosis kurang (dosage too low).
Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk mencapai respon pasien, konsentrasi obat dalam serum di bawah jarak terapetik yang diinginkan, obat, dosis, rute atau formulasi tidak cukup untuk pasien. 5. Pasien mendapat obat yang tidak diinginkan atau efek samping obat
(adverse drug reaction) adanya interaksi obat (drug interaction)
Jika ada alergi, ada faktor risiko, dan hasil laboratorium berubah akibat penggunaan obat, jika bioavaibilitas obat berubah oleh adanya interaksi antara obat atau makanan yang digunakan, ada interaksi dengan obat lain.
6. Pasien mendapat dosis obat berlebih (dosage too high)
Dosis terlalu tinggi untuk pasien, konsentrasi obat dalam serum diatas jarak terapeutik yang diinginkan, dosis obat naik dengan cepat, dalam tubuh pasien sudah banyak terakumulasi obat, dosis, rute, formulasi tidak tepat untuk pasien.
7. Ketidaktaatan pasien (noncompliance).
Pasien tidak menerima regimen obat yang tepat, terjadi
D. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran evaluasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai ”Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) Pada
Pengobatan Pasien Kanker Prostat yang Dirawat di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2005” merupakan jenis penelitian non eksperimental
dengan rancangan deskriptif evaluatif dan pengambilan data dilakukan secara
retrospektif. Data retrospektif merupakan data yang diperoleh dari
penelusuran catatan rekam medik yang telah lampau, dalam hal ini digunakan
catatan rekam medik periode tahun 2005. Rancangan penelitian deskriptif
artinya penelitian ini menggambarkan fenomena kesehatan atau gambaran
pasien yang sebenarnya, yang datanya diambil tanpa diubah oleh penulis.
Evaluatif artinya penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi data, dengan
menggolongkan jenis obat yang digunakan dan juga mengevaluasi drug
related problem yang ada.
Penelitian ini menggunakan data secara retrospektif dengan melakukan
penelusuran dokumen terdahulu, yaitu pada lembar rekam medis pasien
kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005.
B. Definisi operasional
1. Evaluasi adalah melihat dan mengumpulkan kembali data tindakan terapi yang
menggunakan obat dan menyesuaikan dengan prosedur atau standar kanker
prostat.
2. Drug Related Problems (DRPs) adalah kejadian atau efek yang tidak
diharapkan yang dialami pasien dalam proses terapi dengan obat secara aktual
atau potensial yang terjadi bersamaan dengan outcome yang diharapkan pada
saat pasien kanker prostat mendapat pengobatan.
3. Tipe Drug Related Problems (DRPs) dalam penelitian ini adalah:
a. butuh obat (need for additional drug therapy),
b. tidak butuh obat (unnecessary drug therapy),
c. obat salah (wrong drug),
d. pasien mendapat obat yang tidak mencukupi atau kurang (dosage too low),
e. pasien mendapat dosis obat yang berlebih (dosage too high),
f. munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek samping obat (adverse
drug reaction),
g. adanya interaksi obat (drug interaction).
4. Pasien dalam penelitian ini adalah pasien kanker prostat yang dirawat baik
rawat inap maupun rawat jalan yang dalam rekam medis terdiagnosis kanker
prostat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2005.
5. Pola pengobatan adalah penggolongan/pengelompokkan obat yang digunakan
dalam terapi pasien kanker prostat selama dirawat di RSUP Dr. Sardjito
6. Outcome adalah kondisi pasien kanker prostat saat keluar dari rumah sakit
(membaik, sembuh atau meninggal dunia) pasien setelah menjalani
pengobatan di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta.
7. Lembar rekam medik adalah catatan dokter, apoteker, dan perawat yang berisi
data klinis pasien kanker prostat di RSUP Dr Sardjito yang meliputi nomor
rekam medik, umur, jenis kelamin, diagnosis masuk dan keluar, komplikasi,
aturan pakai, dan jenis obat.
C. Subjek Penelitian
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien dengan
diagnosa kanker prostat pada lembar rekam medik yang dirawat di RSUP
Dr. Sardjito tahun 2005. Berdasarkan data komputer di bagian rekam medik
pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2005
sebanyak 15 pasien.
D. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar rekam medik
(medical record) pasien kanker prostat yang dirawat baik rawat inap maupun
rawat jalan tahun 2005 yang diambil berdasarkan data di bagian rekam medik
E. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di instalasi catatan medik RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta yaitu di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta: Jalan Kesehatan 01 Sekip
Yogyakarta 58733.
F. Jalannya penelitian
Dalam menyelesaikan penelitian ini dibagi dalam 4 tahap, yaitu :
1. persiapan
Dimulai dengan survey jumlah pasien kanker prostat yang ada dirawat
di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta tahun 2005 di bagian rekam medik. Dari hasil
survey diperoleh jumlah pasien kanker prostat sebanyak 15 data pasien.
2. pengumpulan data
Pengumpulan data dari pasien kanker prostat yang dirawat
di RSUP Dr Sardjito tahun 2005. Adapun data yang dikumpulkan terdiri atas:
identitas pasien, umur pasien, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat obat, riwayat
alergi, riwayat penyakit keluarga, pemeriksaan fisik, catatan perkembangan pasien
serta terapi yang diberikan.
3. analisis data
Data dianalisis dengan mengelompokkan obat yang digunakan dalam pengobatan
kanker prostat berdasarkan kelas terapi obat, mengelompokkan pasien
berdasarkan umur dan outcome pasien. Kemudian dihitung jumlah kasus yang
persentasenya. Ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat tidak dapat diamati, karena penelitian ini bersifat retrospektif.
Tata cara analisis hasil adalah sebagai berikut ini.
1. Distribusi umur pasien pada kasus kanker prostat dikelompokkan menjadi 4 kelompok umur yaitu ≥40 – ≤49 tahun, ≥50 – ≤59 tahun, ≥60 –≤69 tahun dan ≥70 tahun.
2. Persentase umur pasien pada kasus kanker prostat dihitung berdasarkan jumlah kasus masing-masing kelompok umur kemudian dibagi dengan jumlah keseluruhan kasus yang ada lalu dikalikan 100%.
3. Persentase golongan dan jenis obat yang digunakan dihitung dengan cara menjumlahkan berapa kali golongan dan jenis obat digunakan lalu dibagi dengan jumlah kasus yang ada dan dikalikan 100%.
4. Evaluasi penggunaan obat–obat pada kasus kanker prostat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 dilakukan dengan mengidentifikasi DRPs
yang terjadi terkait dengan penggunaan obat–obat, yaitu: a. butuh obat (need for additional drug therapy), b. tidak butuh obat (unnecessary drug therapy),
c. obat salah (wrong drug),
d. pasien mendapat obat yang tidak mencukupi atau kurang (dosage too low),
e. pasien mendapat dosis obat yang berlebih (dosage too high),
Evaluasi DRPs yang terjadi dalam pengobatan pasien kanker prostat
dilakukan berdasarkan standar pengobatan kanker prostat, yaitu menggunakan
National Comprehensive Cancer Network (NCCN), dan pustaka yang sesuai
yaitu Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI) tahun 2000 dan Drug
Information Handbook(DIH) tahun 2006.
4. pembahasan kasus
Kasus yang didapat dibahas dengan metode SOAP (Subjective,
Objective, Assessment, Plan) berdasarkan standar pengobatan kanker prostat
dan pustaka yang sesuai. Beberapa kasus diambil sebagai contoh evaluasi
DRPs yang mewakili ke-6 tipe DRPs yang terjadi dalam pengobatan kanker
prostat pada penelitian ini.
G. Kesulitan
Penelitian retrospektif mempunyai banyak kelemahan bila dibandingkan
penelitian prospektif. Pada penelitian retrospektif, peneliti tidak dapat
mengamati perkembangan kondisi pasien yang sebenarnya berkaitan dengan
analisis tipe DRPs, yaitu tentang terjadinya efek samping obat, interaksi obat,
dan kepatuhan terapi. Selain itu peneliti juga mengalami kesulitan dalam
membaca catatan terapi dengan penulisan yang kurang jelas, penggunaan
bahasa daerah dalam penulisan keluhan pasien dalam catatan perkembangan,
bahkan ada beberapa rekam medis tidak mencantumkan keluhan pasien,
pemeriksaan fisik atau tanda vital harian, data laboratorium, dan terjadi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) dalam
Pengobatan Pasien Kanker Prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
tahun 2005” dilakukan dengan menelusuri data rekam medik pasien yang
terdiagnosis keluar sebagai penderita kanker prostat pada tahun 2005.
Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian rekam medik, diperoleh 15 kasus
pasien kanker prostat.
A. Gambaran Kasus Pasien Kanker Prostat
Ganbaran kasus pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta tahun 2005 dapat dilihat berdasarkan kelompok umur disajikan pada
gambar 7.
Persentase Pasie n Kanke r Pro stat B e rdasarkan Ke lo m po k U mur
0% 10% 20% 30% 40% 50%
Ke lo mp o k U mu r
Pe
r
s
e
n
ta
s
e
K
e
lo
m
p
o
k
Um
u
r
≥40 - ≤49 tahun
≥50 - ≤59 tahun
≥60 - ≤69 tahun
≥70 tahun
6,7%
13,3%
46,7%
33,3%
Gambar 7.
Persentase pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 berdasarkan kelompok umur
Gambaran kelompok pasien kanker prostat yang dirawat
di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 berdasarkan kelompok umur
menunjukkan bahwa pasien dengan kelompok umur ≥40 – ≤49 tahun sebesar
6,7%, kelompok umur ≥50 – ≤59 tahun sebesar 13,3%, kelompok umur dengan
persentase terbesar adalah umur ≥60 - ≤69 tahun yaitu 46,7% dan kelompok
umur ≥70 tahun sebesar 33,3%.
Pasien kanker prostat terbanyak pada kelompok usia ≥60 - ≤69 tahun.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Maxine
A. Papadakis dan Stephen J. Mcphee dalam Dipiro, et al (2003) bahwa prevalensi
pasien kanker prostat akan meningkat pada umur di atas 50 tahun, terutama pada
umur 50 – 70 tahun.
Pasien kanker prostat yang menjalani perawatan di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta, berdasarkan riwayat penyakit rata-rata mulai mengalami gangguan
prostat pada usia 40 tahun. Pada usia ≥70 tahun persentase pasien menurun, hal ini
bisa disebabkan usia harapan hidup hingga mencapai usia tersebut kecil. Dengan
demikian hanya sedikit pasien yang mampu bertahan hidup dengan penyakitnya
hingga mencapai usia >70 tahun.
B. Pola Pengobatan Kanker Prostat
Pola pengobatan pada pasien kanker prostat merupakan gambaran
pengobatan yang diberikan pada pasien kanker prostat yang meliputi
kelompok obat, golongan obat, dan jenis obat yang akan disajikan dalam
bentuk tabel yang disertai penjelasan. Gambaran secara umum distribusi
pasien kanker prostat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 menurut kelas terapinya disajikan pada tabel IV.
Tabel IV. Distribusi penggunaan obat-obat pada pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005
No Kelas terapi obat Jumlah
kasus
Persentase (%)
1 Obat yang digunakan untuk pengobatan infeksi 14 93,3 2 Obat-obat yang mempengaruhi gizi dan darah 14 93,3 3 Obat yang bekerja pada sistem saluran cerna 12 80,0 4 Obat yang digunakan untuk penyakit pada sistem
kardiovaskuler
11
73,3 5 Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat 11 73,3 6 Obat yang bekerja sebagai analgesik 11 73,3 7 Obat-obat untuk penyakit otot skelet dan sendi 9 60,0 8 Obat yang bekerja pada sistem saluran pernapasan 8 53,3
9 Anestetik 6 40,0
10 Obat-obat hormonal 5 33,3 11 Antineoplastik dan imunomodulator 5 33,3 12 Sediaan topikal ( mata,THT,dan hidung ) 2 13,3 13 Obat-obat obstertik,ginekolog,dan saluran kemih 1 6,70
Secara lebih terperinci kelompok, golongan obat dan jenis obat yang digunakan pada pasien kanker prostat diuraikan sebagai berikut ini.
1. Obat yang bekerja pada sistem saluran cerna
Tabel V. Golongan, kelompok dan jenis obat pada sistem saluran cerna yang digunakan pada pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005
No Golongan Kelompok Jenis Obat Jumlah
Kasus
Persentase ( % )
1 Antitukak Antasida Antasid 1 6,7
Antagonis Reseptor H2 Famotidin 3 20
Simetidin 2 13,3
Ranitidin 5* 33,3
Khelator dan senyawa
Kompleks
Sukralfat
1 6,7
Penghambat Pompa Proton Pantoprazol 2 13,3
2 Pencahar Pencahar Stimulan Bisakodil 3 20,0
Pelunak Tinja Parafin Cair 1 6,7
Ket : (*) obat yang paling banyak digunakan
Pasien kanker prostat banyak yang mengeluh mual, muntah, kehilangan nafsu makan, mudah lelah dan rasa tidak enak di ulu hati. Rasa mual muntah menyebabkan pasien kehilangan nafsu makan, hal ini menyebabkan berat badan pasien berkurang. Obat saluran pencernaan yang digunakan adalah antitukak dan pencahar. Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah antitukak dengan jenis obat ranitidin sebesar 33,3%. Pada kasus ini antitukak diindikasikan untuk mengatasi nyeri pada lambung yang menjadi keluhan pasien saat menjalani rawat inap. Golongan antitukak yang banyak digunakan pada pasien adalah antagonis reseptor-H2 yang dapat meringankan tukak dengan cara
mengurangi sekresi asam lambung sehingga dapat mengatasi keluhan nyeri perut serta mual dan rasa tidak nyaman pada perut.
disebabkan pasien kanker tidak banyak melakukan aktivitas, padahal dengan beraktivitas akan melancarkan gerak peristaltik usus sehingga buang air besar juga akan lancar. Untuk mengatasi gangguan sulit buang air besar digunakan obat pencahar untuk memudahkan pelintasan dan pengeluaran tinja dari kolon dan rektum.
2. Obat yang digunakan untuk penyakit pada sistem kardiovaskuler
Tabel VI. Golongan, kelompok dan jenis obat pada sistem kardiovaskuler yang digunakan pada pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta tahun 2005
No Golongan Kelompok Jenis Obat Jumlah
Kasus
Persentase ( % ) 1 Obat Anti Hipertensi α- Blocker Terazosin 1 6,7
Alfuzosin
hidroklorida 1 6,7
ACEI Kaptopril 1 6,7
Antagonis