• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN MP-ASI TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 7-12 BULAN DI RSIA KUMALASIWI PECANGAAN KABUPATEN JEPARA

Mulastin1

Dosen Tidak tetap Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara

Email : mulastin@gmail.com

Abstract

Pesatnya pertumbuhan bayi perlu di barengi dengan pemberian kalori dan gizi yang cukup. Oleh karena itu, selain ASI bayi pada umur 6 bulan juga perlu di beri makanan tambahan di sesuaikan dengan kemampuan lambung bayi untuk mencerna makanan. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2007, angaka prevalensi diare di indonesia sebesar 9%. Kejadian diare tersebar pada semua kelompok umur anak dengan prevalensi tertinggi pada anak usia balita (16, 7%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh frekuensi pemberian MP-ASI terhadap kejadian diare pada bayi usia 7-12 bulan di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Kabupaten Jepara.

Jenis penelitian ini adalah metode survey analitik, menggunakan pendekatan case control . Populasi dan Sampel penelitian ini adalah adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berumur 7-12 bulan di RSIA Kumala Siwi Kabupaten Jepara yang dirawat / periksa pada tanggal 6-16 Mei 2015 sebanyak 33 responden. menggunakan teknik Accidental Sampling, Instrumen Penelitian menggunakan kuesioner untuk panduan wawancara dan rekam medis. Analisa data menggunakan analisa univariat data diolah secara coding, editing, tabulating .

Hasil penelitian frekuensi pemberian MP-ASI yang sesuai mayoritas responden tidak mengalami diare sebanyak 8 responden (72, 7%) dan frekuensi pemberian MP-ASI yang tidak sesuai mayoritas terjadi diare sebanyak 14 responden (63, 6%),

Hasil Uji chi-square pada Continuity Correctionb dengan nilai Asymp. Sig. (2-sided) 0,109 maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga tidak ada pengaruh frekuensi pemberian MP-ASI terhadap kejadian diare pada bayi usia 7-12 bulan di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara

(2)

Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH

PENDAHULUAN

Pada usia 6-12 bulan bayi mampu berkomunikasi meski dalam bentuk sederhana. Sejalan dengan peningkatan proses tumbuh kembang yang sedang dijalani, kini ASI saja tidak cukup untuk memenuhi zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuhnya, maka mulai usia ini perlu di perkenalkan beberapa jenis makanan padat yang disebut Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). (Hanum, 2010: h.26).

Pada umur 6 bulan, berat badan bayi yang normal sudah mencapai 2-3 kali berat badan saat lahir. Pesatnya pertumbuhan bayi perlu di barengi dengan pemberian kalori dan gizi yang cukup. Oleh karena itu, selain ASI bayi pada umur 6 bulan juga perlu di beri makanan tambahan di sesuaikan dengan kemampuan lambung bayi untuk mencerna makanan. Pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) plus ASI hingga bayi berumur 2 tahun sangatlah penting bagi bayi. (Prabantini Dwi, 2010: h.2)

Pada umur 6-9 bulan, baik secara pertumbuhan maupun secara psikologis, biasanya bayi siap menerima makanan padat. Makanan padat yang di berikan sebelum sistem pencernaan bayi siap untuk menerimanya mengakibatkan makanan tersebut tidak dapat di cerna dengan baik dan dapat mengakibatkan (misalnya, gangguan pencernaan, timbulnya gas, konstipasi / sembelit, dan sebagainya.

(Prabantini Dwi, 2010: h.7).

Memberikan makanan

pendamping ASI sebaiknya secara

bertahap baik dari tekstur maupun jumlah porsinya. Kekentalan makanan

dan jumlah harus di sesuaikan dengan ketrampilan dan kesiapan bayi dalam menerima makanan. Dari tekstur makanan awalnya bayi di beri makanan cair dan lembut, setelah bayi bisa menggerakkan lidah dan proses mengunyah, bayi sudah bisa di beri makanan semi padat. Sedangkan makanan padat di berikan ketika bayi sudah tumbuh gigi. Porsi makanan juga berangsur-angsur bertambah sesuai porsi bayi. Pada usia 6-9 bulan tekstur makanan sebaiknya makanan cair, lembut atau saring, seperti bubur buah, bubur susu atau bubur sayuran saring/di haluskan. Menginjak usia 10-12 bulan, bayi mulai beralih ke makanan kental dan padat namun tetap bertekstur lunak, seperti aneka nasi tim. (Hanum, 2010: h. 27).

Menurut Pujianto (2008) MP-ASI di buat dari makanan pokok yang di sajikan secara khusus untuk bayi dan di berikan 1-2 kali sehari 1 kali camilan buah halus pada bayi usia 6 bulan, sedangkan 2-3 kali sehari 1 kali camilan (air buah, roti, sayuran) di berikan pada bayi usia 7-9 bulan kemudian frekuensi pemberian di tingkatkan 3-4 kali sehari 2 kali camilan (air buah, roti, sayuran, keju) pada bayi usia 9-12 bulan. (Prabantini Dwi, 2010: h.18).

Menurut WHO, di negara berkembang diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian tersebut pada umur kurang dari 2 tahun. Rata-rata anak usia kurang dari 3 tahun di negara

(3)

Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH

berkembang mengalami episode diare 3 kali dalam setahun (Kemenkes RI, 2010).

Salah satu langkah dalam pencapaian target Millenium Development Goals/ MDG’s (Goal ke-4) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai pada 2015. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2007, angaka prevalensi diare di indonesia sebesar 9%. Kejadian diare tersebar pada semua kelompok umur anak dengan prevalensi tertinggi pada anak usia balita (16, 7%).

Menurut profil Kesehatan Profinsi Jawa Tengah tahun 2007, rata-rata jumlah kasus diare anak usia balita per tahun di atas 40%.

Di Kabupaten Jepara angka Kejadian diare pada tahun 2013 mencapai 29.303 kasus dari jumlah Penduduk 1. 090. 838. (DKK Jepara, 2013).

Adapun Bahaya yang akan timbul pada bayi saat mengalami diare di antaranya bayi akan mengalami dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia, hipoglikemia, kejang serta dapat menimbulkan malnutrisi energi protein akibat muntah dan diare kronik.

(Jitowiyono Sugeng, 2011: h.108) Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 19 April 2015 di RSIA Kumala Siwi, di dapatkan data dalam 1 tahun terahir pada bulan September 2013 sampai bulan September 2014 terdapat 235

kasus diare, Kejadian diare pada bayi usia 7-12 bulan mencapai 62 kasus.

Berdasarkan hasil wawancara kepada 5 responden bahwa ibu yang memiliki bayi usia 6 bulan, ibu memberikan makanan padat sebanyak 1-2 kali sehari dan pemberian frekuensi makanan selingan 1 kali sehari, sedangkan ibu yang memiliki bayi usia 7-9 bulan pemberian frekuensi makanan padat 3 kali sehari dan 1 kali makanan selingan.

Dan hasil studi pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 23 September 2014 di RSIA Siti Khadijah, di dapatkan data 1 tahun terakhir pada bulan September 2013 sampai bulan September 2014 terdapat 3 kasus diare, Kejadian diare pada bayi usia 7-12 bulan mencapai 2 kasus.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Pengaruh Frekuensi Pemberian MP-ASI Terhadap Kejadian Diare Pada Bayi Usia 7-12 Bulan di RSIA Kumala Siwi Pecangaan Kabupaten Jepara”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah survey analitik, menggunakan pendekatan case control. penelitian ini menggunakan accidental sampling. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisa data menggunakan uji Chi-Square.

(4)

Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat a. Pemberian MP-ASI Tabel 1

Distribusi frekuensi Pemberian MP-ASI di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara. Pemberian MP-ASI Frekuensi (f) Presentase (%) Sesuai 11 33,3 Tidak Sesuai 22 66,7 Total 33 100% b. Kejadian Diare Tabel 2

Distribusi frekuensi kejadian Diare di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara. Kejadian Diare Frekuensi (f) Presentase (%) Terjadi Diare 17 51, 5 Tidak Diare 16 48, 5 Total 33 100% 2. Analisa Bivariat Tabel 3

Pemberian MP-ASI Terhadap Kejadian Diare di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara

Frekuensi Pemberian MP-ASI

Kejadian Diare Total Diare Tidak Diare Sesuai 3 (27, 3%) 8 (72, 7%) 11 (100, 0%) Tidak sesuai 14 (63, 6%) 8 (36, 4%) 21 (100,0%) Total 17 (51,5%) 16 (48,5% ) 33 (100,0%)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan akan dilakukan pembahasan lebih lanjut. Penelitian dengan judul ” Pengaruh Frekuensi Pemberian Mp-Asi Terhadap Kejadian Diare Pada Bayi Usia 7-12 Bulan Di Rsia Kumalasiwi Pecangaan Kabupaten Jepara” yang dilakukan bulan Mei 2015 dengan cara menggunakan kuesioner untuk panduan wawancara dan analisa yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square.

BAHASAN

1. Frekuensi Pemberian MP-ASI

Dari hasil penelitian ini di dapatkan bahwa mayoritas frekuensi pemberian MP-ASI tidak sesuai 22 (66, 7%).

Hal ini dikarenakan ibu tidak pernah mengetahui frekuensi pemberian MP-ASI yang benar. Ada

beberapa faktor yang

mempengaruhi pemberian MP-ASI yaitu diantaranya: tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan ibu tentang frekuensi pemberian MP-ASI. Kemudian kurangnya informasi yang diperoleh ibu bahwa informasi dapat memberikan peningkatan terhadap tingkat pengetahuan tersebut.

2. Kejadian Diare

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, mayoritas responden mengalami diare sebanyak 17 responden (51, 5%). 3. Hubungan Pemberian MP-ASI

Terhadap Kejadian Diare Pada Bayi 7-12 bulan.

(5)

Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi pemberian MP-ASI yang sesuai mayoritas responden tidak mengalami diare sebanyak 8 responden (72, 7%) dan frekuensi pemberian MP-ASI yang tidak sesuai mayoritas terjadi diare sebanyak 14 responden (63, 6%). Dari hasil tersebut ada 3 responden (27, 3%) pemberian MP-ASI sesuai tetapi mengalami diare hal ini disebabkan ada banyak faktor diantaranya infeksi pada saluran pencernaan, makanan basi, faktor psikologis. Dan ada 8 responden (36, 4%) pemberian MP-ASI tidak tepat tetapi bayi tidak mengalami diare hal ini dapat terjadi karena selama ibu memberikan MP-ASI ibu selalu menjaga kebersihan makanan maupun alat yang digunakan saat makan, serta ibu memberikan MP-ASI porsi sedikit tapi sering.

Hasil Uji chi-square pada Continuity Correctionb dengan nilai Asymp. Sig. (2-sided) 0,109 maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga tidak ada pengaruh frekuensi pemberian MP-ASI terhadap kejadian diare pada bayi usia 7-12 bulan di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi pemberian MP-ASI yang tidak sesuai dapat menimbulkan diare. Sehingga frekuensi pemberian MP-ASI yang tepat perlu diberikan pada bayi. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mendorong terjadinya diare. Beberapa faktor resiko terjadinya diare pada anak menurut Jitowiyono,

Sugeng (2011) antara faktor lain infeksi internal (dalam saluran cerna) / parenteral diluar alat pencernaan, faktor malabsorbsi: malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein, kemudian faktor makanan dan psikologis.

KESIMPULAN

1. Mayoritas Pemberian MP-ASI tidak sesuai yaitu sebanyak 22 responden (66,7%).

2. Mayoritas responden mengalami diare sebanyak 17 responden (51, 5%). 3. Tidak ada pengaruh frekuensi

pemberian MP-ASI terhadap kejadian diare di RSIA Kumalasiwi Pecangaan Jepara nilai Asymp. Sig. (2-sided) 0,109 lebih dari 0,05.

SARAN

Bagi Masyarakat sebagai masukan dan pengetahuan bagi masyarakat terutama ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan dalam memberikan frekuensi pemberian MP-ASI dan kejadian diare serta penyebab terjadinya diare. Bagi Institusi diharapkan dengan adanya karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat sebagai pembelajaran dan penyempurnaan pembelajaran, serta menambah kepustakaan tentang hal – hal yang berkaitan dengan pengaruh frekuensi pemberian MP-ASI terhadap kejadian diare pada bayi usia 7-12 bulan. Bagi Peneliti sebagai penambah pengetahuan dan pengalaman penelitian yang berkaitan dengan MP-ASI dan kejadian diare pada bayi 7-12 bulan serta agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel yang berbeda dan bisa lebih mendalam. Bagi tenaga kesehatan sebagai bahan acuan

(6)

Jurnal Kesehatan dan Budaya HIKMAH

dalam memberikan konseling mengenai frekuensi pemberian MP-ASI pada bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Asmaini. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Makanan Pendamping Asi (MP-ASI) Pada Bayi Usia 6-12 Bulan. Banda Aceh: D. III. Kebidanan; 2013

Dwi Sudarmoko Arief. Mengenal, Mencegah dan Mengobati Gangguan Kesehatan Pada Balita. Yogyakarta: Titano; 2011

Hayati Ida. Pola Pemberian Makanan Pendamping Asi Pada Bayi 6-12 Bulan. Teluk Lor Ilir: Fakultas Kesehatan Masyarakat; 2012 Hidayat Alimul. Metode Penelitian

Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya: Health Books Publishing; 2010.

Ismi Nurwaqlah Ibnu. Pola Asuh Pemberian Makanan Pendamping Asi (MP-ASI). Bulukumba: Fakultas

Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin; 2013

Ircham Machfoedz. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan Kebidanan,

Kedokteran.Yogyakarta: Fitramaya; 2009.

Jarmiati. Hubungan Antara Status Gizi Dan Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Dengan Diare Pada Bayi. Lampung: Faculty Of Medicine Lampung University; 2013

Jitowiyono Sugeng. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.

Lippicott Williams. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik. Jakarta;Buku Kedoktreran EGC; 2005.

Lisnawati Lilis. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta: CV. Trans Info Media; 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Select an operator that has not yet been applied to the current state and apply it to produce a new state. Evaluate the

Dalam mengimplementasikan metode fuzzy time series dengan percentage change sebagai universe of discourse dapat dilakukan dengan menghitung percentage change,

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan dengan baik tesis berjudul "Analisis faktor-faktor

cukup banyak, pada suatu waktu dapat diterbitkan edisi baru yang disesuaikan daripada parts catalog ini, dan masing-masing edisi akan diberikan nomor urut pada

Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Intervening (Studi

Perusahaan dengan kondisi keuangan yang baik, maka auditor cenderung untuk tidak mengeluarkan opini audit going concern (Ramadhany, 2004 dalam Susanto, 2009), karena

Arus kas operasi adalah kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan

kunjungan rawat inap digunakan instrumen yang dianjurkan oleh Depkes RI tahun 2005 yaitu ALOS ( average length of stay ), BOR ( bed occupancy ratio ), TOI ( turn