PENGARUH TERAPI BEKAM KERING KOMBINASI AKUPRESSURE
TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI PRIMER
Sang Ayu Ketut Candrawati1, Ni Komang Sukraandini2
1,2 Nursing Departement, Wira Medika Bali Health College Email: candrawikastar@gmail.com
Abstrak
Latar Belakang: hipertensi adalah salah satu penyakit silent killer yang banyak dijumpai di Indonesia dan menduduki urutan keenam dari 12 penyakit tidak menular. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Komplikasi penyakit hipertensi sangat berpengaruh terhadap penyakit kardiovaskuler dimana, 45% kematian disebabkan karena penyakit jantung dan 51% karena stroke. Bekam kering dan akupresur merupakan bagian dari terapi komplementer. Bekam kering adalah tindakan non invasif, menggunakan cupping pada titik-titik meridian, berfungsi memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah. Akupresur adalah rangsangan pada titik-titik saraf tubuh. Terapi bekam kering cocok dikombinasikan dengan akupresur, karena pada penderita hipertensi selain gangguan sirkulasi juga sering ditandai sakit kepala, sehingga bisa diatasi dengan pijat akupresur titik meridian GV 20 baihui yang efektif untuk mengurangi nyeri. Tujuaan penelitian: mengetahui adanya pengaruh terapi bekam kering kombinasi akupresur terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi primer. Studi ini adalah Quasi Eksperimen dengan bentuk rancangan pre-post test with
control group design. Jumlah sampel 30 pasien hipertensi primer yang diambil dengan purposive sampling. Data diukur dengan tensi digital merk onemed. Analisis data menggunakan independent T Test. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara tekanan darah sistole pada kelompok intervensi setelah diberikan bekam kering kombinasi akupressure dengan kelompok kontrol dengan p.value 0,007<0,05. Serta ada pengaruh signifikan antara tekanan darah diastole pada kelompok intervensi setelah diberikan bekam kering kombinasi akupresur dengan kelompok kontrol dengan p value 0,000<0,05. Terapi bekam kering kombinasi akupresur direkomendasi sebagai terapi alternatif atau terapi penunjang dalam perawatan pasien hipertensi primer.
Kata Kunci: Bekam Kering , Akupressure, Tekanan Darah , Hipertensi Primer
Abstract
Background: Hypertension is one of the most common silent killer diseases in Indonesia and ranks sixth out of 12 non-communicable diseases. Hypertension is defined as blood pressure above 140/90 mmHg. Complications of hypertension are very influential on cardiovascular disease where, 45% of deaths are due to heart disease and 51% due to stroke. Dry cupping and acupressure are part of complementary therapy. Dry cupping is a non-invasive procedure, using cupping at meridian points to improve the microcirculation of blood vessels. Acupressure is the stimulation of nerve points in the body. Dry cupping therapy is suitable to be combined with acupressure, because hypertension sufferers are also often marked by headaches, so it can be treated with
acupressure massage of the GV 20 baihui meridian points which is effective for reducing pain. Purpose of the study: to determine the effect of acupressure combination dry cupping therapy on blood pressure in primary hypertensive patients. This study is a Quasi Experiment with a pre-post test design with a control group design. The number of samples of 30 primary hypertension patients who were taken by purposive sampling. The data is measured by the digital tension of the onemed brand. Data analysis using independent T Test. The results showed that there was a significant effect between systolic blood pressure in the intervention group after being given acupressure combination dry cupping with the control group with p.value 0.007 <0.05. And there was a significant effect between diastolic blood pressure in the intervention group after being given dry cupping with acupressure combination with the control group with a p value of 0.000 <0.05. Acupressure combination dry cupping therapy is recommended as an alternative or adjunctive therapy in the treatment of primary hypertensive patients. Keywords: Dry Cupping, Acupressure, Blood Pressure, Primary Hypertension
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang
menjadi masalah global dan
penyumbang angka kesakitan dan kematian di dunia termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan factor resiko terhadap kerusakan organ penting seperti otak, jantung, ginjal, retina, pembuluh darah besar (aorta) dan pembuluh darah perifer (PERHI, 2019). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah gangguan pada sistem pembuluh darah yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah diatas normal yaitu tekanan sistol >140 mmHg dan diastol >90 mmHg (Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, 2017).
Prevalensi kasus hipertensi di dunia berdasarkan data Word Health
Organization (WHO) pada tahun 2013 mencapai 26,4% dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29,2% (Risniati et al., 2019). Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang, termasuk Indonesia (Zaenurrohmah & Rachmayanti, 2017). Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur
≥18 tahun cenderung meningkat, dimana tahun 2013 prevalensi hipertensi yaitu 25,8% meningkat menjadi 34,11% atau dengan 658,201 kasus pada tahun 2018 (Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan RI, 2018). Data profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2015, hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk usia ≥ 18 tahun, Kabupaten Gianyar menduduki peringkat ke empat dengan jumlah hipertensi yaitu 355.335 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2017). Tahun 2016 jumlah penyakit hipertensi di Kabupaten Gianyar berada di urutan ke dua dari 10 besar penyakit tidak menular dengan 18.022 kasus baru dan lama dari segala umur sedangkan di UTP Kesmas Gianyar mencapai 6.856 kasus hipertensi (Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, 2017).
Sebanyak 9,4% kematian di seluruh dunia, disebabkan karena komplikasi hipertensi, 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke (Kemenkes RI, 2014). Penatalaksanaan hipertensi secara umum yaitu melalui
terapi farmakologis dan
nonfarmakologis. Penatalaksanaan non farmakologi melalui modifikasi gaya hidup seperti penurunan berat badan,
retriksi garam, aktivitas fisik, adopsi
pola makan DASH, dan terapi
komplementer seperti bekam kering dan akupresur (Ahmae, 2019; Muhadi, 2016).
Bekam kering adalah tindakan non invasif, menggunakan cupping pada titik-titik meridian dan berfungsi memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah (Ahmae, 2019). Akupresur adalah salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan stimulasi pada titik-titik saraf tubuh. Terapi bekam kering cocok dikombinasikan dengan akupresur, karena pada penderita hipertensi selain
gangguan sirkulasi juga sering ditandai sakit kepala, sehingga bisa diatasi dengan pijat akupresur titik meridian GV 20 Baihui yang efektif untuk mengurangi nyeri.
Hasil penelitian oleh (Jansen et al., 2012) menyebutkan bahwa terapi bekam kering berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastolic. Hasil penelitian oleh (Pujiastuti & Azaria, 2019; Sangkur G et al., 2016), tindakan bekam kering dan akupresur pada pasien hipertensi primer sangat efektif dan memberikan hasil yang optimal penurunannya.
METODE
Penelitian dilakukan di wilayah kerja UPT Kesmas Blahbatuh II Gianyar. Design penelitian Quasi eksperimental dengan rancangan pre-posttest with
control group desaign. Populasi penelitian adalah pasien hipertensi
primer. Penentuan sampel
menggunakan tehnik purposive sampling, sampel penelitian sebnyak 30 pasien dengan hipertensi primer yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu 15 sampel pada kelompok intervensi dan 15 sampel pada kelompok kontrol.
Variabel dalam penelitian ini adalah tekanan darah systole dan diastole pasien hipertensi primer sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Kelompok perlakuan akan diberikan tindakan terapi bekam kering kombinasi akupressure sedangkan kelompok kontrol diberikan bekam kering.
Pengumpulan data diawali dengan pengukuran tekanan darah pre
test yang dilakukan sebelum intervensi baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol. Kelompok intervensi dilakukan bekam kering kombinasi acupressure dan kelompok kontrol diberikan bekam kering. Durasi pemberian terapi yaitu satu kali dalam seminggu selama 4 minggu baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.
Analisa data univariat dilakukan untuk mengetahui mean, median, simpang baku (SD), nilai minimal dan maksimal pre-post intervensi baik pada kelompok intervensi maupun pada kelompok kontrol. Data yang diperoleh adalah data yang berdistribusi normal maka analisa bivariate menggunakan Uji
Paired t test untuk mengetahui perbedaan rata-rata tekanan darah sistole dan diastole pre-post pada
masing-masing kelompok, dan
selanjutnya menggunakan uji
Independent T Test untuk mengetahui perbedaan rata-rata tekanan darah sistole dan diastole pre-post antar kelompok.
HASIL
1. Hasil Analisa Univariat a. Kelompok intervensi
Hasil analisis data tekanan darah sistole dan diastole pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah perlakuan.
Tabel 1.
Hasil Analisa Data Tekanan Darah Pada Kelompok Intervensi Saat Pre Test Dan Post Test di UPT Kesmas Blahbatuh II
Gianyar Tahun 2019
Berdasarkan tabel 1, diperoleh data rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terapi bekam kering kombinasi acupressure sebesar 171,60 mmHg dengan standard deviasi 22,643 mmHg, sedangkan sesudah terapi bekam kering kombinasi akupresur sebesar 149,20 mmHg dengan standard deviasi 18,312 mmHg. Selanjutnya untuk rata-rata tekanan darah diastolik sebelum terapi bekam kering kombinasi akupresur sebesar 93,73 mmHg dengan standard deviasi 11,423 mmHg, sedangan sesudah terapi bekam kering kombinasi akupresur sebesar 83,13 mmHg dengan standard deviasi 5,998 mmHg.
b. Kelompok Kontrol
Hasil analisis data berdasarkan variabel penelitian yaitu tekanan
darah systole dan diastole pada kelompok kontrol:
Tabel 1.
Hasil Analisa Data Tekanan Darah Pada Kelompok Kontrol
Saat Pre Test dan Post Test di UPT Kesmas Blahbatuh II
Gianyar Tahun 2019 Tekanan
Darah Mean Std.Dev mumMini mumMaxi Valuep Sistolik Sebelum Sesudah 145.40133.00 15.7611.46 121115 173149 0,019 Diastolik Sebelum Sesudah 76.4772.73 8.0435.216 6467 6581 0,149 Berdasarkan tabel 1, diperoleh data rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terapi bekam kering sebesar 145,40 mmHg dengan standard deviasi 15,76 mmHg, sedangan sesudah terapi bekam kering sebesar 133.00 mmHg dengan standard deviasi 11,46 mmHg. Selanjutnya untuk rata-rata tekanan darah diastolik sebelum terapi bekam kering sebesar 76,47 mmHg dengan standard deviasi 8,043 mmHg, sedangan sesudah terapi bekam kering sebesar 72,73 mmHg dengan standard deviasi 5,216 mmHg.
2. Hasil Analisi Bivariat
Analisis hasil uji statistik menggunakan Uji Independent T Test dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 3.
Pengaruh Terapi Bekam Kering Kombinasi Akupresur terhadap Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi Primer
Variabel Kelompok N St deviasi valuep Sistolik Kontrol 15 11.458 0.007 Perlakuan 15 18.312 Diastolik Kontrol 15 5.216 0,000 Tekanan
Darah Mean Std.Dev Minimum Maximum p Value Sistolik Sebelum Sesudah 171.60149.20 22.64318.312 141130 214190 0,000 Diastolik Sebelum Sesudah 93.7383.13 11.4235.998 7775 11699 0,001
Perlakuan 15 5.998 Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan signifikan antara tekanan darah sistole pada kelompok intervensi setelah diberikan bekam kering kombinasi akupresur dengan kelompok kontrol dengan p.value 0,007<0,05. Serta terdapat perbedaan signifikan antara tekanan darah diastole pada kelompok
perlakuan setelah diberikan bekam kering kombinasi akupresur dengan kelompok kontrol dengan p
value 0,000<0.05. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan bekam kering kombinasi akupresur dengan penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi primer.
PEMBAHASAN
1. Perbedaan Tekanan Darah Pre-Posttest pada Kelompok Intervensi
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai mean tekanan darah sistolik pasien setelah mendapat terapi
bekam kering kombinasi
akupressure dari 171,60 mmHg menjadi 149,20 mmHg dengan nilai
p value0.000 dan nilai mean tekanan darah diastolik juga mengalami penurunan dari 93,73 mmHg menjadi 83,13 mmHg dengan nilai p
value 0,001 yang berarti terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan terapi bekam kering kombinasi acupressure
Bekam kering adalah tindakan non invasif, menggunakan cupping pada titik-titik meridian dan
berfungsi memperbaiki
mikrosirkulasi pembuluh darah (Ahmae, 2019). Sejalan dengan hasil penelitian oleh (Susi Susanah, Ani Sutriningsih, 2017) hasil uji statistik Wilcoxon terdapat selisih penurunan tekanan darah dengan selisih nilai mean pada sistole dan diastole dengan nilai p value 0.000 yang berarti nilai p < 0,50 artinya terdapat pengaruh terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Poliklinik Trio Husada Malang.
(Anees et al., 2015)
menjelaskan terapi kerja bekam menurut teori nitri oksida (NO) bahwa zat NO mempunyai peranan penting dalam trauma bekam seperti bekam pada kasus hipertensi, dimana zat NO bereperan dalam vasodilatasi pembuluh darah sehingga menyebabkan penurunan tekanan darah. Fungsi lain dari zat NO adalah anti trombotik, relaksasi otot dan juga anti inflamasi.
Majid, 2009 dalam(Risniati et al., 2019) bahwa di bawah kulit, otot, maupun tendon terdapat suatu titik/ point yang mempunyai sifat istimewa. Titik/ point tersebut saling berhubungan membujur dan melintang membentuk jaring-jaring (jala) yang diidientikkan dengan
meridian tubuh. Jala ini
berhubungan yang erat antar bagian tubuh, dan dapat bereaksi secara serentak. Kelainan yang terjadi pada satu point dapat menular dan memengaruhi poin lainnya.
Prinsip bekam sama dengan akupresur dimana pengobatan pada satu titik juga bisa mengobati titik yang lain (Risniati et al., 2019). Prinsip kerja bekam menyedot bagian permukaan kulit pada area tertentu yang memiliki kesamaan
meridian, sedangkan akupresur menggunakan penekanan dan stimulasi langsung pada titik tertentu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sehingga terapi bekam sangat cocok dikombinasi dengan terapi akupresur.
Adikara 2015 dalam
(Kurniyawan, 2018) Akupresur adalah terapi dengan prinsip healing touch dengan memberikan stimulus pada titik-titik meridian tubuh menggunakan jari-jari tangan dengan tujuan mempengaruhi organ tubuh tertentu untuk mengaktifkan energy (qi) tubuh sehingga aliran energy qi dalam tubuh seimbang. Penekanan pada titik-titik akupuntur tubuh dapat memberikan efek local yaitu penurunan rasa nyeri. Energy akupresur pada titik-titik tubuh akan mengalir melalui meridian menuju target organ
sehingga memberikan efek
persepsi/ rasa seperti kenyamanan dan tau efek relaksasi kepada klien selain itu, terapi akupresur dapat merangsang pengeluaran serotonin
yang berfunsi sebagai
neurotransmitter dan mengaktifkan kelenjar pineal untuk memproduksi hormone melatonin.
Sejalan dengan penelitian (Haryani & Misniarti, 2020) tentang Efektifitas Akupresur dalam Menurunkan Skala Nyeri Pasien Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Perumnas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor nyeri antara sebelum dengan setelah diberikan intervensi akupresur dengan nilai p valuae 0,001. Ini berarti terapi akupresur dapat menurunkan atau mengurangi nyeri akut maupun kronis pada pasien hipertensi.
Asumsi peneliti ketika pembuluh darah sudah mengalami vasodilatasi akibat terapi bekam kemudian dilanjutkan dengan terapi akupresur selama 15 menit pada titik-titik meridian tubuh yang bermasalah maka hantaran hangat akibat penekanan yang tepat pada titik-titik meridian tubuh dapat menstimulasi saraf-saraf superfisial kulit untuk diteruskan ke hipotalamus lebih tepat. Sistem saraf desenden melepaskan apiat endogen seperti hormone endorphin di dalam
tubuh dan meningkatkan
pengeluaran hormone dopamin.
Respon ini menyebabkan
peningkatan aktivitas kerja system saraf parasimpatis yang berfusngi mengontrol aktivitas yang berlangsung dan bekerja saat tubuh rileks. Persepsi sentuhan oleh pasien sebagai stimulus respon relaksasi atau respon menenangkan suasana hati serta mengurangi kelelahan akan mengaibatkan penurunan tekanan darah pada pasien.
2. Perbedaan Tekanan Darah pada Kelompok Kontrol
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai mean tekanan darah sistolik pasien setelah mendapat terapi bekam kering dari 145,40 mmHg menjadi 133,00 mmHg dengan nilai
p value 0,019 yang berarti terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok control, sedangkan nilai mean tekanan darah diastolik tidak mengalami penurunan yang signifikan dari 76,47 mmHg menjadi 72,73 mmHg dengan nilai p value 0,149 sehingga tidak terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum dan
sesudah perlakuan pada kelompok kontrol.
Hipertensi adalah kondisi dimana hasil pengukuran tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan/atau hasil pengukuran tekanan darah diastolik (TDD) ≥90 mmHg
pada yang didapat lewat
pengukuran dua kali secara berurutan dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes.RI, 2014; PERHI, 2019).
Hasil penelitian peneliti pada kelompok kontrol tidak terdapat penurunan tekanan darah diastolik pada sampel hipertensi dengan p value 0,149 peneliti berasumsi sudah terjadi penurunan serotonin pada otak. Respon dari penurunan serotonin ini bisa saja menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien seperti perasaan tidak nyaman atau tidak rileks dikarenakan sampel baru pertama kali melakukan terpai bekam. Namun demikian peneliti juga berasumsi, jika terapi bekam diberikan pada jumlah yang lebih banyak akan berkecenderungan untuk terjadi perubahan.
Sejalan dengan penelitian oleh (Sormin, 2019) menyatakan Banyaknya jalur neuronal yang saling berinteraksi untuk mengatur aliran impuls saraf otonom memberi banyak peluang untuk integrasi
berbagai stimulus yang
mempengaruhi tekanan darah, seperti faktor emosi (takut, marah, cemas), stress fisik (nyeri, kerja fisik, perubahan suhu), kadar oksigen dalam darah, dan glukosa, juga level tekanan darah yang di kontrol oleh baroreseptor
Secara fisiologis tekanan diastolik merupakan tekanan darah yang terjadi saat jantung tidak sedang berkontraksi/ relaksasi atau pada saat jantung sedang melakukan pengisian sehingga tekanan ini cenderung lebih menetap sehingga diperlukan kekuatan ekstra untuk dapat mempengaruhi tekanan diastolik. Dibandingkan dengan tekanan sistolik yang terjadi pada saat jantung berkontraksi lebih
banyak faktor yang dapat
mempengaruhi perubahan tekanan darah dibandingkan pada saat jantung berelaksasi (Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, 2017) Selain itu pada penelitian peneliti berdasarkan karakteristik usia 73,33% adalah lansia, dimana secara fisiologis sudah terjadi penurunan elastisitas dinding pembuluh darah. Sherwood, 2011 menyatakan tekanan darah diastolik terkait dengan sirkulasi coroner, jka
arteri coroner mengalami
aterosklerosis maka dapat mempengaruhi tekanan darah diastolic.
Menurut asumsi peneliti untuk memperoleh hasil terapi bekam yang lebih baik diperlukan terapi bekam dengan frekuensi yang lebih terkontrol dengan durasi seminggu sekali selama 5 sampai 7 menit. Disamping juga faktor-faktor lain yang perlu dikontrol seperti pola diet, latihan dan aktivitas serta kontrol emosi.
3. Pengaruh Terapi Bekam Kering
Kombinasi Akupresur
Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Primer Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil Uji Independent T Test menunjukkan ada perbedaan signifikan antara tekanan darah sistole pada kelompok intervensi setelah diberikan bekam kering kombinasi akupressure dengan kelompok kontrol dengan p.value 0,007<0,05. Serta terdapat perbedaan signifikan antara tekanan darah diastole pada kelompok perlakuan setelah diberikan bekam kering kombinasi akupresur dengan kelompok kontrol dengan p value 0,000<0,05. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan bekam kering kombinasi akupresur dengan penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi primer.
Sejalan dengan hasil penelitian oleh (Surahmat & Damayanti, 2019) dengan judul penellitian Pengaruh Terapi Bekam Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Rumah Bekam Palembang menggunakan uji wilcoxon didapatkan nilai p value 0,000 (<0,05) yang berarti ada
pengaruh yang signifikan
pemberian terapi bekam terhadap penurunan tekanan darah sebelum dan setelah intervensi.
Bekam berperan menenangkan sistem saraf simpatik (simpatic nervous system). Pergolakan pada sistem saraf simpatik ini menstimulasi sekresi enzim yang berperan sebagai sistem angiotensin renin. Setelah sistem ini tenang dan aktivitasnya berkurang, tekanan darah akan turun (Ahmae, 2019). Adapun beberapa manfaat dari terapi bekam, yaitu mengeluarkan angina, toksin, dan kolesterol yang
berbahaya dari tubuh,
menghilangkan rasa sakit,
memulihkan fungsi tubuh,
melancarkan peredaran darah,
menajamkan penglihatan,
meningkatkan daya ingat dan kecerdasan, meningkatkan system imun (Zaki, 2012).
Didukung oleh hasil penelitian peneliti dimana rata-rata usia sampel penelitian adalah diatas 60 tahun dan masuk dalam katagori lansia. Bertambahnya usia pada individu menyebabkan penurunan disemua fungsi organ salah satunya adalah penurunan pompa jantung dan berkurangnya elastisitas
pembuluh darah sehingga
menyebabkan tekanan darah meningkat.
Asumsi peneliti didukung oleh Anggara dan Nanang 2013 dalam (ROHATAMI, 2015) usia 40 tahun, meskipun hipertensi dapat terjadi pada semua usia. Bertambahnya usia seseorang kecenderungan terjadinya peningkatan tekanan darah. Ini dipengaruhi oleh beberapa factor seperti tekanan arterial yang meningkat, terjadinya regurgitasi aorta dan proses degeneratif yang sering terjadi pada usia tua.
(Syarif, n.d.)menyatakan terapi
bekam selain merangsang
pergerakan aliran darah juga merangsang titik-titik tubuh seperti halnya terapi akupresur dan akupuntur. Menurut asumsi peneliti Pemberian terapi bekam dengan frekuensi 1 kali seminggu (durasi 5-7 menit) pada lansia dengan penyakit hipertensi dimana kondisi pembuluh darah yang sudah mengalami penurunan fungsi elastisitas dan penurunan fungsi aorta menyebabkan efek yang ditimbulkan dari terapi belam dirasa belum maksimal. Oleh karena itu terapi bekam perlu dikombinasi dengan akupresur untuk stimulasi
atau rangsangan pada titik-titik tubuh yang bermasalah agar lebih dirangsang sehingga pergerakan aliran darah setelah pembekaman dan dilanjutkan lagi dengan penambahan rangsangan pada titik-titik tubuh yang bermasalah selama 15 menit menjadi lebih efektif dirasankan pada lansia sehingga terjadi penurunan tekanan darah yang lebih baik.
Sejalan dengan hasil penelitian (Aminuddin et al., 2020) didapatkan hasil ada pengaruh pemberian terapi akupresur terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Akupresur adalah terapi dengan perangsangan pada titik
tubuh tertentu dengan
menggunakan jari-jari tangan untuk menstimulasi atau mengaktivasi titik-titik energi tubuh sehingga memberikan efek nyaman dan rileks kepada pasien (Kemenkes RI, 2015 dalam(Haryani & Misniarti, 2020)).
(Kurniyawan, 2018)
menyatakan terapi akupresur dapat menurunkan nyeri sekaligus menyembuhkan penyakit dengan cara menyeimbangkan aliran errgi “qi” tubuh. Terapi akupresur dapat dilakukan dengan menggunakan jari pada bagian jempol dan telunjuk. Lama pijatan tergantung pada jenis pijatan yang dilakukan pada pijatan yang dilakukan maksimal 30 kali tekanan pada masingmasing titik dengan pemijatan searah jarum jam.
Sejalan dengan (Majid & Rini, 2016) menyatakan bahwa terapi akupresur merupakan terapi healing touch menggunakan jari-jari tangan atau bagian tubuh lain untuk merangsang pengeluaran serotonin
yang berfungsi sebagai
neurotransmitter pembawa signal
rangsangan ke batang otak dan dapat mengaktifkan kelenjar pineal untuk menstimulasi produksi
hormone melatonin yang
berpengaruh terhadap tekanan darah. Akupresur juga menstimulasi
pelepasan histamin yang
berpengaruh pada vasodilatasi pembuluh darah, dimana kedua manfaat akupresur tersebut dapat menurunkan tekanan darah pada lansia.
KESIMPULAN
Hasil uji statistic menggunakan
uji independent t test menunjukkan ada perbedaan signifikan antara tekanan darah sistole pada kelompok intervensi setelah diberikan bekam kering kombinasi akupressure dengan kelompok kontrol dengan p.value 0,007<0,05. Serta terdapat perbedaan signifikan antara tekanan darah diastole pada kelompok perlakuan setelah diberikan bekam kering kombinasi akupresur dengan kelompok kontrol dengan p value 0,000<0,05. Hal ini berarti ada pengaruh yang signifikan bekam kering kombinasi akupresur dengan penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi primer.
REFRENSI
Ahmae, R. S. (2019). Bekamnya, Penyakit
dan Terapi Dasar-Dasar Llmiah Terapi Bekam(XI). Thibbia.
Aminuddin, A., Sudarman, Y., & Syakib, M. (2020). Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Setelah Diberikan Terapi Akupresur. Jurnal
Kesehatan Manarang, 6(1), 57. https://doi.org/10.33490/jkm.v6i1. 119
Anees, S., Arafath, Y., & Chisholm, K. (2015). Hijamah (Cupping therapy) as a Preventive Medicine-A
Retro-Prospective Analytical Study.
International Journal of …, 4(2), 88– 100.
http://prlpublisher.com/journal/in dex.php/ayush/article/view/67 Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan RI. (2018). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar.
Kementrian Kesehatan RI, 1–582. Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar.
(2017). Profil Kesehatan Kabupaten
Gianyar Tahun 2016. 1–187. http://www.diskes.baliprov.go.id/f iles/subdomain/diskes/Juni
2017/Profil Kesehatan Gianyar 2016.pdf
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015. Profil Kesehatan
Provinsi Bali, 142. http://www.diskes.baliprov.go.id/f iles/subdomain/diskes/Profil Kesehatan Provinsi Bali/Tahun 2015/Bali_Profil_2015.pdf
Haryani, S., & Misniarti, M. (2020). Efektifitas Akupresure dalam Menurunkan Skala Nyeri Pasien Hipertensi Diwilayah Kerja Puskesmas Perumnas. Jurnal Keperawatan Reflesia, 2(1), 21–30. https://doi.org/10.33088/jkr.v2i1. 491
Jansen, S., Karim, D., & Misrawati. (2012). Efektivitas Terapi Bekam
Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi Primer.
Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Hipertensi. Infodatin, Hipertensi, 1– 7.
https://doi.org/10.1177/1090198 17400200403
Kemenkes RI. (2014). Situasi kesehatan jantung. Pusat Data Dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, 3. https://doi.org/10.1017/CBO9781 107415324.004
Kurniyawan, E. H. (2018). Terapi
Komplementer Alternatif
Akupresur Dalam Menurunkan Tingkat Nyeri. Pengaruh Akupresur
Lo4 (He Kuk) Dan Thai Cong Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Pada Ibu Bersalin., 9(2), 246– 256.
https://media.neliti.com/media/pu blications/197137-ID-acupressure-as-complementary-and-alterna.pdf Majid, Y. A., & Rini, P. S. (2016). Terapi
Akupresur Memberikan Rasa Tenang dan Nyaman serta Mampu Menurunkan Tekanan Darah Lansia.
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1), 79–86. https://doi.org/10.30604/jika.v1i1. 11
Muhadi. (2016). JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa. Cermin Dunia
Kedokteran, 43(1), 54–59.
PERHI. (2019). Konsensus
Penatalaksanaan Hipertensi 2019.
Indonesian Society Hipertensi Indonesia, 34–35.
Pujiastuti, D., & Azaria, A. D. (2019). Studi Komparatif Masase Punggung Dan Akupresur Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Rw 08 Kelurahan Kricak
Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta 2017. Jurnal Kesehatan, 6(1), 1–8. https://doi.org/10.35913/jk.v6i1.1 11
Risniati, Y., Afrilia, A. R., Lestari, T. W., & Siswoyo, H. (2019). Pelayanan Kesehatan Tradisional Bekam : Kajian Mekanisme , Keamanan dan Manfaat Traditional Cupping Therapy : A Review of Mechanism , Safety and Benefits. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 3(3), 212– 225.
Pemberian Terapi Bekam Dan Terapi Pijat Refleksi Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. 1–13.
Sangkur G, B., Nurmuharomah, D., Nandya, I., Diah, N., Utami, N., & Sutarsa, I. (2016). Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Esensial Di Rumah Bekam Denpasar Mei-Juni Tahun 2014. E-Jurnal Medika
Udayana, 5(9), 120–122.
Sormin, T. (2019). Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, 14(2), 123. https://doi.org/10.26630/jkep.v14 i2.1294
Surahmat, R., & Damayanti, N. R. (2019). Pengaruh Terapi Bekam Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Rumah Bekam Palembang. Majalah Kedokteran
Sriwijaya, 49(1), 43–49. https://doi.org/10.32539/mks.v49 i1.8323
Susi Susanah, Ani Sutriningsih, W.
(2017). Influence of Cupping Therapy Against Blood Pressure Drop on Hypertension Patients At Polyclinic Trio Husada Malang.
Journal Nursing News, 2(1), 281– 291.
Syarif, K. (n.d.). Pengaruh Terapi
Komplementer Bekam Dan Minyak Zaitun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Lojejer Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember. 1–10. Zaenurrohmah, D. H., & Rachmayanti, R.
D. (2017). Relationship Between Knowledge and Hypertension History with Blood Pressure Control in Elderly. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 5(2), 174. https://doi.org/10.20473/jbe.v5i2 2017.174-184
Zaki, M. (2012). Lima Terapi Sehat. T Elex Media Komputindo.