commit to user
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT KEMISKINAN
(Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011)
Skripsi
Dimaksudkan Untuk Melengkapi
Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
ACHMAD KHABHIBI
NIM. F 1110001
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
Sapa wruha yen wus dadi, ingsun weruh pesti nora, ngarani namanireki (Sunan Kalijaga)
Dalam hidup nyata dan dalam perjuangan yg tak mudah, kita bukan tokoh dalam dongeng dan mitos yang gagah berani dan penuh sifat kepahlawanan. Kita,yang bukan tokoh mitos, yang punya anak istri dan
keluarga, mengenal rasa takut.Tapi bahwa meskipun takut kita jalan terus, dan berani melompati pagar batas ketakutan tadi,mungkin
disitu harga kita ditetapkan
(Gus Dur)
Sabar berarti siap menderita
(Mahatma Gandhi)
Hanya tahu saja tidak cukup, kita harus mempraktekkannya. Menginginkan saja tidak cukup, kita harus berusaha
(Leonardo da Vinci)
Lebih baik jadi motivator, walaupun kita belum bisa seperti motivasi yang kita berikan kepada orang lain.
(Astutie Dessy Saputri)
commit to user
1. Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya.
2. Simbah Kakung & Putri terima kasih atas doanya.
3. Bapak & Ibu, terima kasih atas doa, dan pengorbanannya.
4. Semua keluarga serta saudaraku kartasura & solo terimakasih atas dukungannya. 5. Astutie Dessy Saputri terima kasih atas
motivasinya.
6. Semua teman-teman KP 2007 dan EP 2010 terima kasih telah membantu.
KATA PENGANTAR
commit to user
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Guntur Riyanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan ilmu dan bimbingan serta motivasi dengan sabar kepada penulis.
2. Bapak Drs. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Drs.Sutanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
4. Bapak dan Ibu dosen serta para staf Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bimbingan dan ilmu selama penulis menuntut ilmu di Universitas Sebelas Maret.
5. Bapak & Ibu yang tak pernah lelah selalu berdoa dengan memberi perhatian dan dukungan yang terbaik sehingga penulis dapat semangat dalam perjuangan penyelesaian studi di Universitas Sebelas Maret.
6. Untuk Adek ku (Achmad Arif Husein / Genk) yang telah memberikan bantuan dukungan dan motivasi kepada penulis.
commit to user
8. Buat semua Sahabat-Sahabatku Mahasiswa Ekonomi Pembangunan transfer 2010 yang telah memberikan pelajaran berharga berupa solidaritas yang sangat erat dan berkesan serta game-game tentang canda tawa yang berawal dari rintisan kelas 207 (kelas paten) sejarah membuka meniti waktu dan tak pernah lekang oleh waktu di benak serta pikiranku, semuanya akan menjadi satu lagi Sahabat, setelah nama-nama kalian nanti terkenal dan terkenang sukses dalam mengarungi waktu. Hidup EP New Face in future!!
9. Untuk IPNU dan PMII ku, Jayalah selalu Engkau adalah buku pendewasaanku sampai saat ini. Jaya selalu IPNU! Tangan terkepal maju ke muka untuk PMII Ku!
10.Para sahabat-sahabat tercinta yang selalu ada dalam suka dan duka serta setia, Sadhu (sang maha guru), Topik (100% sudah control), Agha (sertifikasi playboy), Abdul (Gedhul), Arta (sudah kelar), Bang Jerri (guru cinta), Setyawan (Thengkleng pelipur lara), Widi, Alvian (gonjang ganjing), Nur Hadi (Tabis), Andre, Rinto, and the others.
11.Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis ”Matur nuwun sanget”.
commit to user
Surakarta, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
commit to user
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 14
BAB II TINJUAN PUSTAKA ... 15
A. Kemiskinan ……… 15
1. Definisi Kemiskinan ……….. 15
2. Sumber dan Sebab terjadinya Kemiskinan……… 17
3. Ciri-Ciri Kemiskinan ……… 19
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan ………. 21
1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi ……….. 22
2. Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Pertumbuhan Ekonomi………. 28
3. Definisi Upah Minimum……… 29
4. Definisi Pengangguran ………. 34
B. Penelitian Terdahulu ……… 39
commit to user
D. Hipotesis Penelitian ……….. 48
BAB III METODE PENELITIAN ... 49
A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……… 49
B. Jenis dan Sumber Data ……… 50
C. Metode Analisis Data ……… 50
D. Pengujian Statistik……… 52
1. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ……… 52
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ………. 53
3. Uji Koefisien Determinasi ( ) ……….. 55
E. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik ……….. 57
1. Uji Multikolinearitas ……….. 56
2. Uji Heteroskedastisitas ……… 57
3. Uji Normalitas ……….. 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 58
A. Deskripsi Objek Penelitian ……….. 58
B. Keadaan Geografis ………. 58
C. Kemiskinan ……… 59
D. Pertumbuhan Ekonomi ……….. 63
E. Upah minimum ……….. 65
commit to user
G. Analisis Data dan Pembahasan ……….. 69
1. Uji Pemilihan Model ……… 69
2. Uji Statistik……… 70
3. Uji Asumsi Klasik ……… 73
H. Interpretasi Ekonomi ………. 74
BAB V PENUTUP ... 78
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1.1 Tingkat Kemiskinan di Indonesia tahun 2010-2011... 3
Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah menurut Daerah Tahun 2010–2011 ... 4
commit to user
Tingkat Kemiskinan Tahun 2010-2011 ... 7
Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010- 2011 (persen) ... 7
Tabel 1.6 Perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP) Jawa Tengah Tahun 2010-2011 (Rupiah) ... 10
Tabel 1.7 Tingkat Pengangguran terbuka di Jawa Tengah Tahun 2010-2011 (persen)... 10
Tabel 4.1 Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 (persen) ... 62
Tabel 4.2 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 (persen) ... 64
Tabel 4.3 Upah Minimum Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2011 (rupiah) ... 66
Tabel 4.4 Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011 (persen) ... 68
Tabel 4.5 Hasil Persamaan Regresi Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum dan Tingkat Pengangguran, Terhadap Tingkat Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2011 ... 69
Tabel 4.6 Uji t ... 70
Tabel 4.7 Uji F ... 71
Tabel 4.8 Uji R² ... 72
commit to user
Tabel 4.10 Uji Glejser ... 74 Tabel 4.11 Uji Kolmogrov – Smirnov ... 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
commit to user TINGKAT KEMISKINAN (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2011)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi (Y), Upah Minimum Kabupaten/Kota (U) dan tingkat pengangguran (P) terhadap tingkat kemiskinan 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011. Diduga secara parsial variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota dan tingkat pengangguran berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan dan variabel Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Sampel yang digunakan sebanyak 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dengan metode ordinary least square (OLS). Analisis data menggunakan pengujian statistik dengan bantuan program SPSS 18. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi linier berganda, dengan uji statistik (uji t, uji F, koefisien determinasi (R²), serta uji asumsi klasik (uji multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan normalitas). Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisien regresi secara parsial
(uji t) dengan α = 5% menunjukan dua variabel Upah Minimum Kabupaten/Kota dan tingkat pengangguran, berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan sedangkan variabel pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Hasil Uji F dengan α = 5% menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Kabupaten/Kota dan tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan dan orang-orang miskin sudah dikenal dan selalu ada di setiap peradaban manusia. Oleh karena itu beralasan sekali bila mengatakan bahwa kebudayaan umat manusia dalam setiap zamannya tidak pernah lepas dari orang-orang miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini (Samsubar Saleh, 2002).
Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu (M. Nasir, dkk 2008).
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas, Chambers (dalam Chriswardani Suryawati, 2005) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu intergrated
concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis.
Dilihat dari sisi etimologis, “kemiskinan” berasal dari kata “miskin” yang artinya tidak
commit to user
2
mendefinisikan kemiskinan dari perspektif kebutuhan dasar. Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002). Lebih jauh disebutkan kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non-makanan yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty treshold). Jadi, seseorang dikatakan miskin jika pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan.
commit to user
3
Tabel 1.1
Tingkat Kemiskinan di Indonesia tahun 2010-2011
Tahun
Dari hasil perhitungan di atas, usaha pemerintah dalam penanggulangan masalah kemiskinan harus di upayakan terus secara berkelanjutan, agar supaya dapat di tekan lagi tingkat kemiskinan di Indonesia pada umumnya dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah khususnya. Menurut ukuran jumlah penduduk miskin dan persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah dari periode tahun 2010-2011 (Tabel 1.2) yang terjadi juga mengalami kecenderungan menurun dimulai pada tahun 2010 dengan jumlah persentase penduduk miskin di Jawa Tengah sebesar 16,56 persen dan sampai pada tahun 2011 menjadi 16,21 persen. Keberhasilan Provinsi Jawa Tengah memperlihatkan pengaruh yang positif. Hal ini terlihat dari tingkat kemiskinan yang mengalami pola yang menurun.
Tabel 1.2
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
di Provinsi Jawa Tengah menurut Daerah Tahun 2010–2011
Tahun
commit to user
4
kemiskinan dan kelaparan. Kedua, Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (Ari muliana G. dan Rasbin, 2010).
Dengan deklarasi Milenium Bangsa-Bangsa di atas, bisa digunakan sebagai motivasi pemerintah agar upaya penangggulangan kemiskinan di Jawa Tengah selalu di usahakan dan berkelanjutan, jadi dengan upaya itu, program lima pilar “Grand Strategy” bisa berjalan dengan baik dan berhasil. Pertama, perluasan kesempatan kerja, ditujukan untuk menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik, dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan. Kedua, pemberdayaan masyarakat, dilakukan untuk mempercepat kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat dan memperluas partisipasi masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin kehormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar. Ketiga, peningkatan kapasitas, dilakukan untuk pengembangan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha masyarakat miskin agar dapat memanfaatkan perkembangan lingkungan. Keempat, perlindungan sosial, dilakukan untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi kelomnpok rentan dan masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan yang disebabkan antara lain oleh bencana alam, dampak negatif krisis ekonomi, dan konflik sosial. Kelima, kemitraan regional, dilakukan untuk pengembangan dan menata ulang hubungan dan kerjasama lokal, regional, nasional, dan internasional guna mendukung pelaksanaan ke empat strategi diatas (Bappeda Jateng, 2007).
commit to user
5
tingkat kemiskinan yang masih relatif tinggi, yaitu angka diatas 10 persen. Tabel 1.3 menunjukkan rata-rata tingkat kemiskinan di enam provinsi di pulau Jawa. Rata-rata tingkat kemiskinan Jawa Tengah masih tinggi dibanding dengan Provinsi lain di Pulau Jawa, Provinsi Jawa Tengah menempati peringkat kedua yaitu sebesar 16,38 persen. Peringkat pertama ditempati oleh DI Yogyakarta dengan rata-rata tingkat kemiskinan sebesar 16,45 persen.
Tabel 1.3
Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa 2010-2011 (Persen)
Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2012, diolah
Tingkat kemiskinan di Jawa Tengah merupakan tingkat kemiskinan agregat dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Tabel 1.4 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah masih tidak merata, dan sebagian besar tingkat kemiskinannya masih tinggi. Ada tiga Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat kemiskinan dibawah 10 persen, yaitu Kabupaten Kudus, Kota Salatiga dan Kota Semarang sedangkan yang lainya diatas 10 persen. Ini mengindikasikan usaha pemerintah dalam menurunkan tingkat kemiskinan belum merata ke seluruh Kabupaten/Kota. Untuk itu perlu dicari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di seluruh Kabupaten/Kota, sehingga dapat digunakan sebagai acuan bagi tiap Kabupaten/Kota dalam usaha mengatasi kemiskinan.
Provinsi 2010 2011 Rata-rata
commit to user
6
Menurut penelitian yang dilakukan (Ravi Dwi Wijayanto, 2010) faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan adalah PDRB, pendidikan dan pengangguran. Dari ketiga faktor tersebut memiliki hubungan yang negatif terhadap kemiskinan. Sedangkan penelitian yang dilakukan (Adit Agus Prasityo, 2010) selain faktor-faktor tersebut, masih terdapat faktor lain yaitu Upah Minimum Kabupaten/Kota (U).
Tabel 1.4
JumlahKabupaten/Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Rata-Rata Tingkat Kemiskinan Tahun 2010-2011
Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2011, diolah
Permasalahan kemiskinan harus selalu diupayakan solusi yang tepat karena proses pembangunan perlu memerlukan pendapatan nasional yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Pembangunan nasional dilaksanakan merata di seluruh tanah air dan tidak untuk satu golongan atau sebagian masyarakat, tetapi untuk seluruh masyarakat Indonesia, serta harus benar-benar dapat dirasakan seluruh rakyat, (Suparmoko, 2006).
Pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan tetapi biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang dibutuhkan, walaupun begitu
pertumbuhan ekonomi yang bagus pun menjadi tidak akan berarti bagi penurunan masyarakat
miskin jika tidak diiringi dengan pemerataan pendapatan (Wongdesmiwati, 2009).
commit to user
7
Tabel 1.5
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah memberikan gambaran kinerja pembangunan ekonomi dari waktu ke waktu. Produk Domestik regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan digunakan untuk menunjukan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dari tahun ke tahun. Tabel 1.5 menunjukkan bahwa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan dari 4,92 persen di tahun 2010 menjadi 4,91 persen di tahun 2011.
commit to user
8
merupakan kompensasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja yang berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya.
Penetapan tingkat upah yang dilakukan pemerintah pada suatu negara akan memberikan pengaruh terhadap besarnya tingkat pengangguran yang ada. Semakin tinggi besaran upah yang ditetapkan oleh pemerintah maka hal tersebut akan berakibat pada penurunan jumlah orang yang bekerja pada negara tersebut (Kaufman dan Hotchkiss, 1999). Menurut J.R. Hicks (dalam Kaufman dan Hotchkiss, 1999) Teori penetapan upah dalam suatu pasar bebas sebenarnya merupakan kasus khusus dan teori nilai umum. Upah adalah harga tenaga kerja.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Asep Suryahadi, dkk, 2003), peningkatan pada upah minimum akan memiliki dampak yang buruk pada tenaga kerja sektor formal di
perkotaan, kecuali pada pekerja ”white-collar”. Jika peningkatan dalam upah minimum
commit to user
9
Tabel 1.6
Perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP) Jawa Tengah Tahun 2010-2011 (Rupiah)
Sumber BPS, Jawa Tengah Dalam Angka, Berbagai Tahun Terbitan
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pengangguran. Besarnya tingkat pengangguran merupakan cerminan kurang berhasilnya pembangunan di suatu negara. Pengangguran dapat mempengaruhi kemiskinan dengan berbagai cara (Tambunan, 2001). Di Jawa Tengah besarnya tingkat pengangguran bergerak secara naik turun di berbagai tahun. Tetapi, dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran cenderung mengalami penurunan. Tingkat pengangguran dari tahun 2010 sampai tahun 2011 menurun. Pada tahun 2011 sebesar 6,21 persen menjadi 5,93 persen pada tahun 2010.
Tabel 1.7
Pada hakekatnya pembangunan daerah dianjurkan tidak hanya memusatkan perhatian pada pertumbuhan ekonomi saja namun juga mempertimbangkan bagaimana kemiskinan yang dihasilkan dari suatu proses pembangunan daerah tersebut. Menurut Esmara (dalam Deni Tisna, 2008) dalam ilmu ekonomi dikemukakan berbagai teori yang membahas tentang bagaimana pembangunan ekonomi harus ditangani untuk mengejar keterbelakangan. Sampai akhir tahun 1960, para ahli ekonomi percaya bahwa cara terbaik untuk mengejar keterbelakangan ekonomi adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya, sehingga dapat melampaui tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan cara tersebut
commit to user
10
angka pendapatan per kapita akan meningkat sehingga secara otomatis terjadi pula peningkatan kemakmuran masyarakat.
Dalam penelitian ini, tingginya tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah menjadi
masalah yang akan diteliti, dimana diperlukan adanya analisis faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan 35
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tersebut meliputi Pertumbuhan Ekonomi, Upah
Minimum Kabupaten/Kota dan Tingkat Pengangguran.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, Provinsi Jawa Tengah memiliki tingkat
kemiskinan peringkat kedua di antara Provinsi-Provinsi di Pulau Jawa. Rata-rata tingkat
kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah selama periode tahun 2010-2011 sebesar 16,38 persen.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi, yang ditunjukkan oleh nilai PDRB atas dasar harga
konstan selama periode tahun 2010-2011 mengalami penurunan dari 4,92 persen pada tahun
2010 dan 4,91 persen pada tahun 2011. Namun, tingkat upah minimum provinsi mengalami
kecenderungan naik dari mulai 660.000 rupiah pada tahun 2010, menjadi 675.000 rupiah
pada tahun 2011. Tingkat pengangguran yang tinggi mempengaruhi tingginya tingkat
kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah, memiliki kecenderungan menurun mulai dari tahun
2010 sekitar 6,21 persen menjadi 5,93 persen pada tahun 2011.
B. Rumusan Masalah
Kemiskinan merupakan salah satu tolok ukur sosio ekonomi dalam menilai
keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah di suatu daerah. Banyak sekali
commit to user
11
Di Provinsi Jawa Tengah pada periode tahun 2010-2011 menunjukkan bahwa penduduk miskin tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 16,38 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa belum meratanya hasil usaha pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mengatasi masalah kemiskinan di seluruh Kabupaten/Kota, padahal dampak kemiskinan sangat buruk terhadap perekonomian Indonesia. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan di seluruh Kabupaten/Kota, sehingga dapat digunakan sebagai dasar kebijakan bagi tiap Kabupaten/Kota dalam usaha mengatasi kemiskinan di Jawa Tengah.
Atas dasar permasalahan diatas maka persoalan penelitian yang ingin dipecahkan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan secara parsial?
2. Bagaimana pengaruh upah minimum kabupaten/kota terhadap tingkat kemiskinan
secara parsial?
3. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap kemiskinan secara parsial?
4. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum kabupaten/kota dan tingkat
pengangguran secara bersama-sama?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan secara
commit to user
12
2. Menganalisis pengaruh upah minimum kabupaten/kota terhadap tingkat kemiskinan
secara parsial.
3. Menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan secara
parsial.
4. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum kabupaten/kota dan
tingkat pengangguran secara bersama-sama.
D. Kegunaan penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada:
1. Pengambil Kebijakan
Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
yang berguna di dalam memberikan informasi yang berguna di dalam memahami
pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum kabupaten/kota dan tingkat
pengangguran, serta menjadi bahan masukan untuk merumuskan berbagai kebijakan di
masa yang akan datang.
2. Ilmu Pengetahuan
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu ekonomi
khususnya ekonomi pembangunan. Manfaat khusus bagi ilmu pengetahuan yakni dapat
melengkapi kajian mengenai tingkat kemiskinan dengan mengungkap secara empiris
commit to user
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemiskinan
1. Definisi Kemiskinan
Secara etimologis, “kemiskinan” berasal dari kata “miskin” yang artinya tidak berharta
benda dan serba kekurangan. Departemen Sosial dan Badan Pusat Statistik mendefinisikan kemiskinan dari perspektif kebutuhan dasar. Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002). Lebih jauh disebutkan kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non-makanan yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty treshold).
commit to user
14
a. Kemiskinan Absolut
Kemiskinan absolut merupakan ketidakmampuan seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya untuk mencukupi kebutuhan dasar minimum yang diperlukan untuk hidup setiap hari. Kebutuhan minimum tersebut diterjemahkan dalam ukuran finansial (uang). Nilai minimum tersebut digunakan sebagai batas garis kemiskinan. Garis kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara riil, sehingga dapat ditelusuri kemajuan yang diperolah dalam menanggulangi kemiskinan pada level absolut sepanjang waktu.
World bank menggunakan ukuran kemiskinan absolut ini untuk menentukan jumlah penduduk miskin. Menurut world bank, penduduk miskin adalah mereka yang hidup kurang dari US$1 per hari dalam dolar PPP (Purchasing Power Parity). Akan tetapi, tidak semua negara mengikuti standar minimum yang digunakan world bank tersebut, karena bagi negara-negara berkembang level tersebut masihlah tinggi, oleh karena itu banyak negara menentukan garis kemiskinan nasional sendiri dimana kriteria yang digunakan disesuaikan dengan kondisi perekonomian masing-masing negara.
commit to user
15
b. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencapai standar kehidupan yang ditetapkan masyarakat setempat sehingga proses penentuannya sangat subyektif. Mereka yang berada dibawah standar penilaian tersebut dikategorikan sebagai miskin secara relatif. Kemiskinan relatif ini digunakan untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan.
2. Sumber dan Sebab terjadinya Kemiskinan
Menurut Nasikun dalam Chriswardani Suryawati (2005), beberapa sumber dan proses penyebab terjadinya kemiskinan, yaitu:
a. Policy induces processes, yaitu proses pemiskinan yang dilestarikan, direproduksi
melalui pelaksanaan suatu kebijakan, diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya justru melestarikan,
b. Socio-economic dualism, negara bekas koloni mengalami kemiskinan karena pola
produksi kolonial, yaitu petani menjadi marjinal karena tanah yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor,
c. Population growth, perspektif yang didasari oleh teori Malthus, bahwa pertambahan
penduduk seperti deret ukur, sedangkan pertambahan pangan seperti deret hitung,
d. Resaurces management and the environment, adalah unsur mismanagement sumber
daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian yang asal tebang akan menurunkan produktivitas,
e. Natural cycle and processes, kemiskinan terjadi karena siklus alam. Misalnya tinggal
commit to user
16
musim kemarau kekurangan air, sehingga tidak memungkinkan produktivitas yang maksimal dan terus-menerus,
f. The marginalization of woman, peminggiran kaum perempuan karena masih dianggap
sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan penghargaan hasil kerja yang lebih rendah dari laki-laki,
g. Cultural and ethnic factors, bekerjanya faktor budaya dan etnik yang memelihara
kemiskinan. Misalnya pada pola konsumtif pda petani dan nelayan ketika panen raya, serta adat istiadat yang konsumtif saat upacara adat atau keagamaan,
h. Exploatif intermediation, keberadaan penolong yang menjadi penodong, seperti rentenir,
i. Internal political fragmentation and civil stratfe, suatu kebijakan yang diterapkan pada
suatu daerah yang fragmentasi politiknya kuat, yang dapat menjadi penyebab kemiskinan, j. International processe, bekerjanya sistem internasional (kolonialisme dan kapitalisme)
membuat banyak negara menjadi miskin.
3. Ciri-Ciri Kemiskinan
Menurut (Hartomo dan Aziz, 1997) mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki beberapa ciri, yaitu :
a. Mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup, modal maupun keterampilan. Faktor produksi yang dimiliki sendiri sedikit sekali sehingga kemampuan memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas,
commit to user
17
kepada “lintah darat” yang biasanya meminta syarat yang berat dan memungut biaya
yang tinggi,
c. Tingkat pendidikan mereka yang rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar. Waktu mereka habis tersisa untuk mencari nafkah sehingga tidak tersisa lagi untuk belajar. Anak-anak mereka tidak dapat menyelesaikan sekolah, karena harus membantu orang tua mencari tambahan penghasilan atau menjaga adik-adik di rumah, sehingga secara turun-temurun mereka terjerat dalam keterbelakangan garis kemiskinan,
d. Kebanyakan mereka tinggal di pedesaan. Banyak diantara mereka tidak memiliki tanah, walaupun ada kecil sekali. Umumnya mereka menjadi buruh tani atau pekerja kasar di luar petani, karena pertanian bekerja dengan musiman maka kesinambungan kerja kurang
terjamin. Banyak diantara mereka kemudian bekerja sebagai “pekerja bebas”, berusaha
apa saja. Dalam keadaan penawaran tenaga kerja yang besar maka tingkat upah menjadi rendah sehingga mengurung mereka dibawah garis kemiskinan, di dorong dengan kesulitan hidup di desa maka banyak diantara mereka mencoba berusaha di kota,
kantong-commit to user
18
kantong kemelaratan. Menurut (Todaro, 1997) masyarakat miskin mempunyai beberapa ciri sebagai berikut :
1) perbedaan geografis, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan, 2) perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara yang berlainan,
3) perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya, 4) perbedaan peranan sektor swasta dan negara,
5) perbedaan struktur industri,
6) perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi dan politik negara lain, 7) perbedaan pembagian kekuasaan, struktur politik dan kelembagaan dalam negeri.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan
Pengaruh kemiskinan dengan beberapa aspek ekonomi terdiri dari tiga komponen utama sebagai penyebab kemiskinan masyarakat, faktor tersebut adalah tingkat pertumbuhan ekonomi (PDRB), upah minimum, tingkat pengangguran, pendidikan, kesehatan dan bukan hanya itu saja seperti Upah Minimum Kabupaten/Kota juga menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan. penelitian yang dilakukan (Ravi Dwi Wijayanto, 2010) Dari ketiga faktor tersebut memiliki hubungan yang negatif terhadap kemiskinan. Sedangkan penelitian yang dilakukan (Adit Agus Prasityo, 2010) selain faktor-faktor tersebut, masih terdapat faktor lain yaitu Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan/upah. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan
commit to user
19
turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan (Sadono Sukirno, 2003).
a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Prof. Simon Kuznets (dikutip dari Budiono, 1999) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologi terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Hal tersebut menjadikan pertumbuhan ekonomi dicirikan dengan 3 hal pokok, antara lain:
1) Laju pertumbuhan perkapita dalam arti nyata (riil),
2) Persebaran atau distribusi angkatan kerja menurut sektor kegiatan produksi yang menjadi sumber nafkahnya,
3) Pola persebaran penduduk.
commit to user
20
yang lebih tinggi dan untuk itu tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi merupakan pilihan yang harus diambil. Namun yang menjadi permasalahan bukan hanya soal bagaimana cara memacu pertumbuhan, tetapi juga siapa yang melaksanakan dan berhak menikmati hasilnya.
Robert Solow mengemukakan model pertumbuhan ekonomi yang disebut model pertumbuhan Solow. Model tersebut berangkat dari fungsi produksi agregat sebagai berikut:
Y = A . F (K,L)
Dimana Y adalah output nasional (kawasan), K adalah modal (kapital) fisik, L adalah tenaga kerja dan A merupakan teknologi. Faktor yang mempengaruhi pengadaan modal fisik adalah investasi. Y juga akan meningkat jika terjadi perkembangan dalam kemajuan teknologi yang terindikasi dari kenaikan A. Oleh karena itu pertumbuhan perekonomian nasional dapat berasal dari pertumbuhan input dan perkembangan kemajuan teknologi yang disebut juga pertumbuhan total faktor produktivitas.
commit to user
21
menentukan pertumbuhan ekonomi, sedangkan Romer berpandangan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh tingkat modal manusia melalui pertumbuhan teknologi.
Secara sederhana dengan demikian fungsi produksi agregat dapat dimodifikasi menjadi sebagai berikut:
Y = A . F (K,H,L)
Pada persamaan diatas, H adalah sumberdaya manusia yang merupakan akumulasi dari pendidikan dan pelatihan. Menurut (Mankiw et. Al, 1992) kontribusi dari setiap input pada persamaan tersebut terhadap output nasional bersifat proporsional. Suatu negara yang memberikan perhatian lebih kepada pendidikan terhadap masyarakatnya ceteris paribus lebih baik daripada yang tidak melakukannya. Dengan kata lain, investasi terhadap sumberdaya manusia melalui kemajuan pendidikan akan menghasilkan pendapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Apabila investasi tersebut dilaksanakan secara relative merata, termasuk terhadap golongan berpendapatan rendah, maka kemiskinan akan berkurang. Sehingga dapat di simpulkan bahwa apabila pertumbuhan ouput meningkat yang dipengaruhi investasi terhadap sumberdaya manusia maka dapat menurunkan kemiskinan.
commit to user
22
harga konstan. Total PDRB menunjukkan jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh penduduk dalam periode tertentu.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik (BPS) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedang Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar dimana dalam perhitungan ini digunakan tahun 1993. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (Sadono Sukirno, 2005), sedangkan menurut BPS Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku digunakan untuk menunjukkan besarnya struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi.
Untuk lebih jelas dalam menghitung angka-angka Produk Domestik Regional Bruto ada tiga pendekatan yang cukup kerap digunakan dalam melakukan suatu penelitian :
1) Menurut pendekatan Produksi
commit to user
23
selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara yaitu bahan baku/penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi (Robinson Tarigan, 2005).
2) Menurut pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi, yaitu upah dan gaji dan surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung neto pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Surplus usaha meliputi bunga yang dibayarkan neto, sewa tanah, dan keuntungan. Metode pendekatan pendapatan banyak dipakai pada sektor jasa, tetapi tidak dibayar setara harga pasar, misalnya sektor pemerintahan. Hal ini disebabkan kurang lengkapnya data dan tidak adanya metode yang akurat yang dapat dipakai dalam mengukur nilai produksi dan biaya antara dari berbagai kegiatan jasa, terutama kegiatan yang tidak mengutip biaya (Robinson Tarigan, 2005).
3) Menurut pendekatan Pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negri. Jika dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan/produksi barang dan jasa itu digunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi), perubahan stok dam ekspor neto.
Cara penyajian Produk Domestik Regional Bruto disusun dalam dua bentuk, yaitu :
commit to user
24
Menurut BPS pengertian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan yaitu jumlah nilai produksi atau pengeluaran atau pendapatan yang dihitung menurut harga tetap. Dengan cara menilai kembali atau mendefinisikan berdasarkan harga-harga pada tingkat dasar dengan menggunakan indeks harga-harga konsumen. Dari perhitungan ini tercermin tingkat kegiatan ekonomi yang sebenarnya melalui Produk Domestik Regional Bruto riilnya.
2) Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku menurut BPS adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Yang dimaksud nilai tambah yaitu merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya factor produksi dalam proses produksi.
b. Hubungan Tingkat Kemiskinan Pertumbuhan Ekonomi
commit to user
25
masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan pemerataan pendapatan (Wongdesmiwati, 2009).
Menurut (Sadono Sukirno, 2000), laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil. Selanjutnya pembangunan ekonomi tidak semata-mata diukur berdasarkan pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana distribusi pendapatan telah menyebar ke lapisan masyarakat serta siapa yang telah menikmati hasil-hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak pada kualitas dan pada konsumsi rumah tangga dan apabila tingkat pendapatan penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke barang paling murah dengan jumlah barang yang berkurang.
Menurut penelitian (Nurfitri Yanti, 2010) menyatakan bahwa PDRB sebagai indikator pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap kemiskinan.
c. Definisi Upah Minimum
commit to user
26
1) Teori Upah Minimum
Dalam pasar tenaga kerja sangat penting untuk menetapkan besarnya upah yang harus dibayarkan perusahaan pada pekerjanya. Undang-undang upah minimum menetapkan harga terendah tenaga kerja yang harus dibayarkan (Mankiw, 2006). Menurut (Kaufman, 2000), tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja. Kebijakan upah minimum di Indonesia tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999 dan UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003. Tujuan dari penetapan upah minimum adalah untuk mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja. Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan termasuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja tanpa menafikkan produktifitas perusahaan dan kemajuannya, termasuk juga pertimbangan mengenai kondisi ekonomi secara umum. Menurut (Hasanuddin Rachman, 2005), Tujuan penetapan upah minimum dapat dibedakan secara mikro dan makro. Secara mikro tujuan penetapan upah minimum yaitu :
(a) Sebagai jaring pengaman agar upah tidak merosot,
(b) Mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan,
(c) Meningkatkan penghasilan pekerja pada tingkat paling bawah. Sedangkan secara makro,
Secara makro tujuan penetapan upah minimum yaitu :
(a) Pemerataan pendapatan,
commit to user
27
(d) Peningkatan produktivitas kerja nasional, (e) Peningkatan etos dan disiplin kerja,
(f) Memperlancar komunikasi pekerja dan pengusaha dalam rangka hubungan bipartite.
Pada awalnya upah minimum ditentukan secara terpusat oleh Departemen Tenaga Kerja untuk region atau wilayah-wilayah di seluruh Indonesia. Dalam perkembangan otonomi daerah, kemudian mulai tahun 2001 upah minimum ditetapkan oleh masing-masing provinsi. Upah Minimum ini dapat dibedakan menjadi upah minimum regional dan upah minimum sektoral.
(a) Upah Minimum Regional
commit to user
28
(b) Upah Minimum Sektoral
Upah minimum sektoral adalah upah yang berlaku dalam suatu provinsi berdasarkan kemampuan sektor. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja : Per-01/MEN/1999 tentang upah minimum, upah minimum sektoral dibedakan menjadi Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat I (UMSR Tk. I) dan Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat I I (UMSR Tk. II).
Dalam perkembangan selanjutnya sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (KEP-226/MEN/2000) tentang perubahan pada pasal 1, 3, 4, 8, 11, 20 dan 21 PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, maka terjadi perubahan istilah Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat I (UMSR Tk. I) menjadi Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) dan Upah Minimum Sektoral Regional Tingkat II (UMSR Tk. II) diubah menjadi Upah Minimum Sektoral Kabupaten /Kota (UMS kab/kota).
Variabel-variabel yang mempengaruhi upah minimum regional (UMR) Tingkat I dan II sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per-01/Men/1999, adalah sebagai beriku : kebutuhan hidup minimum (KHM), indeks harga konsumen (IHK), kemampuan, perkembangan dan kelangsungan perusahaan, tingkat upah pada umumnya yang berlaku di daerah tertentu dan antar daerah, kondisi pasar kerja, dan tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan per kapita.
commit to user
29
sesuai UU Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 88 (4) tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa besaran upah minimum antara lain didasarkan pada tahap pencapaian KHL, pertumbuhan PDRB, produktivitas, dan mempertimbangkan keberadaan sektor marjinal (usaha yang paling tidak mampu). Pada pelaksanaannya, pertimbangan pada usaha tidak mampu ternyata belum dapat dioperasionalkan.
2) Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Upah Minimum
Tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja. Penetapan tingkat upah yang dilakukan pemerintah pada suatu negara akan memberikan pengaruh terhadap besarnya tingkat pengangguran yang ada. Semakin tinggi besaran upah yang ditetapkan oleh pemerintah maka hal tersebut akan berakibat pada penurunan jumlah orang yang bekerja pada negara tersebut (Kaufman dan Hotchkiss, 1999).
Menurut (Mankiw, 2003), upah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran dan pengangguran berpengaruh kepada kemiskinan. Selain itu, upah juga merupakan kompensasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja yang berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya.
d. Definisi Pengangguran
commit to user
30
pengangguran merupakan cerminan kurang berhasilnya pembangunan di suatu negara. Pengangguran dapat mempengaruhi kemiskinan dengan berbagai cara (Tambunan, 2001). Jenis-jenis pengangguran:
1) Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya: a) Pengangguran Alamiah
Pengangguran yang berlaku pada tingkat kesempatan kerja penuh. Kesempatan kerja penuh adalah keadaan dimana sekitar 95 persen dari angkatan kerja dalam suatu waktu sepenuhnya bekerja. Pengangguran sebanyak lima persen inilah yang dinamakan sebagai pengangguran alamiah.
b)Pengangguran Friksional
Suatu jenis pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seorang pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya dan mencari kerja yang lebih baik atau lebih sesuai dengan keinginannya.
c) Pengangguran Struktural
Pengangguran yang diakibatkan oleh pertumbuhan ekonomi. Tiga sumber utama yang menjadi penyebab berlakunya pengangguran stuktural adalah:
(1) Perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang semakin maju membuat permintaan barang dari industri yang memproduksi barang-barang yang kuno menurun dan akhirnya tutup dan pekerja di industri ini akan menganggur. Pengangguran ini disebut juga sebagai pengangguran teknologi. (2) Kemunduran yang disebabkan oleh adanya persaingan dari luar negeri atau
commit to user
31
yang lebih baik dan lebih murah akan membuat permintaan akan barang lokal menurun. Industri local yang tidak mampu bersaing akan bangkrut sehingga timbul pengangguran.
(3) Kemunduran perkembangan ekonomi suatu kawasan sebagai akibat dari pertumbuhan yang pesat dikawasan lain.
d) Pengangguran Konjungtur
Penganguran yang melebihi pengangguran alamiah. Pada umumnya pengguran konjungtur berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat. Penurunan permintaaan agregat mengakibatkan perusahaan mengurangi jumlah pekerja atau gulung tikar, sehingga muncul pengangguran konjungtur.
2) Jenis-Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya: a) Pengangguran Terbuka
Pengguran ini tercipta sebagai akibat penambahan pertumbuhan kesempatan kerja yang lebih rendah daripada pertumbuhan tenaga kerja, akibatnya banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh pekerjaan. Menurut Badan Pusat Stsatistik (BPS), pengangguran terbuka adalah adalah penduduk yang telah masuk dalam angkatan kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, serta sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
b) Pengangguran tersembunyi
commit to user
32
c) Pengangguran Musiman
Keadaan pengangguran pada masa-masa tertentu dlam satu tahun. Penganguran ini biasanya terjadi di sektor pertanian. Petani akan mengganggur saat menunggu masa tanam dan saat jeda antara musim tanam dan musim panen.
d) Setengah Menganggur
Keadaan dimana seseorang bekerja dibawah jam kerja normal. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), di Indonesia jam kerja normal adalah 35 jam seminggu, jadi pekerja yang bekerja di bawah 35 jam seminggu masuk dalam golongan setengah menganggur.
3) Dampak Pengangguran:
Salah satu faktor penting yang mementukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat tercapai. Penganguran berdampak mengurangi pendapatan masyarakat, sehingga akan menurunkan tingkat kemakmuran yang mereka capai.
commit to user
33
4) Hubungan Tingkat Kemiskinan Dengan Pengangguran
Menurut (Sadono Sukirno, 2004), efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.
Menurut (Dian Octaviani, 2001) mengatakan bahwa sebagian rumah tangga di Indonesia memiliki ketergantungan yang sangat besar atas pendapatan gaji atau upah yang diperoleh saat ini. Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya sebagian besar penerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Lebih jauh, jika masalah pengangguran ini terjadi pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah (terutama kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan sedikit berada di atas garis kemiskinan), maka insiden pengangguran akan dengan mudah menggeser posisi mereka menjadi kelompok masyarakat miskin. Yang artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengganguran maka akan meningkatkan kemiskinan.
B. Penelitian Terdahulu
a. Penelitian yang dilakukan (Ravi Dwi Wijayanto, 2010) dengan judul “Analisis Pengaruh
commit to user
34
ini adalah PDRB, pendidikan dan pengangguran, metode yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah analisis panel data (kombinasi data cross section dan time series). Dari hasil penelitian tersebut didapat nilai koefisien regresi sebesar 0,968 yang berarti bahwa 96,8 persen variasi kemiskinan kabupaten/kota di Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh variasi tiga variabel independennya yakni PDRB, pendidikan dan pengangguran. Dari hasil uji f nilai fhitung> ftabel, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel independen secara simultan atau bersama – sama mempengaruhi variabel kemsikinan. Dari hasil uji t, variabel PDRB berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan, variabel pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, sedangkan variabel pengangguran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.
b. Penelitian yang dilakukan (Adit Agus Prayitno, 2010) dengan judul “Analisis Faktor
commit to user
35
mempengaruhi variabel kemsikinan. Dari hasil uji t, variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, variabel upah minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, variabel pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan serta variabel pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan.
c. Penelitian yang dilakukan (Nurfitri Yanti, 2010) dengan judul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi Dan Tingkat Kesempatan Kerja Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Tahun 1999-2009. Penelitian tersebut menganalisis bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat kesempatan kerja terhadap tingkat kemiskinan. Variabel independen dari penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat kesempatan kerja, metode yang digunakan dalam analisis penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda adalah uji asumsi klasik. Dari hasil penelitian tersebut didapat nilai koefisien regresi sebesar 0,6407 yang berarti bahwa 64,07 persen variasi tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Jawa Tengah dapat dijelaskan oleh variasi tiga variabel independennya yakni pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat kesempatan kerja. Dari hasil uji f nilai fhitung> ftabel, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel independen secara simultan atau bersama – sama mempengaruhi variabel kemsikinan. Dari hasil uji t, variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan, variabel inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, serta variabel tingkat kesempatan kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.
commit to user
36
Horbecke”. Tulisannya menganalisis tentang pengaruh pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia. Model yang digunakan adalah modifikasi model ekonometri yang dikemukakan oleh (Cutler dan Katz, 1991), yaitu:
Pt = β0 + β1 (P/Y)T + β2 ρT + β3 μt + β4 Gt + εt
Dimana:
Pt = tingkat kemiskinan agregat pada tahun ke t diukur dengan indeks FGT
(P/Y)t = rasio garis kemiskinan terhadap pendapatan rata-rata
ρT = tingkat inflasi Gt = rasio gini
μt = tingkat pengangguran εt = error term
Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kenaikan angka pengangguran mengakibatkan peningkatan atas angka kemiskinan, sebaliknya semakin kecil angka pengangguran akan menyebabkan semakin rendahnya tingkat kemiskinan di Indonesia.
e. Penelitian yang dilakukan oleh (Deny Tisna Amijaya, 2008) dengan judul “Pengaruh
ketidakmerataan distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2003-2004”. Tulisannya meneliti tentang pengaruh ketidakmerataan distribusi pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengangguran terhadap kemiskinan di Indonesia, dalam hal ini untuk seluruh Provinsi di Indonesia dari tahun 2003–2004. Analisis yang dilakukan adalah analisis Deskriptif dan ekonometrika dengan menggunakan metode Panel Data. Model yang digunakan adalah modifikasi model ekonometri sebagi berikut:
commit to user
37
Y it = β0 + β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + Uit dimana:
MS = jumlah kemiskinan.
GR = variabel ketidakmerataan distribusi pendapatan. PDRB = variabel tingkat pertumbuhan ekonomi.
PG = variabel tingkat pengangguran. i = cross section.
t = time series.
Β0 = konstanta. Β1, Β2, Β3 = koefisien.
U = error.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ketidakmerataan distribusi pendapatan berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan, variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan variabel pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan.
f. Penelitian yang dilakukan oleh (Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti, 2006) dengan
judul “Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin”.
commit to user
38
kenaikan Share pertanian dan industry mengakibatkan penurunan atas angka kemiskinan, kenaikan tingkat pendidikan mengakibatkan penurunan atas angka kemiskinan. Dimana pengaruh tingkat pendidik SMP lebih besar daripada pengaruh share pertanian. Sedangkan kenaikan Dummy krisis mengakibatkan peningkatan atas angka kemiskinan.
g. Penelitian yang dilakukan oleh (Wongdesmiwati, 2009) dengan judul “Pertumbuhan
Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan” Alat analisa yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan digunakan metode analisis regresi berganda (multiple regression) dengan menentukan variabel-variabel yang mempengaruhi masing-masing fungsi tersebut.
h. Penelitian yang dilakukan (Dadan Hudaya, 2009) dengan judul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Indonesia”. Penelitian tersebut menganalisis
commit to user
39
Dari hasil uji t, variabel persentase dan jumlah penduduk miskin menurut provinsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan, variabel pendapatan perkapita berpengaruh negatif dan signifikan, variabel angka melek huruf berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, serta variabel tingkat pengangguran berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.
i. Penelitian yang dilakukan oleh (Harlem Siahaan, 1995) dengan judul “Kemiskinan dan
Pertumbuhan Ekonomi: Pendekatan Teoritik Politik Indonesia 1945 –1984”. Tulisannya menganalisis tentang pertumbuhan ekonomi yang cepat (dipercepat) pada umumnya berpotensi menciptakan berbagai bentuk kesenjangan dan permasalahan yang menghasilkan kontradiksi sosial-politik. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia maupun perbaikan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi untuk mengatasi krisis ekonomi tersebut, akan berpotensi menciptakan situasi dan fenomena politik yang tidak menentu karena masalah-masalah ekonomi termasuk pembangunan ekonomi tidaklah tepat jika dilihat dari sudut dan perspektif ekonomi. j. Penelitian yang dilakukan oleh (Rasidin K. Sitepul dan Bonar M. Sinaga, 2009) dengan
judul “ Dampak Investasi Sumberdaya Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan
Kemiskinan Di Indonesia: Pendekatan Model Computable General Equilibrium”.
Tulisannya menganalisis tentang Bagaimana pengaruh investasi sumberdaya manusia terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Indonesia dengan menggunakan kombinasi model Komputasi Keseimbangan umum dan metode Foster-Greer-Thorbecke. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa Peningkatan investasi sumberdaya
commit to user
40
peningkatan stok kapital, neraca perdagangan dan konsumsi rumah tangga. Investasi sumberdaya manusia untuk pendidikan dapat menurunkan poverty incidence, poverty depth dan poverty severity kecuali untuk rumah tangga bukan pertanian golongan atas di
desa, bukan angkatan kerja di kota dan bukan pertanian golongan atas di kota.
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa kemiskinan dipengaruhi oleh tiga variabel antara lain pertumbuhan ekonomi, upah minimum kabupaten/kota dan tingkat pengangguran. Kemudian variabel-variabel tersebut sebagai variabel independen (bebas) dan bersama-sama, dengan variabel dependen (terikat) yaitu kemiskinan yang diukur dengan alat analisis regresi untuk mendapatkan tingkat signifikansinya. Dengan hasil regresi tersebut diharapkan mendapatkan tingkat signifikansi setiap variabel independen dalam mempengaruhi kemiskinan. Selanjutnya tingkat signifikansi setiap variabel independen tersebut diharapkan mampu memberikan gambaran kepada pihak yang terkait mengenai penyebab kemiskinan di Jawa Tengah untuk dapat merumuskan suatu kebijakan di masa mendatang dalam upaya pengentasan kemiskinan. Secara skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut pada gambar 2.1:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Upah Minimum (U)
Pengangguran (P)
commit to user
41
Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dijelaskan bahwa Menurut Prof. Simon Kuznets (dikutip dari Budiono, 1999) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan tetapi biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang dibutuhkan, walaupun begitu pertumbuhan ekonomi yang bagus pun menjadi tidak akan berarti bagi penurunan masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan pemerataan pendapatan (Wongdesmiwati, 2009).
Menurut (Mankiw, 2003), upah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran dan pengangguran berpengaruh kepada kemiskinan. Selain itu, upah juga merupakan kompensasi yang diterima oleh satu unit tenaga kerja yang berupa jumlah uang yang dibayarkan kepadanya. Tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi, dan kesejahteraan pekerja. Upah minimum adalah usaha untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin. Semakin meningkat tingkat upah minimum akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga kesejahteraan juga meningkat dan sehingga terbebas dari kemiskinan (Kaufman dan Hotchkiss, 1999).
commit to user
42
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang bersifat sementara tentang adanya suatu hubungan tertentu antara variabel-variabel yang digunakan. Sifat sementara pada hipotesis ini berarti bahwa hipotesis dapat diubah, diganti dengan hipotesis lain yang lebih tepat. Hal ini dimungkinkan karena hipotesis yang diperoleh tergantung pada masalah yang diteliti dan konsep yang digunakan.
Hipotesis ini membahas pengaruh variabel independen yaitu tingkat kemiskinan terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi, upah minimum, pengangguran. Untuk pengujian hipotesis selengkapnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Diduga Pertumbuhan Ekonomi mempunyai pengaruh positif terhadap kemiskinan 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011.
2. Diduga upah minimum kabupaten/kota mempunyai pengaruh negatif terhadap kemiskinan 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011.
3. Diduga tingkat pengangguran mempunyai pengaruh negatif terhadap kemiskinan 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011.
commit to user
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan konsep yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran mengenai fenomena yang diteliti. Untuk memperjelas dan memudahkan terhadap variabel-variabel yang akan di teliti, dalam penelitian ini menggunakan satu variabel dependen (terikat) dan tiga variabel independen (bebas). Variabel dependen yang digunakan yaitu Tingkat Kemiskinan (K). Sementara tiga variabel independen yang digunakan antara lain: Pertumbuhan Ekonomi (Y), Upah Minimum Kabupaten/Kota (U), dan Tingkat Pengangguran (P).
2. Definisi Operasional
Definisi opeasional merupakan langkah berikut setelah menspesifikasi variabel penelitian. Hal ini bertujuan agar variabel penelitian yang telah ditetapkan dapat dioperasionalkan, sehingga memberikan petunjuk tentang bagian suatu variabel dapat terukur.
a. Tingkat kemiskinan (K) adalah persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskian di masing-masing kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2011 (dalam satuan persen), data diambil dari BPS.
commit to user
44
X100%
Dimana:
Yit = Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/kota i, tahun t PDRBtı = PDRB ADHK Kabupaten/kota i tahun t
PDRBt = PDRB ADHK Kabupaten/kota i tahun t-1
c. Upah minimum kabupaten/kota (U) adalah upah minimum yang berlaku di daerah kabupaten/kota, yang diterima oleh pekerja per bulan (BPS, 2008). U yang digunakan dalam penelitian ini adalah upah minimum yang berlaku di masing-masing kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2011 (dalam satuan rupiah), data diambil dari BPS.
d. Tingkat pengangguran terbuka (P) adalah persentase penduduk dalam angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan di masing-masing kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2011 yang diukur (dalam satuan persen), data diambil dari BPS.
B. Jenis dan Sumber Data
Sumber data utama untuk penelitian ini adalah laporan, Badan Pusat Statistik (BPS). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data deret lintang (cross-section data) yang meliputi 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah pada tahun 2011. Secara umum data-data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Informasi lain bersumber dari studi kepustakaan lain berupa jurnal ilmiah dan buku-buku teks.
commit to user
45
Studi ini menggunakan analisis uji Ordinary least square (OLS) sebagai alat pengolahan data. Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan suatu variable dependen (tidak bebas) terhadap salah satu atau lebih variable independen (bebas atau penjelas) untuk mengestimasi dan atau meramalkan nilai‐nilai populasi variabel dependen
berdasarkan nilai tetap variabel independen.
Berdasarkan kerangka pikir analisis yang dibangun dalam penelitian ini, variabel‐variabel yang digunakan adalah tingkat kemiskinan sebagai variabel yang
dijelaskan (dependen variabel), sedangkan variabel yang menjelaskan (explanatory variabels) adalah pertumbuhan ekonomi, upah minimum dan tingkat pengangguran. Analisis
regresi berganda yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh terhadap perubahan suatu variabel lainnya yang ada hubungannya untuk menguji model tingkat kemiskinan 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah yang dapat dinotasikan dalam model umum yang akan dibangun dalam persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
K = β0 + β1 Y + β2 U + β3 P +μ
Variabel-variabel Y, U, P adalah variabel bebas (variabel independen). Sedangkan variabel tidak bebas (variabel dependen) yang digunakan adalah K.
Dimana :
K = Tingkat Kemiskinan Y = Perumbuhan Ekonomi
U = Upah Minimum Kabupaten/kota P = Tingkat Pengangguran
commit to user
46
β1. . . . β3 = Koefisien Variabel Bebas
μ = Faktor Pengganggu
D. Pengujian Statistik
1. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji t pada dasarnya digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing – masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Tahapan dalam uji t adalah sebagai berikut : a. Menentukan Hipotesis
(berarti variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen)
(berarti variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen)
b. Menentukan nilai α
Nilai α yang dipilih adalah 0,05 c. Melakukan penghitungan nilai t
1) ttabel
Dimana :
Α = derajat signifikasi
N = banyak data yang digunakan