ISSN 2477-5878
JURNAL GURU FISIKA INDONESIA
SK no. 005.24775878/JI.3.1/SK.ISSN/2015.12
11 Desember 2015
Vol.2, No.2April 2016-November 2016
Pelindung
Kepala Dinas Pendidikandan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat
Dekan Fakultas FMIPA Universitas Negeri Padang
Ketua Jurusan Fisika UNP
Penanggung Jawab
Ketua MGMP Fisika Provinsi Sumbar
PimpinanRedaksi/Pengelola
ArnelHendri, S.Pd.,M.Si.
Wakil PimpinanRedaksi
HendraArinal, S.Pd.,M.Si.
Martin,M.Pd.
Mitra Bestari/ PenyuntingAhli
Dr. Yulikifli, M.Si
Yohandri.M.Si, Ph.D
Dr.Ahmad Fauzi, M.Si
Drs.Asrizal, M.Si
Dra.Yenni Dervina, M.Si
Penyunting Pelaksana
Dra.Murtiani Kari, M.Pd
Dra.Hidayati, MS
Drs.Erizal, M.Si
Gema Eferko Putri, S.Pd.
Nursyamsi, SP.,S.Pd.
Anggota
Seluruh anggota MGMP Fisika Provinsi Sumatera Barat
Alamat Pimpinan Redaksi/Pengelola
Jl. DR. M. Hatta No.5 RT 03 RW 02 Kelurahan Pasar Ambacang
Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji 25152
Handphone/WA : 085272437981
Email :arnelh71@gmail.com
Penerbit
PENGANTAR REDAKSI
Puji dan syukur kita ucapkan kepada Allah SWT karena dengan berkat rahmat dan
karuniaNya, jurnal Berkala Ilmiah bidang Fisika dengan
nama “Jurnal Guru Fisika Indonesia”
telah
terbit untuk Volume 2 Tahun I April 2016. Jurnal berkala ini merupakan jurnal ilmiah yang dikelola
oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Fisika Provinsi Sumatera Barat. Penerbitan
dilakukan dua kali per tahun yaitu pada bulan November dan April.
Jurnal Guru Fisika Indonesia suatu wadah bagi guru fisika Indonesia, terutama wadah bagi
guru fisika sumatera barat yang tergabung dalam MGMP Fisika sumatera barat dan para peneliti
bidang fisika untuk meningkatkan kemampuan menulis dan mempublikasikan artikel-artikel ilmiah.
Jurnal ilmiah ini memuat tulisan tentang fisika dan pendidikanfisika baik berupa hasil penelitian,
artikel ulas balik, dan laporan kasus.
Pada volume ini dimuat 13artikel berupa hasil penelitian dan kajian pustaka.Sebagai penulis
utama artikel pada volume ini adalah Nurhuda Arif, Yanty Sovina, ZulAzhari,
Aspar,
Refriza,Yunida
Herawati,Mitrawati, ArnelHendri,RizkiDonhery, Silvia Meilaty,
Elfinawati,
Bakhiar, Sri Indrawati
Prihatin Ningsih.
.Pada umumnya penulis artikel pada Jurnal Guru Fisika Indonesia berasaldari MGMP Fisika
sumatera barat, namun ada juga berasal dari provinsi jambi dan sumatera selatan. Dalam upaya
meningkatkan kualitas dari jurnal ini, kami sebagai pengurus terus berusaha mengundang parapenulis
fisika dari berbagai daerah di Indonesia melalui media sosial (medsos) untuk ikut berpartisifasi
mengisi artikel dalam jurna lini. Ada beberapa media sosial yang digunakan, seperti melaluifacebook,
twitter, whatsapp, line, blogger, wordpress, google +, instagram dan lain-lain. Karena itu keterlibatan
penulis daripara guru fisika dari provinsi lain diperlukan untuk membuat jurnal ini lebih baik.
Mudah-mudahan Jurnal Guru Fisika Indonesia dapat memberikan wawasan baru dalam
meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian di bidang fisika dan penerapan ilmu fisika dalam IPTEK
di Indonesia.Dengan demikian, jurnal ini dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan fisika dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari melalui publikasi ilmiah.
JURNAL GURU FISIKA INDONESIA
BerkalaIlmiahBidangFisika
Vol 2, No.2TahunI April 2016-November 2016
PENINGKATKATAN ASPEK KOGNITIF DENGAN MENGGUNAKAN MODUL
BERWAWASAN ISLAMI PADA SISWAKELAS XI IPA
SMA NEGERI 2 RAMBATAN
Nurhuda Arif ... 1
PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL
PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION (GI)
BERORIENTASI
LINGKUNGAN SEKOLAHPADA KELAS X3 SMA NEGERI 1 BUKITTINGGI
Yanty Sovina
... 7
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PERCOBAAN BANDUL FISIS
BERBASIS TEKNOLOGI DIGITAL DAN MODUL PRAKTIKUMPADA PEMBELAJARAN
FISIKA SMA
ZulAzhari
...11
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN
PEMBELAJARAN BERORIENTASI PENDEKATAN INKUIRI DI KELAS XI IPA 1 SMA
NEGERI 2 SUNGAI LIMAU
Aspar ...17
ROKET AIR SEBAGAI MOTIVASI BELAJAR GERAK PARABOLA PADA MATA
PELAJARAN FISIKA SMA KELAS XI IPA
Refriza ... 23
PENGEMBANGAN INSTRUMEN ANALISIS TUGAS SEBAGAI TAHAP
DEFINE
DALAM
MENGEMBANGKAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SMA BERBASIS MODEL
LEARNING CYCLE 7E
PADA MATERI TEKNOLOGI DIGITAL
Yunida Herawati
...27
PENINGKATAN KOMPETENSI SISWA MENGGUNAKAN MEDIA
MAS CAGA SURYA
KASI KACA POS (
LIMAS TENAGA SURYA APLIKASI EFFEK RUMAH KACA DAN
PENGOMPOSAN
Mitrawati ... 31
EDMODO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN ON LINE/E-LEARNING DAN
KOLABORASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJARDI SMAN 10 PADANG
Arnel Hendri ... 39
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK KELAS XII IPA
SMAN 1 SUMATERA BARAT PADA MATAPELAJARAN FISIKA
RizkiDonhery ... 45
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING
UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PESERTA DIDIK PADA
MATA PELAJARAN FISIKA KELAS XI MIPA 5
DI SMA NEGERI 2 BUKITTINGGI
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN TALKING STICK SISWA KELAS XII IPA 1 TAHUN PELAJARAN
2014/2015
Elfinawati ... 57
PENGGUNAAN METODE TUTOR SEBAYADAN KOLABORASI DENGAN MATA
PELAJARAN FISIKA DALAM MENINGKATKAN KREATIFITASPESERTA DIDIK
DALAM MENDESAIN SEBUAH PRESENTASI
Bakhiar ... 63
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DISERTAIPENGALAMAN DI
ALAM PADA KELAS X IPA- 5 SMAN 7 PADANG
Jurnal Guru Fisika Indonesia Vol 2 Tahun I April 2016
1
PENINGKATKATAN ASPEK KOGNITIF DENGAN MENGGUNAKAN MODUL
BERWAWASAN ISLAMI PADA SISWAKELAS XI IPA
SMA NEGERI 2 RAMBATAN
Nurhuda Arif
Guru mata pelajaran fisika SMA Negeri 2 rambatan
nurhudaarif.physic@gmail.com
ABSTRAK
Peningkatkatan Aspek Kognitif dengan Menggunakan Modul Berwawasan Islami Pada SiswaKelas XI IPA SMA Negeri 2 Rambatan. Aspek kognitif merupakan salah satu komponen penilaian selain psikomotor dan aspektif. Oleh karena itu, membantu siswa mengembangkan dan meningkatkan kemampuan kognitif hendaknya menjadi tujuan utama pengajaran fisika. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tingkat kognitif siswa masih rendah. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mencoba membahas strategi pembelajaran dalam rangka upaya memperbaiki tingkat kognitif siswa dalam belajar.Tujuan penelitian ini adalah bagaimanakah Peningkatkatan Aspek Kognitif dengan Menggunakan Modul Berwawasan Islami pada SiswaKelas XI IPA SMA Negeri 2 Rambatan. Modul berwawasan islami adalah salah satu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran yang divariasikan dengan unsur islami sehingga akan memudahkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasainya diakhir kegiatan belajar. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: terdapat peningkatan yang nyata dari aspek kognitif siswa pada pembelajaran fisika di SMAN 2 Rambatan dengan menggunakan modul berwawasan Islami. Untuk menganalisis data dan pengujian hipotesis penulis menggunakan teknik analisis deskriptif untuk mengetahui tingkat kognitif siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: Terdapat peningkatkatan Aspek Kognitif dengan Menggunakan Modul Berwawasan Islami pada SiswaKelas XI IPA SMA Negeri 2 Rambatan.
Kata Kunci: Modul fisika, wawasan al-qur’an, kognitif siswa PENDAHULUAN
Kondisi pembelajaran fisika di kelas XI IPA SMA Negeri 2 Rambatan T.P 2009/2010 adalah siswa disediakan bahan ajar berupa LKS dan buku teks pelajaran yang belum memadai untuk masing-masing siswa. Keterbatasan jumlah buku teks yang tersedia di sekolah yang dimiliki secara pribadi oleh siswa, berakibat siswa kurang memiliki buku panduan dalam pembelajaran di kelas maupun di rumah.
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, maka hendaknya seorang guru bisa menjabarkan materi pokok pelajaran sehingga menjadi bahan ajar yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Salah satu contoh bahan ajar yang dapat dibuat guru adalah modul. Modul yang dirancang hendaknya tidak hanya berisikan materi fisika saja juga berisi keterkaitan materi dengan unsur islami sehingga pembelajaran menjadi lebih berhikmah. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan mengembangkan modul berwawasan Al-Quran untuk materi KD 1.2 Menganalisis keteraturan gerak planet dalam tatasurya berdasarkan hukum-hukum Newton semester I.
Jadi, dalam hal ini penulis ingin membahas tentang: “Peningkatkatan Aspek Kognitif dengan
Menggunakan Modul Berwawasan Islami Pada SiswaKelas XI IPA SMA Negeri 2 Rambatan”.
KAJIAN LITERATUR
1. Modul
a. Pengertian Modul
Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.1
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa modul adalah bahan ajar tertulis yang dapat dibuat oleh guru sesuai dengan karateristik dan kebutuhan siswa, disusun secara sistematis dan terorganisasi dengan bahasa yang komunikatif dan sederhana sehingga siswa bisa belajar secara mandiri tanpa kehadiran guru atau bantuan tutor.
b. Unsur- Unsur Modul
1
Nurma (2009). Contoh Pengembangan Modul.(online). Tersedia:
2
Struktur isi modul minimal memuat: 1) Judul/identitas
2) Petunjuk Belajar 3) SK/KD
4) Materi Pembelajaran 5) Informasi pendukung 6) Paparan isi materi 7) Latihan
8) Tugas/Langkah Kerja 9) Penilaian 2
Dalam menulis sebuah modul konsep yang harus dipahami adalah modul dibagi kedalam beberapa sub bab atau beberapa unit. Untuk menentukan pembagian sub bab atau unit, penelitian modul harus menuliskan point-point besar isi modul. Masing- masing sub bab atau unit memiliki tujuan khusus, hal ini akan membuat modul mudah dipahami dan dipelajari oleh siswa.
Secara garis besar modul yang peneliti gunakan terdiri dari:
h. Umpan balik dan tindak lanjut i. Kunci jawaban
2. Modul Berwawasan Islami
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan modul yang memuat pendahuluan, presentasi materi, dan penutup. Namun perbedaannya pada bagian presentasi materi peneliti menambahkan uraian materi dengan kajian islam yang berkaitan dengan materi yang dipresentasikan, hal ini bertujuan agar siswa memahami bahwa materi atau konsep yang mereka pelajari bersumber pada unsur islam dan memunculkan kesadaran bahwa fisika merupakan ilmu Allah.
Berwawasan islam merupakan seperangkat pemikiran-pemikiran yang di dalamnya terdapat nilai islami dan mengisyaratkan adanya transformasi nilai-nilai islam melalui proses pendidikan yang sistematis dan berkesadaran sebagai upaya mempersiapkan peserta didik yang siap menghadapi perkembangan zaman, baik sekarang maupun yang akan datang yang bermuara pada kemashlahatan baik dunia maupun
2
BSNP, Petunjuk Teknis Pengembangan Bahan Ajar,( Direktorat Pembinaan SMA: Jakarta, 2010)
akhirat.3 Disamping sebagai bukti mujizat Allah siswa juga memahami bahwa didalam Al-Quran terdapat dasar-dasar dan prinsip- prinsip umum tentang Fisika dan alam semesta.
Syaikh Thantawi menulis bahwa dalam kitab Suci Al-Quran terdapat lebih dari 750 ayat kauniayah, ayat tentang semesta alam dan hanya sekitar 150 ayat fikih.4
Kenyataannya umat manusia dan para ulama cenderung disibukkan dengan berdebatan hal- hal fikih. Namun mereka lalai atas fenomena terbitnya matahari, beredarnya bulan dan kelap kelip bintang. Mereka melupakan gerak awan, kilat yang menyambar, listrik yang membakar, malam yang gelap gulita, dan mutiara yang gemerlap.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan, negara.
5Hal ini dapat tergambar jelas bahwa tujuan
pendidikan bukan hanya untuk mengembangkan
potensi
peserta
didik
saja
namun
juga
mewujudkan peserta didik yang memiliki
kekuatan spritual keagamaan serta memiliki
akhlak mulia.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) di mana peneliti terlibat langsung dalam kegiatan penelitian. Penelitian bertujuan untuk mencari penyelesaian masalah secara sistematis. Penelitian ini membutuhkan perencanaan, pengamatan dan penyempurnaan pada saaat refleksi. Pengumpulan, penganalisisan dan penyajian data dilakukan secara berkelanjutan dan bersiklus.
Penelitian bertempat di SMA Negeri 2 Rambatan yang berlokasi di Nagari Simawang Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat.
3
M. Yusron ,Opcit
4
Agus Purwanto ,Opcit, , hl 25.
5
Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, (
Jurnal Guru Fisika Indonesia Vol 2 Tahun I April 2016
3
Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPApadaTahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 16 orang siswa, yang terdiri dari 4 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan Objek penelitian materi fisika KD 1.2 Menganalisis keteraturan gerak planet dalam tatasurya berdasarkan hukum-hukum Newton semester I Alokasi waktu mata pelajaran fisika per minggu 5 jam pelajaran.
Pada pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 2 siklus. yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Untuk lebih jelasnya:
Gambar 1. Skema Siklus Penelitian
Setiap siklus yang diadakan terdiri atas satu pertemuan, jadi terdapat empat pertemuan selama tindakan. Setiap pertemuan terdiri atas waktu 5 x 45 menit.
Langkah-langkah dalam PTK: a. Siklus I
1) Perencanaan. a) Observasi awal
Penelitian ini akan dilakukan pada kelas XI IPA Semester 1 T.P 2009/2010, hal ini dilakukan karena berdasarkan observasi siswa-siswa kelas XI IPA tersebut selama 2 bulan pada semester 1 terdapat kelemahan-kelamahan dalam proses pembelajaran baik dari segi guru atau pun siswa itu sendiri khususnya rendahnya Kognitif belajar siswa. Oleh karena itu hasil observasi tersebut menjadi dasar bagi penulis untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada semester 1 tersebut. b) Diskusi dengan guru KKG fisika untuk mendapat
masukan
c) Dihasilkan fokus masalah yang akan diteliti, pelaksanaannya, dan pokok bahasannya.
d) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan
e) Mengembangkan skenario pembelajaran f) Menyiapkan sumber belajar/ bahan ajar dan alat g) Mengembangkan format evaluasi
h) Mengembangkan format lembar observasi
2) Tindakan
Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario yang direncanakan untuk memfasilitasi aktivitas belajar siswa yang lebih baik. Tahapan dalam pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP I) yang telah disusun sebagai berikut:
I. Pendahuluan. 1. Prapendahuluan
Cek kondisi kelas, persiapan siswa (absen, PR Tugas), dan persiapan siswa lainnya
2. Appersepsi 3. Motivasi.
II. Kegiatan Inti 1. Kegiatan Siswa
Mengerjakan isian modul berwawasan al-quran 2. Kegiatan Guru
Membimbing dan mengarahkan siswa
III. Penutup
Guru bersama Siswa menyimpulkan materi pelajaran
Evaluasi dan refleksi hasil
Pemberian PR berupa sesuai materi minggu depanuntuk kegiatan inti minggu depan
3) Observasi
Observasi dilakukan untuk proses pengumpulan data dengan mengisi instrumen penelitian yang telah disiapkan. Data kemudian di analisis untuk memutuskan penyelesaian masalah yang diberikan berhasil atau belum berhasil.
4) Refleksi
4
b. Siklus II 1) Perencanaan
Revisi tindakan pada siklus I
Identifikasi masalah dan alternatif pemecahan masalah.
Pengembangan program tindakan II,
yaitu dengan menyusun dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP II). RPP II ini disusun dan dikembangkan dengan tujuan mengatasi permasalahan yang terjadi pada siklus I..
Adapun langkah-langkah dalam RPP II tersebut adalah sebagai berikut:
I. Pendahuluan. 1. Prapendahuluan
Cek kondisi kelas, persiapan siswa (absen, PR Tugas), dan persiapan siswa lainnya 2. Appersepsi
3. Motivasi.
II. Kegiatan Inti 1. Kegiatan Siswa
Mengerjakan isian modul berwawasan al-quran
Berdiskusi materi yang dianggap sulit bagi siswa secara klasikal
Berdiskusi keagungan Tuhan dengan firmannya yang dikaitkan dengan materi pelajaran secara klasikal.
2. Kegiatan Guru
Membimbing dan mengarahkan siswa.
III. Penutup
1. Guru bersama Siswa menyimpulkan materi pelajaran.
2. Evaluasi dan refleksi hasil.
3. Pemberian PRTugas untuk kegiatan inti minggu depan.
2) Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II sesuai RPP II.
3) Observasi
Pengumpulan data tindakan II
4). Refleksi
Evaluasi tindakan II.
Instrumen yang dilakukan pertama kali adalah tes kemampuan awal sebelum perlakuan diberikan. Selanjutnya digunakan adalah Lembar Observasi (Observation sheet) dengan metoda pengamatan terstruktur yang digunakan untuk menilai keaktifan/ proses belajar dan diisi oleh guru peneliti. Lembar observasi disusun berdasarkan permasalahan yang terjadi. Dari hasil pengisian Lembar Observasi akan terlihat gambaran aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Hal-hal yang tidak tercakup dalam lembar observasi namun dirasa perlu untuk dicatat, dicantumkan dalam catatan harian (jurnal). Catatan yang didapatkan pada jurnal akan membantu memperkuat data dan memberikan alasan pada saat refleksi dan penentuan perbaikan tindakan.
Pengamatan pada Lembar Observasi, catatan harian/ jurnal, hasil pengisian dan lembar kerja akan dapat menunjukkan ada/ tidaknya peningkatan kognitif belajar siswa dalam interaksi kelas.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dan hasil pengamatan aktivitas belajar masing-masing siklus akan dijelaskan satu per satu di bawah ini.
1. Siklus 1
Indikator yang diamati pada siklus 1 ini adalah kognitif siswa dalam belajar yang terdiri dari 2 indikator dan KKM fisika yang harus dicapai adalah 70, yaitu Menjelaskan hukum gravitasi newton dan Menentukan besar dan arah gaya gravitasi antara dua benda atau lebih. Rataan persentase hasil kognitif belajar siswa siklus I untuk masing-masing indikator akan dijelaskan satu persatu di bawah ini.
a. Menjelaskan hukum gravitasi newton
Rataan persentase hasil kognitif belajar siswa hasil pengamatan siklus I untuk indikator Menjelaskan hukum gravitasi newton diperoleh hasil yaitu 10 orang dari 16 siswa kelas XI IPA (62,5%) tuntas, 6 orang siswa (37,55%) tidak tuntas.
b. Menentukan besar dan arah gaya gravitasi antara dua benda atau lebih
Pada Siklus I ini hasil pengamatan tentang kegiatan persentasi ini, pada pertemuan II diperoleh data12 orang dari 16 siswa kelas XI IPA (75%) tuntas, 4 orang siswa (25%) tidak tuntas.
c. Refleksi Siklus I
Jurnal Guru Fisika Indonesia Vol 2 Tahun I April 2016
5
rataaan persentase hasil kognitif belajar siswa untukmasing-masing indikator belajar siswa selama siklus I berlangsung pada diagram batang Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2.Diagram Batang Rataan Persentase hasil Belajar kognitif siswa Untuk Masing-masing Indikator Selama SiklusI
Berdasarkan diagram batang di atas dapat dilihat secara keseluruhan bahwa hasil kognitif belajar siswa untuk masing-masing indikator terjadi peningkatan ketuntasan dari 62,50 % menjadi 75% dan penurunan ketidaktuntasan dari 37,50% menjadi 25%. Hal ini disebabkan karena siswa mengerjakan modul yang berwawasan al-quran dengan dibimbing guru. Ini berarti masih diperlukan perbaikan dengan menyelesaikan modul yang berwawasan al-quran dengan mendiskusikannya secara klasikal dan di bimbing juga oleh guru pada siklus II.
1) Perencanaan untuk Siklus II
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II, sesuai dengan RPP II yang tertera pada metode penelitian, di mana RPP II ini adalah hasil perbaikan dari RPP I dan menyelesaikan modul yang berwawasan al-quran dengan mendiskusikannya secara klasikal dan di bimbing juga oleh guru pada siklus II.
2) Tindakan Siklus II
Tindakan yang dilaksanakan pada siklus I adalah tindakan yang tadinya tidak terpikirkan dalam perencanaan siklus I, tetapi karena ada hambatan sewaktu kegiatan pembelajaran siklus I, sehingga jalannya pembelajaran terganggu untuk itu penulis harus cepat mengantisipasinya dengan memberikan tindakan sesuai yang telah penulis sebutkan pada rencana tindakan yang akan diterapkan pada siklus II seperti telah diterangkan di atas.
3) Observasi Siklus II
Tidak ada perubahan dalam cara-cara/format-format lembar obseravsi pada siklus II. Hasil
observasi Siklus II akan dijelaskan pada deskripsi temuan pada siklus II.
4) Refleksi Siklus II
Refleksi siklus II akan dijelaskan setelah rencana, tindakan, dan obseravsi siklus II berlangung.
2. Siklus II
Hasil pengamamatan aktivitas belajar siswa untuk masing-masing indikator Menentukan besar dan arah kuat medan gravitasi di suatu titik akibat pengaruh medan gravitasi dari satu benda atau lebih dan menjelaskan dan menggunakan hukum-hukum Keppler dalam menyelesaikan persoalan tentang planet-planet dalam tata surya selama siklus II berlangsung akan dijelaskan satu persatu di bawah ini.
a. indikator Menentukan besar dan arah kuat medan gravitasi di suatu titik akibat pengaruh medan gravitasi dari satu benda atau lebih
Rataan persentase hasil kognitif belajar siswa pada siklus II untuk indikator Menentukan besar dan arah kuat medan gravitasi di suatu titik akibat pengaruh medan gravitasi dari satu benda atau lebih dengan perlakuan menggunakan modul berwawasan al-quran dan melakukan diskusi secara klasikal memberikan hasil di mana diperolehdiperoleh hasil yaitu 13 orang dari 16 siswa kelas XI IPA (81,25%) tuntas, 3 orang siswa (18,75%) tidak tuntas.
b. Menjelaskan dan menggunakan hukum-hukum Keppler dalam menyelesaikan persoalan tentang planet-planet
Rataan hasil hasil aktifitas belajar siswa untuk indikator Menjelaskan dan menggunakan hukum-hukum Keppler dalam menyelesaikan persoalan tentang planet-planet diperolehhasil yaitu 13 orang dari 16 siswa kelas XI IPA (87,5%) tuntas, 3 orang siswa (12,5%) tidak tuntas.
c. Refleksi Siklus II
Secara lebih ringkas pengamatan untuk masing-masing indikator hasil kognitif belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada diagram batang gambar 3di bawah ini.
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00%
% tuntas
6
Gambar 3.Diagram Batang Rataan Persentase hasil Belajar kognitif siswa Untuk Masing-masing Indikator Selama Siklus II
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II ada beberapa indikator hasil kognitif belajar siswa yang telah mencapai target ketuntasan minimal meningkat 81,25% menjadi 87,5 dan yang belum mencapai ketuntasan minimal menurun dari 18,75% menjadi 12,5%.
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian kegiatan pembelajaran ini dapat disimpulkan: “Terdapat peningkatan nyata hasil kognitif belajar siswa dengan menggunakan modul berwawasan islami yang di bimbing guru pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA; sedangkan untuk menggunakan modul berwawasan islami pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA yang di bimbing guru serta yang melibatkan siswa secara aktif lebih bagus lagi”.
B. Implikasi
Modul berwawasan islami dapat disajikan guru sebagai salah satu pedoman dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Guru dapat menggunakankan modul berwawasan islami untuk berbagai topik pembelajaran dengan memvalidasinya bersama teman sejawat. Validasi juga dapat dilakukan oleh konsultan bidang studi fisika.
Dalam menggunakan modul berwawasan islami guru perlu mengadakan kajian-kajian dengan narasumber yang berkompeten, guru perlu memperhatikan pembelajaran dan kondisi siswa.
Saran
1. Modul berwawasan Islami dapat dijadikan model bagi guru dalam mengembangkan modul pembelajaran yang lain perbaikan dan modifikasi terus dilakukan asal tetap memperhatikan hakikat pembelajaran fisika dengan menggunakan berwawasan Islami.
2. Penelitian ini hanya diujicobakan pada satu kelas, sebaiknya guru dapat melakukan uji coba pada kelas lain yang paralel atau bagi peneliti selanjutnya untuk menggunakan modul ini agar kelemahan yang ada dapat dikurangi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Agus Purwanto. 2009.Ayat- ayat Semesta, Bandung: Mizan.
BSNP. 2010. Petunjuk Teknis Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta :Direktorat Pembinaan SMA.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Nurma. 2009. Contoh Pengembangan
Modul.(online).Tersedia:
http://nurma.staff.fkip.uns.ac.id/contoh-modul/
Quraish Shihab. 1996.Wawasan Al-Quran. Jakarta: Mizan,
___________.2002. Tafsir Al- Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Redaksi Sinar Grafika. 2003. Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional).Jakarta:Sinar Grafika.
Riduan. 2007. Belajar Mudah Penelitian, Jakarta: Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
---.2008.Tafsir Ibnu Katsir(Terj). Jakarta: Imam Syafe’i.
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
%tuntas
Jurnal Guru Fisika Indonesia Vol 2 Tahun I April 2016
7
PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL
PEMBELAJARANKOOPERATIF TIPE
GROUP INVESTIGATION (GI)
BERORIENTASI LINGKUNGAN SEKOLAH
PADA KELAS X3 SMA NEGERI 1 BUKITTINGGI
Yanty Sovina
Guru SMAN 1 Bukittinggi yantysovina@yahoo.co.idABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-3 SMA Negeri 1 tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 34 orang dengan kemampuan yang heterogen. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari empat kali pertemuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi, catatan lapanngandan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas pembelajaran fisika telah meningkat, terbukti oleh rata-rata persentase aktivitas belajar fisika siswa sebesar 82,58% dengan kategori sangat tinggi. Keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar fisika dapat membangun pemahaman siswa sehingga hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan yaitu rata-rata tes awal siswa sebesar 58,25 sedangkan rata-rata tes di akhir siklus sebesar 83,29 dengan kategori sangat baik. Ditinjau dari pelaksanaan RPP, langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation 88% telah terlaksana. Terlaksananya model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yang meliputi aktivitas selama melakukan percobaan dengan LKPD dan aktivitas selama melakukan diskusi dan presentasi, telah menumbuhkan kesiapan dan rasa tanggung jawab setiap individu, sehingga seluruh siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran baik aktivitas intelektual maupun fisik. Dari data di atas diketahui bahwa indikator keberhasilan telah tercapai, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan aktivitas di kelas X3 SMA Negeri 1 Bukittinggi.
KATA KUNCI: Penelitian Tindakan Kelas, Aktivitas, Kooperatif Tipe Group Investigasi, Kelas X3 PENDAHULUAN
Kualitas proses pembelajaran Fisika dewasa ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran yang kurang bervariasi. Metode yang konvensional seperti menjelaskan materi secara abstrak, hafalan materi dan ceramah dengan komunikasi satu arah, yang aktif masih didominasi oleh pengajar, sedangkan siswa biasanya hanya memfokuskan penglihatan dan pendengaran. Kondisi pembelajaran seperti inilah yang mengakibatkan siswa kurang aktif dan pembelajaran yang dilakukan kurang efektif.
Proses belajar mengajar merupakan suatu system pembelajaran yang mengandung sejumlah komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Oleh karena dalam mengembangkan suatu kegiatan belajar mengajar, guru tidak hanya memperhatikan materi, metode dan evaluasi saja. Tetapi harus memperhatikan terciptanya proses pembelajaran yang membelajarkan siswa (pembelajaran aktif/active learning).
Dengan melihat prinsip belajar di atas, maka faktor keaktifan siswa sangat menentukan, namun dalam kenyataannya banyak interaksi dalam pembelajaran hanya satu arah yakni dari guru ke siswa
(teaching centre). Fungsi dan peran guru menjadi amat dominan, dilain pihak siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan gurunya.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan tidak mungkin lagi bagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Wawasan siswa harus dikembangkan agar dapat menemukan sendiri fakta dan konsep yang sedang dipelajari, bahkan guru harus berusaha untuk mencari media yang sesuai sehingga pembelajaran yang dilaksanakan akan efektif.J ika guru tetap mengajarkan semua fakta dan konsep artinya guru akan bertindak sebagai satu-satunya sumber informasi yang terpenting karena terdesak waktu untuk mengejar pencapaian kurikulum, maka guru akan memilih jalan yang termudah yakni menginformasikan fakta dan konsep melalui metode caramah. Akibatnya para siswa cenderung pasif, tidak bersemangat, bosan karena tidak ada aktifitas yang dilakukan, bahkan siswa apatis terhadap mata pelajaran Fisika.
8
sehingga siswa tidak termotivasi untuk mengikutinya. Berdasarkan kenyataan tersebut guru dirasa sangat perlu menerapkan suatu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa sehingga mutu hasil belajar Fisika dapat ditingkatkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar adalah model pembelajaran Group Investigation. Group
investigation adalah penemuan yang dilakukan secara berkelompok: murid/ siswa secara berkelompok mengalami dan melakukan percobaan dengan aktif yang memungkinkannya menemukan prinsip.
Tujuan dalam penelitian ini adalah
memperoleh informasi tentang peningkatan aktivitas belajar siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Type - GI yang berorientasi lingkungan sekolah pada mata pelajaran fisika di kelas X3 SMAN 1
Bukittinggi.
Penelitian ini dilakukan pada pokok bahasan kinematika gerak lurus. Pada penelitian ini untuk menciptakan suasan belajar yang aktif dan menyenangkan, siswa tidak melakukan percobaan untuk menemukan grafik GLB dan GLBB di laboratorium sebagaimana biasanya, tetapi siswa diajak untuk memperagakannya sendiri di lapangan bola basket ataupun koridor sekolah.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian bersifat deskriptif, karena menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai baik aktivitasnya maupun prestasinya.
Sabjek penelitianSiswa, kelas X3 SMA Negeri 1Bukittinggi tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 34 siswa, terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 14 siswa, dan jumlah siswa perempuan 19 siswa.yaitu dengan melihat aktifitas belajar siswa pada mata pelajaran Fisika KD Kinematika Gerak Lurus
Jenis data yang didapat adalah data kuantitatif dan data kualitatif yang terdiri dari rencana kegiatan pembelajaran.dan data hasil observasi terhadap pelaksanaaan pembelajaran selama proses
pembelajaran, adapun aktifitas siswa yang diamati adalah aktivitas saat melakukan percobaan maupun saat melakukan diskusi kelas yang meliputi aktivitas mengerjakan LKS sesuai prosedur.,aktifitas
mengajukan pertanyaan dan aktifitas menjawab/menanggapi pertanyaan.
Data tentang aktifitas siswa pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan menggunakan lembaran observasi. Data tentang aktivitas ini kemudian dibuat dalam bentuk rubrik yaitu Rubrik Penilaian Observasi Percobaan dan Rubrik selama melakukan diskusi dan presentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertemuan Pertama Siklus I
Siklus I dimulai dengan melaksanakan pre- test (tes awal ) untuk mengetahui kemampuan dasar dari siswa tentang kinematika gerak yang pernah dipelajarinya ketika SMP. Kemudian guru mulai melakukan apersepsi dan eksplorasi dalam menyampaikan materi tentang perbedaan jarak dengan perpindahan, kelajuan dan kecepatan. Dalam menyampaikan materi ini guru akan melibatkan siswa dalam diskusi informasi selama 1 jam pelajaran.
Pada jam ke-2 guru membagi siswa dalam 4 kelompok. Pembagian kelompok ini memiliki tujuan agar kemampuan siswa dalam kelompok homogen dan dapat seideal mungkin, sehingga tidak terjadi siswa pintar semua atau berjenis kelamin sejenis. Selama 45 menit kedua siswa diminta ke lapangan basket di halaman sekolah untuk melakukan kerja ilmiah menemukan perbedaan jarak dengan perpindahan, kecepatan dan kelajuan seperti yang telah tertera dalam LKS.
Pada jam ke-3 pembelajaran siswa kembali ke kelas dan melakukan presentasi hasil percobaan mereka pada LKS 01. Selanjutnya guru menanyakan kesiapan kelompok untuk melakukan
presentasi.Ternyata hanya kelompok 1 dan 3 yang sudah selesai serta siap melaksanakan presentasi. Presentasi dimulai dari kelompok 1, setiap kelompok mempunyai waktu 10 menit untuk presentasi dan melakukan tanya Kemudian guru mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi tiap kelompok dan membimbing peserta didik dalam membuat simpulan ataupun rangkuman materi pelajaran.
Pertemuan kedua Siklus I
Pada awal kegiatan guru menjelaskan tujuan dan memotivasi siswa tentang gerak lurus beraturan dan bersama siswa menyebutkan contoh gerak tersebut dalam kehidupan.Kemudian guru menyampaikan informasi tentang materi.
Jurnal Guru Fisika Indonesia Vol 2 Tahun I April 2016
9
gerak GLB tidak dilakukan di labor denganmenggunakan ticker timer seperti biasanya, tetapi menggunakan media air sebagai pengganti ticker timer. Setiap anak berbaris sambil memegang HP yang sudah distel dalam stopwatch dan seorang anak yang melakukan demostrasi gerak GLB seperti gerak yang biasa mereka lakukan ketika menjadi penggerek bendera sambil memegang sebotol minuman mineral. Tetesan air yang jatuh itu kemudian diukur dan setiap 5 langkah yang oleh anak yang memperagakan itu maka anak lain yang ada didekatnya harus mematikan stopwatch nya sehingga waktu dapat diukur
Tabel 1. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I No Aktivitas kinerja
selama melakukan dengan melakukan apersepsi.dan menjelaskan maksud tujuan pembelajaran pada peserta didik agar mengetahui tentang gerak GLBB kepada peserta didik. Kemudian guru memberikan motivasi kepada peserta didik. Guru mengajak peserta didik untuk mempelajari lebih jauh tentang gerak GLBB dalam kehidupan sehari-hari.Memasuki jam kedua guru kembali mengajak siswa keluar kelas untuk melakukan kerja ilmiah yaitu melakukan percobaan pada LKS-03. Pada percobaan ini siswa mendemostrasikan gerak GLBB dipercepat dan GLBB yang diperlambat. Seorang anggota kelompok akan memperagakan gerak GLBB sambil memegang gelas minuman mineral sementara anggota kelompok yang lain dengan memegang HP yang sudah sistel dalan stopwatch mengukur waktu setiap 5 langkah dari teman yang mendemostrasikan .
Pada siklus II peneliti memberikan waktu yang cukup luang bagi siswa untuk melakukan percobaannya untuk menemukan karateristik gerak GLBB dan grafik hubungan antara kecepatan terhadap waktu dan jarak terhadap waktu. Setelah selesai di koridor sekolah siswa kembali ke kelas untuk melanjutkan pekerjaanya.
Jadi pada jam ke 3 siswa melakukan diskusi kelompok di kelas. Pada diskusi kelompok siswa akan mencari hubungan kecepatan terhadap waktu dan jarak
terhadap waktu dan menemukan bentuk grafik GLBB yang dipercepat dan bentuk grafik GLBB yang diperlambat.
Presentasi kelas dilakukan pada pertemuan berikutnya selama satu jam. Hal ini bertujuan agar siswa mempunyai waktu yang cukup dalam mempersiapkan presentasi itu dan setiap kelompok harus membuatkan charta dari grafik GLBB yang diperlambat dan GLBB yang dipercepat berdasarkan hasil percobaan mereka.. Kelompok yang akan melakukan presentasi diundi untuk 2 kelompok dan setiap kelompok diberi waktu tampil 10 menit untuk mempresentasikan hasil kerja mereka. Tiap-tiap kelompok yang mempresentasikan atau mengungkapkan pendapatnya hasil diskusi dan peserta diskusi lain memberikan pertanyaan atau memberikan pendapat jika dirasakan jawaban yang diberikan oleh kelompok lain kurang pas.
Guru memberi evaluasi dari setiap pertanyaan dan membetulkan jika masih ada jawaban yang belum tepat. Langkah terakhir guru memberikan rangkuman dan tugas –tugas lanjutan sebagai penutup. Pada saat memberikan rangkuman siswa antusias dan mencatat dengan masing-masing kelompok memberikan masukan terhadap rangkuman yang diberikan.
Pertemuan kedua Siklus II
Pada pertemuan kedua siklus II ini dimulai pada jam ke-2 dimana guru akan melanjutkan penelitian ini pada materi Gerak Jatuh Bebas. Setelah menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa guru melibatkan siswa untuk melakukan diskusi informasi dalam memformulasi besaran-besaran dalam gerak jatuh bebas.
Memasuki jam ke 3 guru meminta siswa keluar kelas untuk melakukan percobaan Gerak Jatuh Bebas. Pada percobaan ini dilakukan di dekat tangga. Karena struktur kondisi sekolah SMA 1 Bukittinggi memiliki 3 lantai maka peneliti mencoba merancang LKS yang memanfaatkan kondisi ini untuk menemukan karakteristik gerak jatuh bebas.
10
Tabel 2. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II No Aktivitas kinerja
selama melakukan percobaan
Aktivitas dalam melakukan presentasi kelas
Pert ke 3 82,35 % 80,2 %
Pert ke 4 85,09 % 82,35%
rerata 83,72% 81,27%
Dari tabel perbandingan persentase aktivitas antara siklus I dan siklus II dapat diperoleh gambaran sebagai berikut:
Tabel 3.Perbandingan antara Aktivitas pada siklus I dan siklus II
No Nama aktivitas siklus I Siklus II
1
Aktivitas dalam
melakukan 69,76% 83,72%
Percobaan
2.
Aktivitas dalam
melakukan 67,25% 81,46%
Diskusi
Rerata 68,52% 82,58%
KESIMPULAN
Melalui penerapan model pembelajaran group Investigation untuk pokok pembahasan Kinematika Gerak Lurus pada siswa kelas X3 SMAN 1 Bukittinggi dapat meningkatkan aktivitas belajar fisika.
Analisis peningkatan aktivitas siswa diperoleh jumlah siswa yang bekerja dalam kelompok selama melakukan percobaan sesuai LKPD terjadi peningkatan aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II adalah 13,92% sedangkan ketika siswa melakukan diskusi dan presentasi rerata peningkatan saat dilaksanakan diskusi dan presentasi untuk siklus I adalah 67,25% sedangkan untuk siklus II adalah 81,46% atau terjadi peningkatan 14,21%.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan PTK ini tidak lepas dari adanya kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
Kepala SMAN 1 Bukittinggi yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.dan Semua pihak
yang telah memberikan kontribusi dalam membantu pelaksanaan penelitian PTK ini.
.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi .1989. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Angkasa
DePotar, Bobbi, Dkk. 2000. Quantum Teaching. Bandung : Mizan Media Utama
Djaali . 2008, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.
Gulo. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grasindo.
Hamalik, Oemar (2004), Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara
Hamalik Oemar (2002), Perencanaan Pengajaran, Jakarta : Bumi Aksara
Lee, Anita (2004), Cooperative Learning, Jakarta : Gramedia
Lufri, dkk (2006), Strategi Pembelajaran Biologi, Padang. FMIPA UNP Padang.
Nur, Muhammad (2005), Pembelajaran Kooperatif, Surabaya, Pusat Sains Dan Matematika UNESA..
Rohani, Ahmad (1995), Pengelolaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta.
Slameto (1991), Belajar dan Factor-Factor Yang Mendorongnya, Jakarta : Bumi
Aksara.
Suhardjono (2009), Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah, malang : Lembaga Cakrawala Indonesia.
Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Jurnal Guru Fisika Indonesia Vol 2 Tahun I April 2016
11
ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PERCOBAAN BANDUL FISIS
BERBASIS TEKNOLOGI DIGITAL DAN MODUL PRAKTIKUM
PADA PEMBELAJARAN FISIKA SMA
Zul Azhari
(1), Yulkifli
(2), Djusmaini Djamas
(2)(1)Guru Fisika SMAN 1 Solok Selatan, Muaralabuh (zulazhary30@gmail.com), (2)
Dosen Pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Padang, Padang.
ABSTRAK
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat percobaan bandul fisis berbasis teknologi digital dan modul praktikum untuk pembelajaran fisika SMA. Tujuan khusus melakukan analisis kebutuhan tentang perangkat percobaan bandul fisis berbasis teknologi digital dan modul praktikumnya. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang terdiri dari tiga langkah yaitu studi pendahuluan, pengembangan produk, menguji produk atau memvalidasi produk. Perangkat percobaan yang dikembangkan dalam penelitian ini dikemas dalam dua komponen yaitu alat percobaan bandul fisis berbasis teknologi digital dan modul praktikumnya. Studi pendahuluan untuk mengetahui permasalahan yang ada melalui observasi dan wawancara kepada peserta didik, guru menggunakan angket serta mengamati produk dan kondisi laboratorium yang diringi dengan studi literatur. Studi pendahuluan berupa analisis kebutuhan dilakukan di SMAN 1 Solok Selatan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil analisis karakteristik peserta didik disimpulkan 88,6% peserta didik memiliki minat dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pembelajaran fisika, 100% peserta didik senang jika pembelajaran fisika melalui kegiatan praktikum, 59% peserta didik jarang diajak melaksanakan kegiatan praktikum dan 86% alat labor yang digunakan masih dengan sistem manual, serta 56% peserta didik mengatakan modul praktikum yang ada kurang menarik dan panduannya kurang lengkap. Dari segi kegiatan pembelajaran, guru lebih cenderung menggunakan metode pembelajaran ceramah dibandingkan dengan praktikum. Dalam penggunaan modul praktikum, guru masih cenderung menggunakan modul yang ada di pasaran. Dari segi keadaan labor, alat labor yang dimiliki sudah lengkap, tetapi belum memadai seperti belum tersedianya perangkat percobaan bandul fisis. Dalam penggunaan bandul, siswa kesulitan melakukan cacahan jumlah dan waktu getarannya. Dari segi materi, keseimbangan dan dinamika rotasi merupakan salah satu materi yang sulit untuk dipahami peserta didik, ini ditandai banyak siswa yang hasil belajarnya di bawah KKM. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas diperlukan pengembangan perangkat percobaan bandul fisis berbasis teknologi digital dan modul praktikum untuk pembelajaran fisika SMA.
Kata Kunci
: Bandul Fisis, Momen Inersia, Percepatan Gravitasi.PENDAHULUAN
Menurut Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (2014:15) pembelajaran fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran fisika diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Untuk itu siswa perlu dibantu mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar.
Keterampilan proses meliputi keterampilan dalam pengamatan dengan seluruh indera, pengajuan
hipotesis, penggunaan alat dan bahan secara benar, dan analisis data dengan benar (Depdiknas, 2006).
Dalam konsep pendidikan sains modern, terdapat tiga unsur pokok sains yang harus dikembangkan dalam proses pembelajaran, yang meliputi proses, produk, dan aplikasi sains. Dengan bekal keterampilan ketiga aspek tersebut, peserta didik diharapkan mampu menjelajahi alam semesta secara aktif, kreatif dan mandiri, memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan dalam, serta memiliki kemampuan menerapkan konsep-konsep yang dipelajari untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari ( Depdiknas, 2004).
12
memperoleh kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum (Hinduan, 2005).
Peran guru sangat dituntut untuk menciptakan suasana belajar yang menekankan ketercapain kompetensi siswa, proses belajar lebih berorientasi pada proses dan hasil belajar. Belajar fisika itu harus inovatif, aplikatif, dan penuh variasi. Harus banyak praktikum, pengamatan, dan menggunakan berbagai fasilitas dan bukan hanya sekedar teori dalam kelas.
Dalam pembelajaran sains, salah satu kegiatan yang penting dilaksanakan adalah praktikum. Dimana peserta didik secara langsung dihadapkan pada gejala nyata yang berhubungan dengan konsep pembelajaran, baik kondisi alamiah maupun kondisi yang dimanipulasi melalui eksperimen. Melalui kerja praktik ini guru diharapkan dapat mengembangkan seluruh aspek kompetensi yang dimiliki peserta didik secara optimal yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor (Sutrisno, 2002).
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bambang (1998) yang menyatakan bahwa hasil belajar seseorang cenderung dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: a). Prasyarat kognitf yang dimiliki, b). Sikap dan aktivitas belajar, dan c).Fasilitas belajar yang tersedia.
Berkaitan dengan sumber belajar di laboratorium, kendala yang terjadi adalah alat
praktikum di laboratorium yang tidak mencukupi. Ada sekolah menengah yang tidak pernah menggunakan labor sebagai pusat pembelajaran karena alat labor sangat terbatas. Hal ini membuat siswa sulit
memahami konsep-konsep yang diberikan. Ini sejalan dengan hasil survei yang dilakukan Rahmad, dkk tahun 2008 terhadap kondisi laboratorium fisika pada 12 SMA/MA Negeri dan Swasta di Pekanbaru, diperoleh gambaran bahwa dari 18 butir materi praktikum yang dituntut dalam kurikulum , rata-rata hanya 5 butir ( 28% ) saja yang dapat dilakukan (Rahmad, 2008). Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa pengembangan fasilitas pembelajaran
merupakan salah satu aspek penting yang seyogyanya mendapat perhatian tenaga pendidikan, praktisisi pendidikan, peneliti dan pengambil kebijakan untuk dikembangkan..
Dalam setiap kegiatan praktikum, pengukuran merupakan proses yang harus ada. Kemajuan teknologi dalam pengukuran suatu besaran kini berkembang pesat. Perkembangan alat ukur tersebut dapat dikembangkan memanfaatkan teknologi dalam bidang elektronika yaitunya sistem sensor. Dalam pengukuran dibutuhkan instrument sebagai suatu cara fisis untuk menentukan nilai suatu besaran.
Solusi yang penulis tawarkan untuk mengatasi hal tersebut adalah suatu ide kreatif sehingga proses pembelajaran dapat dicapai dengan baik, maka penulis tertarik memilih penelitian pengembangan perangkat percobaan bandul fisis berbasis teknologi digital dan modul penuntun praktikum pada pembelajaran fisika materi keseimbangan dan dinamika rotasi kelas XI MIA SMA yang dapat menjelaskan konsep momen inersia, percepatan gravitasi, keseimbangan dan dinamika rotasi.
Penelitian ini terdiri dari tiga langkah yaitu pertama studi pendahuluan, kedua melakukan pengembangan produk, ketiga menguji produk atau memvalidasi produk.
Maka dari itu sebagai langkah awal penulis butuh melakukan studi pendahuluan. Analisis kebutuhan melalui observasi, wawancara, angket yang dilakukan di SMAN 1 Solok Selatan pada siswa kelas XI, XII, guru, materi (kurikulum) serta keadaan dan kegiatan labor. Sehingga pengembangan perangkat percobaan bandul fisis benar butuh untuk dikembangkan.
METODE
Jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Brog dan Gall (1989) yang dimodivikasi oleh Sukmadinata, dkk (2007). Pemilihan pendekatan penelitian ini didasari oleh tujuan penelitian yang ditetapkan yakninya untuk menghasilkan produk yang layak untuk digunakan dalam pembelajaran konsep keseimbangan benda tegar dan dinamika rotasi di SMA.
Pendekatan yang digunakan terdiri dari tiga langkah yaitu pertama studi pendahuluan, kedua melakukan pengembangan produk, ketiga menguji produk di kelas XI SMAN 1 Solok Selatan atau memvalidasi produk. Variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari perangkat percobaan bandul fisis berbasis tekonologi digital dan modul praktikum sebagai variabel bebas, sedangkan variabel terikatnya adalah validitas dan praktikalitas perangkat tersebut. Instrument pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrument pengujian validitas dan praktikalitas alat percobaan bandul fisis berbasis teknologi digital dan modul praktikum. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif, yaitu dengan menghitung indeks dari setiap indikator instrument percobaan.
Jurnal Guru Fisika Indonesia Vol 2 Tahun I April 2016
13
kegiatan praktikum di sekolah menengah melaluiobservasi dan wawancara langsung kepada peserta didik, guru dan menggunakan angket dalam rangka memperoleh karakteristik peserta didik, guru serta mengamati keadaan dan kegiatan yang ada di sekolah dan labor yang diringi dengan studi literatur untuk memperoleh gambaran tentang solusi.
Studi pendahuluan dilakukan di SMAN 1 Solok Selatan pada siswa kelas XI MIA 1, XII MIA 2 , guru fisika, materi (kurikulum), serta keadaan dan kegiatan labor pada bulan Oktober 2015.
Data hasil observasi, wawancara langsung dan angket dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu dengan menghitung indeks dari setiap indikator instrument pengamatan, Sehingga dapat menggambarkan apakah dibutuhkan pengembangan perangkat percobaan bandul fisis berbasis teknologi digital dan modul praktikumnya berdasarkan indikator yang di amati.
HASIL
Berdasarkan analisis dari hasil observasi, angket, wawancara studi lapangan di SMAN 1 Solok Selatan didapatkan beberapa hasil diantaranya: 3.1. Hasil studi lapangan tentang karakteristik peserta
didik dapat disimpulkan:
1). 84% peserta didik memilik minat yang tinggi terhadap pembelajaran fisika, dimana 88,6% memiliki minat dan rasa ingin tahu yang besar terhadap pembelajaran fisika serta 100% peserta didik senang jika pembelajaran fisika melalui kegiatan praktikum dilaksanakan.
2). 64% peserta didik kesulitan dalam pelaksanaan praktikum dimana 64% peserta didik kesulitan menganalisis hasil praktikum, 86% alat praktikum yang digunakan masih manual dan 95 % responden mengatakan belum ada alat praktikum bandul fisis apalagi berbasis teknologi digital 3). Hanya 44% Peserta didik mengatakan adanya
kesesuain penggunaan modul praktikum dalam pelaksanaan praktikum, dimana 56% responden mengatakan bahwa modul praktikum yang ada kurang menarik dan panduannya kurang lengkap. 4). 68% peserta didik menganggap metode
pembelajaran yang digunakan guru dalam praktikum sudah baik, dimana 73% peserta didik menyukai kegiatan praktikum dilaksanakan berkelompok, namun 59% peserta didik jarang diajak kelaboratorium untuk melaksanakan praktikum.
5). Khusus Pada kelas XII, 100% peserta didik mengatakan belum pernah melakukan percobaan
bandul fisis apalagi percobaan bandul fisis berbasis teknologi digital saat dikelas XI.
3.2. Hasil studi lapangan tentang pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat diketahui :
1). Kecenderungan metode yang digunakan dalam pembelajaran fisika di kelas oleh guru masih didominasi oleh metode ceramah dan demonstrasi dibandingkan metode praktikum (eksperimen). 2). Guru dalam pembelajaran sudah memiliki bahan
ajar. Bahan ajar yang dimiki oleh guru hanya sebagaian kecil yang dibuat sendiri dan lebih banyak mengadopsi serta menggunakan LKPD yang dipasaran dengan berbagai alasan.
3.3.Hasil studi lapangan tentang keadaan laboratorium
diketahui:
1). Secara umum alat labor yang dimiliki SMAN 1 Solok Selatan sudah lengkap. Perbandingan alat labor berupa KIT percobaan yang dimiliki oleh sekolah dengan praktikan pada dasarnya memadai dengan perbandingan 1 : 6, dan untuk alat yang tidak berupa KIT secara umum perbandingan alat yang dimiliki dengan praktikan 1 : 30.
2). Belum tersedianya alat praktikum bandul fisis dan modul penuntun praktikumnya.
3.4.Studi lapangan pendapat guru tentang kelemahan percobaan dan pengembangan bandul fisis diperoleh:
1). Di labor tidak tersedia alat percobaan bandul fisis dan modul penuntun praktikumnya, yang ada percobaan tentang bandul matematis itupun masih bersifat manual dalam cacahan jumlah getaran dan waktu getar.
2). Kesalahan yang sering terjadi dalam percobaan bandul fisis menurut pendidik adalah saat melakukan cacahan jumlah getaran dan waktu getaran.
3). Sangat bagus jika percobaan bandul fisis dikembangkan dengan sistem teknologi digital menggunakan sensor untuk cacahannya sehingga ketersedian alat praktikum tertanggulangi dan ketelitian alat meningkat.
4) adanya penuntun praktikum yang lengkap dan menarik sangat dibutuhkan dalam meningkatkan motivasi siswa dalam praktikum.
5). Pengembangan alat yang ada harus memperhatikan konsep, jangan sampai sistem digitalnya menyebabkan percobaan kehilangan esensinya. 3.5. Studi lapangan tentang Materi
14
3.6. Hasil studi lapangan tentang hasil belajar siswa Hasil belajar siswa pada materi keseimbangan dan dinamika rotasi pada tahun 2014/2015 masih rendah ini ditandai dengan perbandingan hasil belajar siswa yang mencapai KKM dengan yang tidak 40 : 60.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan sebelumnya, apabila ditinjau dari karakteristik peserta didik bahwa peserta didik memiliki minat, rasa ingin tahu yang besar tentang fisika. Ini ditandai dengan senangnya siswa jika kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk praktikum atau eksperimen.. Hal ini menjadi modal penting dalam sebuah proses pembelajaran. Apresiasi yang tinggi terhadap suatu mata pelajaran akan memacu aktivitas belajar yang tinggi pula sehingga hasil belajar menjadi tinggi pula.
Dilain pihak minat, rasa ingin tahu, senang siswa yang besar terhadap pembelajaran fisika yang bersifat kontektual ini terhambat akibat tidak tersedianya alat percobaan praktikum, jarangnya pendidik melakukan kegiatan praktikum bersama peserta didiknya dan penggunaan model pembelajaran yang digunakan pendidik yang monoton berupa diskusi informasi dan demonstrasi dengan dalih masalah efisiensi waktu dan ketersedian alat dan panduan praktikum. Ini merupakan beberapa kesulitan yang dialami pendidik. Serta tidak adanya inovasi yang dilakukan pendidik berupa membuat alat percobaan yang relevan dengan materi yang ada . Hal ini menjadi tantangan bagi kita semua sebagai praktisi pendidikan bagaimana mengatasi hal di atas.
Alat labor yang tersedia secara umum masih bersifat manual yang butuh ditingkat efisiensinya tanpa mengurangi esensi dari percobaan tersebut. Salah satunya percobaan bandul fisis dimana sering terjadi kesulitan dalam melakukan cacahan untuk menentukan waktu dan jumlah getaran bandul sehingga menyebabkan hasil percobaan pada praktikum sering melenceng dari teoritisnya. Berkembangnya sistem elektronika dengan adanya sensor dapat mengatasi kekurangan dari alat di atas.
Dalam penggunaan modul praktikum, masih banyak guru yang menggunakan panduan praktikum yang beredar di pasaran, serta banyak penuntun yang isinya kurang lengkap serta tampilan yang kurang menarik sehingga kebutuhan akan ketercapain tujuan pembelajaran belum terpenuhi. Hal ini menjadi wacana bagi seluruh tenaga pendidik untuk menciptakan penuntun praktikum yang baik dan menarik sehingga tujuan praktikum dan pembelajaran dapat dicapai.
Ditinjau dari materi pembelajaran tentang keseimbangan benda tegar dan dinamika rotasi merupakan salah satu materi yang komplek dan rumit. Karena untuk memahami materi keseimbangan benda tegar dibutuhkan pemahaman beberapa materi prasyarat yang harus dimiliki oleh peserta didik sehingga menyulitkan siswa dalam memahaminya. Hal ini terlihat dari rendahnya hasil belajar siswa dimana hanya 40% yang dapat menguasai materi pembelajaran dengan baik sisanya masih berada di bawah KKM yang diharapakan. Ini menjadi pertimbangan bagi kita mencari formula yang tepat dalam pembelajaran fisika di SMA.
Berdasarkan hasil studi lapangan tersebut, tampaknya sangat urgen untuk dilakukan pengembangan perangkat percobaan bandul fisis berbasis teknologi digital dan modul penuntun praktikumnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi lapangan dan hasil pembahasan disarankan untuk dilakukan pengembangan perangkat percobaan bandul fisis berbasis teknologi digital dan modul praktikum untuk pembelajaran fisika pada materi keseimbangan dan dinamika rotasi kelas XI MIA SMA agar kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran fisika SMA yang menyebabkan rendahnya hasil belajar dapat diatasi dan kekurangan instrument, kesalahan instrument dapat diminimalisir.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapakan kepada Bapak Dr. Yulkifli, S.Pd., M.Si dan Ibu Dr. Hj. Djusmaini Djamas, M.Si yang dalam kesibukannya bersedia membimbing penulis dalam menyelesaikan paper ini. Berikutnya teman-teman PPs pendidikan fisika B serta siswa dan guru SMAN 1 Solok Selatan yang memberikan bantuan kepada penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang, E.J. 2002. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. UGM: Yogyakarta
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004. Mata pelajaran Fisika SMA. Jakarta:BSNP.
Jurnal Guru Fisika Indonesia Vol 2 Tahun I April 2016
15
Hinduan, Ahmad. 2005. Strategi Pembelajaran Fisika. Pekanbaru: LPTK FKIP UNRI. Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Rahmad, dkk. 2008. Studi Kelengkapan Laboratorium Fisika SMA dan Perguruan tinggi di
Pekanbaru. Pekanbaru: LPTK UNRI. Sukmadinata, Nana.S. 2007. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sutrisno, Leo. 2002. Miskonsepsi dan Teknik
Jurnal Guru Fisika Indonesia Vol 2 Tahun I April 2016
17
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN
PEMBELAJARAN BERORIENTASI PENDEKATAN INKUIRI DI KELAS XI IPA 1
SMA NEGERI 2 SUNGAI LIMAU
Aspar
Guru SMA Negeri 2 Sungai Limau asparkoto@yahoo.co.id
ABSTRAK
Pembelajaran fisika yang disajikan berpusat pada guru memnghasilkan siswa pasif. Hal ini terlihat dari rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa. Selama pembelajaran, guru lebih banyak mendominasi pembelajaran, sedangkan siswa cenderung hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan. Bentuk pembelajaran seperti ini kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreatifitas dan sikap ilmiahnya. Cara yang dianggap tepat untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran fisika mmenggunakan pendekatan inkuiri. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar fisika siswa menggunakan pembelajaran berbasis pendekatan inkuiri di kelas XI IPA 1 SMAN 2 Sungai Limau. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMAN 2 Sungai Limau tahun pelajaran 2004/2015 dengan mengunakan metode Classroom Action Research yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar angket untuk data motivasi belajar siswa dan tes untuk data hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan persentase siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam pembelajaran fisika meningkat dari 75 % pada siklus I menjadi 93% pada siklus II. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) meningkat dari 53,6% pada siklus I menjadi 96,4% pada siklus II. Disimpulkan, penelitian tindakan ini meningkatkan motivasi dan hasil belajar fisika siswa.
KATA KUNCI: Pembelajaran Fisika,PendekatanInkuiri, Motivasi, Hasil Belajar PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan lingkungan sehari-hari. Bagaimana terjadinya pelangi?Bagaimana peredaran tata surya?Kenapa benda-benda selalu jatuh ke bumi?Bagaimana pesawat dapat terbang?Kenapa bunyi dapat didengar?Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat dijawab dengan mudah setelah kita mempelajari fisika.
Mengingat begitu besarnya peranan dan kontribusi fisika dalam kehidupan manusia dan perkembangan teknologi maka seharusnyalah fisika menjadi pelajaran yang menarik, menyenangkan dan mampu mengembangkan kreativitas siswa. Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan membuat siswa antusias dan tidak merasa bosan selama belajar. Pembelajaran yang menantang akan memacu kreativitas siswa. Ini penting untuk menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang bermutu dan siap bersaing di dunia global.
Kenyataan yang terjadi di lapangan masih jauh dari tujuan pembelajaran fisika di atas. Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas masih belum mampu memupuk sikap ilmiah dan kemampuan berfikir
ilmiah siswa. Hasil observasi di SMA Negeri 2 Sungai Limau menunjukkan siswa cenderung pasif menerima materi fisika, siswa tidak termotivasi belajar secara aktif. Pembelajaran cenderung belajar satu arah seperti dapat dilihat dari angket yang sudah disebarkan pada siswa tentang metode mengajar guru.Oleh sebab itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan kompetensi siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat. Salah satu pembelajaran yang dapat dilakukan guru adalah menggunakan model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran ini lebih menekankan pada pendekatan pembelajaran siswa aktif.
Menurut Mel Silberman (2002: xvii) “ Pada saat kegiatan belajar aktif peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak-otak mereka untuk mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.” Jelaslah di sini, jika siswa aktif selama pembelajaran maka otaknya akan bekerja secara maksimal. Ini tentu akan memacu kreativitasnya sehingga dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia.
18
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (W. Sanjaya, 2006:96). Dalam hal ini model pembelajaran inkuiri dapat dilakukan dengan menggunakan percobaan atau eksperimen.
Melalui percobaan yang dilakukan dengan pembelajaran inkuiri diharapkan siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep dan prinsip fisika sehingga ilmu pengetahuan yang diperoleh bertahan lebih lama. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Jerome Bruner (dalam Dahar 1989:108) bahwa “Belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir secara bebas dan melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah”.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri akan memberikan pengalaman nyata bagi siswa dalam menemukan sendiri pengetahuannya. Kemampuan ini akan membuat siswa semakin aktif dan kreatif dalam menemukan konsep-konsep baru dalam pembelajaran fisika. Ini sangat penting sekali dalam peningkatkan kualitas lulusan khususnya dalam mata pelajaran fisika dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia Indonesia.
Mengingat besarnya peran pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar siswa maka penulis berkeingingan melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Siswa menggunakan Pembelajaran berorientasi Pendekatan Inkuiri di Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Sungai Limau Tahun Pelajaran 2014/2015”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, dapat diidentifikasi masalah dalam pembelajaran fisika adalah sebagai berikut ini. 1. Motivasi siswa dalam pembelajaran belum
optimal.
2. Hasil belajar fisika siswa masih rendah.
3. Kurangnya interaksi siswa dengan guru atau belum terciptanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa dalam pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya masalah dalam pembelajaran fisika penulis membatasi penelitian ini. 1. Pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian
ini adalah pembelajaran fisika berorientasi pendekatan inkuiri.
2. Penelitian difokuskan pada motivasi dan hasil belajar fisika siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang disampaikan pada identifikasi masalah maka rumusan masalah yang dalam penilitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Apakah pembelajaran fisika berorientasipendekatan inkuiri dapat meningkatkan motivasi belajar siswa ?
2. Apakah pembelajaran fisika berorientasipendekatan inkuiridapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. untuk mengetahui bahawa pembelajaran fisika
berorientasipendekatan inkuiri dapat meningkatkan motivasi belajar siswa;
2. untuk mengetahui bahwa pembelajaran fisika berorientasipendekatan inkuiridapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa?
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Menambah wawasan guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil dan prestasi belajar siswa. 2. Sebagai salah satu model acuan bagi rekan
guru-guru dan peniliti lainnya untuk melaksanakan pembelajaran fisika berorientasi pendekatan inkuiri pada materi-materi lainnya.
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, maka hipotesis tindakannya adalah :
1. Pembelajaran Fisika berorientasipendekatan inkuiri dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
2. Pembelajaran Fisika berorientasipendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian