PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
KOMUNIKASI MULTIKULTURALISME DAN MEDIA ONLINE DALAM KAITANNYA DENGAN PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
OLEH:
NISRINA FIRDAUS
DEPARTEMEN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
A. KAJIAN TEORITIS
a) Multikulturalisme
berkomunikasi dan memahami tentang keberagaman kultur yang ada di dalam masyarakat. Budaya mengacu pada makna historis yang diwariskan oleh sekelompok tetuah di suatu kultur. Baik makna, aktivitas manusia, hubungan sosial, nilai, dan kehidupan manusia pada umumnya tidak bisa lepas dari kultur. Budaya selalu ada pada kepercayaan dan praktik tiap individu, dan itu sudah menjadi identitasnya. Masyarakat multikultural ditandai oleh sejumlah budaya. Terkadang, anggota suatu kultur mendefinisikan dan memproritaskan kulturnya secara berbeda. Beberapa nilai yang mereka percayai terkadang tumpang tindih. Berbeda dengan masyarakat yang homogen secara kultural, masyarakat multikultural tidak mempunyai substantif yang sama tentang kehidupan yang baik dan tidak setuju mengenai nilai yang harus diberikan pada aktivitas dan hubungan manusia yang berbeda. Perbedaan persepsi mengenai prinsip panduan hidup menciptakan ruang dan kebutuhan akan eksperimen moral dan budaya, dan melahirkan cara baru untuk memahami dan mengorganisir kehidupan manusia. Perubahan ekonomi, teknologi, demografi dan lainnya juga merupakan sumber keanekaragaman budaya. Karena individu dan kelompok yang berbeda dalam masyarakat memahami dan meresponsnya secara berbeda, dan karena perbedaan ini tidak dapat dengan mudah didamaikan dan diintegrasikan ke dalam keseluruhan budaya yang koheren, bentuk kehidupan baru terus berlanjut (Ramón, 2005).
bertujuan untuk kerjasama, kesederajatan dan mengapresiasi dalam dunia yang kian kompleks dan tidak monokultur lagi (Wardhani, 2014).
b) Media Online
Rachmat Kriyanto (2014) memberi pendapat bahwa pengenalan terhadap multikulturalisme memerlukan media yang dapat menyampaikan pesan berisi multikulturalisme pada masyarakat. Pasca Reformasi 1998, media massa di Indonesia mulai berani menyuguhkan isu-isu mengenai multikulturalisme. Keberanian media massa Indonesia mengemas isu multikulturalisme muncul ketika kebebasan pers mulai merajalela di Indonesia. Saat Orde Baru, media massa dikekang oleh pemerintah sehingga konten yang ada pun tidak terlepas dari propaganda pemerintah. Isu-isu yang mengandung SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) sangat tabu dibicarakan pada era Orde Baru dengan tujuan demi menjaga stabilitas nasional. Konflik-konflik yang mulai muncul ke permukaan saat tahun 1998, membuat media massa di Indonesia berbondong-bondong menyoroti masalah multikulturalisme. Seberapa sering pun media massa mengangkat multikulturalisme, pembicaraan mengenai multikulturalisme tidak akan pernah selesai, karena keadaan Indonesia sendiri pun negara yang memiliki beragam budaya (Kriyanto, 2014).
masyarakat.Media massa mempunyai kemampuan diseminasi informasi secara serentak, repetisi, dan simultan yang membuat media mempunyai kekuatan dalam membentuk opini. Di tengah perkembangan teknologi komunikasi, pesan-pesan media menjadi “virus” yang menjadi menu sarapan di pagi hari dan pengantar tidur di malam hari. Meminjam istilah Elizabeth Noelle Neuman, fenomena ini dikenal dengan “ubiquity”, individu tidak dapat lari dari terpaan media karena gencar dan berulang-ulangnya terpaan media hadir di kehidupan sehari-hari. Informasi-informasi yang disampaikan pun terakumulasi dan mempunyai efek luar biasa dalam transfer pengetahuan. Pengetahuan yang merupakan realitas subjektif hasil konstruksi media ini pada akhirnya mampu “menggoyang” persepsi publik terhadap realitas objektif. Publik pun menganggapnya sebagai sebuah kebenaran yang tersimpan dalam realitas subjektifnya.
c) Pengembangan Kepribadian
mempunyai keyakinan diri, ketangguhan mental, pemikiran yang konseptual, ambisi mencapai prestasi. Keempat ini didukung oleh sikap kejujuran, kepercayaan, kebenara, dan integritas. Orang yang seringkali gagal karena terbelenggu oleh prasangka gagal, cacat, atau perasaan negatif.
B. PEMBAHASAN
Multikulturalisme, Media Online, dan Pengembangan Kepribadian. Multikulturalisme menjadi salah satu asas penting dalam media massa, termasuk media online. Berita ataupun gagasan-gagasan multikultural perlu disampaikan kepada masyarakat karena ini akan berpengaruh pada cara pandang orang terhadap kelompok lain yang berbeda dengannya. Pemahaman tentang adanya perbedaan akan menciptakan hubungan yang lebih baik diantara masyarakat. Kondisi multikultural dalam masyarakat dunia pada saat ini tidak dapat dihindari karena teknologi komunikasi dan informasi telah mendorong orang untuk saling berhubungan dengan orang-orang yang berasal dari budaya dan bangsa yang berbeda (Wardhani, 2014) Sosialisai Media Literacy pada Masyarakat yang disebut juga melek media, yaitu keterampilan untuk menganalisis isi media. Dalam tataran yang sederhana, melek media adalah keterampilan untuk mencerna tayangan media, mengkritisi, dan memilih untuk tidak mengonsumsi tayangan karena menyadari isi tayangan tersebut memunculkan resiko. Tujuannya agar konsumen media lebih mampu memahami dan tidak mudah meniru adegan yang terdapat dalam tayangan apabila hal tersebut berbahaya (Kriyantono, 2007).
ketika seseorang dari suku A mengetahui pemberitaan negatif tentang sukunya, tanpa menyaringnya, lalu ia marah dan tidak bisa mengendalikan dirinya. Maka itu akan berpengaruh terhadap dirinya, ia akan menjadi pribadi yang membenci suku lain. Misal saja ketika ia berada di lingkungan yang mayoritas bukan sukunya, ia akan susah beradaptasi dan tidak bisa berkembang. Padahal, menurut Allport, kepribadian merupakan organisasi yang dinamis di dalam diri individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tidak bisanya individu memisahkan pemberitaan yang baik dan benar, maka pribadinya pun juga akan susah untuk berkembang.
C. SIMPULAN
Keberadaan media online dalam masyarakat multikultural dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian individu. Media online memegang salah satu peranan penting dalam pemberitaan dan penyebaran informasi. Dampaknya, bisa mempengaruhi kepribadian dan perkembangan individu dalam kehidupannya. Ketika pemberitaan mengenai kultur yang individu anut diberitakan dengan baik, maka individu cenderung bangga pada kulturnya tersebut dan bisa mengembangkan diri dengan baik. Tetapi ketika, pemberitaannya buruk, maka individu cenderung merasa malu atau tidak percaya diri dengan kultur yang dianutnya. Akibatnya, ia akan merasa kesulitan berada diantara masyarakat yang berbeda kultur. Pengembangan kepribadiannya pun akan terhambat. Kontribusi media dalam menyebarkan pemberitaan kultural berperan penting dalam situasi konflik mengenai budaya dan bisa mendorong perdamaian.
Jurnal :
Máiz, Ramón., Requejo, Ferran. 2005. Democracy, Nationalism, and Multiculturalism. London: Frank Cass & Co. Ltd.
Wardhani, Andy Corry. 2014. Kontribusi Jurnalisme Multikultural Dalam Konflik Dan Untuk Perdamaian. Universitas Lampung.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2014. New Media dan Multikulturalisme. Banten: Jurnal Ultimacomm Vol.1 No.5/Maret 2014
Internet :
http://rachmatkriyantono.lecture.ub.ac.id/2014/03/media-multikulturalisme/ https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiNtOqq9JXXAh XGebwKHUKCBgYQFgg5MAI&url=http%3A%2F%2Fetd.repository.ugm.ac.id
%2Fdownloadfile%2F78798%2Fpotongan%2FS1-2015-254090-chapter1.pdf&usg=AOvVaw3rgmjJ69WDzeAhl_6FQV_G
Lain-lain :