KARAKTERISTIK DAN RUANG LINGKUP AKHLAK
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Akhlak II
Dosen Pengampu :Ahmad Muthohar, M.Ag
Disusun oleh:
Muthoharoh (103111076 )
Naelal Khamidah (103111077)
Nanang Qosim (103111078)
Nasta’in (103111079)
Nayla Zati Zulalina (103111080)
Amri Khan (103111109)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2012
KARAKTERISTIK DAN RUANG LINGKUP AKHLAK
I. PENDAHULUAN
Akhlak merupakan satu unsur yang dimiliki oleh setiap manusia.Dengan adanya akhlak yang telah ditentukan oleh Allah swt kepada manusia, kita dapat berbuat apapun, berperilaku baik atau buruk dengan tanpa berfikir panjang perbuatan itu timbul diakibatkan oleh adanya suatu dorongan.Baik dorongan dari luar ataupun dari dalam.
Karakteristik, dapat kita sebut juga dengan ciri yang mendasar dimana itu memang khas dari sesuatu yang dimaksud. Maka, ketika kita berbicara mengenai karakteristi dari akhlak maka yang akan kita bahas adalah mengenai ciri yang mendasar dari akhlak itu sendiri.
Telah kita ketahui bersama bahwasannya akhlak itu berasal dan bersumber dari agama dari Allah khususnya, maka secara otomatis ketika sesuatu itu berasal dari zat yang maha benar, maka pada dasrnya juga akhlak itu adalahbaik.Jadi sifat dasar atau ciri dasar dari akhlak adalah baik. Namun, jika kita melihat bahwa masih ada juga orangorang yang berbuat dengan akhlak yang jelek, itu adalah dorongan dari hawa nafsunya yang tidak dapat ia control.
Yusuf AlQardhawi, berpendapat bahwa ada tujuh karakteristik dari akhlak Islam.
1. Akhlak itu Mampu untuk difahami
Islam selalu bersandar pada penilaian yang logis dan alasan yang dapat diterima oleh akal yang lurus dan naluri yang sehat, yaitu dengan menjelaskan kebaikan dibalik apa yang diperintahkanNya dan kerusakan dari terjadinya apa yang dilarangNya.Walaupun harus mampu untuk dilogiskan namun, jangan sampai fikiran logis kita bertentangan dengan wahyu yang sudah ada.
1. Moral yang Universal.
Moral dalam Islam berdasarkan karakteristik manusiawi yang universal, yaitu larangan bagi suatu ras manusia berlaku juga bagi ras yang lain, bahkan umat Islam dan umatumat yang lain adalah sama dihadapan moral Islam yang universal. Dalam surat AlMaidah ayat 8 :
”Dan janganlah sekalikali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.”
Maka aturanaturan yang Allah perintahkan itu sama, karena hal itu baik dan semuanya akan mengatakan itu baik.
1. Kesesuaian dengan Fitrah
Islam datang dengan membawa suatu yang sesuai dengan fitrah dan tabiat manusia
serta penyempurnaannya.Islammengakui eksistensi manusia sebagaimana yang telah diciptakan Allah dengan segala dorongan kejiwaan, kecenderunganfitrah serta segala yang telah digariskanNya.Islam menjadikan mulia dan membuat batasan hukum untuknya agar dapat memelihara kebaikan masyarakat dan individu manusia itu sendiri.
Kita dilahirkan dengan fitoh kita sebagaoi makhluknya maka kita harus berbuat sesuai dengan apa fitroh kita sebagai makhluk maka hendaknya kita patuh kepada yang menciptakan kita yaitu Allah swt.
1. Memperhatikan Realita.
AlQur’an tidak membebankan kepada manusia suatu kewajiban untuk mencintai musuhmusuhnya, karena hal ini merupakan sesuatu hal yang tidak dimiliki jiwa manusia, akan tetapi AlQur’an memerintahkan kepada orang orang mukmin untuk berlaku adil kepada musuhmusuhnya, supaya ras permusuhan dan kebencian mereka terhdap musuhmusuhnya tidak mendorong untuk melakukan pelanggaran terhadap musuhmusuh mereka.
Penyesuaian dengan keadaan yang ada, artinya aturan Allah itu tidak statis namun dapat diterapkan diberbagai situasi dan kondisi, misalkan dulu bangsa Arab itu sangat gemar sekali melakukan perang antar suku, maka Allah katakana hal itu tidak baik dan dilarang, kemudian Allah menunjukan jalan mana yang baik begitu.
1. Akhlakitu Positif.
Islam menganjurkan kita kuatakan, keyakinan dan citacita, melawan sikap ketidakberdayaan dan pesimisme, malas serta segala bentuk penyebab kelemahan.Maka, kita hendaknya harus mempunyai sikap yang optimis, dan selalu semangat dalam menghadapi arus dunia ini.
Islam mengajarkan bahwa hubungan kita dengan Tuhan, hubungan kita dengan sesame manusia, dan
hubungan kita dengan diri kita sendiri serta alam itu semua dapat terlihat dengan akhlak yang kita gunakan untuk membangun hubungan tersebut.
1. Tawazun (Keseimbangan)
Tawazun dalam etika Islam yaitu menggabungkan sesuatu dengan penuh keserasian dan keharmonisan, tanpa sikap berlebihan maupun pengurangan.Sesuai dengan kadarnya.
1. Ruang Lingkup dari Akhlak
Dalam pembahasan ruang lingkup dari akhlak ini kami akan membahasnya dalam dua bagian.Pertama, ruang lingkup akhlak jika dilihat dari sisi hubungannya.Kedua, ruang lingkup akhlak jika dilihat dari sisi
sifatnya.Cakupan akhlak meliputi semua aspek kehidupan manusia, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk Allah, makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk yang menghuni alam dan mendapatkan bahan kehidupan darinya. Dengan kata lain, akhlak meliputi; akhlak pribadi, akhlak keluarga, akhlak sosial, akhlak politik, akhlak jabatan, akhlak terhadap alam dan akhlak terhadap Allah.Akhlak secara global juga dapat dipilah menjadi akhlak mulia (alakhlaq alkarimah) dan akhlak yang tercela (alakhlaq almadzmumah).
1. Ruang Lingkup Akhlak dilihat dari sisi hubungannya
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah.Maka tidaklah mungkin kita dapat berpisah denganNya karena kitapun disini diberi amanat untuk hidup.Maka tidaklah kita bisa lepas dari tidak berinteraksi atau muamalah dengan yang lainnya. Adapun ruang lingkup akhlak yang dilihat dari sisi hubungannya sebagai berikut:
1. Akhlak Manusia dengan sang kholiq (Allah)
Kita adalah makhluk ciptaannya maka sebagai makhluk yang taat kita harus berakhlak dengan akhlak yang baik kepada Tuhan kita, maka kita harus menuruti semua perintahnya dan menjadi larangan itu. Pada dasarnya kita harus bertaqwa. Missal, kita sebagai makhluk diwajibkan untuk menuntut ilmu dan kita melakukannya maka disitu kita menjalankan perintahNya. Jika kita patuh dan taat nisyaAlla kita telah membangun hubungan akhlak yang baik dengan sang kholik.
1. Akhlak dengan sesama manusia
Manusia adalah makhluk social, yang saling membutuhkan, maka dari itu perlulah kita bangun dan perbaikai kerusakankerusakan dalam Islam termasuk kewajiban memperhatikan kehidupan antara sesama orangorang beriman. Kedudukan seorang muslim dengan muslim lainnya adalah ibarat satu jasad, dimana satu anggaota badan dengan anggota badan lainnya mempunyai hubungan yang erat. Hak orang Islam atas Islam lainnya ada 6 perkara :
1) Apabila bertemudengan sesama maka ucapkanlah salam
2) Apabila mendapat undangan maka hadirilah
3) Apabila meminta nasihat maka berilah nasihat
4) Apabila bersin maka doakanlah
5) Apabila ada yang sakit maka jenguklah
6) Apabila ada yang meninggal dunia maka kuburkanlah
Akhlak terhadap sesama manusia ini berlaku untuk setiap manusia, saling tolongmenolong. Karena dengan kondisi masyarakat yang mayoritas berakhlak dengan akhlak yang baik, maka ketentraman, kenyamanan, ketenangan dan sebagainya akan tercapai dan itulah sebuah persatuan.
1. Akhlak dengan diri sendiri
harus mampu bertanggung jawab dengan dirinya masingmasing.Dengan memenuhi kebutuhankebutuhannya yang sesuai dengan apa yang ia butuhkan[5].
1. Ruang Lingkup Akhlak dilihat dari sisi sifatnya
Sifat adalah sesuatu yang melekat pada bendanya dan tidak bisa lepas, sehingga jadilah sebuah sesuatu yang disifati kepada benda tersebutan.Jika dilihat dari sifatnya maka akhlak terbagi menjadi dua bagian,
pertama, akhlaqqul karimath.kedua, akhlakul madzmumah.
1. Al–akhlakalkarimah (akhlak terpuji)
“karimah” itulah sifat yang melekat pada aspek ini yaitu terpuji, sehingga ketika ada yang ingin berbuat sesuatu dan akhirnya mendapatkan sebuah kekaguman atau pujian, maka itu dapat disebut akhlakul karimah. Tndakan yang dapat dikatakan terpuji adalah tindakan yang tidak merugikan orang lain, yakni tindakan yang memeberikan manfaat baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain.
1. Al–akhlakalmazdmumah (akhlak tercela)
[1] Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Alqur’an, Jakarta: Amzah, 2007, hlm 1. [2]Ibid, hlm 23
[3]
http://islamwiki.blogspot.com/2009/03/ruanglingkupakhlak.sabtu 10.35
[4] Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, hlm 63.
[5]
http://islamwiki.blogspot.com/2009/03/ruanglingkupakhlak.