• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN BIODIESEL DARI BIJI KARET SE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMANFAATAN BIODIESEL DARI BIJI KARET SE"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

LKTI CFC 2 Edition

PEMANFAATAN BIODIESEL DARI BIJI KARET SEBAGAI

ENERGI TERBARUKAN RAMAH LINGKUNGAN

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :

YULIA NINGSIH 11317202654 Angkatan 2013

ASTRI LILIANA SARI 11317201461 Angkatan 2013

TINI NURIYAH 11317203810 Angkatan 2013

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU JALAN HR. SOEBRANTAS, KM. 15, PANAM, PEKANBARU

(2)
(3)
(4)

Alhamdulillahirobbil’alamiin, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT karena dengan rahmat serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang akan dilombakan pada acara “LKTI CFC 2nd Edition” yang berjudul “Pemanfaatan Biodiesel Dari Biji Karet Sebagai Energi Terbarukan Ramah Lingkungan”. Penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada kepala laboratorium P.E.M UIN SUSKA RIAU, atas peminjaman laboratorium. Penulis juga menghaturkan ucapan terimakasih kepada Ibu Ira Yulia M.Si., selaku dosen pendamping yang telah memberikan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini. Serta ucapan terimakasih kepada Bapak Jofri atas peminjaman alat press sederhana. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak di masa mendatang.

Pekanbaru, 8 Februari 2015

Penulis

(5)

Hal

1.4 Manfaat Karya Ilmiah ... 3

1.4.1 Bagi Masyarakat ... 3

1.4.2 Bagi Pemerintah ... 3

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Biodiesel ... 4

2.2Biji Karet ... 5

2.2.1 Tahap Persiapan (Pre-Treatment) ... 6

2.2.2 Kandungan Biji Karet ... 7

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak ... 7

2.2.4 Metode Pengambilan Minyak Biji Karet ... 8

2.3Katalis dalam Pembuatan Biodiesel... 8

2.4Esterifikasi ... 9

2.5Transesterifikasi ...10

(6)

3.1 Jenis Penelitian ... 12

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 12

3.2.2 Waktu Penelitian ... 12

3.3 Objek Penelitian ... 12

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 12

3.4.1 Data Primer ... 12

3.6.4 Proses Esterifikasi ... 16

3.6.5 Proses Transesterifikasi ... 16

3.7 Analisa Data ... 17

3.8 Penyimpulan Hasil Penelitan ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMABAHASAN BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 20

5.2 Saran ... 20

DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 21

DAFTAR GAMBAR ... 22

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 30

(7)

Tabel 1.1 Penggunaan BBM... 2 Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Kimia Biodiesel dan Petrodiesel ... 5 Tabel 2.2.1 Konposisi Lemak Minyak Biji Karet ... 7

(8)

Abstrak

Bahan bakar minyak (BBM) merupakan kebutuhan energi global terbesar

yang konsumsinya diperkirakan oleh Energy Information Adminisrtation (bagian

dari Departemen Energi Amerika Serikat) akan meningkat 57% dari tahun 2002

hingga 2025. Peningkatan laju pengguanan BBM, berdampak pada ketersediaan

minyak bumi sebagai cadangan energi fosil yang keberadaannya semakin menipis.

Minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, dan

penggunaannya dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang semakin

mengkhawatirkan, maka berdasarkan fakta tersebut, maka terbukalah peluang

bagi sumber energi terbarukan yang bertujuan untuk penghematan energi fosil dan

menciptakan lingkungan yang sehat. Salah satunya adalah memanfaatkan sumber

daya alam yang dapat diperbaharui dalam bentuk pengolahan minyak tumbuhan

sebagai bahan bakar nabati (biofuel) seperti biodiesel sebagai pengganti solar.

Biodiesel adalah senyawa metil ester yang yang dapat diperoleh dari

trans-esterifikasi minyak nabati maupun trans-esterifikasi asam lemak. Secara teknis,

biodiesel memilki kinerja yang lebih baik daripada solar, karena angka cetane

yang dimiliki biodiesel lebih tinggi sehingga menghasilkan emisi gas buang yang

aman terhadap lingkungan. Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya

alam (SDA) melimpah, banyak menyediakan sumber minyak nabati. Salah

satunya adalah biji karet. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan penting

bagi Indonesia. Pengolahan hasil tanaman karet yang hanya dititik beratkan pada

lateks dan batang saja mengakibatkan produk lain seperti biji karet belum

mendapat perhatian lebih. Selama ini, pemanfaatan biji karet hanya sebagai benih

generative pohon karet sehingga biji karet hampir tidak mempunyai nilai

ekonomis. Kenyataannya, biji karet mengandung minyak nabati 40-50% yang

dapat dimanfaatkan sebagai biodiesel. Tujuan penelitian ini adalah untuk

memanfaatkan biji karet sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Proses

pembuatan biodiesel dari minyak nabati dilakukan melalui beberapa tahap yaitu

esterifikasi dan transesterifikasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh

biji karet berpotensi menjadi bahan baku biodiesel.

(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1LatarBelakang

Bahan bakar minyak (BBM) merupakan kebutuhan energi global terbesar

yang konsumsinya diperkirakan oleh Energy Information Adminisrtation (bagian

dari Departemen Energi AS) akan meningkat 57% dari tahun 2002 hingga 2025

(Prihandana dan Hendroko, 2007). Di samping itu, ketersediaan sumber BBM

semakin menipis. Sehingga masyarakat dunia mulai beralih ke bahan bakar

terbarukan, misalnya biodiesel.. Sebagai gambaran penggunaan BBM di

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Penggunaan BBM

Jenis BBM Tahun

(Sumber: Rama Prihandana:2006)

Keberadaan minyak bumi sebagai bahan bakar fosil atau sering disebut

BBM semakin dibutuhkan untuk kesejahteraan umat manusia, sehingga

berdampak pada penggunaannya yang terus meningkat. Peningkatan laju

konsumsi BBM terlihat jelas khususnya pada penggunaan bahan bakar solar yang

digunakan untuk keperluan segala aspek kehidupan baik dalam bidang

transportasi, industri, pertanian, ataupun yang lainnya. Biodiesel merupakan

bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang diproduksi dari minyak nabati atau

lemak hewani. Biodiesel diperoleh dari reaksi minyak tanaman (trigliserida)

dengan alkohol yang menggunakan katalis basa pada suhu dan komposisi tertentu,

sehingga dihasilkan dua zat yang disebut alkil ester (umumnya metil ester atau

sering disebut biodiesel) dan gliserol (Zhang et. al., 2003). Indonesia sebagai

negara yang memiliki sumber daya alam (SDA) melimpah, banyak menyediakan

(10)

Biji karet sampai saat ini belum dimanfaatkan dengan baik, umumnya

masih dibuang di setiap perkebunan, hanya sedikit yang dijadikan sebagai benih

generatif. Biji karet berpotensi dijadikan sebagai biodiesel, Indonesia merupakan

negara dengan areal tanaman karet terluas di dunia. Jumlah biji karet di

perkebunan tanaman karet mencapai 1 kg/m2 serta kandungan minyak yang

terdapat pada biji karet 40-50%-berat. Penggunaan biji karet untuk produksi

biodiesel tidak menimbulkan persaingan bahan pangan karena biji karet

merupakan sumber minyak nabati non pangan dan juga ramah lingkungan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik mengembangkan inovasi

terbaru pemanfaatan biodiesel dari biji karet sebagai energi terbarukan ramah

lingkungan.

1.2Rumusan Masalah

Dalam karya tulis ilmiah ini, rumusan masalah yang diangkat yaitu apakah

biji karet berpotensi sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.

1.3Tujuan Karya Tulis Ilmiah

Tujuan dari karya tulis ilmiah ini yaitu memanfaatkan biji karet sebagai

sumber daya alam (SDA) yang tersedia untuk dijadikan biodiesel, sehingga

berpeluang menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Memberikan informasi bagi masyarakat bahwa biji karet dapat

dimanfaatkan sebagai energi terbarukan yang ramah lingkungan.

1.4.2 Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mencanangkan program

pemanfaatan biji karet sebagai biodiesel

1.4.3 Menambah wawasan penulis dan sebagai bahan referensi bagi peneliti

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Biodiesel

Biodiesel merupakan ester alkil asam-asam lemak yang berasal dari

minyak nabati atau lemak hewani. Ester alkil asam lemak dapat diperoleh

transesterifikasi trigliserida dengan alkohol dan esterifikasi asam lemak.

Transesterifikasi trigliserida dilangsungkan dengan menggunakan katalis asam,

basa maupun enzim dan menghasilkan gliserol sebagai produk samping. Di sisi

lain, esterifikasi asam lemak dilangsungkan dengan menggunakan katalis asam

kuat (asam sulfat, asam sulfonat organik, resin penukar kation asam kuat) dan

menghasikan air sebagai produk samping.

Biodiesel sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang

diproduksi dengan reaksi transesterifikasi dan esterifikasi minyak nabati atau

lemak hewani dengan alkohol rantai pendek seperti metanol. Reaksinya

membutuhkan katalis yang umumnya merupakan basa kuat , sehingga akan

memproduksi senyawa kimia baru yang disebut metil ester (Van Gerpen, 2005).

Kelebihan biodiesel dibandingkan dengan petrodiesel antara lain: (1)

Biodiesel berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui; (2) Biodiesel

memiliki kandungan aromatik dan sulfur yang rendah (Ma & Hanna, 1999); (3)

Biodiesel memiliki bilangan setana (cetane number) yang tinggi (Zhang et al.,

2003). Bilangan setana adalah suatu indeks yang biasa digunakan bagi bahan

bakar motor diesel, untuk menunjukkan tingkat kepekaannya terhadap detonasi

(ledakan). Bahan bakar dengan bilangan cetana yang tinggi akan mudah

berdetonasi pada motor diesel. Bilangan setana bukan untuk menyatakan kualitas

dari bahan bakar diesel, tetapi bilangan yang dipakai untuk menyatakan kualitas

dari penyalaan bahan bakar diesel atau ukuran untuk menyatakan keterlambatan

pengapian dari bahan bakar itu sendiri. Beberapa sifat fisik dan kimia biodiesel

(12)

Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Kimia Biodiesel dan Petrodiesel

Temperatur distilasi (90% vol) D1160 555 K min

611 K max

-

-

(Sumber: Demirbas, 2009)

2.2Biji Karet

Tanaman karet berasal dari bahasa latin bernama Havea brasiliensis yang

berasal dari negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman

karet alam dunia. Indonesia merupakan negara penghasil karet kedua terbesar di

dunia, dengan areal perkebunan karet yaitu sekitar 3,4 juta ha pada tahun 2008

dengan produksi mencapai 2,76 juta ton (Dirjen Perkebunan, 2008). Pada industri

karet, hasil utama yang diambil dari tanaman karet adalah lateks. Sementara itu bii

karet masih belum dimanfaatkan dan dibuang sebagai limbah. Padahal biji karet

tersedia dalam jumlah yang banyak. Setiap pohon tanaman karet dapat

(13)

sebanyak 400 pohon karet. Maka untuk lahan seluas 1 hektar diperkirakan dapat

menghasilkan 5.050 kg biji karet per tahunnya (Siahaan, etal., 2011).

Biji karet masak terdiri dari 70% kulit buah dan 30% biji karet. Biji karet

terdiri dari 40% tempurung dan 60% tempurung daging biji, dimana variasi

proporsi kulit dan daging buah tergantung pada kesegaran biji. Biji karet yang

segar memiliki kadar minyak yang tinggi dan kandungan air yang rendah. Akan

tetapi biji karet yang terlalu lama disimpan akan mengandung kadar air yang

tinggi sehingga menghasilkan minyak dengan mutu yang kurang baik. Biji segar

terdiri dari 34,1% kulit, 41,2% isi dan 24,4% air, sedangkan pada biji karet yang

telah dijemur selama dua hari terdiri dari 41,6% kulit, 8% air, 15,3% minyak da 35,1% bahan kering (Swem, 1964). Biji karet mengandung sekitar 40–50%-b minyak nabati dengan komposisi asam lemak yang dominan adalah asam oleat

dan asam linoleat, sementara sisanya berupa asam palmitat, asam stearat, asam

arachidat dan asam lemak lainnya.

2.2.1 Manfaat Minyak Biji Karet

Ada banyak sekali manfaat yang dapat diambil dengan memanfaatkan biji

karet yang tidak pernah diolah dan dikembangkan secara khusus, yang diketahui

oleh masyarakat hanyalah pengambilan getah dari batang karet atau yang sering

disebut dengan menyadap. Bahkan, hal-hal yang perlu diketahui dalam proses

penyadapan kurang diketahui oleh masyarakat, sehingga kualitas karet yang

dihasilkan kurang bagus. Jika kita melihat kompisisi biji karet yang begitu

banyak mengandung minyak, seharusnya ada suatu pemanfaatan lebih dalam

pengolahan biji karet tersebut, adapun beberapa energi alternatif yang dihasilkan

dari bahan dasar biji karet adalah sebagai berikut:

a. Briket

b. Biokerosin

c. Biopelet

d. Biodiesel

Minyak ini diperoleh dari biji karet dengan pengepresan atau ekstraksi

pelarut. Minyak biji karet termasuk semi drying oil dan mudah teroksidasi.

(14)

pangan dan sangat baik digunakan sebagai bahan industri, seperti alkil, resin,

linoleum vernis, tinta cetak, cutting oils, dan minyak lumas (Swern dalam Ma’ali,

1982).

2.2.2 Kandungan Biji Karet

Pada umumnya minyak tersusun atas tiga molekul asam lemak yang

bersenyawa dengan satu molekul gliserin, sehingga sering disebut dengan

trigliserida. Suatu trigliserida dapat mengandung hanya satu macam asam lemak

atau dua sampai tiga macam asam lemak.

Tabel 2.2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Karet

Asam Lemak Komposisi %

Asam lemak jenuh

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak

Mutu minyak yang berasal dari biji karet dipengaruhi oleh beberapa faktor,

faktor, yaitu (Edison et. al., 1982):

1. Kualitas dan kemurnian bahan baku. Adanya bahan asing atau biji yang

berkualitas jelek yang tercampur dalam bahan baku proses, akan

menyebabkan minyak cepat rusak dan berbau.

2. Usia biji. Biji karet yang usianya cukup tua akan menghasilkan minyak yang

lebih baik kuantitas dan kualitasnya dibandingkan dengan biji karet yang

lebih muda.

3. Kadar air yang terkandung dalam biji karet. Biji karet yang terlalu lama

disimpan akan mengandung kadar air yang tinggi, sehingga dapat

(15)

4. Perlakuan terhadap bahan baku pada saat proses dan pasca-proses (misalnya:

halusnya hasil pemcacahan yang di lakukan, pemilihan jenis pelarut,

penyimpanan minyak hasil proses, dan sebagainya).

2.2.4 Metode Pengambilan Minyak Biji Karet

Ada tiga metode yang dapat dilakukan dalam pengambilan dari biji karet, yaitu:

2.2.4.1Metode Rendering (krengsengan)

Merupakan metode tradisional yang dilakukan dengan cara memanaskan

biji karet sampai minyaknya keluar. Metode ini terdiri dari dua cara, yaitu

krengsengan kering dan krengsengan basah. Metode ini tidak efektif karena hasil

minyak mengandung inpurities.

2.2.4.2Metode press (penekanan)

Merupakan metode dengan penekanan atau pengempaan biji karet hingga

hancur dan mengeluarkan minyak. Sebelum biji karet di press, terlebih dahulu

dibuang kulitnya. Ada dua cara pengepresan, yaitu pengepresan pada suhu rendah

atau cool pressing dan pengepresan dengan pemanasan atau hot pressing.

Pemanasan ini berfungsi untuk mengurangi mikrooraganisme dan enzim

pengotor.

2.2.4.3Metode ekstraksi

Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan biji karet kedalam suatu

larutan zat kimia sehingga minyak yang terkandung dalam biji karet akan

terpisahkan dari ampasnya. Pemisahan minyak ini berdasarkan perbedaan antara

kelarutan dan bahan yang terkandung di dalam biji karet terhadap pelarutnya.

Kemudian dengan cara menguapkan pelarutnya maka didapat minyak murni.

2.3 Katalis Dalam Pembuatan Biodiesel

Dalam reaksi pembuatan biodiesel katalis karena reaksi cenderung berjalan

lambat. Katalis berfungsi menurunkan energi aktivasi reaksi sehingga reaksi dapat

berlangsung lebih cepat. Katalis yang digunakan dalam pembuatan biodiesel dapat

(16)

suhu kamar sedangkan dengan katalis asam reaksi berlangsung baru berjalan baik

pada suhu 100°C. Bila tanpa katalis, reaksi membutuhkan suhu minimal 250°C

(Kirk & Othmer, 1980).

2.4 Proses Degumming

Minyak biji karet yang digunakan pada penelitian ini memiliki kandungan

asam lemak bebas cukup tinggi, 16% sehingga perlu dilakukan reaksi esterifikasi

untuk menurunkan kandungan asam lemak sebelum dilakukan reaksi

transesterifikasi. Cannacki et. al. (1999) dan Ramadhas et.all. (2005)

menyebutkan bahwa minyak berkandungan asam lemak tinggi (>2% - FFA) tidak

sesuai digunakan untuk bahan baku pada reaksi transesterifikasi. Perlu dilakukan

rekasi dua tahap yaitu esterifikasi dan transesterifikasi guna menurunkan

kandungan asam lemak hingga < 2% (Ramadhas et. al., 2005) . Mengingat bahan

baku minyak dengan kandungan asam lemak tinggi jika digunakan sebagai bahan

baku pada reaksi transeseterifikasi yang berkatalis basa, maka asam lemak akan

bereaksi dengan katalis membentuk sabun melalui reaksi penyabunan sehingga

efektifitas katalis akan menurun karena sebagian katalis bereaksi dengan asam

lemak. Selain itu, kondisi tersebut akan menurunkan yiled ester dan mempersulit

proses pemisahan (Cannacki et. al., 1999). Penelitian ini memilih metanol sebagai

jenis alkohol pereaktannya menginat methanol adalah senyawa alkohol berantai

karbon terpendek dan bersifat polar. Sehingga dapat bereaksi lebih cepat dengan

asam lemak, dapat melarutkan semua jenis katalis (baik basa maupun asam) dan

lebih ekonomis (Fangrui Ma et. al., 1999).

2.5 Esterifikasi

Esterifikasi adalah proses untuk mengubah asam lemak bebas hasil dari

proses degumming menjadi ester dengan hasil samping air. Esterifikasi

mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Esterifikasi dapat dilaksanakan

dengan menggunakan katalis padat (heterogen) atau katalis cair (homogen). Pada

penelitian ini, dugunakan katalis cair berupa asam sulfat (H2SO4).

Katalis-katalis yang cocok adalah zat yang berkarakter asam kuat, dan

(17)

kuat merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial

(Soerawidjaja, 2006). Untuk mendorong agar reaksi dapat berlangsung ke

koneversi yang sempurna pada tempratur rendah (misalnya paling tinggi 120°C),

reaktan methanol harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat berlebih

(biasanya lebih besar dari 10 kali nisbah stoikiometrik) dan air produk ikatan

reaksi harus disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu fasa minyak.

Proses esterfikasi dengan katalis asam diperlukan jika minyak nabati

mengandung FFA diatas 5%. Esterfikasi digunakan sebagai proses pendahuluan

untuk mengkonversikan FFA menjadi metil ester sehingga megurangi kadar FFA

dalam minyak nabati dan selanjutnya di transesterifikasi dengan katalis basa untuk

mengkomversikan trigliserida menjadi metil ester (Hasahatan, 2012)

O [H+]

R ― C ― OH + R ― OH

R ― C ― OR + H2O

Asam Lemak Bebas alkohol ester alkil air

2.6 Transesterifikasi

Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi

dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan

alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Diantara

alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi kandidat sumber/termasuk gugus alkil, metanol

adalah yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya

paling tinggi (sehingga rekasi disebut metanolisis). Jadi, di sebagian besar dunia

ini, biodiesel praktis identic dengan ester metil asam asam lemak (Fatty Acids

Methyl Ester, FAME).

Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi metil ester adalah

transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam rekasinya. Tanpa adanya katalis,

konfersi yang dihasilkan maksimum namun reaksu berjalan dengan lambat

(Mittlebach, 2004). Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi

adalah katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi. Trigliserida

adalah trimester dari gliserol dengan asam asam lemak, yaitu asam asam

karboksilat beratom karbon 6 s/d 30. Trigliserida banyak dikandung dalam

(18)

karet. Selain trigliserida, terdapat juga monogliserida dan digliserida. Persamaan

reaksi transesterifikasi yaitu:

Produk yang diinginkan dari reaksi transesterifikasi adalah ester metil

asam asam lemak terdapat beberapa cara agar kesetimbangan lebih ke arah

produk, yaitu:

a. Menambahkan methanol berlebih kedalam reaksi

b. Memisahkan gliserol

c. Menurunkan tempratur reaksi (transesterifikasi merupakan reaksi

eksoterm).

Hasil transesterifikasi berupa gliserol dan biodiesel dipisahkan. Pada

lapisan atas terbentuk biodiesel dan lapisan bawah gliserol. Biodiesel yang

dihasilkan merupakan biodiesel kasar dan perlu dimurnikan dengan proses

pencucian. Pencucian dilakukan dengan metode water washing. Air hangat

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Tulisan dalam karya tulis ini berdasarkan uji Laboratorium. Jenis

penelitian yang digunakan adalah analisa kualitatif deskriptif. Sehingga

menunjukkan suatu kajian ilmiah yang dapat dikembangkan dan diterapkan lebih

lanjut.

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium P.E.M Fakultas Pertanian dan

Peternakan UIN SUSKA RIAU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan 02 s/d 06 Februari 2015.

3.3 Objek Penelitian

Objek tulisan ini adalah potensi biji karet sebagai bahan baku pembuatan

biodiesel sebagai energi terbarukan. Pengambilan sampel biji karet dilakukan di KM 06, Kota Duri, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis – Riau.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengolahan biji karet dengan penelitian

laboratorium melalui tahap pre-treatment, degumming, esterifikasi, dan

transesterifikasi.

3.4.2 Data Skunder

Data skunder diperoleh dari kebun karet yang berada di Kecamatan

(20)
(21)

3.6 Prosedur Kerja

3.6.1 Pre-treatment Bahan baku

Sebelum bahan baku di tes untuk diambil minyaknya, perlu dilakukan

beberapa tahap pre-treatment:

3.6.1.1Pengumpulan biji karet

Biji karet dipilih yang masih utuh (tidak bertunas), cukup tua, kedaaan

cangkang mengkilap dan tidak rapuh serta dipisahkan dari pengotor.

3.6.1.2Pemecahan cangkang

Biji karet yang telah dibersihkan dipecah cangkangnya dengan bantuan

mortar kemudian bagian kernel biji karet diambil untuk proses lebih lanjut.

3.6.1.3Penyimpanan

Setelah dipecah dari cangkangnya biji karet dapat disimpan atau diproses

lebih lanjut. Pada tahap penyimpanan ini wadah penyimpanan harus

tertutup dengan rapat agar tidak mengalami kontak dengan udara luar

sehingga kadar Free Fatty Acids (FFA) tidak naik.

3.6.2 Pengepresan

Berikut ini adalah tahap tahapan proses didalam operasi pengepresan.

3.6.2.1Pengukusan

Pada tahap pengukusan, 1,72 kg sampel diambil dari penyimpanan untuk

dikukus selama 1 jam pada suhu 100°C. Tujuan dari pengukusan adalah

menurunkan kadar FFA.

3.6.2.2Pemanasan

Pada tahap pemanasan, sampel yang telah dikukus dipanaskan dalam oven

selama 100 menit dalam suhu 60°C. Tujuan dari pemanasan untuk

(22)

3.6.2.3Penghalusan

Biji yang sudah di oven di haluskan dengan menggunakan lumpang secara

manual sampai biji halus selama 100 menit.

3.6.2.4Pengepresan

Biji yang sudah dihaluskan di press dengan menggunakan alat press

sederhana. Proses pengepresan dilakukan selama 210 menit, minyak yang

dihasilkan kemudian di tampung dalam botol.

3.6.2.5Penyaringan

Minyak yang dihasilkan biasanya bercampur dengan pengotor berupa

partikel padatan halus. Untuk menghilangkan pengotor tersebut dilakukan

penyaringan dengan menggunakan kertas saring sehingga diperoleh

minyak bersih.

3.6.3 Proses Degumming

Pada tahap ini Crude Rubber Seed Oil (CRSO) yang dihasilkan dari tahap

pertama disaring selama 13 jam menggunakan kertas saring Whatman No. 1 untuk

memisahkan minyak dari padatan pengotor. Kemudian dilakukan proses

degumming, proses ini dilakukan untuk pemisahan gum/getah yang mengandung

phospatida, protein, karbohidrat, residu, air dan resin dari minyak biji karet

(Baktiar, 2014). Langkah-langkah proses degumming yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Minyak biji karet diambil sampelnya sebanyak 30 ml dari hasil

penyaringan.

2. Minyak biji karet dimasukkan kedalam beaker glass dengan volume 250

ml. Kemudian dipanaskan sambil di aduk menggunakan magnetic stirrer

hingga mencapai suhu 55°C.

3. Kemudian ditambahkan katalis asam fosfat 0,03% b/b minyak. Dipanaskan

dan di aduk menggunakan magnetic stirrer, dengan suhu 55°C dan lama

pengadukan 30 menit, setelah itu ditambahkan air dengan suhu ± 50°C

(23)

4. Setelah itu hasil degumming dimasukkan kedalam corong pemisah dan

didiamkan selama 20 menit, sebelum dilakukan proses selanjutnya.

Kadar FFA dari CRSO tergolong tinggi, yaitu 6,66% (diatas 2,5%). Jika

CRSO diproses menjadi biodiesel metode katalis, maka harus mengalami proses

degumming untuk mengurangi kadar lendir dan getahnya dan proses esterifikasi

untuk menurunkan kadar FFA sampai dibawah 2% barulah mengalami proses

esterifikasi dan transesterifikasi.

3.6.4 Proses Esterifikasi

Pada tahap ini dilanjutkan dengan penambahan katalis H2SO4 sebanyak 0,1

ml dengan perbandingan minyak dan metanol 5:1 yaitu volume minyak 25 ml dan

etanol 5 ml. Lama reaksi 90 menit pada suhu 60°C dan kecepatan pengadukan 328

rpm. Dilanjutkan dengan pencucian menggunakan air hangat 50°C. Sehingga akan

membentuk dua lapisan, yaitu campuran minyak dan metil ester pada lapisan atas

dan air pada lapisan bawah. Kedua lapisan dipisahkan dengan perlakuan yang

sama pada proses degumming. Kemudian lapisan atas dilanjutkan pada proses

transesterfikasi.

3.6.5 Proses Transesterifikasi

Pada tahap ini hasil minyak lapisan atas dari proses esterifikasi

ditambahkan katalis NaOH sebanyak 0,167 g dengan perbandingan minyak dan

metanol 5:1 yaitu volume minyak 20 ml dan etanol 4 ml. Reaksi berlangsung

selama 90 menit pada suhu 60°C dan kecepatan pengadukan 328 rpm.

Dilanjutkan dengan pencucian dengan aquades 50°C. Dilakukan proses

pemisahan dengan corong pemisah antar lapisan atas (Crude FAME) dan lapisan

bawah/aqueous. Agar hasil Crude FAME lebih maksimal, maka proses

pemisahan dilanjutkan dengan menggunakan centrifuge. Pada tahap ini peneliti

(24)

3.7 Analisa Data

Data yang diperoleh berupa data tunggal, dimana percobaan ini tidak

menggunakan perlakuan yang berbeda untuk setiap sampel. Data yang didapat

kemudia di analisis dengan metode kualitatif – deskriptif . Pengambilan Sampel

bji karet diambil di salah satu kebun karet daerah Indonesia.

3.8 Penyimpulan Hasil Penelitian

Penarikan kesimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mencocokkan

hasil penelitian terhadap beberapa hasil percobaan yang telah dilakukan oleh

(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biji karet sebagai bahan baku pembuatan biodiesel secara penelitian

laboratorium, diberikan perlakuan yang berbeda-beda dalam setiap tahapan.

Adapun hasil dari setiap tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

4.1 Tahap Persiapan (Pre-treatment)

Sampel biji karet yang diperoleh dari lokasi pengambilan ditimbang.

Penimbangan ini dilakukan setelah biji karet dibersihkan dari pengotornya

berdasarkan proses penimbangan yang dilakukan dengan timbangan biasa, maka

didapatkan data berat sampel sebagai berikut.

a. Sampel biji karet yang masih utuh adalah 3 kilogram.

b. Sampel kernel biji karet setelah di pecah dari cangkangnya adalah 1,72 kg.

4.2 Tahap Pengepresan

Berdasarkan hasil pengepresen yang dilakukan menggunakan alat press

sederhana untuk 1,72 kg sampel kernel biji karet menghasilkan 50 ml CRSO.

Setelah melakukan proses pengumulan, penguapasan, pengepresan, dan

penyaringan biji karet dihasilkan 50 ml minyak dan dapat dihitung rendemen

minyak biji karet dengan rumus:

Rendemen minyak =

× 100 %

=

× 100% = 1,33 %

Sebelum dimurnikan (degumming) minyak yang diperoleh dari hasil

pengepresan ini disaring dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan

partikel padatan yang ada pada CRSO selama 13 jam. Minyak yang dihasilkan

setelah proses penyaringan sebanyak 40 ml. Tetapi peneliti menggunakan sampel

(26)

4.3 Proses Degumming

Berdasarkan hasil penelitian, minyak yang dihasilkan setelah proses

degumming dan pencucian lebih murni. Menurut literatur proses degumming

dilakukan untuk pemisahan gum/ getah yang mengandung pospatida, protein,

karohidrat, karbohidrat, air dan resin dari minyak biji karet (Baktiar, 2014).

Pada proses degumming. peneliti menggunakan katalis H3PO4 0,03% b/b

dan suhu reaksi 55°C. Sedangkan menurut litaratur, untuk hasil optimum volume

sampel minyak biji karet 200 ml ditambakan H3PO4 0,2% b/b pada suhu 55°C

(Baktiar, 2014). Maka perlakuan dikonversikan dengan volume sampel minyak

yang tersedia untuk mendapatkan hasil optimum.

4.4 Proses Esterifikasi

Minyak hasil pencucian dari proses esterifikasi lebih jernih dibandingkan

pencucian pada proses degumming. Menurut literatur reaksi esterfikasi yaitu

reaksi antara asam lemak bebas (FFA) dengan alkohol akan membentuk ester dan

air, proses esterfikasi dengan katalis asam diperlukan jika minyak nabati

mengandung FFA diatas 5%. Esterfikasi digunakan sebagai proses pendahuluan

untuk mengkonversikan FFA menjadi metil ester sehingga megurangi kadar FFA

dalam minyak nabati dan selanjutnya di transesterifikasi dengan katalis basa untuk

mengkomversikan trigliserida menjadi metil ester (Hasahatan, 2012).

4.5 Proses Transesterifikasi

Berdasarkan proses transesterfikasi minyak yang dihasilkan berwarna

kuning keruh, setelah dilakukan pemisahan dengan centrifuge dengan kecepatan

500 rpm dalam waktu 15 menit menghasilkan biodiesel berwarna kuning bening

pada lapisan atas. Tetapi biodiesel yang dihasilkan kuantitasnya kurang

maksimal sebab peneliti terkendala waktu pada proses centrifuge. Maka pada

penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan centrifuge dengan kecepatan

>500 rpm. Menurut literatur, biodiesel berwarna kuning bening terbentuk pada

(27)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan mereaksikan minyak biji karet

: methanol (5:1) dapat disimpulkan bahwa minyak biji karet berpotensi sebagai

bahan baku pembuatan biodiesel.

5.2 Saran

1. Bagi masyarakat sudah dapat menggunakan biji karet untuk biodiesel

sebagai energi terbarukan ramah lingkungan.

2. Diharapkan kepada pemerintah agar memperhatikan hal-hal yang bisa

dimanfaatkan dalam lingkungan terutama untuk limbah biji karet, sehingga

berpeluang untuk dijadikan sumber energi terbarukan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, di harapkan menganalisis hasil biodiesel yang

diperoleh oleh peneliti sebelumnya. Sehingga biodiesel yang dihasilkan

dapat memenuhi standard baku mutu biodiesel menurut

(28)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Cannacki,M , Van Gerpen, J. 1999. Biodiesel Production via Acid Catalysis. Trans ASAE 42 (5) : 1203 – 1210.

Demirbas, A. 2009. Progress and Recent Trends in Biodiesel Fuels, Energy

Conversion and Management, 50 (1), 14-34.

Edison, et.all., 1982. Howley’s Considered Chemical Dictionary,8th edition. New York : Van Nostard.

Gerpen J van dan Knothe G. 2005. Basics of the transesterification reaction. Di

dalam: Knothe G, Gerpen J van, Krahl Jurgen, editor, The Biodiesel

Handbook. Illinios: AOCS Press. hlm 34 – 49.

Hasahatan, Denis. dkk. 2012. Pengaruh Ratio H2SO4 dan Waktu Reaksi Terhadap

Kuantitas dan Kualitas Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar(Jurnal). Palembang : Universitas Sriwijaya

Kirk, R.E. & Othmer, D.F., 1980, Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd ed.,

Vol. 9, John Wiley and Sons, New York.

Ma’ali, A.R, Abul, dkk. 1982. Pengaruh Ukuran Partikel dan Lama Pemanasan Terhadap RendemenMinyak. Palembang : Dinamika Penelitian BIPA.

Ma Fangrui, Milford, A, Hanna. 1999. Biodiesel Production :a review. Bioesouce

Technology 70: pp. 1-5.

(29)

Prihandana, Rama. dkk. 2006. Menghasilkan Biodiesel Murah Mengatasi Plousi

dan Kelangkaan BBM. Jakarta: Agromedia.

Prihandana, R dan Hendroko, R. 2007. Energi Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ramadhas, A, S, Mulareedharan, C., Jayaraj, S, 2005. Performance and Emission

Evaluation of a Diesel Engine Fueled with Methyl Esters of Rubber Seeds

Oil. Renewable Energy, 30. 1789-1800.

Shokib, Abdul. Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Karet Dengan Metode

Supercritical Methanol. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

2009.

Siahaan, S., Setyaningsih, D., & Hariyadi, 2011, Potensi Pemanfaatan Biji Karet

(Hevea Brasiliansis Muell, Arg) Sebagai Sumber Energi Alternatif

Bikerosin, Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 19 (3) 145-151.

Soerawidjaja, Tatang H. 2005. Minyak-Lemak dan Produk-produk Kimia Lain

Dari Kelapa, Handout kuliah Proses Industri Kimia, Program Studi

Teknik Kimia, Instituf Teknologi Bandung.

Swem, D. Bailey’s. 1964. Industrial Oil and Fat Product. New York. Intersciense Publ.

Zhang, Y., Dude, M.A., Mclean.D.D., & Kates, M., 2003, Biodiesel Production

from Waste Cooking Oil: 1 Process Design and Technological Assement,

Bioresource Technology, 89, 1-16.

(30)

LAMPIRAN

Gambar 1. Hutan Karet di Kecamatan Mandau

(31)

Gambar 3. Biji Karet yang telah dikukus

(32)

Gambar 5. Biji karet dihaluskan

(33)

5.2.3.1.1 (b)

Gambar 7.(a). Proses penyaringan; (b) Hasil penyaringan

(34)

Gambar 9. Proses pencucian dan pemisahan setelah degumming

(35)

Gambar 11. Proses pencucian dan pemisahan setelah esterfikasi

(36)

Gambar 13. Proses pencucian dan pemisahan setelah transesterifikasi

Gambar 14. Hasil dari centrifuge

(37)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Ketua Tim KTI

Nama : Yulia Ningsih

Tempat, tanggal Lahir : Marihat Bandar, 18 Juli 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Tinggi/Berat Badan : 155 cm/43 kg

Golongan Darah : A

Status : Mahasiswi aktif di UIN SUSKA RIAU

Pendidikan Sekarang

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Program Studi : Pendidikan Kimia

Semester/Kelas : IV/E

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Rimbo Panjang, Perumahan Graha Mustamindo

Permai II Blok B No. 3, Panam – Pekanbaru

No Institusi Program Studi Tahun

1 TK ABA Bandar - 2000-2001

2 SDN 095245 Bandar - 2001-2007

3 Mts N Bandar - 2007-2010

4 SMA N 1 Bandar IPA 2010-2013

5 UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pndidikan Kimia 2013-sekarang Organisasi : HMJ Pendidikan Kimia UIN SUSKA RIAU

Karya ilmiah yang pernah dibuat: -

(38)

Anggota Tim KTI

Nama : Astri Liliana Sari

Tempat, tanggal Lahir : Duri, 28 Juli 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Tinggi/Berat Badan : 155 cm/53 kg

Golongan Darah : A

Status : Mahasiswi aktif di UIN SUSKA RIAU

Pendidikan Sekarang

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Program Studi : Pendidikan Kimia

Semester/Kelas : IV/E

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Garuda Sakti, Gg. Solihin, KM 01, No. 9.

No Institusi Program Studi Tahun

1 TK Al-Khadijah - 2000-2001

2 SDN 058 Balai Makam - 2001-2007

3 SMP N 08 Mandau - 2007-2010

4 SMA N 3 Mandau IPA 2010-2013

5 UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pndidikan Kimia 2013-seka Organisasi : HMJ Pendidikan Kimia UIN SUSKA RIAU

Karya ilmiah yang pernah dibuat: -

(39)

AnggotaTim KTI

Nama : Tini Nuriyah

Tempat, tanggal Lahir : Ciamis, 02 Oktober 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Tinggi/Berat Badan : 155 cm/40kg

Golongan Darah : A

Status : Mahasiswi aktif di UIN SUSKA RIAU

Pendidikan Sekarang

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Program Studi : Pendidikan Kimia

Semester/Kelas : IV/E

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Garuda Sakti, Gg. Garuda, Panam – Pekanbaru

No Institusi Program Studi Tahun

1 TK An-Nur Hang Tuah - 1999-2000

2 SDN 028 Hang Tuah - 2000-2006

3 SMP N Siak Hulu - 2006-2009

4 SMA N 1 Perhentian Raja IPA 2009-2012

5 UIN Sultan Syarif Kasim Riau Pndidikan Kimia 2013-sekarang Organisasi : HMJ Pendidikan Kimia UIN SUSKA RIAU

Karya ilmiah yang pernah dibuat: -

Gambar

Tabel 1.1 Penggunaan BBM
Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Kimia Biodiesel dan Petrodiesel
Tabel 2.2.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Karet
Gambar 1. Hutan Karet di Kecamatan Mandau
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan konstruksi pada saat ini semakin meningkat sehingga kebutuhan material utama dalam dunia konstruksi juga semakin meningkat. Sampai saat ini beton menjadi

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelasaikan pembuatan karya ilmiah dalam bentuk

Keluaran Jumlah Penyuluhan Pencegahan Berkembangnya Praktek Prostitusi dan Bahaya Pornografi serta HIV/AIDS.

Within this framework, individual trees were first extracted and then classified into different species based on their spectral information derived from hyperspectral imagery,

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa peneliti telah berhasil melakukan

Dalam Penulisan Ilmiah ini, dibahas tentang pembuatan serch engine yang dapat membantu user dalam mencari informasi, setiap orang dapat memasukkan query mereka sendiri dan

Mata kuliah yang dapat diambil adalah mata kuliah baru yang akan diselenggarakan pada semester yang bersangkutan dengan memperhatikan ketentuan tentang persyaratan

pada diri mereka diikuti dengan 26 orang responden yang menyatakan sangat setuju.. Selanjutnya, sebanyak 8 orang responden menyatakan kurang setuju