• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENGARUH PERMAINAN PUZZLE PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL DI TAMAN KANAK-KANAK SUSTER DAN TAMAN KANAK-KANAK BRUDER MELATI PONTIANAK TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "View of PENGARUH PERMAINAN PUZZLE PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL DI TAMAN KANAK-KANAK SUSTER DAN TAMAN KANAK-KANAK BRUDER MELATI PONTIANAK TAHUN 2014"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

46 PENGARUH PERMAINAN PUZZLE PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH TERHADAP

KECERDASAN EMOSIONAL DI TAMAN KANAK-KANAK SUSTER DAN TAMAN KANAK-KANAK BRUDER MELATI PONTIANAK TAHUN 2014

Siti Dewi Rahmayanti1, Yustina Riki Nazarius2

ABSTRAK

Kecerdasan Emosional penting untuk setiap individu, berkembang semenjak dalam kandungan, maksimal pada usia 7-15 tahun dan pada usia di bawah 7 tahun perkembangan kecerdasan baru berkembang 50%. Keberhasilan seseorang dimasyarakat ternyata 80% dipengaruhi oleh kecerdasan emosional hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektual. Karakteristik anak di Taman Kanak tempat penelitian berbeda-beda, ada yang mudah menagis, kecewa, mengekspresikan perasaannya, berteriak.Penelitian dilakukan dengan permainan puzzle, fungsi permainan puzzle dapat menyenangkan hati anak, meningkatkan fungsi kognitif anak meningkatkan keterampilan dan meningkatkan perkembangan anak. Tujuan dari Penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh permainan puzzle pada anak usia pra sekolah terhadap kecerdasan emosional di Taman Kanak Suster dan Taman Kanak Bruder Melati Pontianak tahun 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah desain penelitian quasi-eksperimental dengan penedekatan nonequivalent control group design pada 48 orang anak usia pra sekolah. Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling, intervensi permainan puzzle yang dilakukan selama 6 hari berturut. Lembar observasi kecerdasan emosional dan permainan puzzle digunakan sebagai instrument penelitian. Data yang sudah ditemukan tersebut di analisa dengan menggunakan metode paired t-test dan independent t-test. Hasil uji statistik sebelum dan setelah intervensi permainan puzzle pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan rata-rata kecerdasan emosional sebelum dan setelah intervensi pada kelompok kontrol (p 0,918). Terdapat perbedaan rata-rata kecerdasan emosional sebelum dan setelah intervensi pada kelompok intervensi (p 0,001). Terdapat perbedaan rata-rata kecerdasan emosional setelah intervensi antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi (0,001). Aplikasi dalam pelayanan keperawatan anak dapat menerapkan permainan puzzle guna mendukung kecerdasan emosional dengan tujuan dapat menstimulus kemampuan anak berpikir kritis.

(2)

47 THE INFLUENCE OF PUZZLE GAMES IN PRE SCHOOLER CHILDREN OVER EMOTIONAL INTELLIGENCE IN PONTIANAK SUSTER AND BRUDER MELATI

KINDERGARTEN SCHOOL IN 2014

Siti Dewi Rahmayanti1, Yustina Riki Nazarius2

ABSTRACT

Emotional Intelligence is important for every individual, since developing in the womb, the maximum at the age of 7-15 years and under the age of 7 years the development of new intelligence developed 50%. The success of a person in the community apparently 80% are influenced by emotional intelligence is only 20% determined by intelligence. Characteristics of children in Kindergarten research different places, there is an easy crying, upset, express feelings, screaming.Research was done by puzzle game, function of puzzle games can cheer children, increase cognitive function, increase children’s skills and development. The aim of the research is to identify the influence of puzzle game in pre schooler children over emotional intelligence in Pontianak Suster and Bruder Melati kindergarten school in 2014. Method of research used is quasi-experimental research design with nonequivalent control group design on 48 pre schoolder children. Sample determination of this research is purposive sampling, puzzle game intervention which is done done for 6 days continuously. Observation sheets of emotional intelligence and puzzle game are used as research instruments. The data collected was analyzed using paired t-test and independent t-test. Statistical test result before and after puzzle game intervention in control group, there was no average difference of emotional intelligence (p 0,918). There was average difference of emotional intelligence before and after intervention in intervention group (p 0,001). There was average difference of emotional intelligence after intervention between control and group and intervention group. (0,001). Applications in child nursing services can implement a puzzle game in support of emotional intelligence with the aim to stimulate the child's ability to think critically.

(3)

48

A. PENDAHULUAN

Anak usia pra sekolah merupakan anak yang berada dalam rentang usia 3 sampai 6

tahun. Anak usia pra sekolah memiliki karakteristik perkembangan fisik, motorik,

intelektual, dan sosial yang berbeda dengan usia lainnya. Pada usia anak pra sekolah juga

mengalami masa perkembangan bahasa, seperti dapat mengungkapkan perasaannya

dengan kalimat secara sederhana, mau bertanya pada orang lain terkait dengan apa yang

dialaminya, selain perkembangan bahasa anak perkembangan psikososialnya. Salah satu

cara untuk mengasah perkembangan anak dengan permainan. Permainan anak usia pra

sekolah biasanya bersifat asosiatif, dapat mengembangkan koordinasi motorik, dan

memerlukan hubungan dengan teman sebaya. Penelitian yang dilakukan oleh Bratton,

Ray, dan Rhine (2005) menyatakan bahwa bermain memberikan efek yang positif bagi

pengobatan pada anak, dan jenis permainan yang dapat diberikan bagi anak harus

disesuaikan dengan tingkat kematangan anak.

Beberapa permainan anak usia pra sekolah diantaranya mewarnai gambar,

menggambar, menyusun puzzle, dan menyusun balok. Puzzle merupakan permainan yang

membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam merangkainya. Melalui permainan

puzzle anak-anak dapat membuat konsep dalam memahami peristiwa yang ada

dilingkungannya dengan baik. Permainan puzzle merupakan jenis permainan yang dapat

dilakukan sendiri dan dilakukan secara berkelompok, dimana setiap anak saling

berkomunikasi dan berinteraksi dalam menyusun puzzle. Permainan puzzle termasuk

dalam salah satu permainan edukatif, dimana kegiatan tersebut bersifat menyenangkan,

menghibur dan mendidik (Kayvan, 2009; Adriana, 2011).

Beberapa penelitian terkait permainan puzzle, diantaranya penelitian yang dilakukan

oleh Aral, Gursoy, Can dan Yasar (2011) menyatakan bahwa bermain puzzle pada anak

usia pra sekolah dapat dimasukan dalam salah satu sarana permainan anak, karena pada

saat bermain anak-anak dapat melibatkan teman sebayanya dan dapat memberikan

rangsangan kecerdasan indra dan emosi, mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak

dan mendukung fisik dan sosial anak, karena puzzlemerupakan suatu masalah atau misteri

(4)

49 Penelitian ini sejalan dengan yang di lakukan oleh Levine, Ratliff, Huttenlocher, dan

Cannon (2011) menyatakan bahwa bermain dengan puzzle memungkinkan anak untuk

bercerita dan mampu untuk berpikir secara cerdas dengan anak lainnya baik anak laki-laki

maupun anak perempuan sehingga anak dapat memberikan imajinasinya tentang

potongan-potongan dari puzzle, saat menyusun potongan puzzle anak membutuhkan

emosi dalam dirinya agar potongan tersebut dapat menghasilkan gambar yang sesuai.

Seorang anak tidak hanya membutuhkan kecerdasan secara intelektual saja, tetapi

anak harus memiliki kecerdasan emosional (Emotional quotient). Kecerdasan emosional

menurut Goleman (dalam Mashar, 2011) mengatakan bahwa kecerdasan ada semenjak

lahir namun akan maksimal pada usia 7-15 tahun dan pada usia di bawah 7 tahun

perkembangan kecerdasan baru berkembang 50%. Keberhasilan seseorang dimasyarakat

ternyata 80% dipengaruhi oleh kecerdasan emosional hanya 20% ditentukan oleh

kecerdasan intelektual (Goleman, 2007). Ahli Neurology David Hubel dan Trtsten Wiesel

(dalam, Nirwana 2011) mengungkapkan kecerdasan emosional anak akan berkembang

semenjak didalam kandungan ibunya.

Adapun aspek kecerdasan emosional yang diungkapkan oleh Goleman (dalam,

Mashar, 2011) terdiri dari 1) Kesadaran diri salah satu cirinya adalah mengenali dan

merasakan emosi diri sendiri, memahami penyebab perasaan yang timbul dan mengenal

pengaruh perasaan terhadap tindkaan. 2) Mengelola emosi; lebih mampu mengungkapkan

amarah dengan tepat, dapat mengendalikan perilaku agresif ynag merusak diri sendiri dan

orang lain. 3) Memanfaatkan emosi secara produktif; memiliki rasa tanggungjawab,

mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan. 4) Empati; memiliki kepekaan

terhadap orang lain dan 5) Membina hubungan; memiliki kemampuan berkomunikasi

dengan orang lain, memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Pencapaian keberhasilan ke lima aspek diatas akan maksimal jika anak terus dilatih

dengan berbagai kegiatan seperti bermain, yang dapat melibatkan orang lain, seperti

melatih otak untuk berpikir dalam memecahkan sebuah masalah, melatih ketelitian anak,

melatih kesabaran anak meyelesaikan sebuah permainan, mengenali warna bentuk dan

gambar. Hal ini akan terlihat saat anak dapat menyelesaikan permainan puzzle dengan

menyususun beberapa potongan gambar yang akan menghasilkan bentuk yang diinginkan,

(5)

50 Dampak dari kegagalan kecerdasan emosional berdasarkan data survey FEKMI

(Federasi Kesehatan Mental Indonesia) survey ini dilakukan terhadap remaja dibeberapa

kota besar di Indonesia, hasil survey tahun 2003 menyatakan 54% remaja mengaku pernah

berkelahi, 87% berbohong, 8.9% pernah mencoba narkoba, 28% merasa kekerasan sebagai

hal yang biasa, 24% pernah membaca buku porno dan biasanya anak yang berperilaku

buruk tersebut dapat menggangu pelajaran di kelas, melanggar aturan sekolah,

mengancam keamanan sekolah dan para siswa, seperti merusak dan mencuri (Zahra,

2011).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di sekolah taman kanak-kanak

suster Pontianak dimana peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah. Adapun

Jumlah seluruh anak pada tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 27 orang di kelas A1 dan 27

orang di kelas A2. Usia anak bervariasi antara 3-6 tahun dan jenis permainan yang ada di

taman kanak-kanak tersebut berbeda-beda pula. Jenis permainan yang ada di Taman

Kanak suster bervariasi seperti bermain bola, petak umpet, menyusun balok, menggambar,

luncuran, mewarnai, ayunan dan lain-lain. Anak-anak boleh memilih salah satu mainan

yang disenangi dan sesuai dengan keinginannya tidak dibatasi.

Karakteristik anak-anak di Taman kanak-kanak berbeda-beda, ada yang mudah

bergaul ada yang pemalu. Saat belajar ada yang dengan penuh perhatian mendengarkan

guru ada yang sibuk sendiri, ada yang senang bermain saja tanpa memperdulikan kapan

waktunya bermain. Ada anak yang mau berbagi dengan temannya dan ada juga yang

hanya memperhatikan diri sendiri.

Melihat fenomena diatas, bahwa pendidikan di tingkat taman kanak-kanak tersebut

maka di rasa perlu bagi peneliti untuk melakukan tentang pengaruh permainan khususnya

puzzle terhadap kecerdasan emosional, karena kecerdasan emosional ini berdampak pada

proses pembelajaran khususnya dibidang akademik intelligence quotient-IQ hanya dapat

diukur dari sebagian kecil dari kemampuan manusia dan belum dapat menjaring

keterampilan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan anak yang lain, anak yang

memiliki kecerdasan emosional lebih tinggi akan lebih percaya diri dan lebih bahagia,

(6)

51 Tujuan Penelitiannya adalah “Mengidentifikasi apakah ada pengaruh permainan

puzzle pada anak usia pra sekolah terhadap kecerdasan emosional di Taman Kanak-kanak

Suster dan Taman Kanak-kanak Bruder Melati Pontianak tahun 2014”

B. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan menggunakan desain

penelitian quasi-eksperimental dengan pendekatan nonequivalent control group design.

Pendekatan nonequivalent control group design menggunakan dua kelompok subjek,

tetapi pengambilan sampel dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara random.

Rancangan Penelitian ini dibuat untuk melihat pengaruh permainan puzzle terhadap

kecerdasan emosional anak usia pra sekolah sebelum dan sesudah diberikan permainan

puzzle.Populasi pada penelitian ini adalah anak dari Taman Kanak-kanak Suster 54 orang

dan 54 orang dari Taman Kanak-kanak Bruder Pontianak. Sampel penelitian menjadi 48

anak. 24 orang anak pada kelompok kontrol dan 24 orang anak pada kelompok intervensi.

Untuk mempertahankan rasa saling percaya antara peneliti dan subjek. Menghindari

terjadinya kecemburuan diantara anak kelompok intervensi dengan anak lainnya yang

tidak masuk dalam kelompok intervensi, maka salah satu usaha yang dilakukan oleh

peneliti adalah dengan tetap mengikutsertakan anak dalam permainan tetapi tidak

dilakukan penilaian. Peneliti melakukan penelitian dengan cara membagi waktu secara

adil bagi kedua kelompok dalam satu hari penelitiannya, pada kelompok intervensi

penelitian dimulai dari jam 07.00-08.30 dan pada kelompok kontrol dimulai dari jam

08.40-10.10 dimana dalam dua kelompok ini sudah disesuaikan dengan Kriteria dalam

penelitian.

Permainan puzzle dilakukan pada kelompok intervensi saat anak sedang berada di

kelas selama 6 hari beturut-turut dengan waktu 15 menit setiap harinya, sedangkan pada

kelompok kontrol tidak dilakukan permainan puzzle. Setelah penelitian selesai peneliti

memberikan informasi bagi ibu guru yang bertanggungjawab dalam kelas tentang

permainan puzzle dan manfaat bermain puzzle permainan itu sendiri dengan harapan

(7)

52

C.HASIL PENELITIAN

1. Perbedaan rata-rata kecerdasan emosional pada anak usia pra sekolah sebelum dan

setelah diberikan permainan puzzle pada kelompok kontrol dan kelompok

intervensi.

Tabel 1: Perbedaan rata-rata kecerdasan emosional anak usia pra sekolah

sebelum dan setelah di taman kanak Bruder melati dan Suster

Pontianak 2014.

Variabel Kontrol Intervensi

Pre Post Pre Post

Kecerdasan emosional

Mean 21,333 21,347 21,888 27,472

Median 21,333 21,500 21,833 28,000

St. deviasi 1,012 1,033 1,015 1,872

Minimum 19,00 19,00 19,33 22,67

Maksimum 23,00 23,00 23,33 30,00

Berdasarkan tabel 1 diatas memperlihatkan perbedaan rata-rata kecerdasan

emosional sebelum dan setelah pada kelompok kontrol adalah senilai 0,014

sedangkan untuk perbedaaan rata-rata kecerdasan sebelum dan setelah pada kelompok

intervensi 5,584. Hal ini menunjukan bahwa nilai rata-rata kecerdasan sebelum dan

setelah pada kelompok intervensi memilki nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan

pada kelompok kontrol.

2. Perbedaan rata-rata kecerdasan emosional pada anak usia pra sekolah setelah

(8)

53 Tabel 2 : Perbedaan rata-rata kecerdasan emosional anak usia pra sekolah

setelah dilakukan intervensi antara kelompok kontrol dan

kelompok intervensi.

No. Kecerdasan Emosional

Kontrol Intervensi Signifikan antar kelompok Pre Post Pre Post Pre Post 1 Kesadaran diri 4,61 4,55 4,63 5,20 0,064ª 0,001ª 2 Pengaturan diri 4,26 4,38 4,37 5,54

3 Motivasi 4,23 4,15 4,31 5,68

4 Empati 4,16 4,12 4,36 5,69

5 Keterampilan sosial 4,09 4,12 4,19 5,34 ∑ Rata-rata 21,33 21,34 21,88 27,47 Signifikan dalam

kelompok

0,918b 0,001b

Keterangan : a. signifikan uji T independen

b. signifikan uji T dependen

Berdasarkan Tabel 2 diatas, memperlihatkan penilaian aspek Kecerdasan

emosional anak usia pra sekolah pada kelompok intervensi yang mengalami

peningkatan adalah motivasi, dengan nilai sebelum intervensi 4,31 dan setelah

intervensi menjadi 5,68 dengan kenaikan sebesar 1,37 dibandingkan dengan ke empat

aspek lainnya.

Pengujian dengan Uji T- independent dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

perbedaan rata-rata kecerdasan emosional pada anak usia pra sekolah pada pre

(sebelum) baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi dengan nilai p

value 0,064. Terdapat perbedaan kecerdasan emosional pada anak usia pra sekolah

pada post (setelah) baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi dengan

nilai p value 0,001.

Pengujian dengan Uji T- dependent dapat disimpulkan tidak terdapat

(9)

54 (setelah) pada kelompok kontrol dengan nilai p value 0,918 dan terdapat perbedaan

kecerdasan emosional pada anak usia pra sekolah pre (sebelum) dan post pada

kelompok intervensi (setelah) dengan nilai p value 0,001.

Untuk melihat Perbedaan kenaikan rata-rata kecerdasan emosional pada anak

usia pra sekolah pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi dapat dilihat pada

grafik 1 berikut :

Grafik 1 : Perbedaan rata-rata kecerdasan emosional anak usia pra

sekolah di Taman Kanak-kanak Bruder Melati dan Suster

Pontianak setelah dilakukan permainan puzzle tahun 2014.

Berdasarkan grafik 1 diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

rata-rata kecerdasan emosional pada anak usia pra sekolah pada hari ke-1 dengan hari ke-12

antara kelompok kontrol dengan kelompok intervensi dengan perbedaan rata-rata

peningkatan kecerdasan emosional pada anak usia pra sekolah pada kelompok kontrol 0,01

(10)

55

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a) Tidak terdapat perbedaan rata-rata kecerdasan emosional sebelum dan setelah

intervensi pada kelompok kontrol (p 0.918).

b) Terdapat perbedaan rata-rata kecerdasan emosional sebelum dan setelah

intervensi pada kelompok intervensi (p 0.001).

c) Terdapat perbedaan rata-rata kecerdasan emosional setelah intervensi antara

kelompok kontrol dengan kelompok intervensi (p 0.001).

2. Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini antara lain:

a). Institusi Layanan Praktik Keperawatan.

Penting bagi perawat untuk memberikan edukasi pada usia pra sekolah melalui

peroses bermain, dengan memperhatikan kecerdasan emosional.

b). Perkembangan Keperawatan Anak

Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan anak usia pra

sekolah di taman kanak sehingga diharapkan masing-masing perawat dapat

membekali ibu dan bapak guru ilmu keperawatan anak yang sesuai dengan

kebutuhan anak saat berada di sekolah sehingga ilmu keperawatan dapat

diaplikasikan pada saat melakukan asuhan keperawatan anak secara

(11)

56 DAFTAR PUSTAKA

Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan terapi bermain pada anak. Jakarta: Salemba Medika.

Aral, N., Gursoy, F., Can, M., & Yasar. (2011). An Investigation Of The Effect Of Puzzle On Preschoolers Developmental Areas.Social And Natural Sciences Journal. Turkey

Agustin, A. J. (2013). Dinamika perkembangan anak dan remaja tinjauan psikologi, pendidikan dan bimbingan. Bandung: Refika Aditama.

Ariawan, I. (1998). Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Msayarakat Universitas Indonesia.

Barraton, S. C., Ray, D., & Rhine, T. (2005). The efficacy of play therapy with children of treatment outocomes. American Psychological Association. Texas

Dahlan, S. (2013). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dariyo, A. (2011). Psikologi perkembangan anak tiga tahun pertama. Bandung: Refika Aditama.

Desmita. (2012). Psikologi perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

BIBLIOGRAPHY Gazali, I. A. (2009). Aplikasi analisis multivariat. Semarang: Universitas Diponegoro.

Goleman, D. (2005). Emotional intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

BIBLIOGRAPHY Goleman, d. (2007). Emotional intelligence kecerdasan emosional: Mengapa eq lebih penting Daripada Iq. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

BIBLIOGRAPHY Gunarsa, S. D. (2008). Psikologi: olahraga prestasi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia .

Hamid, A.W.(2007). Buku ajar keperawatan:konsep, etika dan instrumentasi edisi 2. Jakarta: EGC Hasdianah. (2013). Autis pada anak pencegahan perawatan dan pengobatan. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Hidayat, A. A. (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. A. (2007). Siapa bilang anak sehat pasti cerdas. Jakarta: Elex Media Komputindo.

(12)

57 Levine, S. C., Ratliff, K. R., Huttenlocher, J., & Cannon, J. (2011).Early puzzle play a predictor of preschoolers spatial transformation skill. Chicago: American Psychology Association.

Lepper, J. H. (2009). The effect of praise on children's intrinsic motivation: A Review and Synthesis. American Psychological Association.

Mashar, R. (2011). Emosi anak usia dini dan strategi pengembangannya. Jakarta: Prenada Media Group.

Ngastiyah, (2005). Perawatan anak sakit edisi 2. Jakarta: EGC.

Nigussie, B. (2008). Efficacy of play therapy on self healing and enhancing life skill of children difficult circumtance. Journal Of Play Therapy.

Nirwana, A. B. (2011). Psikologi bayi, balita dan anak. Yogyakarta: Nuha Medika. Notoatmodjo, S.(2010). Metode penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Pramono, T. S. (2012). Permainan asyik bikin anak pintar. 2012: In Azna Books.

Petrides, J. R. (2006). Attitudies and Motivation and their impact on the performance of young English as a foreign language learners. Journal Of Language and Learning.

Riyanto, M. H. (2006). 100 Permainan penyegar pertemuan. Yogyakarta: Kanisius. Santrock, J. W. (2011). Masa perkembangan anak. Jakarta : Salemba Humanika. Sastroasmoro, I.(2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.Jakarta: Sagung Seto Sastroasmoro, I.(2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.Jakarta: Binarupa Aksara Shoaakazemi, M., Javid, M. M., Tazekand, F. E., Rad, Z. S., & Gholami, N. (2012).The effect of group play therapy on reduction of separation anxiety disorder in primitive school children. Iran: Procedia-Social And Behavioral Sciences.

Soetjiningsih, C. H. (2012). Seri psikologi perkembangan anak sejak pertumbuhan sampai dengan kanak-kanak akhir. Jakarta: Prenada Media Group.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kombinasi mixed methods. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuntitatif kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta. Supartini. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.

(13)

58 Wangsa, T. (2013). Mukjizat musik terapi jitu kecerdasan anak melalui musik. Yogyakarta: Lintang

Aksara Kaukaba Group.

Tomey, A. M. & Alligood, M. R. (2006). Nursing theorists and their work (6th ed.). Elsevier Health Sciences.

Tomey, A. M. & Alligood, M. R. (2006). Nursing theory : utilization & application. Missouri : Mosby

Wong, D. L. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik Edisi 6. Jakarta: EGC.

Yus, A. (2011). Penilaian perkembangan belajar anak taman kanak-kanak. Jakarta: Prenada Media Group.

BIBLIOGRAPHY Yusiana, T. H. (2012). Peran orang tua dalam kegiatan bermain dalam perkembangan kognitif anak usia prasekolah (5-6 Tahun). Kediri: Jurnal Keperawatan.

Gambar

Tabel 1: Perbedaan rata-rata kecerdasan emosional anak usia pra sekolah
Tabel 2 : Perbedaan rata-rata kecerdasan emosional anak usia pra sekolah
Grafik 1 : Perbedaan rata-rata kecerdasan emosional anak usia pra sekolah di Taman Kanak-kanak Bruder Melati dan Suster Pontianak setelah  dilakukan permainan puzzle tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan gejala klinis berupa adanya sesak, batuk, riwayat merokok, riwayat PPOK, serta pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pasien ini merupakan pasien dengan penyakit paru

Strategi pembiasaan shalat berjama‟ah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di MI Hidayatul Mubtadi‟in Wates dan MIN Pandansari Ngunut Tulungagung ... Metode pembiasaan

Di atas atap kamar operasi, terangkai sistem ducting untuk mengalirkan udara bersih dan bertekanan yang disaring oleh sistem hepafilter utama (outlet tepat pada area

Kegiatan ini perlu dilakukan di awal suatu proses perubahan, karena seperti diketahui bersama, tingkatan resistensi pertama dari penolakan adalah berhubungan dengan tidak

Dari berbagai teknik pengembangan dan kalibrasi sensor kelembaban tanah (soil moisture sensor) hal yang terpenting adalah perhitungan bagaimana pengaruh faktor kompleks

Sertifikat kompetensi (SK) yang dikeluarkan oleh Kolegium Dokter Parasitologi Klinik Indonesia (KPDSPARKI), bersama dengan Surat Tanda Registrasi (STR) yang dikeluarkan oleh

“ Boerhavia diffusa (Punarnava) Root Extract as green Corrosion Inhibitor for Mild Steel in Hydrochloric Acid Solution: Theoritical and Electrochemical Studies.”

Hasil penelitian menyatakan bahwa (1) Pada jenis kesalahan membaca siswa melakukan kesalahan yang disebabkan ketika siswa tidak bisa membaca soal secara benar