SINTAKS PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN, ALAT PERAGA, ALAT BANTU, LKS, DAN PENGELOLAAN KELAS
Imas Sumarni, Lolla Lovita Sary, Nurfa Resti Aulia, Rexzi Adi Prabowo, Siti Alatimah Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan [email protected]
Dr. Dharma Kesuma, M.Pd., Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd., Ence Surahman, M.Pd.
A. PENDAHULUAN
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.
Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Interkasi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video atau audio, dan sejenisnya), dan berbagai sumber belajar dan fasilitas (proyektor, perekam pita audio dan video, radio, televise, computer, perpustakaan, laboratorium, pusat sumber belajar, dan lain-lain).
B. PEMBAHASAN
1. Media Pembelajaran
a) Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media merupakan sgala sesuatu yang dapat digunakan sebagai perantara dalam menyampaikan pembelajaran, sesuatu yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca. Media juga merupakan segala sesuatu yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perahtian, dan minat siswa sedemikian rupa sehinggaproses belajar terjadi. Media menjadi alat bantu baik bagi guru maupun siswa dalam pembelajaran, baik dalam prosespemahaman, pembuktian segala sesuatu, dan lain-lain. Tujuan media sebagia alat bantu pembelajaran yakni:
1) Mempermuadah proses pembelajaran di kelas. 2) Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran.
3) Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar. 4) Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran. b) Fungsi Media Pembelajaran
1) Bagi Guru
 Meningkatkan produktivitas pesan-pesan pembelajaran yang disajikan, karena dapat mempercepat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
 Membantu dalam mengembangkan aktivitas kejiwaan siswa untuk memahami pesan pembelajaran menurut daya analisisnya.
 Membantu dalam mengkreasikan rencana program pendidikannya, sehingga pengembangan pembelajaran dapat dirancang dengan baik.  Membantu mengintegrasikan pesan-pesan pembelajaran secara
konsisten, karena dapat diulang kembali secara utuh. 2) Bagi Siswa
 Lebih meningkatkan daya kepahaman terhadap materi pembelajaran.  Dapat merangsang daya kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.  Membantu kuatnya daya ingatan siswa, karena sifat media
pembelajran mempunyai daya stimulus yang lebih kuat.
 Membantu siswa memahami secara integral (utuh dan bermakna) materi pembelajaran yang disajikan.
 Membantu memperjelas pengalaman langsung yang pernah mereka alami dalam kehidupan
c) Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Media 1) Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa
Guru terlebih dahulu mengetahui pengetahuan dan keterampilan awal yang dimiliki peserta didik sebelum mengikuti pelajaran yang disajikan melalui media pembelajaran dengan begitu guru memiliki kemampuan dalam menentukan secara tepat penggunaan media yang dirancang untuk pelaksanaan pembelajaran.
2) Menetapkan Tujuan Pembelajaran
harus mengacu kepada salah satu ranah atau gabungan dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Penggunaan media dalampengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian integral dari suatu sistem pengajaran dan sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar. 3) Persiapan Guru
 Mempersiapkan media yang telah ditetapkan beserta segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penerapan media.
 Persiapan dalam keterampilan penguasaan penggunaan media, sehingga dalam penerapannya dapat berfungsi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
 Guru hendaknya menghitung untung dan ruginya dari pemanfaatan suatu media.
 Guru memberikanpenjalasan lebih lanjut terhadap materiyang dianggap kurang jelas pada meteri yang tertuang dalam media pembelajaran.
4) Persiapan Kelas
 Mempersiapkan kelas secara kondusif, baik itu dari segi kesiapan mental siswa menerima pelajaran dengan menggunakan media yang telah dipilih, maupun kesiapan suasana kelas dalam penerapan media pembelajaran.
 Berikan pengarahan khusus terhadap ide-ide yang sulit bagi siswa pada materi yangakandisampaikan melalui media.
 Arahkan mereka dengan berbagai stimulus.
 Pusatkan perhatian mereka melalui suatu komentar atau pertanyaan pendahulu.
5) Langkah penyajian media dalam kegiatan pembelajaran
 Media yang diberikan harus dapat memberikan dukungan terhadap isi bahan pembelajaran, seperti bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi biasanya membutuhkan media agar lebih mudah untuk dipahami oleh siswa.
 Media yang digunakan mudah untuk didapatkannya dan sesuai dengan taraf berfikir siswa/ mudah digunakan.Hal ini sangat berpengaruh pada kemudahan dalam proses pembelajaran
 Media harus dapat memfasilitasi siswa secara menyeluruh, sehingga pesan dan informasi yang akan disampaikan diterima secara merata.  Pesan atau informasi yangakandisampaikan melalui tidak boleh
terganggu oleh elemen lain, dalam artian ada kesesuaian antara media yang digunakan dengan kesiapan suasana kelas.
 Media yang digunakan harus mampu menstimulasi siswa untuk terfokos pada pembelajaran dan informasi atau pesan yang disampaikan dapat ditangkap secara efektif oleh siswa.
6) Langkah kegiatan evaluasi pembelajaran dan media  Evaluasi pembelajaran
 Evaluasi media
Evaluasi ini digunakan untuk mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan media dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan.
7) Langkah-langkah Pemilihan Media Pembelajaran
Anderson (1976) menyarankan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam pemillihan media pembelajaran, yaitu:
 Penerangan atau pembelajaran
Langkah pertama menentukan apakah pengguna media untuk keperluan informasi atau pembelajaran. Media untuk keperluan informasi, penerima informasi tidak ada kewajiban untuk dievaluasi kemampuan/keterampilannya dalammenerima informasi, sedangkan media untuk keperluan pembelajaran penerima pembelajaran harus menunjukan kemampuan sebagai bukti bahwa mereka telah belajar.  Tentukan transmisi pesan
Dalam kegiatan ini kita sebenarnya dapat menentukan pilihan, apakah dalam proses pembelajaran akan digunakan ‘alat bantu pengajaran’. Alat bantu pengajaran alat yang didesain, dikembangkan dan diproduksi untuk memperjelas tenaga pendidik dalam mengajar. Sedangkan media pembelajaran adalah media yang memungkinkan terjadi interaksi antara produk pengembang media dan peserta didik/pengguna. Atau dengan kata lain peran pendidik sebagai penyampai materi pembelajaran digantikan oleh media.
 Tentukan karakteristik pelajaran
Asumsi kita bahwa kita telah meyusun desain pembelajaran, dimana kita telah melakukan analisis tentang mengajar, merumuskan tujuan pembelajaran, telah memilih materi dan metode. Selanjutnya perlu dianalisis apakah tujuan pembelajaran yang telah ditentukan itu termasuk dalam ranah kognitif, afektif atau psikomotor. Masing-masing ranah tujuan tersebut memerlukan media yang berbeda.  Klasifikasi media
Media dapat diklasifikasikan sesuaidengan ciri khusus masing-masing media. Berdasarkan persepsi dari masnusia normal bahwa media dapat diklasifikasikan menjadi media auto, media video dan audio visual. Berdasarkan cirri dan bentuk fisiknya media dapat dikelomokkan menjadi media proyeksi(diam dan gerak) dan media non proyeksi(dua dimensi dan tiga dimensi). Sedangkan jika diklasifikasikan berdasarkan keberadaannya, media dikelompokkan menjadi dua yaitu, media media yang berada di ruang kelas dan media-media yang berada di luar ruang kelas. Masing-masing media tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan bila dibandingkan dengan media lain.
 Analisis karakteristik masing-masing media
8) Jenis – Jenis Media yang Dapat Digunakan
Aneka ragam media pengajaran dapat diklasfikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Brets membuat klasifikasi berdasarkan adanya tiga ciri yaitu: suara (audio), bentuk (visual), dan gerak (motion). Atas dasar ini ia mengemukakan kelompok media diantaranya:
 Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara ada gerakan dan bentuk objektif dapat dilihat. Jenisnya yaitu: televisi, video, dan film bergerak.
 Media audio-still-visual, yakni media yang mempunyai suara, objeknya dapat dilihat, namun tidak ada gerakan, seperti film strip, slide bersuara, dan rekaman televisis dengan gambar tak bergerak (television still recording).
 Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan namun tidak dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh. Contoh: papan tulis jarak jauh.
 Media motion visual, mempunyai gambar objek bergerak tanpa mengeluarkan suara seperti film bisu yang bergerak/ pantomim.  Media still-visual, yakni ada objek namun tidak ada gerakan, seperti
media pembelajaran yang membutuhkan demonstrasi dan slide power point tanpa suara.
 Media audio, hanya menggunakan suara, seperti: radio, telepon, atau audio tape.
 Media cetak yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak, tertulis seperti buku, modul, dan pamflet.
9) Langkah-langkah Penggunaan Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang telah dipilih agar dapat digunakan secara efektif danefisien perlu menempuh langkah-langkah secara sistematis. Terdapat tiga langkah yang pokok yang dapat dilakukan yaitu persiapan, pelaksanaan/penyajian, dan tindak lanjut.
(a) Persiapan
Persiapan maksudnya kegiatan dari seorang tenaga pengajar yang akan mengajar dengan menggunakan media pembelajaran. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan tenaga pengajar pada langkah persiapan diantaranya:
 Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan sebagaimana bila akan mengajar seperti biasanya. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran/perkuliahan cantumkan media yang akan digunakan.
 Mempelajari buku petunjuk atau bahan penyerta yang telah disediakan.
 Menyiapkan dan mengatur peralatan yang akan digunakan agar dalam pelaksanaannya nanti tidak terburu-buru dan mencari-cari lagi serta peserta didik dapat melihat dan mendengar dengan baik. (b) Pelaksanaan/Penyajian
 Yakinkan bahwa semua media dan peralatan telah lengkap dan siap untuk digunakan.
 Jelaskan tujuan yang akan dicapai.
 Jelaskan lebih dahulu apa yang harus dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran.
 Hindari kejadian-kejadian yang sekiranya dapat mengganggu perhatian/konsentrasi, dan ketenangan peserta didik.
(c) Tindak lanjut
Kegiatan ini perlu dilakukan untuk memantapkan pemahaman pesertadidik tentang materi yang dibahas dengan menggunakan media. Disamping itu kegiatan ini dimaksudkan untuk mengukur efektivitas pembelajaran yang telah dilakukannya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya diskusi, eksperimen, observasi, latihan dan tes.
2. Sintaks Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian
Lembar Kerja Siswa (LKS), dalam kamus besar Bahasa Indonesia, yang mempunyai arti bagian pokok dari modul yang berisi tujuan umum dari topik-topik yang dibahas.
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran kertas yang intinya berisi informasi dan instruksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu kegiatan belajar melalui praktek atau mengerjakan tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan pengajaran. LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen dan demonstrasi (Trianto, 2007:73). Menurut pengertian ini, LKS berwujud lembaran berisi tugas-tugas guru kepada siswa yang disesuaikan dengan kompetensi dasar dan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Atau dapat dikatakan juga bahwa LKS adalah panduan kerja siswa untuk mempermudah siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
b. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Menggunakan LKS Tujuan pengemasan materi dalam bentuk LKS adalah :
1) LKS membantu siswa untuk menemukan suatu konsep LKS mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkrit, sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. LKS memuat apa yang (harus) dilakukan siswa meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis.
2) LKS membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan
3) LKS berfungsi sebagai penuntun belajar LKS berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika membaca buku.
4) LKS berfungsi sebagai penguatan
5) LKS berfungsi sebagai petunjuk praktikum
misalnya dalam mengubah kondisi belajar yang semula berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada siswa (student centered).
Manfaat LKS lainnya adalah dapat membantu guru dalam mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja. Selain itu, LKS juga dapat digunakan untuk mengembangkan ketrampilan proses, mengembangkan sikap ilmiah serta membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya. Akhirnya LKS juga memudahkan guru untuk melihat keberhasilan siswa dalam mencapai sasaran belajar.
c. Syarat-syarat Menyusun LKS
Agar LKS tepat dan akurat, maka harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Susunan Kalimat dan kata-kata diutamakan:  Sederhana dan mudah dimengerti.  Singkat dan jelas.
 Istilah baru hendaknya diperkenalkan terlebih dahulu. 2) Gambar dan ilustrasi hendaknya dapat:
 Membantu siswa memahami materi.
 Menunjukkan cara dalam menyusun sebuah pengertian.  Membantu siswa berpikir kritis.
 Menentukan Variabel yang akan dipecahkan dalam kegiatan pembelajaran.
3) Tata letak hendaknya:
 Membantu siswa memahami materi dengan menunjukkan urutan kegiatan secara logis dan sistematis.
 Menunjukkan bagian-bagian yang sudah diikuti dari awal hingga akhir.
 Desain harus menarik. (Depdikbud, 1996/1997:25-26). d. Prosedur Penyusunan LKS
Diknas dalam Prastowo (2012: 212) menjelaskan mengenai tahapan atau langkah-langkah yang baik dalam menyusun bahan ajar lembar kegiatan siswa (LKS), langkah-langkah tersebut adalah:
1) Analisis Kurikulum
Analisis Kurikulum sangat penting dalam perencanaan pembuatan lembar kegiatan siswa. Guru harus mampu memilih materi-materi yang akan dan tepat menggunakan bahan ajar lembar kegiatan siswa (LKS). Hal-hal yang menyangkut kurikulum termasuk perangkat pembelajaran harus diperhatikan terutama pada materi dan kompetensi yang harus dicapai siswa.
2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS
lembar kerja siswa adalah analisis sumber belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran.
3) Menentukan Judul LKS
Judul LKS biasanya ditentukan dan disesuaikan dengan tiap kompetensi yang akan dicapai. Jika terlalu besar maka dapat disesuaikan dengan tiap-tiap materi pokok yang diajarkan. Dalam penentuan judul lembar kegiatan siswa (LKS) ini juga harus menentukan komponen penunjang LKS lainnya seperti Kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai juga tujuan penggunaan LKS tersebut serta komponen lainnya.
4) Menulis LKS
Dalam menulis lembar kegiatan siswa (LKS) terdiri dari 4 langkah utama, yaitu:
 Merumuskan kompetensi dasar. Kompeteensi dapat dirumuska dengan mengacu dari kurikulum yang dipakai, guru langsung mencantumkan kompetensi yang ada pada kurikulum dan perangkat pembelajaran ke dalam LKS
 Menentukan alat penilaian. Penilaian perlu dilakukan dalam setiap pembelajaran, maka sangat perlu dalam LKS dicantumkan alat penilaian yang digunakan. Penilaian ditentukan sesuai kebutuhan serta bentuk dan tujuan dari penggunaan LKS. Perhatikan juga apakah perlu adanya pre-test atau tidak jika ada tentu harus dicantumkan pada awal pada struktur LKS tersebit nantinya.
 Menyusun materi. Penyusunan materi jelas harus dilakukan dengan mengacu pada materi dan hal-hal apa saja yang harus disampaikan. Materi ditulis diambil dari sumber belajar yang telah ditentukan sebelumnya. Perlu diperhatikan juga seberapa dalam materi harus dicantumkan dalam LKS, jika menggunakan sumber belajar lain seperti buku teks pelajaran atau lainnya maka materi yang dicantumkan dalam LKS dapat secara umum dan informasi tambahan yang tidak terdapat dalam sumber belajar lain yang digunakan.
 Menyusun Struktur LKS. Struktur bahan ajar lembar kegiatan siswa (LKS) harus sangat diperhatikan, ini berkaitan dengan bagaimana kemudahan dalam menggunakan LKS tersebut nantinya. LKS harus disusun secara baik, urut, dan tidak menimbulkan kebingungan dalam penggunaannya. Struktur bahan ajar LKS harus disusus urut yang setidaknya terdiri atas 6 komponen yaitu judul, petunjuk belajar, kompetensi, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian.
Jadi prosedur penyusunan Lembar Kerja Siswa dapat diringkas sebagai berikut:
1) Menentukan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran untuk dimodifikasi ke bentuk pembelajaran dengan LKS.
2) Menentukan ketrampilan proses terhadap kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran.
4) Menentukan alat, bahan dan sumber belajar.
5) Menemukan perolehan hasil sesuai tujuan pembelajaran.
3. Pengelolaan Kelas a) Pengertian
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan. Salah satu faktor penentu peningkatan mutu pendidikan adalah guru yang profesional. Guru yang profesional salah satu cirinya adalah guru yang dapat mengelola kelasnya dengan baik sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Sesuai dengan peranan guru dalam proses belajar mengajar menurut Adam dan Decey (Usman, 2003 dalam Kamil, 2010: 4) yaitu guru sebagai demonstrator, guru sebagai pengelola kelas, guru sebagai mediator dan fasilitator serta guru sebagai evaluator. Guru yang profesional akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat yang optimal.
Pengelolaan kelas merupakan bagian dari proses pembelajaran, atau dapat juga dikatakan sebagai prasyarat mutlak bagi pembelajaran, karena ada hubungan yang sangat erat antara pengelolaan yang baik dengan hasil belajar, perilaku, dan sikap yang baik siswa. Menurut Amatembun (Supriyanto, 1991: 22 dalam Kamil, 2010:5) Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta menumbuh kembangkan motivasi belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Emmer mendefinisikan pengelolaan kelas sebagai perangkat perilaku dan kegiatan guru yang diarahkan untuk menarik perilaku siswa yang wajar, pantas, dan layak serta usaha dalam meminimalkan gangguan (Kamil, 2010: 27).
Menurut Ahmad (2004 dalam Hilali, 2012: 130) menyatakan Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Sedangkan menurut Made Pidarta (2007 dalam Hilali, 2012: 130) Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan dan mempertahankan suasana belajar mengajar yang efektif agar terhindar dari bermacam gangguan sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengelolaan itu mulai dari persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan:
process, providing instruction through interactive communication, getting feedbacks from learners, preparing and utilizing instructional materials in facilitating learning, maintaining discipline among learners, evaluating learning outcome,…” (Egbule, 2005 dalam Osakwe, 2014)
b) Tujuan Pengelolaan Kelas
1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin.
2) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar. Seperti peserta didik mengantuk, enggan mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, mengajukan pertanyaan aneh dan lain sebagainya.
3) Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
4) Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
5) Terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
c) Langkah Pengelolaan Kelas
Guru sebagai pengelola di dalam kelas mempunyai peran sangat penting dalam mengelola kelasnya, pengelolaan yang dilakukan oleh guru terbagi menjadi dua yaitu yang menyangkut siswa dan fasilitas di ruang kelas
1) Yang Menyangkut Siswa (a) Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan Pembelajaran Kegiatan yang bisa dilakukan oleh seorang guru sebelum mengajar adalah:
 Memeriksa waktu belajar, petunjuk kurikulum, sumber materi. Tujuannya untuk mengetahui gambaran pelajaran selama satu tahun, petunjuk-petunjuk dalam kurikulum, untuk memperoleh gagasan tentang hal-hal yang akan di ajarkan.
 Membuat rencana menyeluruh selama satu tahun.  Membuat garis besar materi yang akan diajarkan.
 Membuat persiapan harian suatu pokok mata pelajaran yang diajarkan.
(b) Pelaksanaan Pembelajaran
Djamra dan Zain (2002: 207 dalam Kamil, 2010: 49), menambahkan bahwa dalam pengelolaan siswa, seorang guru harus mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan siswa yang meliputi:
 Hangat dan antusias; Untuk keberhasilan tujuan pembelajaran, seorang guru harus menunjukkan sikap ramah, hangat, akrab, semangat dan antusiasme yang tinggi dalam mengajar.
 Variasi; Penggunaan alat atau media, gaya dan interaksi belajar yang bevariasi untuk menghindari kejenuhan. Adapun tindakan variatif yang bisa dilakukan guru adalah variasi media dan variasi interaksi.
(c) Penilaian Hasil Pembelajaran
Aspek penting lain peran guru dalam manajemen kelas adalah evaluasi atau penilaian. Penilaian pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi juga harus dilakukan terhadap proses pembelajaran itu sendiri. Dengan penilaian dapat dilakukan revisi disain pembelajaran dan strategi pelaksanaan pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
2) Yang Menyangkut Fasilitas di Ruang Kelas (a) Pengaturan Meja Tulis Siswa
Tentukan apakah pengaturan tempat duduk akan bervariasi pada jenis kegiatan ruang kelas atau akan selamanya seperti itu. Setelah menetapkan pengaturan tempat duduk, putuskan apakah guru yang akan menempatkan para siswa untuk duduk atau membolehkan mereka memilih dimana mereka akan duduk.
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan:
 Ukuran bentuk kelas
Ukuran bentuk kelas yang luas memungkinkan guru untuk mengatur tempat duduk yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh guru tersebut, namun jika luas kelas tidak begitu luas maka akan sulit untuk guru untuk mengatur tempat duduk dan memungkin kan memakai penataan tempat duduk tradisional. Untuk jumlah 40 murid, ukuran ruang kelas minimal 6 x 8 m2 dengan tinggi ruangan sekitar 3 m.
 Bentuk serta ukuran bangku dan meja
Bentuk serta ukuran meja dan bangku sangat mempengaruhi dalam pentaan tempat duduk jika tempat duduk nya berukuran besar dengan bentuk kelas yang tidak begitu luas maka sulit bagi guru untuk membentuk penataan tempat duduk yang baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh guru. Kursi dan meja peserta didik harus stabil dan mudah dipindahkan oleh peserta didik. Di desain dudukan dan sandaran membuat peserta didik nyaman belajar.
 Jumlah siswa dalam kelas
 Jumlah siswa dalam setiap kelompok
Terdapat beberapa pengelolaan tempat duduk yang mengharuskan guru untuk membuat siswa berkelompok, di dalam pengaturan berkelompok berkisar antara 5 sampai dengan 6 perkelompoknya dibagi sesuai dengan jumlah siswa yang terdapat dalam kelas tersebut, namun semua itu dapat disesuaikan dengan jumlah siswa dalam kelas tersebut.
 Jumlah kelompok dalam kelas
Jika jumlah kelompok dalam kelas terlalu banyak maka akan menyulitkan guru dalam proses pembelajaran, karena biasanya siswa akan mudah terpecah konsentrasinya mereka sibuk bermain dengan teman-teman nya atau kelas tersebut penuh sesak dengan bangku serta meja yang akan menyulitkan anak untuk bergerak
 Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita).
Pembagian siswa perkelompok harus memperhatikan jenis kelamin dan kemampuan persiswa. Jika di dalam kelompok hanya berisi perempuan saja maka akan dipastikan kelompok tersebut akan menjadi kelompok yang berisik, atau sebaliknya jika kelompok tersebut beranggotakan siswa laki-laki saja maka akan dipastikan kelompok tersebut akan menjadi kelompok yang pasif. Di dalam pengaturan siswa dalam kelompok harus diliat kemampuan perindividu kelompok tersebut jika didalam tersebut berisi siswa-siswa yang aktif maka kelompok siswa-siswa yang pasif akan terus pasif tidak dapat berkembang.
(b) Meja Tulis Guru, Lemari Arsip, dan perlengkapan lain
Jika ingin menggunakan meja tulis guru, meja tulis tersebut sebaiknya berdekatan dengan wilayah pembelajaran kelas. Perlengkapan lainnya, seperti lemari arsip dan lemari penyimpanan harus ditempatkan di mana benda-benda tersebut bersifat fungsional. Perlengkapan yang jarang digunakan bisa diamanan atau dijauhkan kesebuah sudut ruangan atau tersembunyi dari pandangan, lalu perlengkapan yang sering digunakan harus dekat dan mudah di akses. (c) Lemari Buku
Lemari buku sebaiknya diletakan di mana tidak akan mengahalangi pengawasan guru dan tidak pula menghambat kemampuan siswa untuk melihat papan tulis. Ketika lemari buku berisi benda-benda yang sering digunakan, seperti kamus buku pelajaran dsb, lemari buku tersebut harus mudah diakses dan juga mudah diawasi dengan mudah.
(d) Buku Ajar dan Material Pembelajaran Lainnya
digunakan oleh seluruh siswa. Sekumpulan material dasar seperti kertas, spidol, kapur, pengahapus, penggaris dan perlengkapan yang digunakan setiap hari sebaiknya disimpan ditempat yang mudah dijangkau seperti meja kerja atau rak.
(e) Pekerjaan Siswa
Jika para siswa tidak memiliki ruang untuk menyimpan pekerjaan siswa mereka, guru dapat menyediakan keranjang atau wadah di sekitar ruangan, ataupun dapat menggunakan wadah yang dapat digantungkan. Karya para siswa bisa juga disimpan di CD komputer untuk digunakan dimasa yang akan datang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaturan mengenai ruang kelas yang baik ialah:
 Jadikan wilayah berlalu lintas bebas dari hambatan.
Wilayah seperti meja guru, meja tulis siswa, lemari buku, tempat sampah, dll. Wilayah ini sebaiknya dipisahkan dalam jarak yang luas, dan mudah dicapai.
 Pastikan bahwa para siswa dapat dipantau dengan mudah oleh guru Pengaturan terhadap siswa merupakan tugas pengaturan utama. Keberhasilan guru dalam memantau akan bergantung pada kemampuan guru dalam melihat seluruh siswa sepanjang waktu.oleh karena itu, pastikan terdapat jarak pandang yang jelas diantara wilayah-wilayah pembelajaran, meja tulis guru, dan seluruh wilayah kerja siswa.
 Jaga material pengajaran yang sering digunakan dan perlengkapan para siswa mudah diakses
Menjaga material untuk mudah diakses tidak hanya mengurangi waktu yang dihabiskan untuk mempersiapkan dan membersihkanny, hal itu juga menghindari pelambatan dan penundaan yang menghambat dalam proses belajar mengajar.
 Pastikan bahwa para siswa dapat dengan mudah melihat presentasi dan seisi kelas
d) Peraturan dan Prosedur Bagi Penggunaan Ruangan
Peraturan dan Prosedur merujuk pada ekspetasi yang dinyatakan terkait dengan prilaku. Sebuah peraturan mengidentifikasi ekspetasi atau standar umum bagi prilaku, dan prosedur juga mengkomunikasikan ekspetasi terhadap prilaku. Di sebagian besar sekolah guru diharapkan menegakan sekumpulan peraturan sekolah, peraturan sekolah biasanya diwujudkan dalam sebuah peraturan sekolah yang memerinci, seperti perilaku yang diharapkan dan dilarang.
1) Merencanakan Peraturan Ruang Kelas
Banyak peraturan yang berbeda ditiap-tiap sekolah, tetapi sekumpulan peraturan biasanya terdiri dari empat sampai delapan mengenai peraturan yang paling penting,berikut ini merupakan peraturan umum prilaku di ruang kelas:
PERATURAN 2: Bergegas dan bersiap-siaplah. Peraturan ini meliputi panduan yang menekankan pentingnya tugas-tugas disekolah. Bergegas mungkin dimaksudkan pada permulaan jam pelajaran (dipagi hari). PERATURAN 3: Simaklah dengan saksama sementara siswa lainnya sedang berbicara. Peraturan ini akan mencegah celetukan dan gangguan pada pembelajaran. Guru dapat mengajarkan bagaimana berlomentar dan mengajukan pertanyaan.
PERATURAN 4: Patuhi seluruh peraturan sekolah. Peraturan sekolah ini bekaitan dengan pengawasan guru di luar ruangan kelas. Hal ini mengingatkan siswa bahwa peraturan sekolah berlaku di ruang kelas maupun di luar kelas.
Dalam pembuatan peraturan kelas, hendaknya guru melibatkan partisipasi dalam pembuatan peraturan Keterlibatan siswa dalam pembuatan peraturan dapat berwujud dalam banyak hal. Guru dapat melibakan para siswa dalam pembahasan mengenai peraturan kelas dengan meminta saran dari mereka dan meminta mereka menyebutkan spesifik yang sebaiknya dilakukan setiap orang untuk menciptakan iklim yang bagus bagi pembelajaran, yaiu ikim dimana para siswa merasa nyaman untuk turut serta.
Para siswa mungkin secara sukarela mengajukan saran seperti “simaklah baik-baik”, “jangan mencoret-coret”, dan “dukunglah teman lainnya”. Setelah menerima sejumlah saran dari para siswa guru mengatur daftar tersebut kedalam satu atau lebih kategori yang lebih umum seperti “hormatilah orang lain”. Jika tujuannya untuk peraturan yang mendorong upaya dan kegigihn, maka guru meminta kepada para siswa agar masing-masing memberikan contoh perilaku yang memacu pada pemelajaran. Jika salah satu siswa ada yang mengusulkan seperti “serahkan pekerjaan pada waktunya”, “mintalah bantuan jika diperlukan”, dan “kerjakan sendiri pekerjaan rumahmu”. Guru merangkum pendapat-pendapat tersebut dalam satu panduan umum seperti “selalau lakukan yang terbaik dari dirimu”. Partisipasi siswa dalam diskusi seperti itu sangat menguntungkan karena diskusi itu memperlihatkan alasan di balik panduan tersebut dan penerimaannya. Seorang guru yang membuat peraturan dan prosedur yang masuk akal, yang menyediakan sebuah alasan yang dapat dimengerti bagi peraturan tersebut, dan yang menegakkan peraturan tersebut secara konsisten akan mendapati bahwa sebagian besar siswa akan dengan senag hati mematuhi peraturan tersebut.
2) Merencanakan Prosedur Ruang Kelas
(a) Prosedur bagi Penggunaan Ruangan.
Sejumlah wilayah ruangan tertentu dan perabotan dan perlengkapan di dalam ruangan membutuhkan prosedur untuk mengatur penggunaannya.
 Meja Tulis Guru dan Wilayah Penyimpanannya
Prosedur terbaik adalah bahwa siswa tidak boleh memindahkan apapun dari meja tulis guru atau wilayah penyimpanan lainnya tanpa izin dari gurunya.
 Meja Tulis Siswa dan Wilayah Penyimpanan Lainnya
Selain siswa tidak boleh mengusik apaun di meja tulis guru, mereka juga tidak boleh mengganggu meja tulis atau ruang penyimpanan siswa lainnya. Guru bisa membantu mempelajari kebiasaan kerja yang baik seperti: mengajak para siswa untuk membersihkan dan mengatur meja tulis dan material mereka.  Penyimpanan bagi Material Umum
Beberapa perlengkapan yang bisa digunakan seperti: gunting, spidol, kertas carikan/scrap paper, penggaris dan sumber daya seperti: buku pelengkap, teks, kamus dismpan di rak, laci atau lemari. Sebagian besar guru melabeli wilayah penyimpanan tersebut dengan benar dan mengajarkan siswa kapan material boleh digunakan, dan bagaimana material boleh diambil dan dikembalikan.
(b) Prosedur bagi Pekerjaan Individual dan Kegiatan yang Dipimpin Guru
 Perhatian Siswa Selama Presentasi
Pada bagian ini siswa diharapkan untuk menghadap kepada sang penyaji dan menyimak dengan penuh perhatian, juga diharapkan siswa agar duduk ditempatnya masing-masing.
 Partisipasi Siswa
Prosedur yang paling sederhana ialah mengharuskan para siswa untuk mengangkat tangannya, menunggu hingga ditunjuk, atau guru dapat mengajarkan para siswa untuk mempersilahkan pembicara selanjutnya, hal ini untuk menghindari seluruh interaksi harus melalui guru.
 Mendapatkan Bantuan
Ketika para siswa bekerja ditempat duduknya dan membutuhkan bantuan, mintalah mereka mengangkat tangannya. Prosedur lainnya ialah siswa dapat mendatangi meja guru ketika guru sedang berada dimejanya.
(c) Prosedur bagi Pembelajaran Kelompok Kecil  Mempersiapkan Kelas untuk Kegiatan
 Pergerakan Para Siswa ke Dalam dan Keluar Kelompok
Kegiatan kelompok kecil sering mengharuskan penggunaan material dan perlengkapan, guru dapat menghemat waktu dengan menemapatkan material yang diperlukan dimeja tulis para siswa sebelum kelas dimulai, siswa juga dapat membantu dalam menyebarluaskan perlengkapan namun tetap harus diawasi guru.
C. Penutup
Pengaturan serta pengunaan media, alat peraga/alat bantu, LKS, dan pengelolaan kelas merupakan hal yang harus pahami dan di kuasai oleh pendidik. Dengan adanya media, alat peraga, tentunya memberi kemudahan serta dukungan dalam kegiatan belajar dan mengajar, dan ditambah dengan adanya penggunaan LKS akan memberi penguatan terkait dengan konsep materi pembelajaran, selain itu untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar guru hendaknya menguasai tentang pengelolalaan kelas, hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir hambatan/ masalah yang akan terjadi di ruang kelas. Dalam penyusunan alat, media, serta pengelolaan tentunya memerlukan sintaks / langkah dalam pembuatan dan prosedur yang harus diterapkan, dari uraian diatas pada intinya penggunaan media/alat serta pengelolaan kelas, harus mendukung pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa dan dapat mengurangi hambatan/masalah terkait dengan pembelajaran.
Daftar Pustaka:
Achmadi, H. R. (1996). Telaah Kurikulum Fisika SMU (Model Pembelajaran Konsep dengan LKS). Surabaya: University Press.
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar Sekolah Menengah Atas. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan menengah umum.
Djamarah, S. B. & Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Everson, C. M. & Edmund T. E. (2011). Manajemen Kelas untuk Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenada Media
Osakwe, R. N. (2014). Classroom Management: A Tool for Achieving Quality
Secondary School Education in Nigeria. International Journal of Education, 6 (2), hlm. 58-68.