• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Human Relation Pada Perusahaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Human Relation Pada Perusahaan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan

keuntungan.

Menurut UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau

barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,

termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Perusahaan dalam Industri berperan sebagai perantara untuk mempertemukan

sumber faktor produksi dengan konsumen sehingga kegiatan dunia usaha sangat

membantu usaha-usaha yang dilakukan perusahaan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

konsumen yang meliputi semua aspek kegiatan untuk menyalurkan barang dari bahan

mentah sampai menjual barang jadi dan bermanfaat.

Di dalam menjalankan perusahaan terdapat komunikasi antara pihak produsen

kepada pihak konsumen dan perantara. Komunikasi di tersebut sering kita dengar dengan

sebutan Human Relation. Human relations sendiri dapat diartikan komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja

dan dalam organisasi kekaryaan atau dalam suatu kegiatan dengan tujuan untuk

menggugah, menggairahkan, atau membangkitkan semangat kerja sama yang produktif

dengan perasaan bahagia dan puas hati.

Dalam semua jenis Industri, setiap perusahaan pasti memiliki tujuan, target

ataupun Visi dan Misi yang ingin dicapai. Untuk itu diperlukan strategi yang tepat, salah

satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membentuk Sumber Daya Manusia yang

mampu bekerja secara bersama-sama dan saling berkesinambungan di dalam

penyampaian informasi terbaru (Human Relation yang baik) dari berbagai pihak.

Pihak-pihak yang dimaksud adalah para manager atau pimpinan organisasi dan para staff

ataupun karyawan/ti. Dengan demikian perusahaan harus mampu menciptakan suasana

yang sinkron dan kondusif, dimana pimpinan perusahaan mampu bekerjasama dengan

karyawan serta mengarahkan tujuan organisasi secara efektif sehingga para karyawan

(2)

Dan dengan semakin ketatnya persaingan dalam Industri dan perubahan yang

begitu cepat terjadi, menuntut para pengusaha untuk melakukan upaya-upaya terobosan

atau improvement secara proaktif dengan mengkonsolidasikan diri dalam rangka

penguatan keunggulan persaingan. Untuk dapat unggul dalam persaingan dan tetap

bertahan, maka perusahaan harus adaptif dan lebih fleksibel. Hal ini seringkali menuntut

perusahaan untuk melakukan perubahan dalam perusahaan itu sendiri. Perubahan tidak

akan berjalan lancar apabila tidak adanya niat baik untuk menciptakan Hubungan antar manusia ( human relation ) dari orang-orang yang ada didalam perusahaan, baik itu pada tingkat manajer maupun para karyawan.

Dari Uraian di atas kami melihat bagaimana Human Relation sangat

mempengaruhi dan dibutuhkan kegiatan prindustrian. Maka kami tertarik untuk membuat

makalah berjudul “Peranan Human Relation dalam kegiatan di Perusahaan”. Maksudnya adalah Bagaimana Human Relation itu diterapkan dalam suatu kegiatan di

Perusahaan, dan Bagaimana Faktor komparasi antar perusahaan yang menerapkan Human

Relation dan Tidak menjalankannya dalam kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Dari penjelasan di atas, dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut

1. Apa itu Human Relation in Industry ?

2. Bagaimana Penerapan Human Relation dalam Perusahaan?

3. Apa Manfaat – Manfaat dari Penerapaan Human Relation dalam Perusahaan ? 4. Faktor Penghambat Penerapan Human Relation ?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk Mengetahui Penerapan Human

Relations dalam kegiatan perindustrian sekaligus teknik – teknik penerapannya, serta mengetahui apa saja faktor komparasi antar Perusahaan yang menerapkan Human

Relation dan Tidak menerapkannya dalam menjalankan Perusahaan. Dan makalah ini

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Human Relation

Apa yang dimaksud dengan Human Relation? Effendy (1993) mengatakan Human

Relation dalam arti sempit adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang

kepada orang lain secara tatap muka, dalam situasi kerja (work situation) dan dalam organisasi kekaryaan (work organization), dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat kerja sama yang produktif serta perasaan bahagia dan puas

hati. Sementara itu Praktito (1983) mengemukakan bahwa suatu hubungan baru bisa disebut

sebagai Human Relation apabila hubungan itu adalah suatu interaksi sosial, ada terjadi

proses saling mempengaruhi dan usaha saling mengubah sikap maupun tingkah laku, untuk

kemudian berakhir dengan saling merasakan adanya kepuasan hati. Hubungan ini bisa terjadi

pada semua bidang kehidupan sosial di setiap saat dan tidak terikat ruang dan waktu.

Sementara itu Susanto (1982) berpendapat bahwa Human Relation dalam arti sempit

mencakup semua persoalan yang dialami manusia dalam hubungan atasan dengan bawahan,

baik dalam organisasi besar maupun kecil.

Dari berbagai definisi Human Relation menurut para ahli tersebut, bisa dikatakan

bahwa Human Relation adalah suatu hubungan yang unik. Mengapa? Karena pada tiap

hubungan antarmanusia belum tentu terjadi Human Relation. Ciri hakiki Human Relation

(human relations) bukan „human‟ dalam pengertian wujud manusia (human being), melainkan dalam makna proses rohaniah yang tertuju kepada kebahagiaan berdasarkan

watak, sifat, perangai, kepribadian, sikap, tingkah laku dan aspek-aspek kejiwaan lainnya

yang terdapat pada diri manusia (Effendy, 1993). Human Relation hanya akan terjadi jika

seseorang, dalam konteks organisasi kekaryaan, mempengaruhi orang lain dengan bujukan,

ajakan, atau imbauan emosional untuk melakukan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan, dan

kedua belah pihak sama-sama mengalami kepuasan batiniah. Human Relation berorientasi

pada kegiatan (action-oriented) yang berupa upaya mempengaruhi, bersifat psikologis, dan kedua belah pihak sama-sama merasa puas.

Effendy (1993) mengatakan bahwa dengan Human Relation dapat diusahakan untuk

menghilangkan rintangan-rintangan komunikasi, mencegah salah pengertian, dan

mengembangkan segi konstruktif sifat tabeat manusia.

(4)

1. memperoleh kesediaan kerjasama orang-orang dengan siapa orang bekerja,

2. memungkinkan orang berproduksi dan berprestasi tinggi, dan

3. memungkinkan orang bekerjasama dengan memperoleh kepuasan dari

hasil-hasilnya.

Senada dengan pendapat Hiseradt, Susanto (1982) mengatakan bahwa

persoalan-persoalan yang dibahas oleh Human Relation adalah bagaimana faktor-faktor manusia dalam

organisasi/kelompok dapat diserasikan dengan keanggotaan yang sangat luas dan diikat oleh

disiplin kerja, serta bagaimana dalam suatu suasana di mana ada paksaan (yang merupakan

kenyataan kerja), individu dapat bekerja dengan teman sekerja maupun atasan dan tetap

merasa senang.

Dari pendapat Susanto di atas, terlihat bahwa Susanto ingin menempatkan unsur

manusia serta Human Relation menjadi faktor yang menentukan sukses tidaknya sebuah

proses produksi berjalan. Hal ini berarti bahwa manusia di dalam suatu organisasi tidak boleh

diperlakukan sama dengan unsur-unsur produksi, seperti modal, mesin, alat-alat

perlengkapan, dan sebagainya, karena manusia adalah mahluk yang sangat unik dengan latar

belakang sifat dan perangai yang sangat bervariasi.

Sementara itu, Rachmadi (1996) mengatakan bahwa Human Relation merupakan

salah satu unsur penting bagi keberhasilan komunikasi, baik dalam komunikasi antarpersonal

maupun komunikasi kelompok dan dalam hubungan masyarakat (public relations).

Dalam ruang lingkup industri Human Relations merupakan Tindakan atau

Komunikasi Persuasif yang dilakukan atasan untuk menggugah gairah kerja. Dengan demikian human relation in industry merupakan proses atau tahapan komunikasi secara

persuasif yang dilakukan dari satu pihak terhadap pihak lain atau untuk menjalin kerjasama

dan komunaksi secara berkala untuk semangat yang produktif untuk mencapai tujuan

bersama.

2.2 Penerapan dan Manfaat Human Relation dalam perusahaan

I. Human Relation dalam Meningkatkan motivasi kerja

Kunci aktivitas human relations adalah memotivasi. Dengan demikian, dalam kegiatan human relationss orang-orang yang berinteraksi di dalamnya harus mampu memotivasi agar dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan, dengan cara

(5)

bergerak, atau melakukan seuatu sehingga menimbulkan kepuasan pada kedua belah

pihak.

Jadi, sebuah komunikasi yang terjadi baru bisa dikatakan sebagai sebuah Human relations apabila dalam komunikasi tersebut kedua belah pihak saling berinteraksi, berkomunikasi, dan memberikan kepuasan batin serta kebahagiaan bagi kedua belah

pihak tersebut.

Dalam hubungannya dengan manajemen sumber daya manusia, komunikasi yang dalam

hal ini human relations bukan hanya sekedar berarti pengiriman dan penerimaan pesan, tetapi lebih jauh dari itu. Human relations juga bertujuan mengembangkan potensi sumber daya manusia. Sesuai dengan tujuan tersebut, pengembangan potensi pegawai

dalam suatu perusahaan tidak akan terlepas dari upaya peningkatan motivasi dan prestasi

kerja seorang pegawai melalui human relation.

Seorang pegawai yang termotivasi baik, akan memberikan kontribusi yang lebih besar

terhadap keefektifan organisasinya. Jika seorang pegawai termotivasi dengan baik, maka

akan menunjukkan suatu perusahaan yang berjalan efektif dan hal ini merupakan kunci

sukses bagi seorang atasan dalam membina perusahaan yang dipimpinnya.

Ada lima hal penting yang perlu diperhatikan dalam kaitan human relations terhadap peningkatan motivasi kerja karyawan untuk mencapai tujuan organisasi, kelima hal

tersebut antara lain :

1. Tersedianya umpan balik dan proses mendengarkan yang efektif.

2. Adanya kesungguhan hati dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung

jawabnya.

3. Dapat memahami kebutuhan-kebutuhan pegawai bawahan.

4. Penggunaan waktu secara tepat dan efektif.

5. Mempergunakan saluran komunikasi yang tepat

Disadari atau tidak, human relations dapat memberi pengaruh-pengaruh positif dan negatif terhadap motivasi kerja seseorang. Teknik-teknik yang kurang tepat yang

digunakan oleh seorang atasan dalam berkomunikasi dengan bawahannya (komunikasi

vertikal) akan berakibat menurunnya motivasi kerja bawahannya. Hal ini dapat terjadi

karena motivasi berhubungan erat dengan implikasi-implikasi yang diterima sebagai

hasil suatu komunikasi. Adapun komunikasi horizontal dalam berkomunikasi yaitu

berupa koordinasi tugas, penyelesaian masalah, pembagian informasi, dan resolusi

(6)

Dalam memberi motivasi memang tidak mudah. Pada umumnya pegawai-pegawai

mempunyai latar belakang, pengalaman, harapan, keinginan, ambisi, dan lain-lain yang

berbeda. Mereka melihat peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian dari berbagai sudut

pandang yang berlainan, dan reaksi-reaksi mereka terhadap pekerjaan, terhadap pegawai

satu sama lain, dan terhadap pekerjaan, terhadap pegawai satu sama lain, dan terhadap

lingkungan mereka.

Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan adalah merupakan ujung tombak keberhasilan

suatu organisasi, karena organisasi yang dipimpin oleh pemimpin dengan gaya

kepemimpinan yang mengetahui kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya

baik itu kebutuhan manusia secara fisiologis atau secara psikologis, karena

kepemimpinan merupakan salah satu alat (tool) dalam human relations bagaimana mempengaruhi orang lain dalam suatu organisasi, dan bagaimana orang bertingkah laku

sehingga dengan kepemimpinan yang baik diharapkan akan meningkatkan motivasi kerja

orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus selalu lebih mengetahui

terhadap bawahannya sebab dalam kehidupan organisasi diperlukan adanya kerjasama

atau saling ketergantungan antara anggota-anggota kelompok pemimpin perlu

berorientasi kepada bawahan.

Motivasi merupakan bagian dari human relations untuk bagaimana meningkatkan sumber daya manusia yang ada dalam diri seseorang, sehingga seseorang yang diberi

motivasi dapat bekerja lebih keras, berusaha mencari tingkat tanggung jawab, bekerja

tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan, dan melakukan pekerjaannya dengan

profesional.

Dalam menilai motivasi kerja sesorang, maka para manajemen membuat tolak ukur

dalam melakukan penilaiannya.Berikut adalah beberapa tolak ukur dalam menentukan

motivasi :

1. Tinggi, motivasi kerja tinggi apabila bawahan memiliki disiplin kerja yang tinggi,

mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan serta menghasilkan

kualitas hasil pekerjaan yang sangat memuaskan bagi atasan.

2. Sedang, motivasi kerja sedang apabila bawahan kurang memiliki disiplin kerja,

kurang mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan serta kualitas hasil

pekerjaan yang kurang memuaskan bagi atasan.

3. Rendah, motivasi kerja rendah apabila bawahan tidak memiliki disiplin kerja, tidak

memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan serta kualitas hasil pekerjaan

(7)

Dengan demikian, seharusnya suatu perusahaan yang menerapkan Human Relations

yang baik akan senantiasa memiliki pegawai yang memiliki motivasi Kerja yang Tinggi.

II. Manfaat Human Relation dalam Mengatasi Konflik

Setiap aktivitas di suatu Perusahaan, tentu tidak terlepas dari komunikasi. Arus

komunikasi di tempat kerja yang dapat kita bedakan menjadi arus dari atasan kepada

bawahan (top-down communications), arus dari bawahan kepada atasan (bottom-up communications) dan arus komunikasi antarkaryawan (cross-channel communications), hanya akan berjalan dengan lancar apabila semua komponen atau pihak yang terlibat

dalam komunikasi memahami benar bagaimana berkomunikasi dengan baik. Lalu,

bagaimanakah berkomunikasi yang baik? Untuk lebih jelas dalam memahami

komunikasi yang baik, kita dapat menggunakan salah satu model proses komunikasi

yang ditampilkan oleh Philip Kotler berdasarkan paradigma Shannon dan Weaver berikut

ini.

Sumber: Bachtiar Aly, Buku Materi Pokok Teknik Hubungan Masyarakat

Menurut Kotler, unsur-unsur dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Sender : Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau

sejumlah orang.

2. Encoding : Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk

lambang.

3. Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang

disampaikan oleh komunikator.

4. Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke

komunikan.

5. Decoding : Pengawasandian, yaitu proses di mana komunikan menetapkan

MESSAGE DECODING RECEIVER

ENCODING SENDER

NOISE

(8)

makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator

kepadanya.

6. Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.

7. Response : Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

8. Feedback : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau

disampaikan kepada komunikan.

9. Noise : Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi

sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda

dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

Dari bagan di atas dapat diketahui bahwa komunikasi yang baik akan terjadi apabila

komunikator mengetahui dengan baik khalayak sasaran dari pesan yang akan

disampaikan dan tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam

menyampaikan pesan dengan memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya

mengawasi pesan. Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang tepat

dalam mencapai sasarannya. Dalam proses komunikasi ini, komunikator juga harus

mampu mengantisipasi terjadinya gangguan (noise) selama proses komunikasi berlangsung.

Dalam proses komunikasi pada suatu organisasi, setiap distorsi yang diakibatkan

oleh noise pasti akan menimbulkan konflik, baik konflik antar karyawan, konflik antara atasan dan bawahan, antara kelompok dan kelompok ataupun antara seseorang dan

kelompok. Tubbs dan Moss (1996) menyatakan bahwa para ahli teori cenderung

menganggap konflik sebagai aspek alamiah hubungan manusia, yang tidak dengan

sendirinya bersifat destruktif. Hocker dan Wilmot (dalam Tubbs dan Moss, 1996)

berpendapat bahwa konflik adalah suatu proses alamiah yang melekat pada sifat semua

hubungan yang penting dan dapat diatasi dengan pengelolaan konstruktif lewat

komunikasi. Menurut Nitisemito (dalam Suminar, 1999), konflik perlu dipelajari karena

konflik dapat terjadi pada setiap organisasi. Dengan jalan mempelajari masalah konflik,

maka kita dapat mengetahui konflik yang mempunyai akibat positif dan akibat negatif.

Dengan demikian kita dapat mencegah kemungkinan timbulnya konflik-konflik yang

merugikan, mengarahkan konflik-konflik yang positif serta berusaha menghilangkan

(9)

Suminar (1999) mengatakan untuk dapat mencegah konflik, maka pertama-tama

kita harus mempelajari sebab-sebab timbulnya konflik. Ada banyak faktor penyebab

timbulnya konflik. Salah satu penyebab timbulnya konflik menurut Suminar adalah

terjadinya salah paham. Kesalahpahaman yang terjadi dalam kegiatan komunikasi di

suatu organisasi mungkin sekali disebabkan oleh gangguan (noise) pada saat proses komunikasi berlangsung. Untuk lebih memahami penyebab timbulnya konflik, kita dapat

memperhatikan bagan berikut.

Feedback

Noise

Dari bagan di atas, konflik (kesalahpahaman) dapat terjadi pada saat atasan

menyampaikan pesan (message) yang berupa penyampaian instruksi kerja melalui saluran tertentu (channel), seperti memo, surat tugas, telepon ataupun secara lisan, kepada bawahan. Pada saat bawahan menerima pesan, bisa saja kesalahpahaman terjadi,

misalnya bawahan merasa beban kerja yang diberikan atasan terlalu berlebihan atau di

luar kemampuan yang bersangkutan. Padahal bisa saja atasan memberi pekerjaan

tersebut karena percaya pada kemampuan bawahannya. Demikian juga dengan umpan

balik (feedback) yang diberikan bawahan atas instruksi kerja yang diberikan atasan. Bila instruksi kerja yang diberikan atasan telah sampai pada tenggat waktu (date-line) namun bawahan belum memberikan hasil kerjanya, barangkali atasan akan beranggapan

bawahan tidak menunjukkan dedikasi kerja dan menganggap remeh instruksi yang

diberikan. Padahal bisa saja bawahan belum menyelesaikan pekerjaannya karena

menemui banyak kesulitan yang tidak dia komunikasikan kepada atasannya.

III. Human Relation dalam Meningkatkan Loyalitas

Peran lain dari Human Relation jika dijalankan dengan baik adalah Adanya loyalitas. Adanya loyalitas yang dimaksud disini adalah kesetiaan antara atasan dan bawahan. Hal

Tersebut dapat dilakukan dengan cara :

(10)

- Seorang atasan tidak menganggap remeh bawahan.

- Seorang karyawan tidak menjelek-jelekan atasannya kepada orang lain.

- Tidak menceritakan rahasia organisasi atau perusahaan terhadap orang lain.

- Memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap organisasiTidak menganggap

bawahan sebagai mesin karena bawahan juga ingin dihargai, diakui kemampuan dan

kemauannya dapat dikembangkan secara teratur sampai tingkat yang maksimal.

- Pimpinan mengakui dan menghargai pelaksanaan tugas dengan baik oleh bawahan.

Bentuk penghargaannya dapat berupa: kenaikan pangkat, kenaikan gaji, hadiah,

surat penghargaan atau kombinasi dari beberapa hal tersebut.

2.3 Faktor Penghambat Human Relation dalam perusahaan

Melihat manfaat Human Relation, Seharusnya semua perusahaan menerapkannya

dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan. Namun dalam penerapannya Human

Relation memiliki Hambatan – Hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan human relation pada umumnya mempunyai dua sifat yaitu objektif dan subjektif.

1. Hambatan Bersifat Objektif

Hambatan yang sifatnya objektif adalah gangguan dan halangan terhadap jalannya

human relation yang tidak disengaja dibuat oleh pihak lain tapi mungkin disebabkan

oleh keadaan yang tidak menguntungkan dan tidak mendukung. Contoh hambatan

bersifat objektif antara lain: gangguan cuaca terhadap jalannya pidato radio, gangguan

lalu lintas terhadap ceramah di sebuah tempat tepi jalan raya dan lain sebagainya..

Rintangan atau hambatan yang bersifat objektif ini mungkin pula disebabkan oleh

kura g a ke a pua erko u ikasi isal a field of e perie e a g tidak i tu e a tara ko u ikator dan komunikan, approach penyajian yang kurang baik, timing

yang tidak cocok, penggunaan media yang keliru, dan sebagainya.

2. Ha ata Bersifat “u jektif’

Hambatan yang bersifat subjektif ialah yang sengaja dibuat oleh orang lain sehingga

merupakan gangguan, penentangan terhadap suatu usaha komunikasi. Dasar gangguan

dan penentangan ini biasanya disebabkan karena adanya pertentangan kepentingan,

(11)

merupakan faktor yang paling berat karena usaha yang paling sulit bagi seorang

komunikator ialah mengadakan komunikasi dengan orang-orang yang jelas tidak

menyenangi komunikator atau menyajikan pesan komunikasi yang berlawanan dengan

fakta atau isinya yang mengganggu suatu kepentingan yang bersangkutan.

Apabila seseorang dikonfrontasikan dengan suatu bentuk komunikasi yang tidak

disukainya karena mengganggu kedudukan pendidikan, atau kepentingannya maka

orang tersebut biasanya mencemoohkan komunikasi tersebut atau mungkin pula

mengelakkan dan secara acuh tak acuh mendiskreditkan pesan komunikasi sebagai

hal-hal yang sukar dan tidak dapat dimengerti oleh penerima pesan.

Gejala mencemoohkan dan mengelakkan suatu komunikasi untuk kemudian

mendiskreditkan atau menyesatkan pesan komunikasi, dinamakan evasion of

communication.

Selain bersifat objektif dan subjektif hamabatan yang ada di dalam human relation

(hubungan bermasyarakat) juga di dorong dengan factor pendukung lainnya yang

bersifat negative. Faktor pendukung negative tersebut biasanya terjadi karena adanya

masalah yang mengakibatkan hambatan di dalam komunikasi.

Berikut adalah beberapa masalah yang sering terjadi di dalam human relation :

 Ketidakpahaman Peran

Para pegawai belum memahami peran dan wewenang staff HRD dalam memberikan

penjelasan yang benar tentang peran masing-masing pegawai.

 Konflik Tanggung Jawab

Pegawai terbuka tentang kondisinya dan staff HRD tulus mendengarkan keluhan

yang disampaikan pegawai.

 Perbedaan Status

Salah satu pegawai merasa mempunyai kemampuan lebih, menyebabkan pegawai

yang lain lebih merasa canggung , komunikasi ini berlangsung searah dan otoriter.

 Perbedaan Persepsi

Penggunaan istilah dan bahasa pegawai yang tidak dipahami pegawai lain menjadi

(12)

Melihat Hambatan tersebut, kita dapat berasumsi bahwa tidak semua perusahaan ataupun

organisasi dapat menerapkan Human Relation dengan baik. Lalu apa pembeda yang

dapat terlihat dari Perusahaan yang dapat menjalankan Human Relation dengan baik

ataupun tidaknya ?

Seperti diketahui salah satu manfaat dari Human Relation adalah membantu dalam

mengatasi konflik. Berikut adalah contohnya, di bawah ini terdapat dua buah kutipan

berita dari sebuah surat kabar,

Sumber: Republika, Selasa 20 Juni 2000, hal. 8.

Karyawan RSPP Tuntut Gaji Naik

JAKARTA- Empat Puluh karyawan Rumah Sakit Pusat Pusat Pertamina

(RSPP), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, kemarin atas nama 400 karyawan rumah

sakit itu berunjukrasa menuntut kenaikan gaji sebesar 6 sampai 70 persen. Mereka juga

mendesak direksi segera memberikan tunjangan kesehatan dan kesejahteraan.

Aksi di halaman RSPP sejak pukul 08.00 yang diikuti karyawan medis,

paramedis, dan bagian laboratorium. Lantaran gajinya kecil, mereka menyatakan bila

anggota keluarganya sakit terpaksa harus berobat ke puskesmas.

Staf Humas RSPP, Susilowati kepada wartawan menyatakan gaji karyawan

dengan masa kerja yang berkisar 5 sampai 8 tahun itu kini di atas upah minimum

(13)

Dari kutipan pertama tampak jelas bahwa manajemen RSPP tidak melaksanakan Human

Relation dengan baik, ini terlihat pada fakta bahwa:

1. Gaji para karyawan yang berunjukrasa tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan mereka sehari-hari, sehingga bila ada anggota keluarga karyawan yang

sakit, mereka hanya sanggup untuk mengobatinya ke puskesmas.

2. Salah satu tuntutan yang diajukan para pengunjuk rasa adalah diberikannya

tunjangan kesehatan dan kesejahteraan, ini menunjukkan bahwa pihak manajemen

RSPP tidak memberikan tunjangan kesehatan kepada karyawan dan anggota

keluarga karyawan. Kenyataan ini cukup tragis, karena RSPP adalah sebuah

rumah sakit, namun rumah sakit ini tidak memberikan fasilitas berobat kepada

karyawan dan anggota keluarga karyawan. Kesejahteraan karyawanpun ternyata

tidak atau belum diberikan secara maksimal, hingga keluarlah tuntutan tersebut

kepada pihak manajemen.

3. Pihak manajemen RSPP tidak dapat mendeteksi timbulnya konflik di antara

karyawannya. Seandainya gejala-gejala akan timbulnya konflik dapat sesegera

mungkin terdeteksi dan diatasi, yaitu adanya rasa ketidakpuasan karyawan akan

gaji yang mereka terima, ketiadaan tunjangan kesehatan dan peningkatan

kesejahteraan, maka unjukrasa para tidak akan terjadi.

Awak Mayasari tak Demo Lagi

BEKASI- Ratusan awak bus Pengembangan Organisasi Mayasari Bakti pool

Bekasi mengakhiri aksi mogoknya dan beroperasi kembali secara normal. Awak bus

dan pihak manajemen telah mencapai kesepakatan mentangkut persentase

pembagian pendapatan.

Seorang awak bus Mayasari, Lili (34), mengatakan pada Ahad (18/6) pihak

manajemen perusahaan menyanggupi untuk menaikkan persentase penghasilan para

awak bus dari semula sembilan persen dari total pendapatn per hari menjadi 12

persen. “Kita sudah cukup puas dengan dipenuhinya tuntutan itu, sehingga kita

putuskan untuk beroperasi seperti sedia kala,” katanya di terminal Bekasi kemarin.

Awak bus Pengembangan Organisasi Mayasari Bakti pool Bekasi mogok

(14)

Sedangkan pada kutipan kedua terdapat dua kenyataan yang bisa dilihat, yaitu:

1. Kenyataan bahwa manajemen PO Mayasari Bakti belum melaksanakan Human

Relationdengan baik, ini terbukti seperti pada kasus RSPP, manajemen Mayasari

Bakti tidak mampu mendeteksi adanya konflik di antara karyawan yang tidak puas

dengan persentase pembagian pendapatan yang dinilai karyawan terlalu kecil.

2. Kenyataan bahwa PO Mayasari Bakti kemudian telah melaksanakan pendekatan

Human Relation dengan baik dalam mengatasi unjukrasa karyawan, sehingga

terjadi kesepakatan antara karyawan dan pihak manajemen mengenai persentase

pembagian pendapatan yang dinilai adil bagi kedua belah pihak.

Selain itu , dalam mewujudkan tercapainya tujuan perusahaan perlu didukung oleh

semua pihak dalam organisasi, pihak-pihak yang dimaksud adalah para manager atau

pimpinan organisasi dan para bawahan atau karyawan. Dengan demikian perusahaan

harus mampu menciptakan suasana sinkron dan kondusif, dimana pimpinan organisasi

mampu bekerjasama dengan karyawan serta mengarahkan tujuan organisasi secara

efektif sehingga para karyawan merasakan bahwa tujuan tersebut merupakan tujuan

mereka atau tujuan bersama

Ketika perusahaan didirikan, harapan yang ingin dicapai adalah mendapatkan

kesuksesan dalam setiap langkah dan tindakan yang dilakukan sehingga pada akhirnya

akan tetap bertahan ( survive ) dalam jangka waktu lama. Akan tetapi saat ini perubahan

lingkungan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan cepat berubah dan tidak dapat

diprediksi. Hal itu memerlukan upaya-upaya terobosan perusahaan secara proaktif

mengkonsolidasikan diri dalam rangka penguatan keunggulan bersaing. Untuk dapat

unggul dalam bersaing dan tetap bertahan, maka perusahaan harus adaptif dan lebih

fleksibel

Untuk mewujudkannya, diperlukan adanya Loyalitas dan motivasi kerja dari

berbagai aspek di perusahaan. Loyalitas dan motivasi kerja itu sendiri dapat diperoleh

(15)

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa kami ambil dari penulisan makalah ini mengenai hubungan masyarakat yang terjadi di dalam kegiatan perusahaan adalah :

1. Untuk bisa membuat perusahaan menjadi lebih baik dan mampu bersaing di pasar internasional maka para jajaran manajemen harus bertugas membimbing dan membuat karyawan/ti mereka dapat melakukan hubungan timbal balik (human relation) yang baik agar komunikasi bisa terus berjalan tanpa adanya faktor penghambat yang bisa membuat karyawan/ti kehilangan informasi (lost information).

2. Human Relation mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting dan fleksibel pada keseluruhan kegiatan yang ada dan berjalan aktif pada perusahaan tersebut.

3. Akhinya, perusahaan yang menerapkan Human Relation yang baik akan lebih mudah untuk menggapai visi – misi ataupun tujuan nya.

3.2 SARAN

Saran yang bisa kami berikan mengenai human relation yang ada di dalam perusahaan antara lain sebagai berikut :

1. Harus menjaga tali silahturahmi antar sesama karyawan/ti dan para jajaran manajemen sehingga tidak ada kesenjangan sosial mengenai jabatan yang sedang di jalankan , karena semuanya harus berperan aktif agar komunikasi dan hubungan dapat terjalin dengan baik.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Efendy, Uchjana. Drs. Prof. 2002. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Efendy, Uchjana. Drs. Prof. 1993 . Human Relations dan Public Relations. Bandung: CV. Mandar Maju.

Ruslan, Rosady. 1997. Manajemen Humas dan Komunikasi. Konsepsi dan Aplikasi.

Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.

Ruslan, Rosady. 1999. Praktik dan Solusi Public Relations Dalam Situasi Krisis dan

Pemulihan Citra. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Uchjana, Onong, Efendy. 1979. Human Relations dan Public Relation. Bandung: Penerbit CV. Mandar Maju.

Referensi

Dokumen terkait

Gerak Pada Manusia di SMAN 1 Balai Batang Tarang. Perbedaan penilaian kinerja siswa kelas XI antara yang diajarkan dengan metode Discovery Learning dan metode

KESATU : Membentuk Tim Program Bantuan Bergulir Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Bagi Kelompok Dasawisma Kabupaten Bantul Tahun 2009 dengan susunan dan

Pragmatisme mengarah pada pengembangan aspek pengajaran pada tindakan dan perilaku manusia agar dalam masalah mengambil keputusan moral dalam tindakan menjadi tepat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor hasil belajar matematika siswa di kelas VIII.5 berada pada kategori tinggi dengan mean 80,15 dan deviasi standar 9,79,

Berdasarkan beberapa judul skripsi yang ada diatas, maka penulis belum menemukan satu skripsi yang meneliti satu pemikiran tentang mekanisme pasar

Penyiapkan lahan merupakan langkah awal yang harus dilakukan apabila akan membudidayakan suatu tanaman baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Kompetensi penyiapan

Dapat menerima teguran kanak-kanak lain Senyum kepada orang yang

PENGARUH LATIHAN KARET DAN LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN POWER LENGAN DAN KECEPATAN PUKULAN GYAKU TSUKI CHUDAN PADA KARATEKA DOJO SMP N 2 PEMALANG Universitas