• Tidak ada hasil yang ditemukan

warna wallpaper dinding RUANG kota (6)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "warna wallpaper dinding RUANG kota (6)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Ruang merupakan wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara, termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. (Pasal 1 UUPR)

Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang disusun secara nasional, regional dan lokal. Secara nasional disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK).

Penyusunan dan pemberlakuan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dimaksudkan untuk memperkuat norma penyelenggaraan penataan ruang yang sebelumnya diatur dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.

Dalam pemberlakuan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992. Dengan penataan ruang

diharapkan dapat terwujud ruang kehidupan yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Tetapi hingga saat ini kondisi yang terciptamasih belum sesuai dengan harapan. Hal ini terlihat dari tantangan yang terjadi :

 semakin meningkatnya permasalahan bencana banjir dan longsor

 semakin meningkatnyakemacetan lalu lintas di kawasan perkotaan

 belum terselesaikannya masalah permukimankumuh

 semakin berkurangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan

 serta belum terpecahkannya masalah ketidakseimbangan perkembangan antarwilayah. Berbagai permasalahan tersebut mencerminkan bahwa penerapan UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang belum sepenuhnya efektif dalam menyelesaikan permasalahan yang ada, terutama memberikan arahan kepada seluruh pemangku kepentingan dalam

penyelenggaraan penataan ruang guna mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

Adanya berbagai ketentuan baru dalam UU penataan ruang memiliki implikasi terhadap berbagai aspek penyelenggaraan penataan ruang, yaitu dalam aspek kelembagaan, aspek hukum, aspek teknis, serta

aspek sosiologis.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007

(2)

PENATAAN RUANG

BAB I : Mencangkup tentang ketentuan-ketentuan umum (pasal 1) BAB II : Mencangkup pada asas dan tujuan (Pasal 2 dan pasal 3)

BAB III : Mencangkup klasifikasi penataan ruang (pasal 4, pasal 5, pasal 6) BAB IV : Mencangkup tugas dan wewenang

Bagian Kesatu , Tugas , terdiri dari Pasal 7

Bagian Kedua, Wewenang Pemerintah, terdiri dari Pasal 8

Bagian Ketiga, Wewenang Pemerintah Daerah Provinsi, terdiri dari Pasal 10

Bagian Keempat, Wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, terdiri dari Pasal 11 BAB V : Mencangkup pengaturan dan pembinaan penataan (pasal 12 dan pasal 13) BAB VI : Mencangkup pelaksanaan penataan ruang

Bagian Kesatu, Perencanaan Tata Ruang,

Paragraf 1, Umum (Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18)

Paragraf 2, Perencanaan Tata Ruang Wilayah Nasional (Pasal 19, Pasal 20, dan Pasal 21) Paragraf 3, Perencanaan Tata Ruang Wilayah Provinsi (Pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24) Paragraf 4, Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten (Pasal 25, Pasal 26, dan Pasal 27) Paragraf 5, Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kota (Pasal 28,Pasal 29, Pasal 30 , dan Pasal 31) Bagian Kelima, Penataan Ruang Kawasan Perdesaan

Paragraf 1, Umum (Pasal 48)

Paragraf`2, Perencanaan Tata Ruang Kawasan Perdesaan (Pasal 49 Pasal 50, dan Pasal 51) Paragraf 3, Pemanfaatan Ruang Kawasan Perdesaan (Pasal 52)

(3)

BAB VII : Mencangkup pengawasan penataan ruang (Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58, dan Pasal 59)

BAB VIII : Mencangkup hak, kewajiban, dan peran (Pasal 60 ,Pasal 61 ,Pasal 62 ,Pasal 63 ,Pasal 64 ,Pasal 65, danPasal 66)

BAB IX : Mencangkup penyelesaian sengketa (Pasal 67) BAB X : Mencangkup penyidikan (Pasal 68)

BAB XI : Mencangkup ketentuan pidana (Pasal 69, Pasal 70 ,Pasal 71 ,Pasal 72 ,Pasal 73,Pasal 74, dan Pasal 75)

BAB XII : Mencangkup ketentuan peralihan (Pasal 76 dan Pasal 77)

BAB XIII : Mencangkup ketentuan penutup (Pasal 78, Pasal 79 , dan Pasal 80 )

Pada Pasal 79

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

dan pada Pasal 80

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Contoh kasus : Medan, dengan minimnya ruang terbuaka hijau yang mengakibatkan tata ruang yang tidak tertata lagi. Karena, banyak berdirinya bangunan yang tidak mengacu kepada RUTR (rencana umum tata ruang) kota Medan.Seharusnya pembangunan bangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemerintah provinsi, kabupaten/kota yang harus memiliki 30 persen luas wilayah, 20 persen ruang terbuka publik (untuk lingkungan, kecamatan, kota serta kota hutan) dan 10 persen ruang terbuka privat (hotel, plazah, pasar, supermarket, rumah sakit, dan perkantoran diatur dengan Amdal-nya. Sehingga tidak mudah terjadinya pencemaran lingkungan akibat populasi udara).

(4)

Padahal undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang telah mengamatkan pengaturan berbagai wilayah di tiap provinsi, kabupaten dan kota.

Sementara analis tata ruang kota Medan, ruang terbuka hijau harus 30 persen dari luas wilayah. Namun hal ini sama sekali tidak teralisasi di Medan, karena ruang terbuka hijau hanya tinggal 5 persen dari lahan yang seharusnya tersedia.

Sebaiknya, Pemerintah kota Medan harus segera merealisasikan ruang terbuka hijau sesegera mungkin, dengan menganggarkan dana dan daerah untuk memperluas ruang terbuka hijau. Karena jika hal ini tidak segera dilakukan, nantinya akan berdampak pada kesejahteraan kota.

sumber..

http://id.wikipedia.org/wiki/Tata_ruang

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=149124:95-rth-di-medan-punah&catid=77:fokusutama&Itemid=131

http://raff94.multiply.com/journal/item/3/UU_No_26_2007_tentang_Penataan_Ruang

Posted in architecture, Tugas Kuliah.

Kumpulan Peraturan yang Terkait

dengan

Pembangunan

Oktober 31, 2010 1

Penyelenggaraan pembangunan adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Kegiatan pembangunan memiliki empat unsur pokok, yaitu manusia, kekayaan alam, modal, dan teknologi.

Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, permasalahan dalam

(5)

estetika, dan turunnya kuantitas ruang dan materinya, atau bahkan dalam satu bangunan akan terjadi penurunan kuantitas dan kualitas bangunan tetapi biaya tetap atau menjadi berlebihan. Dengan mengalami proses perubahan atau permasalahan dari yang sederhana sampai dengan yang rumit, proses perubahan tersebut mengalami perkembangan perubahan cara pandang, beberapa cara pandang tersebut adalah pertumbuhan (growth), perubahan strukutur (structural change), ketergantungan (dependency), pendekatan sistem (system approach), dan penguasaan teknologi (technology).

Ada beberapa syarat penyelenggaraan bangunan gedung yang tentunya harus dipahami dan diaplikasikan pada proses perencanaan fisik bangunan. Persyaratan tata bangunan sebagaimana dimaksud dalam persyaratan teknik bangunan meliputi persyaratan tata bangunan dan

persyaratan keandalan bangunan (UU RI no. 28 tahun 2002 pasal 7 ayat 3). Persyaratan

arsitektur bangunan gedung adalah salah satu dari tiga persyaratan tata bangunan yang dimaksud dalam pasal 7 ayat 3 ini (dua syarat lainnya adalah peruntukan dan intensitas bangunan gedung dan pengendalian dampak lingkungan). Persyaratan arsitektur bangunan gedung mencakup 3 syarat, yaitu penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam bangunan, dan keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya.

Bangunan gedung memiliki undang-undang, UU nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung yang mengatur segala hal tentang bangunan gedung dan persyaratan yang harus diperhatikan. Artinya peraturan tentang kepranataan untuk kegiatan konstruksi harus mengacu dari undang-undang tersebut. Ada paying hukum atas keputusan presiden berkitan tentang tata cara pengadaan barang dan jasa milik pemerintah.

Pranata yang telah disahkan menjadi produk hukum merupakan satu kebijakan publik. Kebijakan publik merupakan pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolekstif yang saling ketergantungan, termasuk keputusan-keputusan untuk bertindak atau tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintahan.

Salah satu elemen kebijakan adalah peraturan perundang-undangan sebagai suatu kerangka legal formal yang memberikan arah bagi rencana tindak operasional bagi pihak-pihak terkait yang diatur oleh kebijakan tersebut. Peraturan perundang-undangan merupakan kesatuan perangkat hukum antara peraturan yang satu dengan peraturan lainnya memiliki hubungan keterikatan. Berdasarkan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 tentang Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan, maka hiraki dari peraturan di Indonesia adalah :

1. Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945)

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 3. Undang-Undang (UU)

4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) 5. Peraturan Pemerintah (PP)

(6)

Elemen pelaksana lainnya dari Keputusan Presiden adalah Peraturan/Keputusan Menteri sebagai arahan bagi pelaksanaan kewenangan bidang pemerintahan tertentu yang kedudukannya secara hirarki langsung dibawah Keputusan Presiden. Peraturan Daerah hendaknya juga mengacu kepada Peraturan/Keputusan Menteri sehingga arah pembangunan di daerah-daerah dapat berlangsung secara terintegrasi.

Keppres no. 16 tahun 1994, no. 18 tahun 2000, dan no. 80 tahun 2003 adalah Keputusan Presiden yang mengatur tentang tata cara pengadaan barang dan jasa dengan pembiayaan dari pemerintah. Keppres tersebut merupakan peraturan operasional yang mengacu pada peraturan yang diatasnya. Masing-masing memiliki latar belakang yang berbeda, Keppres no. 80 tahun 2003 lebih dominant pada persoalan keuangan Negara.

Ada 5 tahapan untuk memahami proses kebijakan publik itu agar dapat berjalan sesuai dengan tujuannya, adalah

Pada kenyataannya, yang terjadi antara kebijakan yang dikeluarkan dengan hasil yang akan diharapkan terdapat penyimpangan, penyalahgunaan, dan inkonsistensi.

Maka dari itu haruslah digunakan beberapa pendekatan untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi, pendekatan itu oleh Simon (1960) digambarkan dalam model empat tahap, yaitu : intelegence, design, choice, and implementation.

Dibutuhkan metoda pengambilan keputusan yang tepat untuk mengatasi akar masalah yang terjadi. Dengan pengambilan keputusan yang tepat dapat meminimalkan penyimpangan tersebut. Metoda ini ialah, metoda pareto optimasi, metoda alternatif optimal, metoda bargaining nash, dan metoda additif utility. Pareto optimasi dan alternatif optimal lebih menekankan pada aspek maksimal sumber daya, sedangkan bargaining nash dan addity utility lebih menekankan pada aspek kegiatan tawar-menawar dan solusi kebaikan bagi semua pihak.

BERIKUT ADALAH KUMPULAN PERATURAN-PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN PEMBANGUNAN, PERUMAHAN, DAN PEMUKIMAN

(7)

*Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung *Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

*Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung

*Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara

*Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2007 tentang Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung

*Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung

*Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung

*Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

*Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

*Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

*Direktorat Jenderal Cipta Karya – Departemen Pekerjaan Umum, 2006, Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan Gempa: Dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Konstruksi

PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN *Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

*Keputusan Presiden No. 63 Tahun 2003 tentang Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional

(8)

*Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat)

*Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP)

*Keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Nomor

44/KP3K/XII/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Rumah Ramah Bencana di Wilayah Pesisir

*Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP)

sumber ..

http://budisud.blogspot.com/2008/04/pranata-pembangunan-bidang-arsitektur.html

Referensi

Dokumen terkait

2) Sistem pembelajaran akan terjadi secara alami sesuai keinginan dari sang anak yang telah disepakati bersama, yang terbentuk dalam forum-forum. 3) Kegiatan belajar KB

Data dalam penelitian ini yaitu berupa kata dan frasa dalam teras berita Kompas Kalbar.Sumber data dapat diartikan sebagai asal sebuah data diperoleh.Sumber data dalam

Diduga, manusia penghuni Gua Kidang mengenal teknologi alat batu yang dikembangkan pada teknik pembuatan dari bahan yang berbeda yaitu cangkang kerang dan tulang.. Dugaan

Manfaat dari pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yaitu memberikan pengalaman dan keterampilan pada mahasiswa praktikan secara langsung dilapangan dalam

Waktu mengacu pad durasi, seberapa lama suatu aktivitas dilakukan dalan satu pertemuan, sedangkan jenis aktvitas adalah jenis-jenis aktivitas fisik

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam

Hasil pada tahap pratindakan terdiri dari hasil tes.Tes yang digunakan adalah tes lisan keterampilan berbicara dalam mempresentasikan hasil penelitian secara runtut dengan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formula mi instan yang dibuat dengan substitusi tepung ubi jalar kuning dan bekatul beras merah yang paling disukai panelis