MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI
DARI REDAKSI
Redaksi Menerima Tulisan, Foto, juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan Tanda Pengenal (KTP, SIM, Paspor) dan Redaksi berhak mengubah tulisan sepanjang tidak mengubah isi dan maknanya Tulisan dikirimkan ke alamat Redaksi Majalah Sinergi :
Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekretariat Daerah Kota Tebing Tinggi Jl. DR. Sutomo No. 14 Tebing Tinggi
Email : humastebingtinggi@yahoo.com KETUA PENGARAH :
Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM (Walikota Tebing Tinggi)
KETUA PENGARAH : H. Irham Taufik, SH. MAP (Wakil Walikota Tebing Tinggi)
PENGENDALI : Drs. H. Hadi Winarno (Plt. Sekdako Tebing Tinggi) PENANGGUNG JAWAB : Drs. H. Agussalim
(Assisten Administrasi Umum) PIMPINAN REDAKSI :
Adhi Sucipto, SH (Kabag Adm. Humas PP)
WAKIL PIMPINAN REDAKSI : Nursinta Pasaribu, S. Sos (Kasubbag Pemberitaan)
REDAKSI :
Rizal Syam, Khairul Hakim, S. Sos, Juanda KOORDINATOR LIPUTAN :
Drs. Abdul Khalik, MAP
LIPUTAN & REPORTER : Ulfa Andriani, S.Sos, Gusvarice Yusya, S.Sos DESAIN & LAYOUT : M. Rahmadsyah
SEKRETARIS REDAKSI : Dian Astuti
BENDAHARA : Mira Silvia, A. Md
FOTOGRAFER : Ely Hidayat, Zaini Purba, S.Sos. I
DISTRIBUTOR :
Riduwan, Sri Astuty Rahmayani, SE DITERBITKAN OLEH :
BAGIAN ADMINISTRASI HUMAS PIMPINAN DAN PROTOKOL Sekretariat Daerah Kota Tebing Tinggi Alamat : Jl. DR. Sutomo No. 14 Tebing Tinggi Telp. 0621 - 329139
PRACETAK : Bege’s Medan, Senpro78 (Isi di luar tanggungjawab percetakan)
Dengan jajaran redaksi yang masih segar, kami berharap kerja menggawangi majalah kesayangan
kita ini akan semakin kuat, berwiba
-wa serta mampu menjadi sumber informasi yang up to date.
Ke depan tampilan SINERGI akan diupayakan memenuhi kebu-tuhan akan informasi yang utuh
ten-tang berbagai hal terkait Kota ter -cinta Tebing Tinggi. Tegasnya, kami ingin tampil sebagai media referensi masyarakat dalam memahami ber-bagai persoalan yang ada di tengah dinamika birokrasi dan denyut nadi aktifitas masyarakat luas.
Sebagai majalah rujukan dan referensi, kami ingin pemuatan ber-bagai hal dalam rubrik SINERGI akan menjadi sumber pengetahuan baru bagi khalayak pembaca. Bah-kan, kami ingin agar SINERGI
men-jadi sumber informasi detail atas
sesuatu persoalan yang ingin dike-tahui publik. Mungkin saja keingi-nan terlampau muluk. Tapi dengan dukungan jajaran redaksi yang solid serta dorongan doa dari pembaca sekalian, Insya Allah apa yang kami harapkan bisa tercapai.
Untuk edisi kali
ini, kami mencoba menguliti APBD TA 2012 hingga ke inti persoalannya. Kenapa tema ini yang kami usung. Karena kami
tahu sejak lama data
APBD sangat sulit
diakses para pengiat kemasyaraka-tan. Apalagi oleh masyarakat awam. Melalui SINERGI kami ingin wa-jah APBD yang dulu eksklusif akan
berubah menjadi inklusif dan bisa
diakses siapa saja
Selain topik utama itu, kami juga menyajikan sejumlah rubrik lain yang tak kalah menariknya. Kami ber-harap setiap lembar yang Anda buka akan menjadi sumber informasi yang
utuh dalam memahami berbagai hal
tentang kota kue kacang ini. Selamat menikmati edisi perdana kami di 2012 ini. Salam Redaksi.
SURAT PEMBACA
Tanya :
Assalamualaikum Wr.Wb
Kepada Yth. Redaksi Majalah Sinergi Nama saya Rizka, saya pelajar di salah satu SMA Negeri di Kota Tebing Tinggi.
Saya ingin memberi saran, kalau bisa profil tentang siswa yang berprestasi dimuat di Ma-jalah Sinergi. Tujuannya agar siswa-siswi yang lain termotivasi untuk untuk berprestasi.
Demikian saran dari saya, terima kasih atas perhatiannya.
jawab :
Oke Rizka, terima kasih atas sarannya... edisi-edisi sebelumnya kami sudah pernah juga memuat profil tentang siswa berprestasi tapi memang tidak disetiap edisi ke depannya jika
memang memungkinkan akan dimuat kembali.
kepada yth :
Redaksi majalah Sinergi
Saya Tommy Mahasiswa dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Kota Tebing Tinggi.
Saya mau bertanya, Saya ingin membuat artikel untuk dimuat di Majalah Sinergi. Apakah Bisa dan kemana saya mengantarnya ?
Terima kasih Tommy : Bisa saja asalkan artikel kamu memang sesuai dengan rubrik
yang ada dan isinya memang pantas untuk dimuat di Majalah Sinergi ini. Caranya boleh
diantar langsung ke Redaksi Majalah Sinergi Jl. Dr. Sutomo No. 14 Tebing Tinggi ( Bagian Adm. Humas PP ) atau dikirim melalui Email : humastebingtinggi@yahoo.co.id. Ok Tommy ditunggu partisipasinya !.
bravo ..!
Redaksi Majalah Sinergi
Akbar itu sapaan akrab saya. Rubrik Majalah SINERGI sepertinya perlu ditambah dengan rubrik Remaja. Soalnya saya merupa-kan salah satu dari remaja yang ingin mengeta-hui perkembangan segmen tersebut. Terlebih alangkah mantabnya jika majalah Kota Lemang ini mampu menjadi referensi bagi seluruh masyarakat tanpa memandang usia dan golon-gan . O Iya....perkembangolon-gan para ibu ibu kiranya dapat menjadi rubrik tambahan, baru saja ibu saya berpesan , bunda saya bermohon agar disampaikan kepada Redaksi.
Trima kasih. Majalah SINERGI.
Terima kasih akbar dan bunda : Sebuah usulan yang menarik. Kami dari redaksi akan membahas usulan yang disampaikan . Mudah mudahan rubrik rubrik yang dimaksud dapat mengisi rubrik yang akan menadi referensi bagi para ibu ibu rumah tangga dan remaja yang ada di kota kita. Doakan ya Akbar, dan sampaikan salam hormat kami kepada Bunda ya..Sukses
Brassica terdengar akrab ditelinga yang mirip nama artis penyanyi barat, namun tidak dengan brassica yang satu ini. Brassica Juncea adalah nama latin/ilmiah dari sawi putih yang banyak dimakan penduduk Indonesia khususnya makanan jenis tumisan seperti capcay, campuran mi goreng dan rebus serta campuran sayur lainnya dari masakan ... Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, merupakan
nafas utama dari dinamika pemerintahan daerah. Se-bab, jika APBD mengalami masalah, maka seluruh akti-fitas pemerintahan akan bermasalah pula. Artinya, tanpa keberadaan APBD tidak akan ada operasional apapun yang bisa dilakukan pemerintah daerah dalam upaya melayani masyarakat...
Mencermati judul tersebut di atas terasa disegarkan kem-bali tentang dunia pendidikan, dan dirasa perlu mencari referensi yang tepat untuk menjawab pertanyaan yang menggelitik. Membangun Unit Sekolah Baru (USB), bu-kanlah satu – satunya cara untuk meningkatkan daya tampung pendidikan, namun yang lebih penting adalah peningkatan ratio jumlah tingkatan satuan ...
DAFTAR
ISI
UTAMA
3
DAri reDAksi
4
sUrAT PeMBACA
23
25
24
32
35
31
32
28
9
10
13
14
17
18
20
22
UTAMA
ekONOMi
ekONOMi view
kesehATAN
LiNGkUNGAN hiDUP
wANiTA
hUkUM
AGAMA
PArLeMeNTAriA
sOsiAL
siNerGiTAs
OPiNi
BiDik PeMkO
OLAhrAGA
INI DIA APBD 2012
TEBING TINGGI
SMK LEBIH MENJANJIKAN
MASA DEPAN DIBANDING SMA
Moratorium, Efisiensi, Pin -dah, Solusi Keseimbangan Anggaran
Moratorium, Efisiensi, Pin -dah, Solusi Keseimbangan Anggaran
Krisis Global
Dampak Krisis Global Ter-hadap Perekonomian Kota Tebing Tinggi
Proses Pembuatan Perda
Inspiring “Bee”
Kemampuan Legislasi Ang-gota Dewan
Tenaga Honorer dan Upahnya
Sang Pemimpin Amanah
LPI Cikal Bakal Lahirnya Pemain Sepak Bola Nasional yang Unggul
Pasar Iskandar Muda
Pencegahan Wabah DBD Butuh Kebersamaan
Kota Tebing Tinggu Masih Kekurangan Gas Oksigen ?
PNS Wanita yang Berjilbab dan yang TidakBerjilbab
6
11
33
PeNDiDikAN
IPTEK
INI DIA
APBD 2012
TEBING TINGGI
UTAMA
Berdasarkan Perda No.16 Tahun 2011 tentang APBD TA 2012, anggaran murni APBD mencapai Rp. 318,050 milyar. Dana itu, tidak termasuk dana alokasi khusus (DAK), dana perce-patan pembangunan infrastruktur daerah (DPPID), dana penyesuaian in-frasutruktur daerah (DPID) dana ban-tuan operasional sekolah (BOS), dana tunjangan profesi guru PNSD, dana bantuan keuangan dari Pemprovsu dan perkiraan selisih lebih dana alokasi umum 2011. “Dana itu akan disesuaikan melalui Perubahan Peraturan Walikota tentang Penjabaran APBD TA 2012 ses-uai Permendagri No.22/2011 ayat III
hu-ruf b angka 4,” ujar Walikota Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, saat menyampaikan Nota Keuangan APBD TA 2012, Senin (17/10/2011).
Dengan jumlah sebesar itu, dana
APBD TA 2012 ternyata lebih kecil dibanding APBD 2011 yang mencapai Rp355,825 milyar. Artinya ada
kekuran-gan dana di antara dua tahun anggaran
itu, mencapai Rp37,810 milyar (10,63%). Termasuk dari jumlah itu, pendapatan asli daerah (PAD) mencapai Rp28,739 milyar yang mengalami pertambahan mencapai Rp748,603 juta dari PAD TA 2011.”Total dana itu murni, tidak ter-masuk DAK dan selisih DAU
2011-AnggArAn PenDAPAtAn DAn BelAnjA DAerAh, meruPAkAn nAfAs utAmA DAri DinAmikA PemerintAhAn DAerAh. se-BAB, jikA APBD mengAlAmi mAsAlAh, mAkA seluruh Ak-tifitAs PemerintAhAn AkAn BermAsAlAh PulA. ArtinyA, tAnPA keBerADAAn APBD tiDAk AkAn ADA oPerAsionAl APAPun yAng BisA DilAkukAn PemerintAh DAerAh DAlAm uPAyA melAyAni mAsyArAkAt.
Walaupun demikian, pemanfaatan APBD oleh pemerintah, tak bisa dilaku-kan sembarangan, melaindilaku-kan punya regulasi yang sangat ketat. Hal itu
di-lakukan, guna meminimalkan kemung
-kinan penyimpangan dan penyelewen-gan dalam operasionalnya. Prinsip dari pemanfaatan APBD, sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri No.22/2011 adalah transparansi (keterbukaan) dan akuntabilitas (pertanggung jawaban). Seyogianya, pelaksanaan APBD mulai dari kegiatan formulasi, implementasi hingga evaluasinya harus dilakukan dengan kedua prinsip itu.
APBD TA 2012 Kota Tebing Tinggi,
harus diakui belum sepenuhnya me-menuhi prinsip-prinsip di atas. Na-mun, arah yang dilakukan oleh para pemangku kebijakan sudah menuju yang benar. Hal itu terlihat, dari proses formulasi yang melibatkan masyarakat dalam bentuk musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) yang di-lakukan sejak dari kelurahan, kecama-tan hingga kota. Demikian pula, dengan proses pengesahannya yang sesuai dengan ketentuan yang ada.
2012,” ujar Kabag Keuangan H.Kamlan Mursyid, SH, MM, Selasa (6/3/2012).
Jika nanti kedua sumber dana itu dimasukkan, diperkirakan jumlah total dana akan bertambah. Misalnya DAK rencananya akan diperoleh Rp25 mil-yar, sedangkan selisih DAU 2011-2012 mencapai Rp.40 milyar lebih,“ terang Kabag Humas. Itu artinya, diperkirakan APBD TA 2012 akan lebih tinggi jumlah-nya dibanding tahun sebelumjumlah-nya.
Sementara itu, akun belanja pada APBD TA 2012 ditargetkan mencapai Rp346,974 milyar. Jumlah itu men-galami penurunan, jika dibandingkan dengan belanja pada 2011. Pada
kom-ponen belanja tidak langsung men-capai Rp224,415 milyar, sedangkan komponen belanja langsung mencapai Rp123,195 milyar.
Belanja tidak langsung, terdiri atas
elemen gaji PNS Rp222,882 milyar, bantuan sosial Rp137,500 juta, bantuan keuangan Rp548,168 juta dan belanja tidak terduga Rp850,000 juta.
Sedang-kan belanja langsung terdiri atas ele
-men, belanja pegawai Rp10,423 milyar, belanja barang dan jasa Rp92,336 mil-yar dan belanja modal Rp20,434 milmil-yar.
Sejumlah program prioritas telah pula dicanangkan melalui pembiayaan APBD TA 2012. Program itu
disinkronk-UTAMA
an dengan 11 program prioritas pem-bangunan nasional. Di antara prioritas yang jadi target, yakni reformasi birokra-si dan tata kelola, pendidikan, keseha-tan, upaya penanggulangan kemiskinan serta pembangunan infrastruktur. Pada lima program prioritas itu, APBD 2012
mengalokasikan dana relatif besar.
Kelima program prioritas itu, sep-erti termaktub dalam Nota Keuangan RAPBD TA 2012 yang disampaikan Wa-likota, menyangkut sejumlah program.
Untuk reformasi birokrasi dana tata
kelola, yakni pemutakhiran data kepen-dudukan, penerbitan nomor induk kependudukan (NIK) bebasis sistem informasi administrasi kependudukan (SIAK) dan penerapan KTP elektronik. “Tahun 2012 pembuatan e-KTP jadi pri-oritas mendukung program nasional,”
ujar Wali kota.
Program pendidikan pada 2012, juga memprioritaskan wajib belajar 12 tahun, setelah sebelumnya wajib belajar 9 tahun sukses terlaksana. Pencanan-gan Wajar 12 tahun bertujuan mening-katkan kemampuan masyarakat dalam mengakses pendidikan, selain mem-perkuat basis beasiswa, baik untuk pelajar pendidikan dasar dan
menen-gah juga untuk mahasiswa.
“Untuk Wajar 12 Tahun, kita melakukan rintisan,” ujar Kadis Pen-didikan Drs. H. Pardamean Siregar, MAP. Artinya, berdasarkan komponen biaya belajar setiap siswa menanggung Rp 12 juta/tahun. Tapi, pada 2012 APBD mengalokasikan dana mencapai 30 persen dari kebutuhan atau Rp400 ribu/ siswa SMA.
Untuk bidang kesehatan, pengua-tan pencegahan penggunaan Narkoba menjadi prioritas. Di antarnya mela-lui test urine bagi pejabat, Jamkesda,
di mana seluruh warga miskin akan
mendapatkan jaminan. Sedangkan un-tuk program penangulangan
kemiski-nan, telah dilakukan berbagai langkah,
berupa pembinaan PKL, pengadaan dan
distribusi bibit tanaman dan benih ikan,
juga program one village one product. Dalam bentuk mendorong perluasan
IF
O
UTAMA
pasar dan peningkatan kualitas produk UMKM.
Salah satu program prioritas di sektor pembangunan infrastruktur adalah pembangunan rumah susun cara sewa. Demikian juga, untuk
nor-malisasi, rehabilitas dan rekonstruksi infrastruktur kota. Hal utama dari se
-mua itu, adalah normalisasi aliran sun
-gai untuk mencegah bencana banjir.
Berikut, dana untuk belanja lang -sung dan tidak lang-sung APBD TA 2012 yang dikelola setiap SKPD.
Selain itu, sejumlah SKPD dan in-stansi yang memiliki anggaran tersend-iri namun tergabung dalam Sekretar-iat Pemko Tebingtinggi dan Kesatuan Bangsa dan Politik Masyarakat, juga layak diperhatikan. Berikut, sejumlah instansi yang mengelola dana sendiri di
bidang itu.
Anggaran Publik
Hal klasik yang jadi sorotan terkait APBD, adalah ketimpangan dalam pem-bagian porsi antara anggaran birokrasi dengan anggaran publik. Sebagian be-sar APBD kabupaten/kota dalam posisi timpang, di mana anggaran birokrasi lebih besar ketimbang anggaran pub-lik. Hal itu tercermin dari penggunaan belanja tidak langsung yang lebih besar dari pada belanja langsung.
Untuk APBD TA 2012 Kota
Tebingtinggi hal sama juga terjadi. To
-tal belanja tidak langsung mencapai Rp.224,415 milyar, sedangkan belanja langsung hanya Rp.123,195 milyar. Ter-cermin dari nilai anggaran, hanya 30 persen APBD yang langsung dinikmati publik.
Walaupun demikian, item belanja langsung yang dinikmati publik cukup menggembirakan. Karena porsinya bersifat strategis. Misalnya pos belanja pegawai. Menurut Kabag Keuangan Daerah H. Kamlan Mursyid, SH, MM dana senilai Rp.10,423 milyar itu, mer-upakan honor untuk tenaga honorer Pemko Tebingtinggi. Jumlah tenaga honorer di Pemko Tebingtinggi men-capai sekira 750 orang. Selain berbagai bentuk honor bagi aktifitas birokrasi
bidang belanja Tidak langsung belanja langsung
Pendidikan Rp.108,280 M Rp.15,557 M
Kesehatan Rp. 31,508 M Rp.22,032 M
Pekerjaan Umum Rp. 4,084 M Rp.19,143 M
Perencanaan Pemb. Rp. 2,330 M Rp. 2,217 M
Perhubungan Rp. 2,588 M Rp. 3,089 M
Lingkungan Hidup Rp. 4,453 M Rp.15,386 M
Kependudukan & Capil Rp. 2,014 M Rp. 1,486 M
Pemb. Perempuan & Anak Rp. 1,993 M Rp. 522 JT
S o s i a l Rp. 1,926 M Rp. 1,541 M
Koperasi dan UKM Rp. 1,049 M Rp. 2,720 M
Kepemudaan dan OR Rp. 1,703 M Rp. 2,465 M
Otda, Penum, Adm, Keuda, Kepeg, Person
Rp. 49, 254 M Rp.28, 564 M
Ketahanan Pangan Rp.643,116 JT Rp.362,800 JT
Pemb. Masyarakat Desa Rp. 1,753 M Rp. 2,077 M
Perpustakaan Rp.872,375 JT Rp.928,370 JT
Pertanian Rp. 2,611 M Rp. 1,441 M
inSTanSi belanja Tidak langsung belanja langsung
DPRD Rp.3,368 M
-Walikota dan Wakil Rp.501,107 JT
-Sekretariat Pemko Rp.9.909 M Rp.13,709 M
Sekretariat DPRD Rp.1,810 M Rp. 6.710 M
Inspektorat Kota Rp.2,053 M Rp.624,735 JT
Dinas Pendapatan Rp.6,575 M Rp. 1,340 M
BKPPD Rp.1,942 M Rp. 2,667 M
KP2T Rp.770,123 JT Rp.673,239 JT
Kantor Camat Rambutan Rp.4,359 M Rp.591,666 JT
Kantor Camat Pd.Hulu Rp.4,328 M Rp.532,486 JT
Kantor Camat Pd.Hilir Rp.4,634 M Rp.546,077 JT
Kantor Camat T.T Kota Rp.4,816 M Rp.582,807 JT
Kantor Camat Bajenis Rp.4,114 M Rp.585,511 JT
Kantor Satpol PP Rp.2,731 M Rp. 1,491 M
Badan P.Bencana Da Rp. 171 JT Rp.597,942 JT.
yang didukung publik.
Demikian pula dengan item belanja barang dan jasa mencapai Rp92,336 mi-lyar, langsung diarahkan bagi peningka-tan infrastruktur, sarana dan prasarana
publik. Demikian pula dengan item be-lanja modal mencapai Rp20,434 milyar yang secara tidak langsung dinikmati publik.
UTAMA
ada sejumlah SKPD yang memiliki peran sentral dalam pelayanan ke-pentingan publik. Di antaranya, Dinas Pekerjaan Umum mengantongi be-lanja langsung mencapai Rp.19,143 milyar dengan belanja tidak langsung hanya Rp.4,084 milyar. Menyusul Dinas Pertamanan dan Kebersihan dan Kan-tor Lingkungan Hidup yang mengan-tongi belanja langsung Rp15,386 milyar dengan belanja tidak langsung hanya Rp.4,453 milyar.
Kemudian Dinas Koperindag dan UKM dengan belanja langsung Rp.2,720 milyar dengan belanja tidak langsung Rp1,049 milyar. Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Pariwisata dengan belanja langsung Rp2,465 milyar den-gan belanja tidak langsung Rp.1,703 milyar.
Badan Pemberdayaan Pemer-intah/Masyarakat Kelurahan dengan belanja langsung Rp. 2,077 milyar den-gan belanja tidak langsung Rp.1,753 milyar serta Dinas Perhubungan yang menyerap belanja langsung Rp.3,0899 milyar dengan belanja tidak langsung hanya Rp.2,588 milyar. Juga Badan Penanggulangan Bencana Daerah dengan belanja langsung Rp.597,942
juta dengan belanja tidak langsung
hanya Rp.171 juta.
Sedangkan di bidang Otda,
pe-merintahan umum, admnistrasi,
keuangan daerah, personalia dan kepegawaian, beberapa instansi juga
memiliki besaran belanja langsung
yang signifikan.
Misalnya Sekretariat Pemko den-gan belanja langsung Rp 13,709 mil-yar dengan belanja tidak langsung Rp 9,909 milyar. Sekretaris DPRD dengan belanja langsung Rp6,710 milyar dengan belanja tidak langsung Rp1,810 milyar. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan dengan be-lanja langsung Rp2,667 milyar dengan belanja tidak langsung Rp1,942 milyar. Selain instansi yang tercatat, selebih-nya berada dalam posisi lebih besar
belanja tidak langsung dari belanja langsung. (Tim)
Kritikan itu ada benarnya, jika di-lihat dari porsi anggaran yang diterima oleh birokrasi berbanding dengan yang diterima masyarakat. APBD TA 2012 Kota Tebingtinggi, merupakan contoh
tentang ketidakseimbangan itu. Dari
data yang ada, belanja tidak langsung mencapai Rp 224,415 milyar, sedang-kan biaya langsung hanya Rp123,195 milyar. Untuk belanja tidak langsung komponen paling besar yang menguras anggaran adalah gaji PNS mencapai Rp222,882 milyar.
Gaji PNS itu, jika dibandingkan den-gan belanja langsung, khususnya belanja barang dan jasa sebesar Rp92,336 mil-yar, jelas tidak seimbang. Padahal, porsi gaji yang besar itu hanya untuk meng-gaji 3.900 PNS yang ada, sedangkan porsi
belanja barang dan jasa untuk dinikmati
sekira 140 ribu warga.
Kabag Keuangan Daerah H. Kam-lan Mursyid, SH, MM, membenarkan ketidakseimbangan porsi anggaran antara birokrasi dengan masyarakat pada APBD. Namun, bukan tidak mungkin ke-seimbangan anggaran bisa tercapai di masa mendatang, jika ada political will untuk itu. “Paling tidak 10 tahun ke depan porsi seimbang bisa tercapai, jika dilaku-kan berbagai langkah,” tegas Kamlan Mursyid, saat diajak berbincang, di ruang kerjanya.
Dia, menyontohkan adanya kelebi-han PNS di Dinas Pendidikan, khususnya pada jabatan guru. Berdasarkan
hitun-gan, saat ini ada kelebihan guru di Dinas
Pendidikan mencapai 219 orang. Total gaji yang harus dibayar kepada mereka men-capai Rp 4,2 milyar/tahun. “Bayangkan saja jika mereka tidak dibayar, ada berapa besar jumlah dana yang bisa dimanfaat-kan dalam tempo 10 tahun,” ujarnya.
H. KAMLAN MURSYID, SH, MM
moratorium, efisiensi, Pindah, Solusi
keseimbangan anggaran
Mengatasi kelebihan PNS itu,” terang H. Kamlan Mursyid, SH, MM, ada sejumlah kebijakan yang harus dilakukan ke depan, dalam mencapai porsi
seim-bang itu. Pertama, melakukan morato -rium (penundaan) penerimaan PNS baru.
Hal itu harus dilakukan, seiring dengan
perkiraan terjadinya pensiun alamiyah terhadap PNS yang bertugas. “Langkah itu sudah dilakukan pemerintah pusat pada daerah yang kelebihan PNS, dan kita harus mendukung,” tegasnya.
Kedua, efisien antara PNS dan bi-dang tugasnya. Seluruh PNS yang ada harus melakukan tugas-tugas yang jadi tanggung jawabnya sesuai Tupoksi mas-ing-masing. Artinya, tidak boleh terjadi ada PNS yang non job dan tidak tahu apa yang menjadi kewajiban dalam struktur birokrasi. Di samping, tidak boleh juga terjadi ada jabatan yang lowong, karena tidak tersedianya kapasitas mengisi
jaba-tan dimaksud.
Ketiga, membuka pintu mutasi PNS. Kebijakan itu, harus dilakukan khusus kepada PNS yang kapasitas dan kuali-fikasinya tidak dibutuhkan dalam struk-tur birokrasi yang ada. Langkah itu bisa
dilakukan dengan membuka kerjasama
dengan daerah sekitar yang kekurangan PNS pada sektor tertentu. “Mungkin kita bisa kerjasama dengan Kabupaten Sergai
dan Batubara untuk mutasi guru antar
daerah,” tegasnya.
Selain itu, alumni S2 Magister Manajemen UMSU Medan itu, men-yarankan upaya lebih intensif menjolok dana pembangunan, mulai di tingkat provinsi hingga nasional. “Kita inten-sifkan pencarian dana pembangunan di tingkat provinsi dan pusat. Saya kira 10 tahun ke depan porsi APBD akan seim-bang,” tandasnya. (Tim)
UTAMA
Berkurangnya anggaran APBD tA 2012 kota tebing tinggi, ternyata dipengaruhi faktor terlampau cepatnya pengesahan oleh DPrD. Aki-batnya, banyak program yang dijalankan terpaksa dibatalkan, karena pendanaan yang tidak jelas. “Waktu itu, dari mana sumber dana belum jelas. semua anggaran masih dalam angan-angan,” aku anggota Badan
Anggaran DPRD kota Tebingtinggi Zulfikar.
ZULFIKAR (ANGGOTA BANGGAR DPRD)
banyak PRogRam Tak maSuk,
kaRena
PengeSahan
TeRlamPau cePaT
Menurut politisi PKS itu, idealnya APBD disahkan pemerintah daerah setelah APBN dan APBD provinsi
terlebih dahulu disahkan. Namun,
ketika APBD Kota Tebingtinggi dis-ahkan pada November 2011, APBN dan APBD provinsi belum disahkan, akibat berbagai kendala. Karena itu, anggaran yang dipatok pada APBD Kota Tebingtinggi merupakan dana murni yang diestimasikan bisa
diper-oleh.
Percepatan pengesahan APBD TA 2012 itu, kata Zulfikar, merupakan pengesahan tercepat dari 33 kabu-paten/kota yang ada di Sumut. Namun, dampaknya memang terasa, karena
estimasi pendanaan yang terbatas. Akibatnya, politisi yang dikenal vocal itu, mengakui belanja publik menjadi demikian minim dalam APBD TA 2012. “Diperkirakan, belanja publik hanya mencapai 37 persen dari total anggaran yang ada,”ucap politisi yang sudah 2 periode duduk di DPRD Kota
Tebingtinggi itu.
Walaupun demikian, tambah-nya, kekhawatiran yang berlebihan terhadap kecilnya nilai belanja langsung dalam APBD TA 2012, tak perlu dirisaukan. Mengingat, masih ada peluang sejumlah anggaran yang bakal turun, baik dari pusat maupun provinsi. Misalnya, alokasi DAK yang
diperkirakan mencapai Rp25 milyar, selain selisih DAU 2011-2012 menca-pai 40 milyar,” terangnya.
Ditambahkan, nantinya setelah APBN dan APBD provinsi disahkan pada masing-masing tingkatan,
dana itu akan masuk dan bisa
dipakai. Legalitas penggunaannya akan memakai perubahan Pera-turan Walikota (Perwa). Atau akan dimasukkan dalam Perubahan APBD TA 2012.
Menurut anggota Panggar DPRD itu, ke depan memang harus
diper-kirakan timing pengesahan APBD agar kendala terkait dana kucuran pusat dan provinsi tidak jadi kendala. “Pengesahan cepat bagus, tapi harus kita pertimbangkan timing yang tepat, agar bisa berjalan aman,” tan-das. Mungkin pengesahan bisa pas, jika dilakukan pada Desember dan Januari, imbuhnya.
(Tim)
ILL
SMK LEBIH MENJANJIKAN
MASA DEPAN DIBANDING SMA
Jika melihat kondisi geografis Kota Tebing Tinggi yang diapit wilayah yang kaya sumber daya alamnya seperti Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Asahan, Kabupaten Si-malungun, Kota Pematang Siantar dan daerah lainnya di Sumatera Utara merupakan peluang yang besar dalam menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Lalulintas antar kota menjadikan wilayah ini daerah transit, sehingga wilayah ini menjadikan pe-luang yang cukup menarik bagi pengusaha dan investor.
Lebih lanjut dikatakannya, di sektor jasa sesuai dengan visi dan misi : ”Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas secara terpadu, merata, terjangkau, dan memiliki wawasan kebangsaan; serta Menyeleng-garakan pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas hidup untuk mewujudkan masyarakat sehat, cerdas dan berkualitas”, merupakan suatu aktifitas pelayanan ke-pada masyarakat secara terpadu dan berkesinambun-gan yang berdampak pada peningkatkan pendapatan daerah dari sektor ini. Oleh sebab itu, penyiapan tenaga terampil perlu dipacu melalui pendidikan / sekolah
ke-juruan yang memadai, dalam hal ini peran pendidikan sangat luas dan menentukan khususnya perlunya pen-ingkatan akses sekolah kejuruan (SMK).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah mengkampanyekan program untuk lebih memperbanyak jumlah pelajar SMK dibandingkan SMA dengan persentase 70 persen berbanding 30 persen. Pi-lar pertumbuhan pembangunan bangsa saat ini banyak memberikan peluang bagi tamatan SMK di Kota Tebing Tinggi dengan kondisi geografis tersebut di atas peluang tamatan SMK lebih dominan dari mereka yang tamatan SMA. Mereka memiliki keunggulan sebagai tenaga
den-gan skill tingkat menengah.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota Tebing Tinggi melalui Dinas Pendidikan terus mengajak dan menghim-bau bagi orang tua dan tamatan SMP tidak perlu ada keraguan untuk melanjutkan masuk ke SMK, dengan berbagai semboyan ”Ayo Masuk SMK” Lebih Baik Masuk SMK, ”SMK Bisa”.
Berdasarkan data tersebut di atas persentase SMA dan SMK masih 50 : 50. Oleh sebab itu untuk mencapai
PENDIDIKAN
mencermati judul tersebut di atas terasa disegarkan kembali tentang dunia pendidikan, dan dirasa perlu mencari referensi yang tepat untuk menjawab pertanyaan yang menggelitik. membangun unit sekolah Baru (usB), bukanlah satu – satunya cara untuk meningkatkan daya tampung pendidikan, namun yang lebih penting adalah peningkatan ratio jumlah tingkatan satuan pendidikan yang mengacu pada upaya peningkatan sumber Daya manusia ( sDm ) yang memiliki keahlian yang kompetitif untuk mengisi lapan-gan dunia kerja atau menciptakan lapanlapan-gan kerja untuk dirinya sendiri atau juga orang lain,” kata Drs kasinun, m.AP kepada sinergi baru-bari ini.
IF
O
target ratio SMA : SMK 30 : 70, pen-didikan vokasi diperlukan berbagai upaya antara lain : (a) membangun unit sekolah baru (SMK Negeri 5).
Hal yang menjadi kendala untuk program ini adalah penyiapan la-han/lokasi yang sangat terbatas, karena membangun sebuah SMK hampir sama membangun 3 unit SMA. (b) alih fungsi SMA menjadi SMK; hal ini juga diperlukan peng-kajian yang mendalam, sehingga apabila program ini berjalan tidak ada pihak – pihak yang tersakiti dan dirugikan. (c) penegerian
seko-lah swasta; kondisi sekoseko-lah swasta
pada umumnya milik yayasan indi-vidu dan yayasan terpusat sehing-ga yang menjadi kendala biayanya
lebih besar untuk melaksanakan
program ini. (d) bentuk SMK swasta bersubsidi; pengembangan sekolah model era dahulu yaitu dengan pola
menempatkan guru PNS ke
seko-lah swasta, hal ini memungkinkan untuk dilaksanakan. (e) menambah ruang kelas baru; model ini tak ka
-lah strategisnya dengan USB dan
sangat memungkinkan untuk dilak -sanakan menambah daya tampung siswa SMK.
Penguatan kompetensi, sa-rana dan prasasa-rana pembelajaran di SMK mengacu PP 19 Tahun 2005 perlu terus diupayakan agar peluang tamatan SMK lebih dominan dari mereka tamatan SMA. Keberadaan SMK harus kembali ke marwahnya seperti di masa lalu, hal ini harus dijawab dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di masing – masing sekolah. Kemitraan SMK dengan perusahaan dalam program
magang kerja harus ditingkatkan
baik di dalam maupun ke luar
neg-eri; kalau hal ini bisa dilakukan, niat
pemerintah Kota Tebing Tinggi untuk menjadikan perbandingan SMK dan SMA dalam perbandingan 70 : 30
akan berhasil.
SMK lebih menjanjikan masa depan dibanding SMA, disebabkan antara lain :
a) Kondisi perekonomian yang
kurang bagus; harga BBM naik
lagi, akan memicu kenaikan
harga barang dan jasa. Hal ini
menyebabkan beban ekonomi
masyarakat semakin berat. Me-nyekolahkan anak jangka waktu
lama tentu sangat memberat -kan, jadi solusinya ke SMK hanya butuh waktu 3 tahun untuk dapat
bekerja.
b) Banyak lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke Perguruan Ting-gi. Kurikulum SMA disetting un-tuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi, dan ironisnya kebanyakan tamatan SMA terjun ke dunia kerja, akibatnya banyak lulusan SMA kalah mencari perkerjaan karena tidak siap bekerja; oleh
sebab itu kebijakan menambah
jumlah lulusan SMK lebih baik ketimbang SMA
c) Dunia Kerja yang semakin kom-petitif, ketatnya persaingan men-cari kerja menjadikan tamatan
sekolah menengah harus orang
yang kompeten di bidangnya dan siap bekerja. SMK sangat piawai dalam mencetak lulusan yang siap kerja dibanding SMA.
Akhirnya, jangan gengsi untuk memilih SMK dan bukan saatnya mengatakan bahwa SMK adalah
sekolah menengah kelas dua. Den -gan motto cerdas, siap kerja dan kompetitif SMK siap mencetak lu-lusan yang siap kerja dan mandiri
(Rizal Syam)
PENDIDIKAN
IF
O
EKONOMI
bagai buruh di sebuah home industri yang memproduksi tas sekolah men-jawab “nggak ada omzet jo, kalah besaing sama barang cina, yang kerja tinggal 7 orang”.
“Sebelumnya berapa orang ?” zulham bertanya penasaran
“20 orang, akupun siap gajian mungkin berhenti kerja, jo” midin menjawab tak bertenaga.
“ayo minum din”. Zulham me-nawarkan
obrolan yang suram di kedai kopi simpang Sd 2 jalan Tandean dekat halte malam itu mengusik konsen-trasiku, yang sedang bermain catur tepat bersebelahan meja dengan Zul-ham dan mudin, kulangkahkan rajaku yang terbirit-birit kena gempuran serangan perwira lawan kesudut papan, dalam hati aku berguman’ luarbiasa, bahkan krisis yang terjadi jutaan kilometer di negeri para dewa, nun juh disana, dapat membuat ketar ketir nasib kawanku di kota Tebing Tinggi”.
Pukul 8 malam lewat lima menit Zulham sampai di Simpang Tiga Stasiun kereta api kota Tebing Tinggi dari arah Tambangan indra Pura Setelah seharian keluar masuk di kampung –kampung daerah perke-bunan hinterland kota Tebing Tinggi untuk menjual barang dagangannya. melintasi lapangan merdeka menuju pusat kota dengan vespa yang ber-jalan terseok-seok. Zulham sampai di depan sebuah kedai kopi di jalan Tandean dekat halte bus. memarkir-kan kenderaannya di pinggir jalan, Zulham turun dari vespanya me-nenteng tas hitam besar yang berat berisi lima buah rice cooker dan kain yang menjadi barang dagangannya. kedai kopi itu agak ramai ,ada yang ngobrol,main kartu dan main catur,
‘a kaba jo? mudin salah seorang temannya yang sedang duduk di bangku panjang menyapa‘ takalek ’ “jawabnya lesu.
“Tas cemana, din ?”. Zulham balik bertanya, midin yang bekerja
EKONOMI
Dampak krisis ini mengakibatkan pendapatan mereka turun drastis, ka-rena merosotnya harga Tandan Buah Segar (TBS) sehingga istilah shift
(gi-liran dan jam kerja) akan dialami oleh
para pekerja di pabrik tersebut yang
akan bermuara dengan berkurang -nya kesempatan kerja sebagai tenaga lepas .Bahkan melonjaknya harga pu-puk, Obat-tanaman,dan sembako
se-makin menambah kemerosotan mata
pencaharian mereka.
Krisis keuangan ini sangat dirasakan oleh para buruh sawit. Ketergantungan harga dari TBS sangat mempengaruhi pendapatan
mereka, terlebih jika harga bahan
baku minyak makan itu mencapai titik terendah. Kondisi ini akan me-nambah angka pengangguran akibat kehilangan lapangan pekerjaan. Tin-dakan kriminalitas dipredikasi akan
semakin merambah lingkungan seki -tar. Tingginya kebutuhan akan san-dang dan pangan membuat istri para buruh sawit tersebut harus mencari pekerjaan tambahan yang sifatnya serabutan. Upaya tersebut semata hanya untuk mencari nafkah, demi memenuhi biaya hidup dan biaya pen-didikan anak. Jika situasi tidak dapat dikendalikan, justru berimbas kepada anak anak mereka yang saat ini telah
duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menen-gah Atas (SMA). Tidak terelakkan, terpaksa mereka harus mengalami putus sekolah. Walaupun harga TBS
mulai beranjak mengalami kenaikan,
justru peningkatan tersebut
dini-lai masih terlalu rendah dan belum
mampu memulihkan perekonomian masyarakat seperti semula.
Bagi warga warga hinterland
Kota Tebing Tinggi, perkebunan kela-pa sawit merukela-pakan sektor andalan. Diketahui ada tiga ( 3 ) pola
perkebu-nan sawit di hinterland yaitu, Peru-sahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-Bun), Perkebunan Kredit Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA) dan perkebunan rakyat pola swadaya. Perkebunan kelapa sawit baik milik swasta maupun milik Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran penting untuk memeperoleh penda-patan dalam kehidupan masyarakat. Keberadaan perkebunan ini sangat dirasakan oleh mereka yang ber-pro-fesi sebagai petani sawit, toke (ped-agang pengumpul), mocok-mocok (tenaga kerja lepas / buruh) di BUMN maupun swsata.
Krisis berkepanjangan ini ternya-ta sangat berimbas untuk perkebunan rakyat berpola swadaya. Pasalnya,
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akan lebih mengutamakan hasil sawit yang di-hasilkan oleh perkebunan milik BUMN itu. Akibatnya, TBS milik warga terse-but tidak tertampung sehingga harga sawit untuk perkebunan dengan pola swadaya itu mengalami kemerosotan yang sangat signifikan sehingga harus
bertengger dititik terendah.
Sebuah hasil riset oleh sebuah lembaga penelitian SMERU( research Institute ) yang berada di Provinsi Riau menyatakan, terdapat 9 (sembilan) buah desa di provinsi itu yang telah mengalami penururunan harga CPO akibat terjadinya krisis keuangan global, persoalan ini membuat harga TBS sawit lokal mengalami penu-runan tajam. Sebuah angin segar bagi para petani sawit, ketika harga CPO mulai merangkak dari keterpurukan-nya. Dibulan bulan Mei 2009, harag
tersebut mulai membaik, namun ke -naikan itu belum bisa menjadi seman -gat yang berarti, karena harga TBS milik perkebunan dengan TBS milik masyarakat swadaya masih memiliki perbedaan harga sebesar 30 %. Per-bedaan harga tersebut merupakan patokan harga yang dilakukan pihak Disbun di provinsi itu. Dinilai kualitas TBS milik perkebunan ternyata masih lebih baik dari TBS milik masyarakat swadaya.
Minimnya pemupukan dan kuranya jam perawatan pohon sawit menjadi faktor buruknya kualitas TBS milik masyarakat. Bukan hanya itu, bercampurnya TBS yang baik dengan yang masih muda serta tingginya vo-lume sampah di TBS menjadi sebuah
TERHADAP PEREKONOMIAN
KOTA TEBING TINGGI
damPak
kRiSiS global
EKONOMI
alasan rendahnya kualitas TBS
di-maksud.
Naik turunya grafik harga tidak terjadi secara serempak dikomuni-tas petani sawit. Kenaikan harga TBS ditingkat masyarakat terjadi satu
bu-lan lebih lambat dari kenaikan harga
yang ditetapkan oleh Disbun Provinsi Sumut.
Melonjaknya harga kebutuhan produksi pertanian seperti pupuk, pembasmi gula serta bahan kebutu-han primer lainnya menjadi momok yang sangat menakutkan bagi para petani sawit.
Rendahnya harga TBS dinilai sangat mempengaruhi kegiatan
di-bidang ketenagakerjaan di sebuah
Pabrik Pengolahan Sawit. Berkurang-nya volume komoditas export CPO ke luar negeri, mengakibatkan tingginya CPO yang tertumpuk di pelabuhan. Kondisi ini harus ditelan pahit oleh para exportir.
Walaupun tidak sampai terjadi pe-mutusan hubungan kerja, justru pen-gurangan jam kerja ( shift ) sebanyak 2 jam dari 12 jam kerja menjadi 10 jam kerja /hari mengakibatnya berkurang-nya premi yang biasa diperoleh oleh para pekerja . Biasanya para pekerja mampu memperoleh gaji pokok plus premi sebesar Rp.1.9 Juta/bulan. Kini
jumlah tersebut berkurang menjadi
Ro. 1.4 Juta/bulan.
Hal senasib juga dirasakan oleh
pekerja di BUMN maupun swasta. Sebelum krisis berkepanjangan, se-orang pekerja kebun yang berpro-fesi sebagai pendodos buah sawit mampu mengantongi uang sebedar Rp.2.500.000.- Juta/bulan. Kini dirinya hanya menerima upah sesuai UMR (upah minimum regional) sebesar Rp.1.080.000.- juta/bulan
Dampak Krisis Keuangan ini san-gat dirasakan oleh pekerja di perke-bunan kelapa sawit rakyat, terutama ketika harga TBS anjlok, saat itu
ke-bun sawit dibiarkan terbengkalai.
Minimnya proses pemupukan dan proses perawatan lainnya sehingga
para petani tidak memanen lahan perkebunannya. Besarnya perbedaan biaya perawatan dengan anjloknya harga TBS dinilai tidak seimbang. Na-mun sebahagian para petani lainnya tetap memanen , alasannya, jika tidak dipanen, akan dapat merusak pohon
sawit.
Kondisi ini secara tidak langsung menyebabkan terjadinya penganggu-ran tenaga kerja lepas yang selama ini bekerja di perkebunan sawit rakyat. Untuk membiayai hidup sebagian
dari mereka kemudian menjadi ninja
(sebuah istilah pasaran bagi pencuri kelapa sawit atau getah karet) teruta-ma di perkebunan Negara dan swasta. Salah satu alasannya adalah karena ada yang tertangkap dan di penjara.
Puncak krisisi Keuangan Global ini mengakibatkan turunnya penda-patan dan daya beli masyarakat yang mempengaruhi kegiatan perekonomi-an di salah satu desa . Besarnya per-putaran uang disebuah pasar ming-guan untuk kategori pasar tradisonal
dan modern diketahui menurun dras -tik dari Rp.400 Juta hingga menjadi Rp.100 Juta./minggu.
Kondisi ini terus terjadi seh-ingga mengalami kenaikan pada Juli tahun 2009. Omzet pada bulan
itu mengalami kenaikan sebesar
Rp.100 sehingga menjadi Rp.200 Juta setiap hari Jum’at. Kenaikan ini terjadi akibat terdongkraknya para pembeli yang berasal dari luar desa, baik dari wilayah kecamatan mau-pun luar daerah lainnya.
beberapa dampak lain yang ter-lihat antara lain.
1. Terjadinya kemacetan pemba-yaran kredit (angsuran) mobil / sepeda motor dari berbagai mer-ek yang dilakukan pihak Leasing 2. Terjadinya kemacetan
pemba-yaran kredit pinjaman dari pihak UED-SP (usaha ekonomi desa simpan pinjam) maupun Per-bankan , Debitur umumnya adalah petani yang memiliki lahan kebun
sawit seluas 2 ha atau lebih. 3.Transaksi jual beli lahan kebun sawit
yang semakin meningkat. Jenis lahan kebun yang paling bayak
dijual adalah lahan kebun kelas
menengah ke atas. Misalnya ada seorang petani sawit pemilik ke-bun sawit seluas 6 ha yang telah menjual 2ha dari lahan kebunnya yang masih sangat produktif 4. Penurunan omzet penjualan di
warung dan kepada toke
menu-run, sementara jumlah anggota
masyarakat yang berutang
se-makin meningkat.
Kelompok masyarakat yang pal-ing terkena dampak krisis adalah kelompok petani sawit berskala kecil yang memiliki lahan kebun kurang dari 1ha dan kelompok tenaga kerja lepas yang bekerja di perkebunan ke-lapa sawit rakyat.
Kedunya masuk ke dalam kelom-pok miskin dan lebih miskin, sebelum krisis, disamping mengurus lahan perkebunannya sendiri, para petani sawit berskala kecil ini juga bekerja sampingan sebagai pemocok pada petani sawit yang memiliki lahan luas. Turunnya harga TBS, memiliki dua dampak . Dampak pertama ada-lah : penurunan hasil penjualan TBS. Dampak kedua adalah : penururnan penghasilan tenaga lepas hal ini di-akibatkan karena karena kebanyakan pemilik kebun tidak mampu mem-pekerjaan mereka dan memilih untuk mengerjakan lahan kebunnya sendiri.
Kondisi ini juga dialami oleh para pekerja lepas dengan beban yang se-makin berat akibat pemutusan itu. Sulitnya memperoleh pekerjaan lain membuat para pekerja ini sekan pu-tus semangat. Hutan yang dahulunya dianggap dapat memenuhi kebutuhan hidup kini kebanyakan telah disulap
menjadi lahan sawit.
EKONOMI
masih terlau rendah sehingga diang
-gap merugikan para petani sawit. Sebelum krisis melanda, ke-banyakan tugas wanita yang tinggal di pedesaan desa hanya mengu-rusi keluarga di rumah. Tetapi krisis berkepanjangan ini membuat tugas
mereka harus berbalik gagang den -gan membantu para suami untuk mencari nafkah. Pekerjaan sebagai buruh lepas dan Pembantu Rumah Tangga (PRT) pun tak dapat dielak-kan. Biasanya pendapatan yang diperoleh sebelum krisis bisa men-capai Rp.50.000.-/hari. Kini para ibu harus dapat mengatur keuangan ke-luarga dengan hanya mengantongi Rp.30.000.-/harinya
Dari sektor pendidikan, pembe-basan biaya untuk pendidikan Seko-lah Dasar (SD) yang diberlakukan oleh pemerintah sangat membantu bagi petani yang berpenghasilan rendah. Bahkan dekatnya sarana pendidikan dari tempat tinggal membuat sarana transporatasi tidak diperlukan . Na-mun dampak krisis ini sangat dirasa-kan oleh para pelajar SD ini dengan berkuranya uang saku yang diberikan
oleh orang tua mereka.
Sebaliknya kelompok remaja terutama mereka yang bersekolah di bangku Sekolah Menegah Pertama ( SMP) atau Sekolah Menengah Atas ( SMA ) sangat merasakan dampak krisis ini. Walaupun pembiayaan
pen-didikan ditingkat ini juga telah digrat
-iskan, kondisi ini ternyata menuai per-soalan lain. Jika fasilitas pendidikan
tersebut berada di luar daerah, maka
biaya lainnya seperti biaya indekost, biaya makan, biaya transport menjadi kebutuhan yang fital bagi anak - anak
mereka.
Tidak ada anggaran untuk me
-menuhi itu, akibatnya sang anak har-us merelakan lepas dari pendididkan yang seharusnya diperolehnya. Ketika kondisi harga TBS mulai merangsur membaik, ternyata persoalan biaya pendaftaran ulang menjadi persoalan lain yang tidak kalah pentingnya
den-gan aroma uang. Kondisi ini memiliki persentasi hingga mencapai 20 %.
bagaimana dampaknya krisis keuangan global terhadap pereko-nomian kota kota Tebing Tinggi ?
Menurut Haris Nasution ,seorang
pedagang pelacak warga Jl.Rao Kelu-rahan Mandailing Kecamatan Tebing tinggi kota berpendapat , menurun-nya daya beli masyarakat yang tinggal di daerah perkebunan dan pertanian akibat terjun bebasnya harga CPO di pasaran internasional .berdampak buruk pada nasib 3000an pedagang pelacak (direct selling door to door) di Kota Tebing Tinggi. Pasalnya, semua pedagang pelacak mengandalkan pe-masaran dagangannya berupa kain dan barang elektronik ke masyarakat daerah perkebunan dan pertanian di hinterland ,sampai ke Provinsi Riau dan Provinsi Nanggroe Aceh Darus-salam.” ada sebanyak 1000an orang pedagang yang melakukan aktifitas perdaganggan di wilayah
perkampun-gan dihinterland denperkampun-gan omzet mini -mal Rp 300.000/hari dengan keun-tungan Rp100.000 yang dapat dibawa pulang.” terang Haris .
Menurutnya, jumlah peredaran uang /hari yang diperoleh para
ped-ang dari kawasan hinterland ini un
-tuk perbulannya mencapai Milyaran. Terhitung seorang pedagang mampu menghasilkan omzet Rp.300.000.-/ orang x1000 orang dengan total Rp.300.000.000.-/hari. Untuk perbu-lan angka ini mencapai Rp.9 Milyar. ” Bermodal 2 Juta mereka belanja juga di Kota Tebing Tinggi ” jelas Haris
Selain kelompok pelacak, kelom-pok lain yang mengandalkan modal daro Toke juga ada. Jumlahnya kel-ompok ini mencapai 2000 an orang. Melirik pangsa pasar pembeli aktif, mereka memilih wilayah Provinsi Riau Dan Provisni Nanggroe Aceh
Darussalam sebagai kawasan start
-egis untuk meraup rupiah. ” mereka pergi berkelompok sebanyak 15 -20 orang dan pulang setiap satu bulan ”
tambahnya
Masih Haris, menurunnya daya beli masyarakat perkebunan akibat
krisis keuangan global ini mengaki -batkan semua pedagang pelacak mengalami kerugian (Takalek ). Kon-disi takalek pun Tidak dapat terelak-kan. Para pedagang harus berhutang berlapang dada ketik harus berhu-tang kepada pemilik barang ( Toke).
Omzet sebesar Rp.300.000.-.hari harus turun drastis sebanyak 50 % hingga menjadi Rp.150.000.-.” Jum-lahitu harus diptong ongkos hingga hanya memperoleh omzet sebesar Rp.100.000.-, kadang kadang tak mendas ” ungkap Haris dengan wajah
suram
Merosotnya omzet pedagang pelacak yang menghidupi 12.000 an
warga kota Tebing Tinggi mengakibat
-kan menurunnya perputaran uang di Kota Tebing Tinggi secara drastis. Per-ekonomian beranjak lesu, pedagang Pasar Inpres, Pasar Gambir, Pasar Gurami, Pasar Senangin mengeluh sepi pembeli .’ ” jam 11 siang sudah bisa main bola di sini Bang’ Ungkap Juli seorang pedagang di kawasan Pasar Tradisional, Pasar Sakti .
Pedagang pelacak merupakan salah satu penopang utama pereko-nomian di Kota Tebing Tinggi ter-gabung dalam dua wadah yaitu AS-PEKNAS dan KAMPAK,” pedagang pelacak merupakan asset unik Kota Tebing Tinggi yang tidak dimiliki Kota –Kota lain di Indonesia bahkan di dunia. Armada pemasaran yang siap diterjunkan di seluruh pelosok negeri ini berkembang pesat secara mandi-ri.” Kami siap mendukung program pemerintah untuk pengembangan pemasaran produk unggulan yang di canangkan Bapak Umar Zunaidi
Walikota Tebing Tinggi’ tegas Haris
menutup pembicaraan.
Ternyata dampak Krisis Keuan-ganGlobal (KKG) memukul telak na-sib pedagang pelacak di Kota Tebing
EKONOMI VIEW
PaSaR
ISKANDAR
MUDA
IF
O
KESEHATAN
Salah satu kasus penyakit mewabah yang selalu menghantui masyarakat ada-lah demam berdarah denggue (DBD). Pe-nyakit mematikan yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti itu hingga kini tetap menjadi “momok” di tengah-tengah masyarakat. Sebab bila seseorang yang didiagnosa terserang DBD lamban dilakukan penanganan medis, maka nya-wa taruhannya.
Lambatnya pelaksanaan fogging
(pengasapan) setiap kali terjadi kasus DBD (demam berdarah denggue) di te-ngah masyarakat sering dijadikan alasan penyebab mewabahnya virus demam ber-darah yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti itu. Padahal masalah utamanya terletak pada kebersihan lingkungan masyarakat itu sendiri. Karena penyakit
ini berawal dari lingkungan tak bersih, dibutuhkan kebersamaan semua elemen
masyarakat untuk mencegah penyeba-ran virusnya dengan cara membersihkan lingkungan, baik secara bergotong royong maupun sendiri-sendiri.
Selama kurun 5 (lima) tahun tera-khir, kasus penyakit demam berdarah di Kota Tebing Tinggi menunjukkan angka yang cukup membuat kita semua pri-hatin. Pada tahun 2007 misalnya, terda-pat 389 kasus, meski di tahun 2008 turun menjadi 149 kasus, namun di tahun beri-kutnya, 2009 kembali meningkat menjadi 230 kasus dan meningkat tajam pada ta-hun 2010 menjadi 381 kasus. Selanjutnya terjadi penurunan di tahun 2011 menjadi 176 kasus, sedangkan hingga triwulan pertama tahun 2012 ini, data dari Dinas Kesehatan Kota Tebingtinggi menyebut-kan hanya terdapat 7 kasus DBD.
Bila melihat perjalanan kasus DBD pada lima tahun terakhir (2007 – 2012), terjadi peningkatan yang cukup signifikan antara tahun 2009 dan 2010, penyakit de-mam berdarah seolah-olah menjadi ‘pri-madona’ yang harus mendapat perhatian ekstra ketimbang penyakit lainnya. Ketika
itu, bila terjadi kasus seseorang men
-derita demam tinggi dan trombosit darah
menurun langsung divonis DBD, padahal
gejala yang sama juga terjadi pada kasus penyakit lain seperti typus dan malaria. Mengapa terjadi demikian?. Hal inilah yang mau diluruskan !
Pada saat itu kita tentu masih in-gat, kasus DBD dijadikan alat ‘promosi diri’ dan ‘kepentingan’ sehingga semua orang yang sakit demam tinggi langsung divonis DBD. Kasus DBD dijadikan alat untuk ‘memperkenalkan diri’ kepada masyarakat, seakan-akan membantu padahal sebenarnya justru ‘membodohi’ masyarakat, sebab sebenarnya yang menentukan seseorang positif DBD ada-lah diagnosa dokter dan melalui proses laboratorium. Kondisi seperti itulah yang menyebabkan angka kasus DBD ketika
itu meningkat tajam.
Hal itu diakui Pelaksana Kasi Wabah dan Bencana pada Dinas Kesehatan Kota Tebingtinggi, Abu Bakar Laia, SKM saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (8/3) di Jalan Gunung Leuser Kota Tebing Tinggi. Menurutnya, kalau hanya ukurannya ber-dasarkan trombosit, sebenarnya
ban-PENCEGAHAN
WABAH DBD
Butuh
KEBERSAMAAN
maSalah keSehaTan meRuPakan kebuTuhan SeluRuh manuSia TanPa memandang STaTuS dan golongan. Semua oRang buTuh SehaT, TaPi belum Semua daRi kiTa yang menyadaRi bahwa hiduP SehaT haRuS diawali daRi diRi SendiRi, keluaRga dan lingkungan. Sudah SaaTnya kiTa meRubah Pola PikiR yang menganggaP “SehaT iTu mahal”, Sebab SebenaRnya yang mahal iTu adalah SakiT. keTika kiTa SakiT, akan membuTuhkan banyak biaya unTuk PeRobaTan daRi Pada menjaga keS-ehaTan yang cukuP dengan melakSanakan PRilaku hiduP beRSih dan SehaT.
PENCEGAHAN
WABAH DBD
Butuh
KEBERSAMAAN
Catatan : Ali Yustono
IF
O
KESEHATAN
yak penyakit pembanding seperti typus, tebrys dan malaria yang ditandai dengan penurunan trombosit pada darah dan di-awali dengan gejala demam. Padahal ada lagi proses selanjutnya.
“Pada kasus DBD, yang pertama minimal ada pemeriksaan torniquit yang dilingkari sekitar 2 cm baru nampak bintik-bintik merah yang mengarah pada kasus DBD, selanjutnya ada pemeriksaan laboratorium barulah bisa dinyatakan positif DBD. Tapi kalau hanya tahap perta-ma saja yakni berdasarkan trombositnya turun masih harus kita cari lagi, apakah pasien penderita typus atau penyakit lain-nya”, ujarnya mengawali pembicaraan.
Padahal, lanjut Abu Bakar Laia, yang kita inginkan adalah bagaimana su-paya akar persoalan (penyakit DBD) ini di masyarakat bisa selesai dengan baik. “Kalau kita mau masalah DBD di Tebing
Tinggi terselesaikan dengan baik, maka
masyarakat harus diajari bahwa pem-berantasan sarang-sarang nyamuk ada-lah yang paling utama. Memang fogging
dibolehkan, tapi dengan catatan, harus ada penyelidikan ependemologi, artinya,
kalau ada dua atau tiga orang demam,
tanpa sebab atau sekitar 20 rumah yang ada jentik dirumahnya, itu baru mendu-kung dilakukannya fogging. Tapi kalau hanya penurunan trombosit itu masih tanda tanya bagi kita, sebab kalau semua penyakit yang turun trombositnya, lalu divonis DBD, maka yang korban adalah masyarakat. Jadi tindakan fogging masih kurang efektif dalam pemberantasan de-mam berdarah, tapi kalau gotong royong membersihkan parit tersumbat, maupun genangan air, itu yang paling penting di-lakukan”, tandasnya.
Disebutkan juga bahwa ada hal
negatif yang bisa ditimbulkan dengan pelaksanaan fogging, jika terlalu ser -ing dilakukan. “Proses fogg-ing juga bisa merusak ekologi lingkungan, misalnya kalau kita fogging tentunya ada makhluk hidup lainnya yang mati, tentunya hal itu
merugikan kita juga, sebab kita juga wa
-jib menjaga kelangsungan ekologi ling -kungan kita. Contohnya kalau kita terus melakukan fogging justru nyamuk itu bisa
resistent (kebal), sebab fogging hanya membunuh nyamuk dewasa pembawa virus DBD, sedangkan bibit nyamuk ae
-des aegypti yang ada di wadah air ter-genang, bak air warga ataupun di saluran tumpat tidak mati. Inilah yang menjadi akar masalah kasus DBD di masyarakat”, jelasnya.
Pada tahun 2011 ada kebijakan pen-canangan Tebingtinggi Bebas DBD dan
ditindaklanjuti dengan memorandum
dengan Askes bahwa masyarakat ditam-pung dalam program Jamkesda, lalu ada lagi kebijakan gratis pengobatan DBD se-hingga kasus DBD turun drastis dari 381 kasus di tahun 2010 menjadi 176 kasus pada tahun 2011.
Program yang dilakukan sejak tahun 2011 adalah pembentukan ‘kader juman-tik’ (pemantau jentik) perkelurahan dan lingkungan. Program itu dilakukan untuk membuka pikiran masyarakat bahwa ka-sus DBD tidak bisa selesai hanya dengan fogging, sebab dasar dari program pokok tersebut adalah bagaimana supaya setiap rumah masyarakat maupun di
lingkun-gan janlingkun-gan ada air tergenang sebagai
tempat berkembangnya bibit nyamuk aedes aegypti pembawa virus wabah de-mam berdarah denggue (DBD). “Jadi se-jak tahun 2011 lalu sudah dibentuk 356 orang kader jumantik yakni 2 orang kader di setiap lingkungan. Makanya kalau ada kasus DBD para kader jumantik akan diturunkan”, katanya.
Bila dilakukan analisis lapangan, ada “bias” dalam hal pemberantasan
wabah DBD, artinya, masalah DBD tidak murni hanya harus ditangani oleh Dinas Kesehatan saja, melainkan juga seluruh instansi terkait seperti Dinas Kebersihan dan instansi terkait lainnya, juga pihak kecamatan dan kelurahan hingga ling-kungan, semua harus bersama-sama melakukan pencegahan dan pemberan-tasan penyebaran wabah DBD.
Sebagai contoh, ada perbengkelan yang menumpuk-numpuk ban bekas atau wadah lain sebagai sarang nyamuk aedes aegypti, hal itu tentunya tidak bisa diselesaikan oleh Dinas Kesesehatan,
se-bab itu adalah wilayah camat dan lurah. “Seharusnya ada himbauan-himbauan dari pihak kecamatan dan kelurahan, juga kesadaran dari masyarakat itu sendiri”, imbuhnya.
Ibarat permainan olahraga sepak-bola, Dinas Kesehatan adalah “penjaga gawang”, “Kalau ada kejadian kasus DBD kamilah benteng terakhir, padahal sebe-narnya pemain ada sepuluh, pertama adalah masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan institusi lainnya.
Kes-ehatan adalah kebutuhan semua orang,
jadi semua harus bersama-sama “ber-main” menangani masalah kesehatan ini khususnya dalam pencegahan dan pemberantasan wabah Demam Berdarah Denggue”, ujarnya mengakhiri.***
IF
O
TO SINERGI
LINGKUNGAN HIDUP
koTa Tebing Tinggi
maSih
kekuRangan
gAs oksigen ?
kotA teBing tinggi DengAn suhu 31° C memiliki sumBer energi suryA yAng BesAr jikA DikelolA DengAn BAik. seBAliknyA DAPAt jugA men-jADi sumBer PetAkA, jikA DiBiArkAn tAnPA PenAtAAn temPerAtur yAng seDemikiAn tinggi seCArA lAngsung memPengAruhi keoPtimAlAn kerjA APArAtur negArA DAn mAsyArAkAt, sertA mengurAngi minAt BelAjAr sisWA. untuk menAnggulAngi ini, hAmPir Di setiAP kAntor PemerintAh DAn sWAstA DilengkAPi DengAn PenDingin ruAngAn, BAik meruPAkAn kiPAs Angin AtAu ACIF
O
LINGKUNGAN HIDUP
Pemerintah kota Tebing Tinggi secara umum dapat membuat Kota
Tebing Tinggi benderang di malam
hari, semakin lama semakin panas. Panasnya Kota Tebing Tinggi tersebut secara ekologi adalah hal yang wajar, sebanding dengan harga yang harus dibayar lingkungan untuk menyokong pembangunan di Kota Tebing Tinggi, yang membutuhkan pengalihan lahan kosong menjadi hutan beton di setiap jengkal kota ini. Lahan kosong yang sebelumnya hanya ditumbuhi rerum-putan kecil berubah menjadi gedung-gedung perkantoran dan pemukiman masyarakat, selanjutnya lahan dan
halaman gedung tersebut langsung
dicor beton atau diaspal untuk lapan-gan parkir.
RoSoT kaRbon.
Untuk memperindah Kota Tebing Tinggi, digalakkan pembangunan dan peremajaan taman kota dengan tanaman yang miskim tajuk seperti bunga-bungaan sehingga tak sulit bagi kita untuk menjumpai taman di setiap kota, namun sangat disayangkan pada kenyataannya penduduk Kota Tebing
Tinggi saat ini tidak mutlak membutuh
-kan taman. Kota Tebing Tinggi mem-butuhkan pepohonan bertajuk besar sebagai rosot karbon dan mampu memproduksi gas oksigen untuk kebu-tuhan bernafas. Bukankah setiap orang pada saat belajar di bangku sekolah dasar diajarkan bahwa pepohonan
berfotosintesa untuk menghasilkan
oksigen dan menyerap gas karbon ? Kota Tebing Tinggi dengan jum-lah penduduk 146.000 jiwa. Jumjum-lah penduduk yang sedemikian besar tentu dalam proses respirasinya akan
mengeluarkan gas karbon sedemikian besar serta memerlukan gas oksi
-gen yang besar juga untuk bertahan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan sejumlah pohon yang bertajuk besar di Kota Tebing Tinggi. Kegunaan pohon yang ditanam di samping memenuhi kebutuhan gas oksigen, penyerapan gas karbon, juga
menstabilkan temperatur dan
meng-atur suhu dalam tanah.
Jika diambil konversi satu hek-tar hutan alam terdiri dari 100 batang pohon (Arifin 2001), serta Zoeraini, satu hektar hutan selama satu jam mampu menyerap 8 kilo gas CO2 sama dengan pengeluaran gas CO2 dari 200 proses pernafasan manusia, dan penyerapan CO2 pada proses fotosintesa akanb menghasilkan O2. persenyawaan gas-gas pada fotosintesa membutuhkan 0.74 kg CO2 dan menghasilkan 0.54 kg O2. Berdasarkan data tersebut , maka setiap pohon yang berfotosintesa menyerap 1 (satu) kg CO2 akan menge-luarkan 0.73 kg O2.
Berdasarkan konferensi tersebut,
didapatkan bahwa kebutuhan gas O2 bagi manusia setiap jam adalah (8:200) 0,73 = 0,0292 kg atau 0,7008 kg/hari. Kebutuhan O2 untuk seluruh penduduk Kota Tebing Tinggi yang berjumlah 146.000 orang adalah 146.000 x 0.7008 kg = 102.316,8 kg/hari. Maka O2 untuk kebutuhan bernafas sebanyak102.316,8 Kg/hari, setara dengan produksi gas O2 dari 74.691 batang pohon bertajuk besar atau sekitar 746.91 Ha lahan hu-tan buahu-tan. Artinya pada saat ini, kota kita ini membutuhkan sekitar 74.691 batang pohon bertajuk besar.
Jika seluruh gas karbon yang ada di Kota Tebing Tinggi terserap pohon,
maka kota ini tidak akan membutuh -kan pendingin udara lagi di siang hari. Melihat sedemikian besarnya kebutu-han gas O2 yang dibutuhkan penduduk Kota Tebing Tinggi untuk bernafas, maka sudah saatnya Walikota dan
Wakil Walikota melaksanakan ke
-bijakan pertamanan dengan taman pepohonan yang besar tajuk.
Perlu disadari bersama untuk pemenuhan kebutuhan O2 tersebut, diharapkan berasal dari produksi pepohonan yang ditanam penduduk secara sukarela dan pepohonan yang dikelola Pemko dan Pemkab yang berdekatan dengan Kota Tebing Tinggi. Pemenuhan O2 yang sedemikian besar, dan upaya menyerap CO2 perlu
dilakukan kerja sama dengan semua
pihak terkait, hal ini telah diamanatkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009, tentang per-lindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang menekankan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku pembangunan.
Berdasarkan perundangan tersebut perlu dilakukan himbauan
bagi seluruh penduduk Kota Tebing
Tinggi untuk menanam minimal satu
batang pohon untuk setiap rumah tangga. Serta satu batang pohon bagi setiap kendaraan bermotor yang dimiliki, dan perlunya diterbitkan payung hukum untuk memaksa pelaku pembangunan, untuk mena-nam sejumlah pohon sesuai dengan produksi jumlah karbon yang dihasil-kan kegiatan usahanya. Budihasil-kankah
dunia internasional, juga telah
WANITA
PnS waniTa
YANG
beRjilbab
DAN YANG
TIDAK
beRjilbab
berpakaian tidak hanya sekedar untuk menutup tubuh, yang memberdakan dengan mahluk selain manusia. berbagai cara orang membuat busana yang dikenakannya. baik dengan menutup hampir seluruh tubuh, bahkan ada orang mengenakan pakaiannya hanya secara apa adanya. dan tidak jarang kita lihat mereka mengenakan dengan senangnya berjalan di kota-kota. hal ini jelas akan menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan. bahkan akan terjadi gangguan-gangguan kepada si pemakainya.
Kalau kita perhatikan orang-orang yang mengenakan pakaian dengan penutup kepalanya, dan kita sebut jilbab. Pasti ia akan menjadi lebih aman dari segala gangguan yang menimpanya. Baik di jalan raya atau di tempat tertentu. Den-gan demikian, pakaian juga merupakan sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat pelindung dari kejahatan.
Kini banyak sudah kita perhatikan kaum PNS wanitanya telah banyak memakai jilbab. Hal ini merupakan suatu kema-juan kaum wanita PNS dalam menghadapi kemakema-juan. Pasti mereka merasa aman dari gangguan para lelaki yang selalu
usil.
Suatu hari penulis bertemu dengan seorang PNS wanita yang memakai jilbab. Ketika kita tanyakan apa penyebabnya kini memakai jilbab, sedang sebelumnya ia tak pernah
me-makai jilbab.
Iya pak, kini saya merasa aman dan kata orang-orang saya kelihatan lebih cantik. Padahal sebenarnya saya rasa perasaan itu tidak benar. Tapi itulah kenyataannya di mata orang banyak. Sebenarnya saya ingin memakai jilbab ketika saya telah berumah tangga. Tapi ini merupakan hidayah Tuhan kepada saya. Enak saya memakai jilbab ini, perasaan saya lebih
enak dan hati merasa lebih tentram.
Sebelumnya saya akan merasa risih dan panas, jika me-makai pakaian muslimah ini. Namun setelah pakai, perasaan itu tidak ada sama sekali. Segalanya berjalan lancar dan gang-guan di jalanpun tidak saya alami lagi seperti sebelumnya.
Itulah pengalaman saya sejak memakai pakaian musli-mah. Segala ejekan tidak lagi saya dengar. Sayangnya ia tidak
bersedia menerangkan di bagian mana
ditugaskan dan bernama siapa, jadi saya hanya menyebutkan sebagai PNS wanita saja. Jadi harap maklum bagi yang mem-baca tulisan ini. Namun sikap ini meru-pakan hal yang perlu diperhatikan wanita lainnya dalam berpakaian. Apalagi bagi seorang PNS yang selalu menerima para tamu masyarakat yang punya kepentingan. Hal ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak kalangan. Iya kan?
Namun, ada juga PNS wanita yang enggan memakai pakaian musliman sep-erti yang yang disebutkan di atas. Ia merasa belum siap menjalani secara teratur setiap harinya. Tapi ada saat-saatnya, ia akan memakai pakaian muslimah itu.
Hal ini dikatakannya pada penulis, ketika ia banyak melihat hal-hal yang tidak wajar banyak dilakukan wanita berjilbab, tapi melakukan perbuatan yang terku-tuk. Seperti ia pernah melihat di internet perbuatan wanita berjilbab melakukan per-buatan yang dilakukan sebagai suami istri. Jelas perbuatan ini merupakan perbuatan yang terlarang.
Bukan berarti ia tidak ingin memakai
pakaian muslimah lengkap dengan jilbab-nya, namun masa kini ia belum. Mungkin tak lama lagi ia akan memakainya. Alasan ini membuat penulis merasa tergoda untuk
lebih jauh untuk mengetahui ia masih
merasa belum siap, takut akan menjadi penyebab hal-hal yang tidak ia inginkan katanya dengan tegas.
Kedua PNS wanita yang kita lukiskan ini merupakan PNS yang berpendidikan S-1. Jadi jelas mereka berdua masing-masing telah menjalani kehidupan yang tidak sama kesehariannya. Yang satu telah merasa ini mungkin merupakan hidayah Tuhan terhadap dirinya. Sedang yang satu lagi hanya belum siap mengenakan pakaian
muslimah, karena ia telah melihat orang
mengenakan pakaian muslimah tidak ses-uai dengan perbuatannya, namun ia berjanji suatu saat kelak akan memakainya.
Cuma kita tidak bisa berandai-andai, kalau suatu saat kelak kita tidak sempat memakai pakain muslimah, apa tidak akan merugi sebagai seorang wanita yang be-ragama. Segalanya akan berpulang kepada setiap pribadi yang bersangkutan. Paka-ian akan menjadi ciri seseorang dalam pergaulan. Baik di kantor atau di tempat
kita tinggal.
Dengan demikian berpakaian tidak sekedar penutup tubuh, namun lebih untuk menjaga harkat kita sebagai manusia yang
berbudi dan berahlak mulia. Demikian
adanya.***
IFOTO SINERGI
IF
O
HUKUM
wawancaRa SineRgi dengan
Syafrin Effendi Harahap, SH, Kabag Ad-ministrasi Hukum dan Organisasi Pemko Tebing Tinggi“ Pada tahun 2011 sebanyak 16 Ranperda telah disahkan sementara untuk prioritas pada tahun 2012 akan disahkan sebanyak 5 ranperda, demikian Syafrin Effendi Harahap SH Kabag Ad-ministrasi hukum dan organisasi Pemko Tebing Tinggi mengawali pembicaraan
dengan SINERGI di ruang kerjanya.
UU Nomor 10 tahun 2004 tentang pembentukan peraturan daerah menjadi acuan dalam proses pembuatan Perda se-cara gamblang UU itu menyebut beberapa tahapan pembuatan perda, yaitu tahap per-encanaan, persiapan, tehnik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan dan penyebarluasan Tahap perencanaan dikenal dengan program legislasi. DPRD Melalui badan legislasi berupaya meyusun program legislasi yang akan diselesaikan. Berikutnya adalah tahap persiapan, penyusunan dan perumusan, tahap ini dikenal dengan satu istilah umum yaitu penyusunan rancangan peraturan daerah. Sebuah rancangan dan pengusulan RANPERDA bisa datang dari, Walikota, dan DPRD rancangan pengusulan perda dari lembaga tersebut tetap berpedoman kepada program legislasi daerah masing masing lembaga memiliki tata cara dan prose-dur penyusunan ranperda yang berbeda satu sama lain, misalnya rancangan dan pengusulan Ranperda yang datang dari Wa-likota. Penyusunan Ranperda bisa diakukan oleh SKPD ini disebut dengan pemrakarsa Ranperda penyusunan ranperda terlebih
dahulu diawali dengan membuat naskah
akademik mengenai materi yang akan diatur, penyusunan naskah akademik di-lakukan bersama dengan SKPD yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pera-turan perundang-undangan. Selanjutnya pelaksanaan penyusunan naskah akademik dapat diserahkan kepada perguruan tinggi atau pihak ketiga lainnya yang mempunyai
keahlian.
Proses selanjutnya adalah pemben-tukan panitia antar SKPD yang terkait dengan subtansi Ranperda oleh pemra-karsa penyusunan Ranperda itu sendiri dilaksanakan oleh Biro Hukum pada
lembaga pemrakarsa.
Ranperda yang sudah dirancang ke-mudian disampaikan kepada panitia antar SKPD. Dalam pembahasan Ranperda di tingkat antar SKPD diundang ahli dari Perguruan Tinggi atau orga-nisasi sosial politik (Orsospol), keprofesian lainnya, Ranperda itu bisa pula disebarluaskan kepada masyarakat untuk menda-pat masukan. Setelah itu pemrakarsa menyampaikan Ranperda kepada Kabag Hukum, jika Ranperda tersebut tidak ada persoalan dari segi subtansi maupun tehnis maka Ranperda tersebut diajukan kepada Walikota untuk selanjutnya disam-paikan ke DPRD. Tata cara penyusunan Ranperda yang dilakukan pemerintah berbeda dengan tata cara penyusunan dengan pengusulan Ranperda yang di buat DPRD. Usulan Ranperda yang dibuat oleh DPRD di kenal dengan hak inisiatif DPRD di lembaga legislatif. biasanya ada beberapa badan yang melakukan proses penyiapan suatu Ranperda diantaranya bisa disiapkan oleh fraksi, Badan legislasi atau badan lain seperti pusat pengkajian pelayanan data dan informasi atau tim perancang Sekretariat DPRD.
Untuk menyusun Ranperda, baik Baleg maupun Tim Ahli dari fraksi
memiliki mekanisme sendiri sendiri.
Baleg misalnya bekerjasama dengan perguruan tinggi untuk mengkaji dan mensosialisasikan beberapa Ranperda, Baleg juga mendapat draft Ranperda dari masyarakat sipil (Lembaga Swadaya Masyarakat). Sementara mekanisme yang berlangsung di fraksi, sebuah Ranperda biasanya merupakan amanat Musda partai, kemudian fraksi membentuk tim pakar yang merancang ranperda itu.
Pengusulan Ranperda oleh DPRD dapat dilakukan melalui Badan Legislasi, komisi, gabungan komisi. Dalam rapat paripurna pimpinan sidang mengumum-kan kepada anggota tentang adanya Ranperda yang masuk, kemudian ran-perda tersebut dibagikan kepada seluruh anggota, rapat paripurna akan memu-tuskan apakah ranperda tersebut secara prinsip dapat diterima sebagai ranperda dari DPRD, sebelum keputusan diterima atau tidak diberikan kesempatan kepada
Perda – perda yang telah disahkan pada Tahun 2011
Perda no.1 tahun 2011 tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah Kota Tebing Tinggi tahun anggaran 2011. Perda no.2 tahun 2011 tentang retribusi penggantian biaya cetak karu tanda pen-duduk dan akta catatan sipil.
Perda no.3 tahun 2011 tentang retribusi pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah dr H. Kumpulan Pane. Perda no.4 tahun 2011 tentang perubahan atas peraturan daerah Kota Tebing Tinggi no.14 tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja lembaga tehnis daerah Kota Tebing Tinggi
Perda no.5 tahun 2011 tentang pajak daerah
Perda no.6 tahun 2011 tentang retribusi daerah
Perda no.7 tahun 2011 tentang organisasi dan tata kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tebing Tinggi. Perda no.8 tahun 2011 tentang penyelenga-raan adm Kependudukan dan catatan sipil. Perda no.9 tahun 2011 tentang pertang-gung jawaban pelaksanaan APBD TA 2010. Perda no.10 tahun 2011 tentang perubahan anggaran dan belanja daerah Kota Tebing Tinggi tahun 2011
Perda no.11 tahun 2011 tentang standar pelayanan minimal bidang pelayanan doku-men kependudukan
Perda no.12 ahun2011 tentang peneta-pan nama gedung wanita Hajjah Sawiyah Nasution
Perda no.13 tahun 2011 tentang penetapan nama gedung olahraga Asber Nasution dan penetapan nama stadion Ramlan Yatim Perda no.14 tahun 2011 tentang penyertaan modal pemerintah Kota Tebing Tinggi pada Bank Sumut dan PDAM Tirta Bulian Perda no.15 tahun 2011 tentang rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) daerah Kota Tebing Tinggi tahun 2006-2025 Perda no.16 tahun 2011 tentang anggaran pendapatan belanja daerah 2012
TenTang PRoSeS
PembuaTan PeRda
fraksi-fraksi untuk memberikan pendapat. Ranperda yang sudah disetujui dalam paripurna. Selanjutnya di kirim ke provinsi untuk dieksaminasi.”demikian Syafrin Effendi Harahap Kabag Adminis-trasi hokum dan organisasi Pemko Tebing Tinggi mengakhiri perbincangan.**