• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nidhal Guessoum Mempertemukan Islam Deng

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Nidhal Guessoum Mempertemukan Islam Deng"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Nidhal Guessoum

“Mempertemukan Islam Dengan Sains Modern”

By Testiani Makmur (17300016079)

Pendahuluan

Salah satu ciri agama Islam yaitu penekanan terhadap masalah ilmu. Alquran dan Sunnah mengajak kaum muslim untuk mencari ilmu, hikmah atau kearifan. Dalam Islam ilmu memiliki peranan sangat penting, dan menjadi pilar dari segala kebaikan. Agama Islam adalah agama yang sangat dekat dengan ilmu dan pengetahuan, tidak ada ketidaksesuaian antara ilmu dan pengetahuan dengan dasar-dasar keyakinan Islam1. Imam Syafi’i mengutarakan untuk memperoleh dunia dan akhirat diraih melalui ilmu “Barangsiapa yang menginginkan dunia maka wajib atasnya memperoleh ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan akhirat maka wajib pula baginya mengetahui ilmunya”. Kemudian beliau mengatakan, “siapa yang tidak menyukai ilmu maka tidak ada kebaik baginya, maka antara dirimu dan dirinya tidak ada pengetahuan dan kepercayaan2. Begitupun dengan penutaran Imam Bukhari dan membuat suatu bab khusus dalam kitab Shahihnya dengan judul al-ilmu qabla al-qauli wa al-amal” intinya bahwa ilmu itu asas dari segala sesuatu, baik yang sifatnya perkataan maupun perbuatan. Tanpa ilmu segala sesuatu itu tiada membawa arti. Imam Malik dalam Adian Husaini berkata “orang yang mencari ilmu seharusnya memiliki sifat ketenangan, ketentraman dan rasa takut kepada Allah swt3. Ini mengindikasikan bahwa ilmu adalah sumber kebaikan. Dari ilmu itulah, peradaban Islam menjadi maju dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Jadi begitu tinggi dan mulianya kedudukan ilmu dalam islam, menandakan islam sangat menjunjungi tinggi ilmu dan tidak menantang sains serta mengharuskan untuk meraih ilmu.

Perlu dipahami sains tanpa agama adalah timpang (lame),sedangkan agama tanpa sains adalah buta/gelap (blind). Sebagaimana ungkapan Albert Einstein. Ini artinya kehidupan manusia memerlukan arah dan pedoman. Agama merupakan pedoman dan arah kehidupan. Manusia sudah pasti tidak hidup tenang tanpa agama. Manusia tidak hidup berkembang tanpa sains. Agama dan sains saling melengkapi. Manusia juga beriman dengan dasar-dasar sains. Iman dapat dilengkapi oleh sains, karena sains

1 Ikki R. Keddie, Sayyid Jamal ad-Din al-Afghani: A Political Biography (Berkeley: University of

California, 1972)

2 Mafatih Taddabur As-Sunnah II, Vol.I, hlm.30 (dalam Maktabah Syamilah) Lihat juga Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdizib, Vol.I, hlm.43)

(2)

merupakan matanya iman, dan iman sebagai hatinya sains. Sains akan sempurna kalau manusia memiliki agama. Agama akan mendalam dan terang bila diikuti oleh sains. Sains dan agama memberikan kita mata dan hati untuk meliht alam. Bahkan Majunya sebuah peradaban sangat ditentukan oleh bagaimana penghuni peradaban itu menempatkan ilmu pengetahuan dan agama secara seimbang. Keduanya adalah komponen yang tak terpisahkan satu sama lain, untuk mencapai ketenangan hidup dan melengkapi dan melengkapi keperluan jiwa manusia, sehingga manusia itu mencapai hidup yang seimbang4. Masa itu pernah dialami oleh umat Islam selama hampir 17 abad lamanya.

Prof Bj Habbie selalu mengutarakan supaya manusia menyandingkan Imtaq (iman dan takqa) dan Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia yang senantiasa harus dijaga. Imtaq menjaga agar manusia tidak tersesat dalam kehidupan. Sementara iptek diperlukan untuk membawa perubahan positif, kemajuan, dan kesajahteraan dalam kehidupan manusia. Tidak jauh berbeda dengan ungkapan Prof Jalaludin Rakhmat yang mengajak kaum muslim untuk menaruh perhatian pada sains sebaga panggilan ilahi.

Ilmu dalam Islam mencakup dua pengertian, pertama sampainya ilmu dari Allah ke dalam jiwa manusia dan kedua, sampainya jiwa manusia terhadap objek ilmu melalui penelitian dan kajian5. Cara memperoleh ilmu pengetahua diterangkan dalam Al-quran antara lain (1) Melalui eksprimen dan pengamatan indrawi6, (2) Lewat akal yaitu dengan jalan ta’aqqul, tafaqquh dan tazakkur (merenungkan, memikirkan, memahami dan mengambil pelajaran)7, (3) Lewat wahyu atau ilham, Allah dapat memberikan kepada manusia yang dikehendaki tanpa proses berpikir ataupun pengamatan empiris tetapi diberikan secara langsung8. Al-Qur’an merupakan kitab petunjuk bagi pembangunan manusia, dan ia berisi apapun yang dibutuhkan manusia di dalam keseluruhan iman dan

4 Muhammad Solikhudin, Rekonsiliasi Tradisi Muslim Dan Sains Modern Telaah Atas Buku Islam’s Quantum Question Karya Nidhal Guessoum, Kontemplasi, Volume 04 Nomor 02, Desember 2016

5Yazdi, Buku Daras Filsafat Islam (Bandung: Mizan, 2003)

6 (QS. Al 'Ankabuut: 20) Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

7 (QS. Al Baqarah: 164) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan

siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

8 (QS. Al Baqarah: 251) Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah[157] (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.

(3)

perbuatan, tidak bisa mengabaikan bahwa Quran berisi rujukan untuk beberapa fenomena alam sehingga dapat menjadi pesan bagi para ilmuwan atau saintis9. Qur’an juga mengandung metafisika, kosmologi dan ajaran tentang dunia dan akhirat10. Ghusyani11 mempaparkan ayat-ayat semesta agar manusia memikirkan alam semesta dengan ilmu pengetahuan antara lain (1) ayat-ayat mengambarkan elemen-elemen pokok objek atau menyuruh manusia untuk menyingkapkannya12, (2) Ayat-ayat yang mencakup masalah cara penciptaan objek-objek material maupun yang menyuruh manusia untuk menyingkap asal-usulnya13, (3)ayat Ayat-ayat yang menyuruh manusia untuk menyingkap bagaimana alam semesta ini berwujud14, (4) Ayat- ayat yang menyuruh manusia untuk mempelajari gejala-gejala alam15, (5) Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Allah bersumpah atas berbagai objek alam16, (6) Ayat-ayat yang dengan merujuk beberapa gejala alam, menjelaskan kemungkinan terjadinya kebangkitan17, (7) Ayat-ayat yang menekankan kelangsungan dan keteraturan penciptaan Allah18, (8) Ayat-ayat yang menjelaskan keharmonisan keberadaan manusia dengan alam semesta19. Bahkan terdapat dua puluh macam ilmu dalam Al-Quran yaitu Kosmologi, astronomi, Antrologi, ilmu Alam (fisika), Matematika, Sejarah, Antropologi, Geografi, Sejarah tentang alam, Geologi, Mineralogi, Biologi, Botami, Zoologi, Ekonomi, Pertanian, Perkebunan, Irigasi, Perdagangan, Arkeologi, Arsitektur, Psikologi, Sosiologi, Sekslogi, Fisiologi, Ilmu Kimia, dan Ilmu Kedokteran (pengobatan)20. Ini membuktikan bahwa Al-Quran memberi porsi yang besar terhadap semesta alam dalam berbagai aspek. Namun terjadi juga perselihan pendapat dikalangan para ulama tentang hubungan ayat-ayat Alquran dengan ilmu pengetahuan,

9 Mehdi Golshani, The Scientific Dimension of the Quran, dalam http://www.al-islam.org

10 Sayyed Hossein Nars, Islam Antara Cita dan Fakta (Yogyakarta: Pusaka, 2001)

11 Ghulsyani Mahdi,Filsafat-Sains Menurut AI-Quran (Bandung, Mizan, 1995) 12 QS. Ath Thaariq: 5, lihat Naquib AI-Attas, 1995:6

13 QS. Huud: 7, QS.AlMu'minuun: 12-14, QS. Al-Anbiyaa: 30, QS. Luqman:10 14 QS. AI Ankabuut: 20,

15 QS. Az Zumar:2, QS.Ar Ruum: 48, QS.Al-Baqarah:164

16 QS. Asy Syams: 1-6, QS. Al Waqiah: 75-76, QS.Ath Thaariq: 1-3

17 QS. AI Hajj: 5, QS. Yaa Sin: 81, QS. Ar Ruum:19

18 QS. An Naml: 88, QS. AI Mulk: 3-4, QS. Al-Hijr: 9, QS. AI Furqaan: 2, QS. AZ Zumar:5, QS. AI

An-biyaa:165

19 QS. Al-Baqarah: 29, QS. An-Nahl: 5, QS. Al-Hadiid: 25, QS. AI An'aam: 97,

(4)

dalam hal ini sudah berlangsung sejak lama. Imam Al-Ghazali menernagkan bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang Kemudian, yang telah diketahui maupun yang belum semua bersumber pada Alquran. Imam Asy-Syathibi (W.1388M) tidak sependapat dengan Al-Ghazali bahwa tidak semua ilmu pengetahuan disebut dalam Alquran.

Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islaman yang berarti patuh, tunduk dan menyerah21. Akan tetapi tidak berhenti sampai disituja saja. Islam juga mengajarkan cara dan bentuk ketundukan. Ketuhananlah yang akan menentukan cara dan bentuk ketundukan kepada Tuhan22. Modernisasi diupayakan berlangsung tanpa merusak keaslian dan otensitasnya sebagai agama wahyu23. Philip Clayton mendamaikan tradisi

keagamaan dengan ilmu pengetahuan tidak dapat dengan cara anti-modern dan fundamentalis24. Memaknai sains sebagai pengetahuan yang sistematis. Sains adalah suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan observasi, dan mencari hubungan-hubungan alamiah yang teratur mengenai fenomena yang diamati serta bersifat mampu menguji diri sendiri. Sains bertumpu pada obyektivitas yang dapat diuji ulang dan merupakan kontribusi semua ilmuwan di muka Bumi tanpa pandang bangsa dan agama. Mengingat sifatnya yang demikian maka tidak semua ilmu atau pengetahuan manusia dapat dikategorikan sebagai sains25. Akan tetapi sains modern membawa tata nilai peradaban modern, yakni materialisme dan kisah tragis kematian Tuhan. Oleh karena itu sains modern bergerak menuju deisme, kepercayaan bahwa Tuhan memulai alam semesta, tetapi Kemudian membiarkannya berjalan sendiri. Jika dianalogikan dengan jam, peran Tuhan seolah-olah dibatasi sebagai pembuat jam belaka, setelah itu diam kejauhan dan membiarkan jam berjalan sendiri sampai rusak26.

Di dunia Islam, menurut Zaenal Abidin Bagir paling tidak ada empat kelompok dalam membangun sains Islam, yaitu mazhab Instrumentalis, mazhab Creationist, mazhab I’jaz (perumpamaan), dan mazhab Sains. Dari keempat mazhab tersebut yang paling banyak penganut-nya adalah mazhab terakhir, sehingga ada empat model pengembangan

21 Ahmad Warson Munnawwir, Kamus Arab-Indonesia (Surabaya:Pustaka Progesif, 1997) 22Adian Husaini, Hegemoni Kristen-Barat (Jakarta: Gema Insani, 2006)

23 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung: Rosdakarya, 2000)

24 Philip Clayton adalah guru besar agama dan filsafat di Claremont Graduate University, serta penulis

buku God and Contemporar y Science and The Oxford Handbook of Religion and Science. Lihat Nidhal Guessoum, Islam’s Quantum Question: Reconciling Muslim Tradition and Modern Scince, (London: I.B Tauris and Co. Ltd, 2011), ii.

25 Agus Purwanto, Nalar Ayat-Ayat Semesta: Menjadikan Al-Qur’an Sebagai Basis Konstruksi Ilmu Pengetahuan (Bandung: Mizan, 2012)

(5)

“Sains Islam” dalam mazhab ini, antara lain: (a) model Islamisasi Ilmu, (b) Ilmuisasi Islam, (c) Rekonsiliasi Tradisi Muslim klasik dan Sains Modern, (d) Integrasi-Interkoneksi27.

Adapun ilmuwan Muslim yang berupaya merespon perkembangan sains modern dengan sudut pandang berbeda, di antaranya yaitu Seyyed Hossein Nasr, Al-Faruqi, Naquib al-Attas, Ziauddin Sardar, Mehdi Golshani, Fazlur Rahman dll. Salah satu tokoh kontemporer yang melanjutkan perjuangan mereka adalah Prof. Nidhal Guessoum. Kehadiran Guessoum di kancah diskursus “Islam dan Sains” semakin memperkaya pemikiran dalam dunia Islam. Salah satu karyanya yaitu rekonsiliasi tradisi muslim dan sains modern membangun sains islam dengan memadukan khazanah pemikiran islam klasik dengan sains modern untuk menjawab persoalan-persoalan kontemporer keumatan maupun kemanusian. Selain itu Guessoum mengajak umat Islam bergandengan tangan dengan sains modern (ilmu pengetahuan yang dihasilkan di luar Islam), serta menjauhkan prasangka terhadap Barat.

Prof Nidhal pada pengantar bukunya: Quantum Question: Reconciling Muslim Tradition mengutip dengan sangat indah pandangan integrasi sains dan agama. Beliau mengutip karya monumental Ibnu Rusyd, Fashl al-Maqal bain al-Hikmah wa al-Syari'ah min Ittishal. Bahwasanya syariah, wahyu tidak boleh dipertentangkan dengan sains, dan ilmu pengetahuan. Agama dan sains ibarat saudara sesusuan (a'ni anna al-hikmah hiya shahibat al-syari'ah, wa al-ukhtu al-radhi'ah). fa al-adziyyatu mimman yunsabu ilaiha asyaddu adziyyah, ma'a ma yaqa'u bainahuma min 'adawah wa baghdh'i wa musyajarah. wa huma muthahibatani bi thab'i. mutahabbatani bi jauhar wa al-gharizah (Fashl al-Maqal, h. 66-67).

Akan tetapi fenomena integrasi sains dan agama dalam dunia Islam memiliki beragam sikap dan respons umat Islam. Secara umum mereka dapat dibagi ke dalam tiga kelompok; pertama adalah mereka yang menerima sains seraya menginterasikan sains ke dalam Islam. Islam dipandang sebagai agama yang mendukung perolehan pengetahuan. Sains modern adalah pengetahuan dan perolehan pengetahuan adalah kewajiban bagi kaum beriman. Tiga kelompok ini senantiasa menghiasi perdebatan seputar hubungan Islam dengan sains modern. Tidak jauh berbeda yang dipaparkan oleh Ian G. Barbour setidaknya, ada 4 pola hubungan antara agama dan ilmu, yaitu Konflik (bertentangan), Independensi (masing-masing berdiri sendiri-sendiri), Dialog (berkomunikasi) atau

27 Zaenal Abidin Bagir (ed.), Science and Religion in a Post-Colonial World Interfaith Perspectives

(6)

Integrasi (menyatu dan bersinergi). Pemahaman mereka dalam hal itu berimbas pada cara pandang mereka terhadap peradaban Islam dan peradaban Barat serta hubungan antar keduanya28.

Biografi Dan Pendidikan Nidhal Guessoum

Prof. Dr. Nidhal Qassum dilahirkan di Al-Jazair pada tangga 6 September 1960 dari keluarga pecinta ilmu. Ayahnya berhasil mendapatkan gelar doktor dalam bidang filsafat dari Universitas Kairo dan Sorbonne, Paris. Ibunya mendapatkan gelar master dalam bidang sastra Arab, sedangkan keempat saudaranya tumbuh menjadi ilmuwan, dokter, dan guru sains yang semuanya menjiwa rasionalisme filsafat, metodologi sains modern, keindahan seni dan sastra, serta keseluruhan pandangan dunia mengenai Islam.

Sejak usia dini dan remaja dibesarkan dalam linkungan pendidikan tradisi budaya Muslim dan gemar mempelajari segala bentuk ilm pengetahuan dan agama. Sejak awal Nidhal Qassum menempuh pendidikan dengan menguasai dua bahaa dunia yaitu bahasa arab dan bahasa Prancis. Bahasa inggris dipelajari pada masa remajanya. Pendidikan formalnya dibidang fisika, tidak mengherankan tertarik dan terlibat penuh dalam berbagai penelitian atau riset astrofisika. Nidhal Qassum termasuk gemar membaca buku, baik filsafat maupun astronomi, khususnya yang berkaitan agama dan ilmu pengetahuan. Untuk lebih jelas perjalanan akademik dan karya Prof. Dr. Nidhal Qassum29 seperti tertera dalam tabal dibawah ini

Title and Institution  Professor of Physics and Astronomy, Interim Physics

Dept. Head, American University of Sharjah, UAE Education and

Academic Experience

 Ph.D. in Astrophysics (1988), University of California,

San Diego (USA)

 Post-Doctoral Research Associate (1988-1990):

NASA/Goddard Space Flight Center

 Faculty Member at: University of Blida (Algeria), College

of Technological Studies (Kuwait), American University of Sharjah (UAE)

 Department Chair/Head at: Physics Dept., University of

Blida (Algeria) and American University of Sharjah (UAE)

 Past President of Faculty Senate and Chair of various

academic committees at the American University of Sharjah (UAE)

28 Ian G. Barbour, Issues in Science and Religion (New York: Harper Torchbooks, 1966)

(7)

Publications and

Other Achievements:  Over 60 Astrophysics papers published in first- ratejournals and international conference proceedings; 36 international conferences attended.

 Invited visiting researcher by various international

academic institutions (17 times total) in the USA, the UK, France, and the Arab world.

 Invited speaker at several renowned universities, including

Cornell University (“University Lecture Series”), April 2009.

 Over 1 million dollars received in research grants from

various institutions (UAE, USA, France).

 Three books published (2 of them co-authored) in Arabic,

French, and English; 2 conference proceedings co-edited; 1 monograph published.

 Over 120 general-public articles published, most of them

in highly respected journals and magazines: 60 in Arabic, 40 in English, 20 in French.

 Over 100 guest-blog articles written on Science and

Religion.

 Interviewed in various international media outlets: BBC

World Service, Al-Jazeera, NPR, BBC Arabic, Al-Hurra TV, Le Monde; Radio France International; France 2; France Culture; others.

Gagasan Abdul Prof. Dr. Nidhal Qassum 1. Islam dan Kosmologi

Kosmologi termasuk ilmu yang unik diantara ilmu-ilmu yang lain, karena melingkupi keseluruhan universum fisikawi, jadi merangkul problem kesatuan-kesatuan alam yang konkret kodratnya serta dapat diamati30. Kosmologi sebagai ilmu yang membahas tentang alam semesta31. Ilmu yang menyelidiki dan mempelajari kosmos (alam semesta) yana biasanya didefinisikan sebagai segala sesuatu selain Tuhan Yang Maha Esa. Kosmologi, ilmu tentang sejarah, struktur, dan cara kerja alam semesta secara keseluruhan, telah berkembang selama ribuan tahun dalam beberapa bentuk: bersifat mitologi dan religius, mistis dan filosofis, bersifat astronomis32. Kosmologi kajian mengenai semesta sebagai suatu keseluruhan. Kosmologi pada prinsipnya terfokus pada persoalan bagaimana semesta berkembang seperti sekarang ini dan bagaimana semesta akan berubah di masa

30 A.Rahman Djay, Al Quran Dalam Focus Kosmologi Modern Dalam Ulumul Qura’an, No.4, Vol.1, 1990.

31 Iqbal, Science and Islam (Berulington: Ashgate, 1988)

32 Oward R. Turner, Science in Medieval Islam, An Illustrated Introduction, terj., Zulfahmi Andri, Sains

(8)

mendatang. Pada akhirnya, kosmologi juga bermuara pada persoalan mengenai bagaimana semesta bisa berada33.

Prinsip kosmologi islam ialah menetapkan keesan Tuhan dan martabat al-wujud (Gradution Of Being) secara metafisika menegaskan bahwa realitas pada dasarnya hanya satu, namun secara kosmologis alam yang dapat dirasakan dan dipikirkan merupakan salah satu dari beragam al-wujud yang ada. Seluruh ilmu keislaman dan lebih khusus lagi kosmologis menunjukkan kesatuan dan saling terkait dari segala eksistensi yang membawa kepada keesan ilahi34. Kosmologi dalam Islam berbicara bukan hanya satu tatanan kosmos yaitu tatanan fisik tetapi juga meliputi tatanan dunia lain yang non fisik35. Kosmologi pertama kali muncul dalam deskripsi wahyu Islam tentang kosmos36. Kosmografi sebagai ilmu yang muncul sejak masa Nabi dan para sahabatnya. Ilmu tersebut berasal dari ayat-ayat Al-quran dan dikonstruksi melalui penafsiran ayat-ayat tersebut. Penciptaan alam semesta sebagaimana termaktub dalam Al-Qur‟an, surat Ali Imran; 190-19137, memberikan informasi tentang penciptaan, struktur, dan perkembangan (evolusi) alam semesta adalah salah satu hal untuk mengingat kekuasaan Allah.

Kosmologi dalam Al-Quran yaitu (1) Alam semesta atau jagad raya (kosmos) merupakan makhluk ciptaan Allah swt dan Allah-lah yang mengendalikan sekaligus sebagai sentral alam semesta ini. Hal ini merupakan penolakan terhadap pandangan yang menyatakan bahwa kosmos ini ada dengan sendirinya secara alami, (2) Alquran hanya memberikan penjelasan secara global tentang proses kejadian alam ini, sehingga memberi

33 Bdk., Stuart Clark, op.cit.hal. 1; Paul Brockelman, Cosmology and Creation: The Spiritual Significance of Contemporary Cosmology (New York: Oxford University Press, 1999)

34 Sayyed Hossein Nasr, Science and Civilization In Islam (New York: The New American Library, 1970) 35 Ian Richard Netton, Allah Transcendent: Studies in the Structure and Semiotics of Islamic Philosopy,

Theologi and Cosmologi, dalam Kartanegara Mulyadhi, Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam, (Jakarta: Baitul Ihsan, 2006)

36Nasr, Introduction to Islamic cosmological Doctrines (Newyork: Suny Press, edisi revisi, 1993)

(9)

kesempatan siapapun untuk mengadakan penelitian menurut kemampuan pemikirannya, (3) Kosmos diciptakan dalam enam masa, maulai masih berupa asap, hingga terjadi seluuruh alam beserta isinya. Begitupun juga penciptaan langit yang tujuh termasuk didalamanya38. Berbeda dengan kosmologi Barat yang hanya mempelajari satu tatanan fisik, dalam Islam selain tatanan fisik juga meliputi tatanan dunia lain yang non fisik39

Oleh karena itu, kajian ilmiah mengenai keseluruhan alam semesta dan sifat-sifatnya dalam skala besar. Berupaya menggunakan metode ilmiah untuk memahami asal-muasal, evolusi, dan nasib akhir seluruh semesta. Melibatkan pembentukan teori-teori atau hipotesis-hipotesis tentang alam semesta yang dapat menghasilkan prediksi spesifik mengenai fenomena yang dapat diuji dengna pengamatan-pengamatan40. Pada dasarnya alam fisik atau jagad raya (kosmos) merupakan obyek penyelidikan ilmu-ilmu alam, khususnya fisika41. Ilmu tentang jagad raya ini setidak-tidaknya terdiri dari dua bagian yaitu (1) Penyelidikan kefilsafatan mengenai istilah-istilah pokok yang terdapat dalam fisik seperti ruang, waktu dan sebagainya, (2) Praanggapan-praanggapan yang terdapat dalam fisika sebagai ilmu tentang jagad raya.

Kosmologi modern dalam menjelaskan penciptaan alam semesta berpegang kepada teori big bang (Dentuman Besar). Kosmolog pertama yang merumuskan teori standar ini ialah Georges Lemaitre (1894-1966) kebangsaan Belgia pada 1927, alam semesta sebelumnya teremas dalam singularis yang Kemudian sekitar 15 milyar Tahun yang lalu meledak, pecah berkeping-keping dengan dahsyatnya42. Begitupun dengan ungkapan Baiquni menyatakan bahwa alam semesta (kosmos) tercipta dari ketiadaan sebagai goncangan volume yang membuatnya mengandung energy yang sangat tinggi dalam singularitas yang tekanannya menjadi negatif. Volume yang mempunyai kandungan energy yang luar biasa besarnya serta tekanan gravitasi yang negatif ini menimbulkan suatu dorongan eksplosif keluar dari singularitas. Tatkala alam mendingin, karena ekspansinya, sehingga suhunya merendah melewati 1000 trilyun derajat, pada umumnya 10-35 sekon, terjadilah gejala “lewat dingin”. Pada saat pengembunan tersentak, keluarlah materi yang memanaskan kosmos kembali menjadi 1000 trilyun-trilyun derajat, dan

38 Imam Syafi’ie, Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam Alquran (Yogyakarta: UII Press, 2000)

39 Mulyadhi Kartanegara, Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam (Jakarta: Baitul Ihsan, 2006),

40 Nidhal Guessoum, Islam Dan Sains Modern (Bandung: Mizan, 2014)

41 Louis O.Kattsoff, Pengantar Filsafat (element of philosophy), terjemahan Hasan Basri (Jakarta: Yayasan Obor, 1989)

(10)

seluruh kosmos terdorong membesar dengan kecepatan luar biasa selama waktu 10-35sekon43. Dapat dimungkinkan bahwa terjadinya fatq (pecah), atau terpisahnya bumi dari langit disebabkan adanya tenaga dahsyat yang meledak. Dengan tenaga tersebut membuat benda yang akan membentuk alam semesta seperti bumi terpisah dari benda langit. Kalau demikian halnya, maka teori big bang sejalan dengan keterangan44 QS.Al Anbiya: ayat 3045.

Pemahaman terhadap hakikat alam semesta mengelami beberapa tahap mulai dari klasik hingga modern. Teori-teori utama kosmologi Islam dapat dibagi kedalam teori yang bertendensi filosofis dan teologi yaitu filsuf Helenistik, kelompok Ikhwan Al-Safa, cendekiawan independen/ilmuwan dan para Sufi seperti berikut ini

Filsuf Helenistik

(Ibn Sina, Ibn Rusyd dan Para Filsuf)

 Konsep Ibn Sina tentang kosmos mirip dengan konsep Yunani, kecuali pandangannya tentng Sembilan lingkaran, bukan delapan seperti yang biasa dikenal (satu untuk bumi dan tujuh lain untuk planet-planet). Membayangkan bahwa setiap lingkaran pasti dikendalikan oleh sebuah kekuataan akal yang memerintahkan jiwa-jiwa, akal-akal, dan malaikat-malaikat untuk tunduk dibawah komando kekuatan akal yang utama. Panggabungan total antara dunia fisik dan dunia metafisik tidak hanya masuk akal, tetapi juga menyeluruh.

 Ibn Rusyd memperkenalkan sebuah tilikan baru yang menarik terhadap konsep lama mengenai kesatuan kosmos. Mengembangkannya dari sudut pandangan perubahan (bentuk tidak dapat dipisahkan dari keduanya kekal, maka kosmos pastilah statis meskipun terus berkembang.

Ikhwan Al-Safa

(Persaudaran Murni)

Kauh ikhwan percaya pada konsepsi organic tentang kosmos, didasarkan pada perspektif sufi, menganggap seluruh eksistensi merupakan kesatuan tunggal. Kelompok ini juga menganut sistim numerology alam semesta-mulai dari angka 1 yang dianggap mewakili eksistensi (wujud) hingga angka 0 yang mewakili tak terhingga atau esensi ilahi. Juga menyusun sebuah skema formal yang mengambarkan kosmos dari 1 sampai 9, sementara 10 melembangkan kosmos kembali kepada esensi yakni angka 0. Skema tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

1. Sang Pencipta (wujud) yaitu zat yang satu, sederhana, abadi dan konstan

43 Ahmad Baiquni, Al-Quran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Yogyakarta: Dana Bhakti, 1994)

44 Musthafa, Alam Semesta Kehancurannya Menurut Alquran Dan Ilu Pengetahuan (Alma’arif:Bandung, 1980)

(11)

2. Akal/kecerdasan terdiri dari dua jenis: kecerdasan yang sudah ada sebelumnya dan kecerdasan yang diperoleh/diupayakan

3. Ruh terdiri dari tiga jenis: nabati, hewan dan akal

4. Materi terdiri dari jenis: buatan, fisik, kosmik dan primordial

5. Alam semesta dibagi menjadi lima katagori: empat unsur alam (tanah, air, udara dan api) dan satu unsur langit (eter)

6. Tubuh atau objek memiliki kemungkinan ena arah: atas, bawah, depan, belakang, kanan dan kiri

7. Tujuh lingkaran, terdiri dari tujuh planet

8. Delapan elemen: empat elemen yang dikaitkan dengan empat karakteristik fisik (panas, dingin, lembab dan kering)

9. Tubuh duniawi/jasmani: mineral, nabati dan hewani yang masing-masing memiliki tiga jenis.

Cendekiawan Independen/ilmuwan

Al Biruni (973-1051)

Berbagai pengamatan dan penyelidikan terhadap alam semesta berkesimpulan bahwa hukum-hukum alam pastilah tetap dan tidak berubah seiring berjalannya waktu. Menerima kepercayaan kuno mengani siklus alam semesta dalam sejarah, termasuk pandangan menganai adanya kemusnahan secara bertahap, baik pada materi maupun karateristik morak makhluk hidup. Kosmologinya Al-Biruni mirip dengan pandangan para pemikir Yunani (khususnya Aristoteles dan Plotomeus yang menyatakan bahwa kosmos layaknya bola kerang yang berpusat dibumi).

Para Sufi

Ibn “Arabi” (1165-1240)

Pengetahuan tentang kosmos hanya dapat dicapai dengan melakukan perjalanan mistis melalui kosmos itu sendiri.

K

(12)

Tantangan kemudian bagaimana membangun sebuah teologi dapat mengawinkan konsepsi-konsepsi agama Allah dengan sebuah teologi alamiah (natural theology). Kosmologi modern, selain didasarkan pada pengetahuan ilmiah terbaru, juga mempehitungkan perspektif sosial dan budaya (disebut dengan mitos). Gambaran-gambaran tradisional, cultural bahkan agama justru sangat berguna dalam menyajikan kosmologi dewasa ini tanpa mengimpilikasikan adanya kompromi dalam kesimpulan ilmiah atau metodologi yang digunakan untuk menemukan sebuah pengetahuan46. Perlunya menyatu dual hal ini karena sains modern tidak mampu menemukan makna dibalik temuan-temuan yang dihasilkannya. Beberapa pemikir dan ilmuwan semakin menyakini bahwa pendekatan ilmiah murni terhadap kosmos tidaklah memuasakan. Kosmologi modern, alam semesta (yang didefenisikan sepenuhnya dan tak memerlukan Pencipta). Sains modern juga tidak membuka ruang terhadap transendasi atau pemaknaan.

2. Islam dan Argumen Rancangan (Keberadaan Pencipta)

Gagasan bahwa dunia (alam dan manusia) memperlihatkan tanda-tanda rancangan yang ‘gamblang’ dan mengisyaratkan keberadaan pencipta telah terungkap sejak dahulu kala dalam berbagai budaya. Pengamatan dan kesimpulan adanya pencipta ini lazimnya disebut sebagai argument rancangan atau argument (keberadaan pencipta) dari sebuah rancangan. Siapapun bisa dengan mudah menemukan contoh-contoh argument ini berserakan dalam tradisi-tradisi Islam. Dalam tradisi-tradisi filsafat kemanusian klasik (termasuk dan khususnya tradisi Kristen dan Islam) berkembang menuju argument rancangan berkembangan

(13)

Argument rancangan dalam islam begitu jelas Alquran menceritakan kisah Nabi Ibrahim sebagai renungan filosofis dan rasional pertama manusia terhadp alam semesta dan bagaimana renungan tersebut bisa mengantarkan seseorang kepada Tuhan. Tertera dalam QS Al-Anam:7747, dan QS. Al-An’am: 76-7848. Sementara itu pandangan ilmuan argumen rancangan versi tertua (Al-Kindi, Al-Baqillani, Al-Ghazali, Ibn Rusyd) hingga para pemikir muslim modern (kaum cendikiawan agama/ulama dari segala bidang keahlian, kaum filsuf termasuk cendiakwan ilmu sosial dari segala bida keahlian, para komentator dari disiplin atau minat lain, termasuk para saintis seperti (1) muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Muhamamad Tahar Bin Akhour49, (2) Muhammad Iqbal Talbi, Seyyed Hossein Nasr dll50, (3) Maurice Bucaille, Zaghlul, Al-Najjar, Harun Yahya dll51) menegaskan keteraturan, keindahan fenomena alam semesta sebagai pilar inti bahwa Dunia pasti memiliki pencita dan perancang. Untuk lebih jelas paparan mereka tentang argumen rancangan seperti tabel berikut ini

Al-Kindi Merujuk pada dalil al-‘inayah (argumen pemeliharaan atau kebajikan) menegaskan bahwa keteraturan dan keindahan fenomena alam semesta mustahil tidak memiliki tujuan apa atau merupakan kebetulan belaka

47 QS Al-Anam:77 (Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberiku petunjuk, pastilah aku termasuk orang yang sesat).

48 Al-An’am: 76-78 (Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) berkata: ‘inilah Tuhanku’ [...] Tatkala dia melihat bulan terbit, dia juga berkata: ‘Inilah Tuhanku’ [...] Begitu juga, tatkala melihat matahari terbiat, dia berkata: ‘Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar.

(14)

Al-Baqillani Dunia pasti memiliki pencipta dan perancang (Muhdist wa musawwir) “layaknya tulisan yang pasti memiliki penulis, lukisan yang pasti memiliki pelukis, dan bangunan yang pasti memiliki tukang bangunan.

Versi Tertua

Al-Ghazali Rancangan yang begitu menakjubkan menunjukkan luasnya pengetahuan sang pencipta, sedangkan kerapian segala sesuatu didalamnya juga menujuk kepada maksud-maksud sang pencipta. Ia menukan banyak sekali ayat Al-quran membahas seputar rancangan alam semesta seperti QS. Qaf:652, QS Al-Nahl: 10-1153. Ia mencari lebih banyak fenomena dan tanda-tanda rancangan diseluruh bagian alam semesta. Menyebutkan beberapa contoh

- Bintang-bintang berguna sebagai penunjuk arah dan waktu bagi manusia. Letak bulan dirancang khusus untuk membantu manusia saat beraktivitas pada malam hari - Kayu lebih ringan dibandingkan air agar perahu bisa

mengapung dan mengangkut manusia di lautan

- Spesies binatang-binatang begitu banyak, beraneka ragam dan selaras adalah tanda kemahakuasaan Pencipta. Masing-masing spesies tersebut memiliki peran yang harus dimainkan di alam semesta (termasuk estetika), sekaliun tak jarang perang tersebut sulit dikenali.

Ibn Rusyd Alasan dibalik luasnya paparan Al-quran mengenai rancangan adalah karena wahyu tersebut ingin mengajarkan manusia untuk memberdayakan segala potensi mentalnya dan perantara argument rancangan yang menurutnya sangat tepat. kesesuaiannya dengan ayat Al-quran dan pendekatan rasional modern terhadap teisme.

Yahya - Perhatikan sekeliling mu dari tempat dudukmu. Akan jelasbagimu bahwa segala sesuatu di ruangan itu adalah buatan’ [...] Orang yang hendak membaca sebuah buku mengetahui kalau buku tersebut ditulis untuk alasan tertentu oleh pengarangnya, [...] bukan sekedar hasil pengetahuan atau karya seni. Bahkan, tumpukan batu bata pun bisa membuat orang berpikir bahwa susunan tersebut memang telah

52 QS. Qaf:6 (Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?)

(15)

direncanakan secara khusus oleh seseorang tertentu.

- Bila kita mempelajari struktur atom-atom, kita akan melihat rancangan dan tatanannya yang luar biasa

- Sejatinya, setiap keberadaan diawali sebuah tatanan yang bercacat. [...] Pertama, elektron yang menemukan dirinya berada dalam sebuah inti atom kemudian mulai berkeliling mengitari inti tersebut. Lalu, atom-atom bertemu dan membentuk materi, dan dari semua proses inilah lahir benda-benda yang bermakna, bertujuan dan beralasan. Dari ketiga kutipan tersebut, sangat jelas bahwa Yahya mengemukan argumen rancangan yang paling sederhana. Maurice

Bucaille, Zaghlul,

Al-Najja

- Zaghloul Al-Najjar lebih tertarik untuk membuktikan kemukjizatan ilmiah dalam Al-Quran dibandingkan tunduk pada argumen rasional atau naturalistis mengenai keberadaan Tuhan

Jadi menurut Gesoum bahwa tulisan-tulisan muslim kontemporer, terdapat keterkaitan erat antara penekanan kuat atas argumen rancangan dan penolakan yang hampir total atau evolusi darwin sekalipun skenario-skenario evolusi materi alam semesta, semisal kosmologi dentuman Besar (Big Bang) usia alam semesta yang sangat tua, serta sistem tata surya dan bumi umumnya masih diterima. Para teologi dan pemikir Muslim menjadi enggan mengkaji argumen rancangan dan hanya berupaya menemukan aspek-aspek didalamnya yang tetap bisa mempertahankan kerangka teologis Islam dan paradigma evolusi biologis. Situasi ini jugalah yang membuat muslim acuh tak acuh dan menjadi penonton dalam berbagai perdebatan sengit (intelektual dan sosio-politik) di Barat seputar topik-topik intelegent design dari sudut pandang ilmiah, teologis atau sosiologis.

3. Islam dan Prinsip Antropis

(16)

Prinsip antropik menjadi topik yang sangat panas dan kontroversial karena ada dua alasan yaitu

Banyak orang meyakini bahwa semakin jauh manusia mengungkap alam semesta beserta skala ruang dan waktunya yang luas sekali serta keanekaragaman objeknya tak terkira, semakin sadar bahwa manusia sama sekali tidak istimewa dan hanya merupakan sebutir debu dalam lanskap semesta yang nyaris tak terbatas. Prinsip antropik menyiratkan bahwa semua parameter di alam raya ini telah disesuaikan untuk kehadiran manusia.

Penjelasan Guessoum dari sekian banyak ayat Al-quran yang mendukung Argumen Rancangan, ada beberapa ayat yang bisa ditafsirkan terkait dengan penalaan-halus alam semesta atau nilai penting kemanusian sebagai saranan atau tujuan penciptaan54. yaitu (1)

QS.Al-Rahman:7 ‘Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan)’, (2) QS.Al-Qamar: 49 ‘Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran’, (3) QS Al-Ra’d:8 ‘Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya’, (4)

QS.Al-Hajj:65 Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah

benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia’, (5) QS Al-Jatsiyah:13 ‘Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir’. Ayat-ayat tersebut bisa digolongkan kedalam dua jenis

(17)

Guessoum menujukkan setidak-tidaknya dalam pembacaan atas beberapa ayat Al-Quran bisa menemukan berbagai keselarasan antara gagasan penalaan halus kosmos dengan konsep-konsep taqdir (sesuai ukuran). Sementara mengenai konsep taskhir menyebutkan sebagai prinsip ultra-antropik. Konsep ini memposisikan manusia tepat dipusat pandangan hidupnya: manusia bukan hanya tujuan dari keseluruhan penciptaan, melainkan segala sesuatu memang telah diciptakan dan dibuat ‘tunduk’ (musakhkhar) kepadanya.

Jadi manusia diciptakan untuk beribadah kepada Tuhan, dan alam semesta hadir untuk memudahkan ibadah tersebut (baik secara fisik, emosi, dan batin) dengan cara melakukan perenungan atas alam tersebut. Penalaan halus dan prinsip antropik sebagai penegasa bahwa manusia “jelas terbukti” adalah pusat alam semesta, dan barangkalai alam semesta sebenarnya diciptakan untuk manusia. Namun harus tetap diingat bahwa tujuan penciptaan adalah alasan ilahi yang akan selalu berada diluar jangkauan pemahaman manusia.

4. Islam dan Evolusi ( Manusia dan Makhluk Hidup)

Pengertian evolusi secara harfiah berarti keadaan berkembang atau keadaan tumbuh. Selain itu evolusi adalah perkembangan tahap demi tahap. Jika menyebut teori evolusi, akan segera teringat Charles Darwin55. Pencetus teori evolusi adalah J.B De Lamarck (1774-1829M), Charles Darwin (1809-1882M), dan Alfred Russel Willace (1823-1913M), ketiga orang ini dianggap sebagai pencetus teori evolusi yang amat terkenal. Evolusi mencakup: (1) perubahan dalam waktu, (2) urut-urutan, (3) sebab musabab yang terkandung didalamnya, (4) sintesis yang kreatif56. Teori evolusi menunjukkan bahwa manusia yang ada saat ini merupakan hasil perkembangan yang secara berangsur-angsur dari waktu ke waktu, berurutan berdasarkan sebab musabab tertentu melalui proses sisntesis yang kreatif, dimulai dari hewan hingga membentuk menjadi manusia (homo

55 Ibid, hlm 101

(18)

species). Evolusi dalam Al-Quran ada beberapa ayat dianggap sebagai dukungan evolusi, baik evolusi manusia maupun biologis diantaranya: (1) Evolusi manusia QS.Nuh:14, QS. Al An'aam: 2, QS. Shaad: 71-71, (2) Evolusi biologis QS Al 'Ankabuut: 20, QS. Al Anbiyaa': 30, QS. An Nuur: 45.

Teori evolusi lebih banyak dibenarkan oleh para ilmuwan yang bergerak dibidang sains, walaupun sebagian kecil diantara mereka ada yang tidak setuju. Berbeda dengan sikap kalangan muslim soal evolusi tidak selalu negative dan kaku, baik era klasik islam modern dan islam kontemporer (beberapa decade setelah terbitnya teori Darwin). Mulai dari Abad Pertengahan hingga dewasa ini bahwasanya sikap dunia muslim masa-masa awal terhadap teori Darwin lebih bersahabat dan akomodatif, setidaknya dalam konsep evolusi teistik. Sementara sikap anti evolusi baru muncul dan mendominasi pada paro kedua abad ke-20 bersamaan dengan tumbuh kembangnya fundamentalisme57.

Pandangan Guessom tentang evolusi merupakan sebuah fakta alam tak terbantahkan karena adanya beberapa bukti observasional yang mendukung. Akan tetapi belum menyentuh semua bidang yang menjadi pokok permasalahan. Oleh karena itu perlunya sebuah teori-teori evolusi yang baru yaitu teori yang memasukkan unsure-unsur semisal pengaturan diri (self organization), bebera Neo-Lamarckisme, dan pengecelian peran seleksi alam ke dalam teori standarnya.

Kesimpulan

Perlunya menyatu dual hal (teologi dan sains) karena sains modern tidak mampu menemukan makna dibalik temuan-temuan yang dihasilkannya. Beberapa pemikir dan ilmuwan semakin menyakini bahwa pendekatan ilmiah murni terhadap kosmos tidaklah memuasakan. Kosmologi modern, alam semesta (yang didefenisikan sepenuhnya dan tak memerlukan Pencipta). Sains modern juga tidak membuka ruang terhadap transendasi atau pemaknaan.Tulisan-tulisan muslim kontemporer, terdapat keterkaitan erat antara penekanan kuat atas argumen rancangan dan penolakan yang hampir total atau evolusi darwin sekalipun skenario-skenario evolusi materi alam semesta, semisal kosmologi dentuman Besar (Big Bang) usia alam semesta yang sangat tua, serta sistem tata surya dan bumi umumnya masih diterima. Para teologi dan pemikir Muslim menjadi enggan mengkaji argumen rancangan dan hanya berupaya menemukan aspek-aspek didalamnya yang tetap bisa mempertahankan kerangka teologis Islam dan paradigma evolusi biologis. Situasi ini jugalah yang membuat muslim acuh tak acuh dan menjadi penonton dalam

(19)

berbagai perdebatan sengit (intelektual dan sosio-politik) di Barat seputar topik-topik intelegent design dari sudut pandang ilmiah, teologis atau sosiologis.

Alam semesta hadir untuk memudahkan ibadah tersebut (baik secara fisik, emosi, dan batin) dengan cara melakukan perenungan atas alam tersebut. Penalaan halus dan prinsip antropik sebagai penegasa bahwa manusia “jelas terbukti” adalah pusat alam semesta, dan barangkalai alam semesta sebenarnya diciptakan untuk manusia. Namun harus tetap diingat bahwa tujuan penciptaan adalah alasan ilahi yang akan selalu berada diluar jangkauan pemahaman manusia. tentang evolusi merupakan sebuah fakta alam tak terbantahkan karena adanya beberapa bukti observasional yang mendukung. Akan tetapi belum menyentuh semua bidang yang menjadi pokok permasalahan. Oleh karena itu perlunya sebuah teori-teori evolusi yang baru yaitu teori yang memasukkan unsure-unsur semisal pengaturan diri (self organization), bebera Neo-Lamarckisme, dan pengecelian peran seleksi alam ke dalam teori standarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adian Husaini, Hegemoni Kristen-Barat (Jakarta: Gema Insani, 2006) Adian Husaini, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Gema Insani, 2013)

Ahmad Warson Munnawwir, Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progesif, 1997) Afzalur Rahman, Al-Quran Sumber Ilmu Pengetahuan, Terjemahan H.M Arifin, (Jakarta:

Bina Aksara, 1989)

Agus Purwanto, Nalar Ayat-Ayat Semesta: Menjadikan Al-Qur’an Sebagai Basis Konstruksi Ilmu Pengetahuan (Bandung: Mizan, 2012)

Bdk., Stuart Clark, op.cit.hal. 1; Paul Brockelman, Cosmology and Creation: The Spiritual Significance of Contemporary Cosmology (New York: Oxford University Press, 1999)

Ghulsyani Mahdi, Filsafat-Sains menurut AI-Quran, (Bandung: Mizan, 1995)

http://www.nidhalguessoum.org/vvold/public_html/sites/all/modules/ckeditor/ckfinder/ userfiles/files/Nidhal%20Guessoum%20Short%20CV.pdf

Ian Richard Netton, Allah Transcendent: Studies in the Structure and Semiotics of Islamic Philosopy, Theologi and Cosmologi, dalam Kartanegara Mulyadhi, Reaktualisasi Tradisi Ilmiah Islam, (Jakarta: Baitul Ihsan, 2006)

Ian G. Barbour, Issues in Science and Religion (New York: Harper Torchbooks, 1966)

Imam Syafi’ie, Konsep Ilmu Pengetahuan Dalam Alquran (Yogyakarta: UII Press, 2000)

Ikki R. Keddie, Sayyid Jamal ad-Din Al-Afghani: A Political Biography (Berkeley: University of California, 1972)

Iqbal, Science and Islam (Berulington: Ashgate, 1988)

John Gribbin, In search of The Big Bang (t.t., Corgi Book, 1987)

Louis O.Kattsoff, Pengantar Filsafat (Element Of Philosophy), terjemahan Hasan Basri (Jakarta: Yayasan Obor, 1989)

(20)

Mafatih Taddabur As-Sunnah II, Vol.I, hlm.30 (dalam Maktabah Syamilah) Lihat juga Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdizib, Vol.I, hlm.43)

Muhammad Solikhudin, Rekonsiliasi Tradisi Muslim Dan Sains Modern Telaah Atas

Buku Islam’s Quantum Question Karya Nidhal Guessoum, Kontemplasi, Volume 04

Nomor 02, Desember 2016

Mehdi Golshani, The Scientific Dimension of the Quran, dalam http://www.al-islam.org

Nasr, Introduction to Islamic Cosmological Doctrines (Newyork: Suny Press, 1993) Nidhal Guessoum, Islam Dan Sains Modern (Bandung: Mizan, 2014)

Oward R. Turner, Science in Medieval Islam, An Illustrated Introduction, terj., Zulfahmi Andri, Sains Islam Yang Mengagumkan: Sebuah Catatan abad Pertengahan (Bandung: Nuansa, 2004)

Poedjawijatna, Manusia dengan Alamnya (Filsafat Manusia) (Jakarta: Bina Aksara, 1981) Primack, Joel&Abrams, Nancy Ellen, The View From The Center Of The Universe

(London: Fourth Estate, 2006)

Philip Clayton adalah guru besar agama dan filsafat di Claremont Graduate University, serta penulis buku God and Contemporar y Science and The Oxford Handbook of

Religion and Science. Lihat Nidhal Guessoum, Islam’s Quantum Question:

Reconciling Muslim Tradition and Modern Scince, (London: I.B Tauris and Co.

Ltd, 2011)

Sayyed Hossein Nars, Islam Antara Cita dan Fakta (Yogyakarta: Pusaka, 2001)

Sayyed Hossein Nasr, Science and Civilization In Islam (New York: The New American Library, 1970)

Zaenal Abidin Bagir (ed.), Science and Religion in a Post-Colonial World Interfaith Perspectives, (Australia: ATF Press, 2005)

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Pada formula satu digunakan essence orange dan sunset yellow sehingga menghasilkan warna oranye dan bau jeruk. Pada formula 2 digunakan essence strawberry dan

cake , cup cake chochip, dan brownies with pound cake. Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Maret-juni 2012 di Lab. Boga dan dirumah peneliti. Metode yang digunakan

Berdasarkan tabel di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa responden yang menjawab kuat perhatian terhadap perayaan pacu jalur adalah 19 orang yaitu 64,3 %,

(Amerika Serikat telah digambarkan sebagai bangsa para pendatang. Bahkan, sebagian besar orang Amerika memiliki seseorang di dalam latarbelakang keluarga mereka yang

Implikasi dari temuan ini adalah bahwa kemajuan usaha yang kurang didukung oleh kemampuan entrepreneurship merupakan kemajuan usaha yang tidak sustainable, oleh karena

SMA, tetapi lebih difokuskan pada upaya memberikan diskripsi atau gambaran tentang efektifitas penyelenggaraan pendidikan kesetaraan program paket C setara SMA di

Jumlah yang diperakukan itu dan perb~zaan dengan jumlah yang Ielah dibayar terse but akan menjadi bayaran terakhir klien kepada kontraktor atau pun hutang yang perlu