• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SEJARAH ISLAM DI TIMOR LESTE (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH SEJARAH ISLAM DI TIMOR LESTE (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SEJARAH ISLAM DI TIMOR LESTE

Di Ajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Mata Kuliah Sejarah

islam di Asia Tenggara

DOSEN PENGAMPU

Lisa Aisya Rasyid, M.Hum.

DISUSUN OLEH

Ricky Domili

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO

FAKULTAS USHULUDDIN

JURUSAN SPI

(2)

BAB I PENDAHULUAN

(3)

BAB II PEMBAHASAN A. Islam di Timur Leste

1. Kondisi Masyarakat Sebelum Masuknya Islam Di Timur Leste

Budaya dan kultur Timor Timur yang brkembang sesuai dengan kondisi alamnya yang terpisah oleh pegunungan dan dataran tinggi,sehingga masyarakat terpisah dan terbagi menjadi beberapa suku dan etnis. Setiap etnis dan suku diperintah oleh seorang raja yang disebut Liurai dan memiliki bahasa dan dialek yang berbeda.Selain bahasa tetun merupakan Lingua Franca seluruh suku, terdapat 35 bahasa dan dialek yang digunakan secara local, bahasa local itu antara lain bahasa Galole,Mambae,Takodade,Bunak,Kemak,Makase,Dagada,Idate,Kairul,Madiki,,dan Beikenu. Bahasa Tetun sebagai bahasa persatuan yang digunakan seluruh masyarakat merupakan bahsa yang digunakan bahkan sampai ke Atambua di wilayah Indonesia. Ternyata sejak lama bahasa Indonesia juga dikenal dan digunakan dalam pergaulan sahari-hari.

Dari segi sosial politik,diperkirakan daerah Timor Leste pernah menjadi wilayah pengaruh Kesultanan Malaka. Bukti tentang pengaruh malaka ini dapat kita lihat dari pantun Malaka yang menerangkan bahwa di timor terdapat kerajaan yang takluk pada kekuasaan kesultanan malaka. Dikatakan bahwa di Timor ada tiga kerajaan yang dipimpin oleh 3 orang Liurai(raja), yaitu Liurai Lorosa’e(Raja besar di wilayah Timor bagian timur) yang berkedudukan di liquisa,Liurai Laromanu(Raja Besar di Timor Bagian Barat) yang berkedudukan di Molo Fatumenutu, dan Liurai Waihale (raja besar di Timor Bagian Tengah) yang berkedudukan di Waihale,Kamnasa Betun (Atambua Sekarang).

(4)

2. Masuk dan Berkembangnya Islam di Timor Leste

Timor Leste, negara yang berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur itu, memiliki sejarahnya sendiri dalam mempertahankan Islam. Di negara yang hanya seluas 15,410 Km2 itu, meski minoritas, Islam tumbuh dan terus berkembang. Dari hampir satu juta penduduknya, hanya tiga persen yang beragama Islam. Kendati demikian, di negara itu Muslim terus mempertahankan identitasnya terhindar dari diskriminasi dan perselisihan.

Masuk dan berkembangnya Islam dan Timor Timur tidak bisa dipisahkan dari kedatangan pedagang-pedagang dari yaman dan Hadramaut ke Wilayah Nusantara. Terdapat pemukiman pedagang Arab di banyak kota pelabuhan Nusantara,mulai dari Aceh sampai ke Ternate dan Tidore. Menurut catatan, kedatangan pedagang Arab yang pertama di Timor Timur adalah Abdullah Afif,yang diperkirakan menetap di Dili sebelum 1512.

Menurut keterangan dari H.Abdullah Basyarewan (ketua MUI Timor Timur), Ketika portugis datang di Dili pada 1512, kedatangannya di pelabuhan di sambut pemuka masyarakat Dili, antara lain pemuka Arab bernama Abdullah Afif. Artinya, Abdullah Afif sudah datang sebelum tahun 1512. Kemudian diikuti oleh Habib Umar Muhdlar yang wafat di Dili dan dikebumikan di Lereng bukit Taibesi. Pada titik inilah diperkirakan Islam mulai masuk di Timor timur, bersamaan dengan gelombang perdagangan dari wilayah Nusantara lainnya di sebelah barat dan Utara.

Menurut beberapa catatan, para pedagang Arab datang melalui selat Malaka,Aceh,Pulau Jawa, terus ke kepulawan Maluku,kemudian ke Sorong,Kepala burung,(Irian Barat),selanjutnya ke Morotai dan akhirnya ke Timor. Di Kawasan Timor mereka masuk ke pulau Alor,Solor,dan kepulawan Maluku.

(5)

pedagang dan para Da’I yang berasal dari Indonesia Bugis Makassar dan Jawa yang datang belakangan. Dari uraiyan diatas dapat disimpulkan bahwa masuknya Islam di Timor Leste tidak jauh jarak masanya dengan masuknya islam di Nusantara lainnya,atau ter jadi sebelum masuk dan berkuasanya penjajah Barat.Namun sebuah kenyataan yang tidak dapat dibantah adalah bahwa Islamisasi periode awal ini kurang mendapat perawatan sehingga banyak yang kembali ke agama animism ataupun masuk Kristen.

3. Keadaan Muslim Pada Massa Indonesia (puncak kejayaan muslim Timor Leste) a. Sarana Peribadatan

Mesjid adalah sarana peribadatan yang paling penting. Salah satu mesjid tertua dan terbesar adalah mesjid An-Nur,yang sudah dimulai pembangunannya pada 1955. Sejak kehadiran pemerintah Indonesia di Timor (mulai saat itu dinamai Timor Timur), pembangunan mesjid An-Nur mengalami peningkatan yang cukup siknifikan mulai sejak itu mesjid ini kubahnya dibangun dengan cukup megah dan diperluas menjadi 2 lantai. Pada tahun 1993 terdapat 13 buah masjid (masjid An-Nur Kampung Alor, An-Nurul Huda Mantuto, Al-Amla Baucau, Al-Amin Baguia, Ikhlas Quelicai, At-Taqwa Lospalos, Ikhlas Luro,Nurul Huda Ainaro, Al-Ihsan same, Nurusy-Syuhada Liquisa)dan 37 buah mushala yang juga tersebar di seluruh wilayah Timor Timur.

b. Sarana Pendidikan Keagamaan

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pendidikan islam di Timor Leste sudah berjalan sejak lama, bermula dari pendidikan di masjid, kemudian berkembang menjadi pendidikan di sekolah khusus agama. Pada 3 oktober 1977 dimulai pembangunan lembaga pendidikan,yang kemudian berkembang menjadi Taman kanak-kanak (1978), Madrasah Diniyah (1976), Madrasah Tsanawiyah,dan Madrasah Aliyah An-Nur(1979).

c. Institusi Dan Lembaga Keagamaan

(6)

Mesjid,2 kelompok kasidah/gambus, 1 radio dakwah,6lembaga penerbit bacaan keagamaan.

d. Kebebasan Menjalankan Ibadah dan Kebanggaan Menjadi Umat Muslim

Sejak 1978 masyarakat Islam mulai mengikuti kegiatan keagamaan secara Nasional,seperti jmbore pramuka,MTQ. Selain itu juga rajin mendatangkan guru,da’I dari Jakarta dan Surabaya,baik yang menetap di Timor Timur maupun yang datang secara berkalamasyarakat merasakan kenikmatan dalam menjalankan keyakinan dan ritual keagamaan Islam dan bangga menjadi bagian dari umat islam.

4. Keadaan Muslim Pasca-Kemerdekaan (Kemunduran Islam Di Timor Leste)

Segera setelah menyatakan pelaksanaan Referendum, yang menyatakan bahwa rakyat Timor timur memilih merdeka dari Indonesia,dan berakhirnya kekuasaan Indonesia di Timor Timur, terjadilah kekacawan dan anarkisme yang sangat dasyat. Kekacauan ini terjadi karena pasukan Fretilin,yang tadinya bersembunyi di hutan-hutan, masuk ke kota dan melakukan pembalasan terhadap rakyat yang memihak Indonesia. Sebagai jawabannya,sisia-sisa pasukan RI, milisi pro-integrasi dan rakyat yang pro-Indonesia menolak hasil referendum dan mengadakan pembumihangusan hamper seluruh infra struktur. Akibatnya,diperkirakan lebih satu juta orang mati. Seluruh rakyat yang pro Indonesia dan umat Islam (baik yang datang sebelum intregrasi maupun yang datang setelah intregrasi) kebanyakan mengungsi ke wilyah Indonesia dengan menderita sepanjang perjalanan penjarahan seluruh harta hasil mata pencaharian mereka oleh frentilin atau pengacau keamanan. Sebagian lainnya memilih tetap bertahan di pemukiman khususnya di sekitar masjid An-Nur,tetapi dengan penderitaan yang juga luar biasa. Semua hubungan keluar masjid diputuskan, suplai bahan makanan di blokir,dan seluruh sarana media, dan pencapaian tertinggi peradaban umat islam yang dicapainya selama lebih dua puluh tahun dihancurkan secara bertahap dan pasti.

(7)

yang letaknya saling berjauhan tersebar banyak yan sudah beralih fungsi dan pemilik bahkan,(maaf) di antaranya ada yang beralih fungsi menjadi kandang kambing. Kebanyakan tokoh-tokoh yang sangat kuat dukungannya pada dakwah islam terbelah menjadi dua : yang kuat terpaksa mengungsi ke Indonesia sedangkan yang lain terpaksa menyesuaikan diri dengan perubahan situasi demi keselamatan.

Meski Islam mengalami penurunan drastis di Timor Leste dalam segi jumlah, semangat untuk tetap beribadah dan berdakwah di Bumi Timor Lorosae tetap terjaga. Kini, umat Islam di Timor Leste telah membentuk lembaga Islam Timor Leste yang bernama CENCISTIL (Centro da Comunidade Islamica de Timor Leste) atau Pusat Komunikasi Islam Timor Leste. CENCISTIL berdiri sejak 10 Desember 2000. Tujuan pendiriannya adalah sebagai wadah pengayom umat, corong suara Komunitas Islam Timor-Leste, sebagai lembaga yang berusaha menjawab kesulitan umat pascamelepaskan diri, serta untuk menjawab kebutuhan umat Islam ketika itu, kini, dan akan datang.

Keberadaan CENCISTIL sampai saat ini sebagai mitra pemerintah dalam pengurusan mengenai kepentingan umat Islam di Timor Leste. Di samping itu, CENCISTIL berkomitmen menjadi jembatan untuk membangun kerjasama antarmuslim di negara lain.

(8)

BAB III PENUTUP a. Kesimpulan

 Budaya dan kultur Timor Timur yang brkembang sesuai dengan kondisi alamnya yang terpisah oleh pegunungan dan dataran tinggi,sehingga masyarakat terpisah dan terbagi menjadi beberapa suku dan etnis. Setiap etnis dan suku diperintah oleh seorang raja yang disebut Liurai dan memiliki bahasa dan dialek yang berbeda

 Dari segi sosial politik,diperkirakan daerah Timor Leste pernah menjadi wilayah pengaruh Kesultanan Malaka. Bukti tentang pengaruh malaka ini dapat kita lihat dari pantun Malaka yang menerangkan bahwa di timor terdapat kerajaan yang takluk pada kekuasaan kesultanan malaka

 Sekitar abad XIV, di Laran Belu tercetus sebuah kesepakatan antara raja-raja Timor dan kesultanan malaka yang kemudian dikenal dengan “Kesepakatan Malaka Timor”,yang menyepakati kesetiakawanan antara Malaka dan timor.Kesepakatan tersebut lenyap bersamaan dengan lenyapnya kesultanan Malaka oleh serbuan portugis pada 1511

 Masuk dan berkembangnya Islam dan Timor Timur tidak bisa dipisahkan dari kedatangan pedagang-pedagang dari yaman dan Hadramaut ke Wilayah Nusantara. Terdapat pemukiman pedagang Arab di banyak kota pelabuhan Nusantara,mulai dari Aceh sampai ke Ternate dan Tidore. Menurut catatan, kedatangan pedagang Arab yang pertama di Timor Timur adalah Abdullah Afif,yang diperkirakan menetap di Dili sebelum 1512.

(9)

b. Daftar Pustaka

http://www.mirajnews.com/2014/04/cahaya-islam-di-timor-leste.html, diakses pada tgl 5/12/2017.

http://wartasejarah.blogspot.co.id/2014/07/sejarah-islam-di-timor-leste.html, diakses pada tgl 5/12/2017.

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilalihan atau intervensi Mahkamah Pidana internasional untuk mengadili kembali individu-individu yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan di Timor-Timur merupakan salah

Pada dasarnya warga eks pengungsi Timor-Timur yang berdomisili di wilayah Indonesia khususnya di Kabupaten Belu telah menjadi Warga Negara Indonesia tetapi menurut Uni

Sesuai dengan fungsi dan tujuannya, radio komunitas Islam berkepentingan memagari generasi muda dan umat Islam Timor-Leste dengan materi-materi/ kajian Islam untuk

Pada abad ke 17 ini merupakan puncak islamisasi sendiri ketika masyarakat telah mengenal budaya-budaya melayu serta islam dan para pedagang dari timur tengah sering menjadikan

Pada tahun 1975, ketika terjadi Revolusi Bunga di Portugal dan Gubernur terakhir Portugal di Timor Timur, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah Pusat di

Dengan adanya pusat perbelanjaan di kota Dili diharapkan dapat : - Meningkatkan perekonomian di dili timor Leste dan dapat - Menciptakan suatu lapangan kerja bagi masyarakat dili

Selain Hikayah Pocut Muhammad , sejarah juga mencatat bahwa ulama- ulama yang menjadi pimpinan Dayah, banyak yang datang dari luar negeri dan menetap di Aceh dalam

Apabila pemerintah Timor Leste melihat bahasa Indonesia ini dari sisi pertukaran dan silang budaya, bukan sekadar alat percakapan, bahasa Indonesia akan menjadi sangat strategis