• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PEMBELAJARAN SENI RUPA SISWA SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METODE PEMBELAJARAN SENI RUPA SISWA SD"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PEMBELAJARAN SENI RUPA ANAK

TUGAS KELOMPOK

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Metode Pengembangan Pembelajaran Seni SD Pengampu: Dr. Kamsidjo Budi Utomo, M.Pd.

oleh

KELOMPOK 5

Anna Ardiyani Musriyono (0103516099)

R. Gita Ardhy Nugraha (0103516101)

Muh Muhaimin (0103516102)

Ema Rahma Febriani (0103516103)

Dwi Setyowati (0103516106)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR (PGSD)

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...1

BAB I PENDAHULUAN...2

Latar Belakang...2

Rumusan Masalah...3

Tujuan Penulisan Makalah...4

BAB II PEMBAHASAN...5

Metode Eskpresi Bebas...5

Metode Kerja Kelompok...6

Metode Global...8

Metode Kerja Cipta...9

Metode Mencontoh...10

Metode Karya Wisata...11

Metode Demonstrasi...12

Metode Bimbingan...13

Metode Bermain...13

BAB III PENUTUP...15

Simpulan...15

Saran...15

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah sebagai lembaga pendidikan, sangat penting dalam proses pembelajaran. Program di sekolah dilaksanakan secara teratur dan sistematis, dengan sarana dan prasarana yang memadai serta peran guru sebagai pembimbing akan menghasilkan pemahaman yang cepat bagi siswa. Meskipun, dalam kenyataannya, banyak sarana dan prasarana yang masih kurang memadai terutama di Sekolah Dasar. Keberhasilan tentunya juga sangat ditentukan oleh berbagai faktor salah satunya harus ada keterkaitan antar komponen pembelajaran yaitu: tujuan, metode, media, materi, dan evaluasi pembelajaran.

Dengan adanya pendidikan seni di Sekolah Dasar anak dapat mengembangkan keterampilan berkarya serta cita rasa keindahan dan kemampuan menghargai seni. Dalam kurikulum 2004, pendidikan seni di Sekolah Dasar dilaksanakan melalui mata pelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian (Kertangkes) mempunyai tujuan: (1) mengembangkan kemampuan dan ketrampilan siswa melalui penelaahan jenis, sifat, fungsi, alat, bahan, proses dan teknik dalam membuat berbagai produk teknologi serta seni yang berguna bagi kehidupan manusia, (2) mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan kreatif, keterampilan, dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan dari berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara, dan (3) menumbuhkembangkan sikap profesional, kooperatif, toleransi, kepemimpinan, kekaryaan, dan kewirausahaan.

(4)

komponen kurikulum sekolah karena kegiatan seni berorientasi pada proses dan mengarah kepada creative thinking yang akan mencerdaskan anak didik” (Tumurang, 2006: 9).

Dalam perkembangannya, anak akan bermain, mencoret, mencoreng, dan berkomunikasi dengan teman-teman seusianya mengingat usia anak-anak didominasi dengan waktu bermain. Menggambar merupakan salah satu kegiatan yang disukai oleh siswa sekolah dasar yang cenderung memiliki karakter imajinatif dan ekspresif dalam menuangkan ide dan kesukaannya ke dalam media gambar. Sebagaimana dikemukakan oleh Dharmawan dalam Sumanto (2006:70) bahwa: “menggambar adalah kegiatan pengungkapan emosi dan perasaan yang timbul akibat pengalaman-pengalaman dari luar ke atas bidang gambar‟.

Pola perkembangan seni rupa pada masa kanak-kanak merupakan periode berkembangnya kreativitas dan karakteristik mental anak Pada rentang usia enam sampai sepuluh tahun merupakan masa keemasan dari ekspresi kreatifnya. Daya kreatif dan fantasi yang kuat dihasilkan pada jenjang kelas 1 sampai kelas 3 Sekolah Dasar. Dalam hal ini, potensi kreativitas dan imajinasi anak dalam kondisi puncak yang memungkinkan ekspresi kreatif dalam berkarya seni.

Namun, menggambar yang seharusnya menjadi media penyaluran kreasi siswa belum dieksplorasi lebih dalam oleh guru. Hal tersebut mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan dalam menggambar yang justru akan mengekang kreativitas, misalnya kebiasaan meniru objek gambar yang terdapat pada buku. Dampak lanjutan tersebut adalah metode pembelajaran seni yang kurang tepat sehingga aspek kebebasan berekspresi kreatif siswa yang seharusnya menjadi fokus utama pembelajaran kurang diolah dengan baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan, maka dapat rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

(5)

2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah dasar?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah yang diutarakan adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah dasar.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

METODE PEMBELAJARAN SENI RUPA ANAK 1. Metode Eskpresi Bebas

Metode ekspresi bebas (Prawira, 2004: 16) digunakan saat guru menghadapi para siswa di sekolah lanjutan dan dapat juga digunakan oleh para calon seniman yang sedang belajar pada guru

tersebut. Metode ekspresi bebas memberikan keluasaan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaan dan imajinasinya ke dalam penciptaan karya seni. Dalam jenjang pendidikan dasar, metode ini

kadang-kadang disalah artikan menjadi “menggambar bebas”, atau “menggambar sesuka hati”. Guru ada kalanya hanya mengintruksikan kepada siswa untuk melakukan aktivitas tanpa arahan dan tuntunan. Akibat yang terjadi adalah unsur ekspresi yang menjadi tuntutan dari metode ini terabaikan karena anak sering menyimpang dari tuntutan menggambar ekspresi. Jika kondisi di atas dibiarkan begitu saja maka dampak yang terjadi anak menjadi jenuh dan segan untuk mengikuti mata pelajaran pendidikan seni rupa. Dalam menggunakan metode ekpresi bebas untuk membelajarkan seni rupa pada siswa, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti:

a. Tema

Tema merupakan isi ungkapan yang akan disampikan oleh siswa pada saat mereka mendapatkan kesempatan untuk berkarya. Siswa diberikan kebebasan dalam memilih tema guna menuangkan perasaan dan imajinasinya dalam karya yang akan mereka buat. Tema yang cocok untuk siswa usia sekolah dasar adalah tema yang bersumber dari kehidupan sehari-hari dan lingkungan di sekitar

Gambar 1. Metode Ekspresi Bebas (sumber: http://ratnahar.blogspot.co.id/2011_03_01_archi

(7)

mereka. Guru dapat melakukan pendampingan pada saat siswa akan memilih tema untuk pembuatan karya seni yang akan dilakukan oleh siswa.

b. Media

Media adalah alat dan bahan yang dipilih dan digunakan siswa untuk menuangkan ide dan imanjinasinya dalam rangka mewujudkan bentuk ungkapan yang ingin mereka sampaikan. Penggunaan media tidak lepas dari prosedur dan tekniknya. Masing-masing prosedur dan teknik dalam penggunaan media mempunyai ciri khas dalam penerapannya di dalam ungkapan ekspresi seni rupa. Misalnya, teknik pulasan cat air dengan goresan oil pastel dapat dilakukan oleh siswa dalam mengembangkan teknik campuran penggunaan media. Dalam praktektnya, guru sebaiknya memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih media yang akan mereka gunakan untuk membuat sebuah karya. Jika seni rupa yang akan diajarkan adalah menggambar, biarkan siswa membawa media sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka masing-masing.

c. Gaya ungkapan

Gaya ungkapan sering dilupakan oleh guru dalam pendidikan seni rupa. Gaya ungkapan siswa dalam menuangkan perasaan dan imajinasi mereka sangat beragam. Contohnya dalam kegiatan menggambar, kebanyakan siswa melakukannya dengan tidak spontan, bahkan terdapat keraguan dalam gambaran mereka terutama pada siswa yang tidak mempunyai bakat pada seni rupa. Maka dari itu, jika menemui siswa yang seperti ini, gaya ungkapan akan sulit untuk diidentifikasi karena goresan-gorean yang siswa buat masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, guru setidaknya memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengungkapkan ide dan perasaannya agar siswa tidak merasa tertekan.

2. Metode Kerja Kelompok

(8)

dalam sebuah karya yang mewakili ide mereka. Kerja kelompok ini dimaksudkan untuk membuat karya seni rupa yang mempunyai ukuran besar dan menciptakan hubungan emosi antar siswa. Metode kerja kelompok terbagi dalam dua macam, yaitu kerja paduan dan kerja kolektif.

a. Kerja paduan

Kerja paduan adalah salah satu macam dalam metode kerja kelompok yang dilakukan dalam rangka untuk

menyempurnakan sketsa atau rancangan kasar yang telah dibuat oleh salah seorang siswa atau beberapa siswa sebelumnya. Kerja paduan biasanya dilakukan dalam

kegiatan menggambar.

Penyempurnaan sketsa dapat dilakukan dengan menggunakan bahan pewarna yang berbentuk

cair. Hal yang perlu diperhatikan dalam kerja paduan ini adalah bahwa bidang yang akan digambar harus berukuran lebih besar dari yang biasanya, serta memastikan siswa tidak kesulitan untuk menjangkau bagian tengah kertas untuk menghindari terinjak dan diduduki siswa. Posisi kerja paduan sangat beragam. Ada yang melakukannya dalam posisi duduk, jongkok, atau bahkan berdiri. Kerja paduan memungkinkan siswa untuk berlatih kekompakan dan kerjasama dalam menyelesaikan karya mereka.

b. Kerja kolektif

Kerja kolektif adalah salah satu macam metode kerja kelompok dalam seni rupa melukis atau menggambar yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok siswa. Kerja kolektif dilakukan dengan membuat sketa gambar pada ukuran kertas yang besar dan kemudian dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Anggota kelompok akan mendapatkan bagian kecil dari sketsa untuk diwarnai. Setelah selesai, bagian-bagian gambar akan disatukan kembali guna membentuk satu gambar utuh. Kerja kolektif menuntut

Gambar 2. Contoh Kerja Paduan dalam Menggambar (sumber:

http://www.kompasiana.com/rifkidikompas/serun

(9)

kerjasama yang baik diantara

anggota kelompok guna

memadukan komposisiwarna pada karya yang akan dihasilkan. Kerja kolektif dapat dilakukan juga pada seni rupa yang lain, seperti memahat atau membuat patung. Pembedanya, proses penyelesaian dilakukan secara bergilir setelah setiap kelompok menyelesaikan bagiannya masing-masing.

3. Metode Global

Metode global (Prawira, 2004: 25) dalam kegiatan menggambar merupakan metode yang biasa digunakan pada tahap awal menggambar bentuk. Tujuan utama penggunaan metode ini ialah agar para siswa

dapat menangkap bentuk keseluruhan dari bentuk model yang disediakan. Secara psikologis bentuk global mendahului penampakan bagian-bagian dari suatu benda yang diamati seseorang. Begitu juga ditinjau dari segi perkembangan siswa, pada saat siswa dapat melihat sesuatu, maka bentuk umum yang lebih dahulu dapat ditangkap oleh para siswa. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam melakukan pembelajaran seni rupa

dengan menggunakan metode global adalah sebagai berikut: a. Model

Model merupakan suatu benda atau beberapa benda yang disediakan untuk diamati, dan digambar secara mirip. Benda model diletakkan di tempat stretegis agar mudah diamati oleh semua siswa. Model yang akan digambar oleh siswa

Gambar 4. Metode Global dalam Menggambar (sumber: http://tempolagu.blogspot.co.id/2

015/10/belajar-menggambar-bentuk-dengan-obyek.html)

Gambar 3. Contoh Kerja Kolektif (sumber: https://daerah.sindonews.com/read/910738/22/ra

(10)

haruslah dipilih benda yang sederhana bentuknya sebagai tahap awal. Jika sudah dikuasai, benda model itu bisa ditingkatkan dengan model benda yang lebih kompleks (rumit).

b. Teknik penggambaran

Teknik penggambaran dapat dikerjakan dengan teknik siluet. Teknik siluet bisa menghasilkan gambar yang positif dan negatif. Siluet positif ialah siluet yang dibuat dengan cairan warna yang gelap warnanya dan menghasilkan gambar berwarna gelap pula. Gambar akan mirip seperti gambar bayangan lepas di dinding. Teknik siluet negatif mempunyai cara berkebalikan dengan cara siluet positif. Langkah pertama dilakukan dengan memulaskan kuas cairan berwarna membentuk sebuah lengkungan yang cukup besar ukurannya jika dibandingkan dengan kertas atau bidang gambarnya. Lengkungan itu secara berangsur-angsur diperkecil ukurannya sambil mengarahkan menuju bentuk keseluruhan sesuai dengan model yang disediakan.

4. Metode Kerja Cipta

Metode kerja cipta menurut Jefferson (dalam Cahyono: 2011) dapat diterapkan dalam kegiatan menggambar dekorasi, mendisain benda-benda kerajinan, menggambar reklame

dan sebagainya. Dalam

pelaksanaannya sebaiknya siswa ditunjang oleh keterampilan-keterampilan dasar dan menengah, karena keterampilan mencipta merupakan tingkat keterampilan lanjut yang matang (complex adaptive skill). Langkah-langkah

kegiatan metode kerja cipta sebagai berikut:

a. Guru memberikan pengarahan yang berfokus pada kedudukan konsep dalam proses kelahiran suatu karya.

Gambar 5. Metode Kerja Cipta (sumber: http://www.solopos.com/2014/09/17/foto-

(11)

b. Siswa mencoba menuangkan suatu konsep pada disain gambar dekorasi, reklame atau barang-barang kerajinan yang akan dibuat.

c. Selam proses percobaan berjalan, guru menganjurkan agar sumbang saran antarsiswa terjadi.

d. Guru memberi saran, petunjuk dan pengarahan mengenai konsep yang dikemukakannya serta memberi petunjuk dan jalan bagi para siswa yang mengalami hambatan.

e. Selama proses kerja mencipta berlangsung, keterampilan-keterampilan dasar dan menengah sudah harus betul-betul dikuasai sehingga proses kerja mencipta tidak terdapat hambatan.

5. Metode Mencontoh

Pamadhi (2012: 204), menyatakan bahwa metode mencontoh atau menirukan berbeda dengan metode mengkopi karena dalam metode ini siswa dituntut untuk melakukan kegiatan yang meliputi: penggayaan, percobaan, dengan contoh yang ada. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mencontoh (Tarjo, 2004: 139), diantaranya:

a. Metode mencontoh baik digunakan apabila ditujukan untuk latihan dasar keterampilan fisik, memperoleh bentuk yang sama walaupun ukurannya diperbesar atau diperkecil, memproduksi benda tradisional.

b. Memahami proporsi dan anatomi yang tepat dari benda yang akan ditiru. c. Kegiatan mencontoh harus memiliki makna bagi proses belajar siswa. d. Mencontoh tidak dijadikan kebiasaan.

e. Untuk memberikan daya tarik kepada siswa, model yang akan ditiru sebaiknya dipilih sendiri oleh siswa.

(12)

6. Metode Karya Wisata

Metode karya wisata membantu dalam pembelajaran apresiasi seni. Sabri (2007) dalam bukunya mengemukakan bahwa dalam tahap persiapan diperlukan tindakan-tindakan:

a. Memperhitungkan jumlah siswa yang akan berkarya wisata.

b. Mempersiapkan perlengkapan belajar yang diperlukan dalam mempelajari obyek.

c. Memberi penjelasan tentang cara membuat atau menyusun laporan.

d. Memperhitungkan keadaan iklim, musim, dan cuaca. e. Menjelaskan secara global keadaan obyek yang dikunjungi.

f. Membentuk kelompok-kelompok/regu-regu siswa dan menentukan tugas kegiatan untuk masing-masing kelompok

Adapun dalam pelaksanaannya siswa perlu:

a. Memperhatikan tata tertib selama berada di lokasi.

b. Melakukan observasi sesuai dengan tugas yang telah diberikan.

c. Memperhatikan semua obyek, mencatat dengan cermat semua keterangan dari juru penerang.

d. Memperoleh penjelasan sebaik-baiknya mengenai obyek yang diamati. e. Berani bertanya

Untuk tindak lanjutnya dapat dilakukan: a. Melengkapi catatan di kelas.

b. Menyusun bahan-bahan yang diperoleh dari tempat obyek, baik berupa benda asli, tiruan, gambar, catatan, atau laporan sebagai dokumentasi di kelas (display).

Gambar 6. Metode Karya Wisata (sumber: http://senirupasmadasolo.blogspot.co.id/2013/01

(13)

7. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah suatu penyajian pembelajaran yang dipersiapkan secara teliti untuk mempertontonkan sebuah tindakan disertai dengan ilustrasi dan pernyataan lisan maupun peragaan.

(Darmawang. dkk, 2008: 119). Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerja sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.

Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam. Langkah-langkah merencanakan atau mempersiapkan metode demonstrasi adalah sebagai berikut.

a. Rumuskan dengan jelas kecakapan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi dilakukan.

b. Pertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah itu merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.

c. Apakah jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas?

d. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan digunakan. e. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan.

f. Selama demonstrasi berlangsung, pastikan keterangan-keterangan dapat didengar jelas oleh siswa.

g. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa

Gambar 7. Metode Demonstrasi (sumber: http://vovworld.vn/id-ID/Reportase-Foto/Demon

strasi-barang-kerajinan-tradisional-dalam-

(14)

8. Metode Bimbingan

Menurut Dikdat Pendidikan Seni Rupa, dalam metode bimbingan, guru menjelaskan cara/teknik sesuai dengan pengalamanya dan menguraikan langkah-langkah pelaksanaan yang baku.

Sasaran utama pembelajaran dengan metode bimbingan adalah penguasaan teknis merancang, pengetahuan warna, teknik melukis, membuat huruf, menggambar, pengetahuan perspektif. Seperti diungkapkan di atas bahwa sasaran pembelajaran dengan menggunakan metode bimbingan ini biasanya

penguasaan teknik. Hal ini kurang mendukung dalam pembelajaran seni rupa di SD yang sasarannya adalah pengembangan diri anak baik kreativitas, sensitivitas, maupun imajinasinya.

Metode bimbingan akan bermanfaat jika guru hanya memberikan bantuan terbatas dalam bentuk saran, peragaan atau cara lain dalam menjelaskan suatu informasi jika dibutuhkan siswa. Guru yang kreatif akan selalu mengantisipasi setiap kebutuhan siswa-siswanya sekaligus guru siap membantu hal-hal tertentu dan titik-titik yang paling efektif. Jika hal ini dilakukan dengan tepat akan memotivasi siswa dalam berkarya seni rupa.

9. Metode Bermain

Moeslichatoen dalam (Astria, N., Made Sulastri, M. P., & Magta, M, 2015) menyatakan bahwa “metode bermain merupakan kegiatan yang dapat membantu mengembangkan kreativitas dan fisik motorik anak, yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan seperti: menggambar, menyusun, dan melukis dengan jari (finger painting). Finger painting (melukis dengan jari) merupakan salah satu kegiatan teknik melukis dengan mengoleskan cat pada kertas basah menggunakan jari jemari yang dapat dilakukan anak untuk menuangkan

(15)

imajinasinya melalui lukisan yang dibuat dengan jari jemari anak, dalam kegiatan ini dapat melatih motorik halus dan kreativitas yang dimiliki anak (Salin, dalam Yanti, 2014).

Pamadhi dalam (Astria, N., Made Sulastri, M. P., & Magta, M, 2015) menyatakan bahwa manfaat melukis dengan jari antara lain (1) sebagai media untuk mencurahkan

perasaan, (2) sebagai alat bercerita (bahasa visual/bentuk), (3) berfungsi sebagai alat bermain, (4) dapat melatih ingatan, (5) melukis dapat melatih berpikir komprehensif (menyeluruh), (6) dapat melatih keseimbangan, (7) dapat melatih kreativitas, dan (8) mengembangkan rasa kesetiakawanan yang tinggi dan dapat melatih koordinasi antara mata dan tangan dan (9) dapat meluweskan jari jemari anak.

Gambar 9. Metode Bermain Finger Painting(sumber:

(16)

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

Metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran seni rupa untuk siswa sekolah dasar antara lain: (1) metode ekpresi bebas, (2) metode kerja kelompok, (3) metode global, (4) metode kerja cipta, (5) metode mencontoh, (6) metode karya wisata, (7) metode demonstrasi, (8) metode bimbingan, dan (9) metode bermain. Masing-masing metode dapat diterapkan dalam pembelajaran seni rupa di sekolah dasar sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Dalam penerapannya, guru sebaiknya mempertimbangkan keefektifan, efektivitas, dan jumlah siswa sebelum memilih dari salah satu metode pembelajaran seni rupa yang ada guna mendapatkan proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

B. Saran

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Prawira, Nanang Ganda. 2004. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Seni Rupa. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Cahyono, Fajar. 2011. “Peningkatan Kemampuan Berkarya Seni Grafis Cetak Tinggi Teknik Hardboardcut Melalui Pendekatan Ekspresif-Kreatif Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri 25 Malang”. Artikel. Malang: Universitas Negeri Malang

Sabri, A. 2007. Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Ciputat: Quantum Teaching

Pamadhi, Hajar. 2012. Pendidikan Seni. Yogyakarta: UNY Press

Tarjo, Enday. 2004. Strategi Belajar Mengajar Seni Rupa. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Darmawang, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Kejuruan. Makassar: Badan Penerbit UNM

Sumanto. 2006. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak SD. Jakarta: Depdiknas

Tumurang, H. J. 2006. Pembelajaran Kreativitas Seni Anak Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas

“Pendidikan Seni Rupa Anak”. Diktat Pendidikan Seni Rupa. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Astria, N., Made Sulastri, M. P., & Magta, M. 2015. “Penerapan Metode Bermain Melalui Kegiatan Finger Painting untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus”. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(1).

Gambar

Gambar 2. Contoh Kerja Paduan dalam
Gambar 3. Contoh Kerja Kolektif (https://daerah.sindonews.com/read/910738/22/rasumber:tusan-pelajar-kulon-progo-cat-pot-bunga-1413117570)
Gambar 5. Metode Kerja Cipta (jambore-seni-rupa-anak-2014-kembangkan-sumber:http://www.solopos.com/2014/09/17/foto-cipta-rasa-dan-karsa-anak-537094)
Gambar 6. Metode Karya Wisata (sumber:
+4

Referensi

Dokumen terkait

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : ... Mata Pelajaran : Seni Budaya/Seni Rupa Kelas/Semester : VIII/2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : ... Mata Pelajaran : Seni Budaya / Seni Rupa Kelas/Semester : IX / I Alokasi Waktu : 2 x 40

b. Memahami proses pembelajaran seni rupa untuk meningkatkan apresiasi siswa khususnya terhadap karya seni terapan dengan metode mind map c. Mengetahui peningkatan kemampuan

Sebagai pendidik seni rupa, khususnya di sekolah dasar, tentunya gambaran tentang penggolongan masa gambar anak di atas banyak akan membantu dalam membimbing,

Kompetensi Umum : Setelah mengikuti tutorial, mahasiswa mampu menggunakan pengetahuan dan keterampilan seni (rupa, musik, tari) dalam proses pembelajaran seni di sekolah

Peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasi sangat signifikan, dibuktikan dari jumlah siswa yang kestandar kemampuan apresiasi seni rupa pada skor dasar

Peningkatan kemampuan siswa dalam mengapresiasi sangat signifikan, dibuktikan dari jumlah siswa yang kestandar kemampuan apresiasi seni rupa pada skor dasar

Pembelajaran seni rupa tempel di sekolah tersebut tidak hanya di lakukan di dalam kelas, tapi guru juga melibatkan siswa saat pembelajaran daring untuk belajar di luar kelas dengan