• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang undang bahasa indonesia. doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Undang undang bahasa indonesia. doc "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Undang-Undang Kebahasaan (UU 24/2009)

1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN

2.KOMPOSISI BAB I KETENTUAN UMUM 3 Pasal BAB II BENDERA NEGARA 20 Pasal BAB III BAHASA NEGARA 21 Pasal BAB IV LAMBANG NEGARA 22 Pasal BAB V LAGU KEBANGSAAN 6 Pasal BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN WN 1 Pasal BAB VII KETENTUAN PIDANA 6 Pasal BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN 1 Pasal BAB IX KETENTUAN PENUTUP 2 Pasal 3.UU 24 2009 BBLNLK

4. BAB I KETENTUAN UMUM PASAL 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: … 2. Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang

digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. … 6. Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara Indonesia di daerah-daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Bahasa asing adalah bahasa selain Bahasa Indonesia dan bahasa daerah. …. 5. PASAL 2 Pengaturan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu

kebangsaan sebagai simbol identitas wujud eksistensi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dilaksanakan berdasarkan asas: a. persatuan; b. kedaulatan; c. kehormatan; d. kebangsaan; e. kebhinnekatunggalikaan; f. ketertiban; g. kepastian hukum; h. keseimbangan; i. keserasian; dan j. keselarasan.

6. PASAL 3 Pengaturan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu

kebangsaan bertujuan untuk: a. memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatu-an Republik Indonesia; b. menjaga kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan c. menciptakan ketertiban, kepastian, dan standardisasi penggunaan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan.

7.BAB III BAHASA NEGARA BAGIAN KESATU UMUM

8. PASAL 25 (1) Bahasa Indonesia yang dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam Pasal 36 Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia

(2)

daerah. (3) Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa. 9. BAGIAN KEDUA PENGGUNAAN BAHASA

10. PASAL 26 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam peraturan perundang-undangan.

11. PASAL 27 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi negara. Penjelasan: Yang dimaksud “dokumen resmi negara” adalah antara lain surat keputusan, surat berharga, ijazah, surat keterangan, surat identitas diri, akta jual beli, surat perjanjian, putusan pengadilan.

12. PASAL 28 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat negara yang lain yang disampaikan di dalam atau di luar negeri. Penjelasan: Yang dimaksud dengan “pidato resmi” adalah pidato yang disampaikan dalam forum resmi oleh pejabat negara atau pemerintahan, kecuali forum resmi internasional di luar negeri yang menetapkan penggunaan bahasa tertentu.

13. PASAL 29 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan nasional. (2) Bahasa pengantar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan bahasa asing untuk tujuan yang mendukung kemampuan berbahasa asing peserta didik. (3) Penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk satuan pendidikan asing atau satuan pendidikan khusus yang mendidik warga negara asing.

14. PASAL 30 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pelayanan administrasi publik di instansi pemerintahan.

15. PASAL 31 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau perjanjian yang melibatkan lembaga negara, instansi pemerintah Republik Indonesia, lembaga swasta Indonesia atau perseorangan warga negara Indonesia. Penjelasan: Yang dimaksud dengan “perjanjian” adalah termasuk perjanjian internasional, yaitu setiap perjanjian di bidang hukum publik yang diatur oleh hukum internasional, dan dibuat oleh pemerintah dan negara, organisasi

(3)

16. PASAL 31 … (2) Nota kesepahaman atau perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang melibatkan pihak asing ditulis juga dalam bahasa nasional pihak asing tersebut dan/atau bahasa Inggris. Penjelasan: Dalam perjanjian bilateral, naskah perjanjian ditulis dalam bahasa Indonesia, bahasa nasional negara lain tersebut, dan/atau bahasa Inggris, dan semua naskah itu sama aslinya.

17. PASAL 32 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam forum yang bersifat nasional atau forum yang bersifat internasional di Indonesia. (2) Bahasa Indonesia dapat digunakan dalam forum yang bersifat internasional di luar negeri.

Penjelasan: Ayat (1) Yang dimaksud “bersifat nasional” adalah berskala antardaerah dan berdampak nasional. Ayat (2) Yang dimaksud “bersifat internasional” adalah berskala antar-bangsa dan berdampak internasional.

18. PASAL 33 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintah dan swasta. (2) Pegawai di lingkungan kerja lembaga pemerintah dan swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum mampu berbahasa Indonesia wajib mengikuti atau diikutsertakan dalam pembelajaran untuk meraih kemampuan berbahasa Indonesia. Penjelasan: Yang dimaksud dengan “lingkungan kerja swasta” adalah mencakup perusahaan yang berbadan hukum Indonesia dan perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia.

19. PASAL 34 Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam laporan setiap lembaga atau perseorangan kepada instansi pemerintahan.

20. PASAL 35 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam penulisan karya ilmiah dan publikasi karya ilmiah di Indonesia. (2) Penulisan dan publikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk tujuan atau bidang kajian khusus dapat

menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing.

21. PASAL 36 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nama geografi di Indonesia. (2) Nama geografi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya memiliki 1 (satu) nama resmi. (3) Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, kompleks

perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia. (4) Penamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dapat

menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing apabila memiliki nilai sejarah, budaya, adat istiadat, dan/atau keagamaan.

(4)

23. PASAL 38 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam rambu umum,

penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain yang merupakan pelayanan umum. (2) Penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disertai bahasa daerah dan/atau bahasa asing.

24. PASAL 39 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam informasi melalui media massa. (2) Media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing yang mempunyai tujuan khusus atau sasaran khusus.

25. PASAL 40 Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 39 diatur dalam Peraturan Presiden.

26. BAGIAN KETIGA PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA INDONESIA

27. PASAL 41 (1) Pemerintah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra Indonesia agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sesuai dengan perkembangan zaman. (2) Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh lembaga kebahasaan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah. Penjelasan: Ayat (2) Yang dimaksud dengan

“pengembangan bahasa” adalah upaya memodernkan bahasa melalui pemerkayaan kosakata, pemantapan dan pembakuan sistem bahasa, pengembangan laras bahasa, serta mengupayakan peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa

internasional. Yang dimaksud dengan “pembinaan bahasa” adalah upaya

meningkatkan mutu penggunaan bahasa melalui pembelajaran bahasa di semua jenis dan jenjang pendidikan serta pemasyarakatan bahasa ke berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, pembinaan bahasa juga dimaksudkan untuk meningkatkan kedisiplinan, keteladanan, dan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia. Yang dimaksud dengan “pelindungan bahasa” adalah upaya menjaga dan

memelihara kelestarian bahasa melalui penelitian, pengembangan, pembinaan, dan pengajarannya.

(5)

secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah di bawah koordinasi lembaga kebahasaan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai

pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

29. PASAL 43 (1) Pemerintah dapat memfasilitasi warga negara Indonesia yang ingin memiliki kompetensi berbahasa asing dalam rangka peningkatan daya saing bangsa. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai fasilitasi untuk meningkatkan

kompetensi berbahasa asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

30. BAGIAN KEEMPAT PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA MENJADI BAHASA INTERNASIONAL

31. PASAL 44 (1) Pemerintah meningkatkan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan. (2)

Peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasi oleh lembaga kebahasaan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai peningkatan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa

internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan

Pemerintah. Penjelasan: Yang dimaksud “bahasa internasional” adalah bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi antarbangsa.

32. BAGIAN KELIMA LEMBAGA KEBAHASAAN

33. PASAL 45 Lembaga kebahasaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2), Pasal 42 ayat (2), dan Pasal 44 ayat (2) dibentuk sesuai ketentuan peraturan perun-dang-undangan dan bertanggung jawab kepada Menteri.

34. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN

35. PASAL 72 Pada saat Undang-Undang ini berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang mengatur bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu

kebangsaan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti dengan peraturan baru berdasarkan Undang-Undang ini.

36. BAB IX KETENTUAN PENUTUP

37. PASAL 73 Peraturan pelaksana yang diperlukan untuk melaksanakan Undang-Undang ini diselesaikan paling lama 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang-Undang-Undang ini diundangkan.

(6)

PENGERTIAN MORFOLOGI

Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa

Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. Bunyi yang terdapat diantara morphed dan logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.

Morfologi menurut Wikipedia adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan-satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.

Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.

B. MORFEM

Morfem adalah satuan bahasa yang turut serta dalam pembentukan kata dan dapat dibedakan artinya. Morfem dapat juga dikatakan unsur terkecil dari pembentukan kata dan disesuaikan dengan aturan suatu bahasa. Pada bahasa Indonesia morfem dapat berbentuk imbuhan. Misalnya kata praduga memiliki dua morfem yaitu /pra/ dan /duga/.

Kata dugamerupakan kata dasar penambahan morfem /pra/ menyebabkan perubahan arti pada

kataduga.

1. Morfem Bebas

Morfem bebas adalah bentuk kata yang bisa berdiri sendiri dengan artinya, misalnya kata dasar. Contoh: buku, besar, jual. Kata dasar tersebut apabila tidak mendapat imbuhan tetap memiliki arti.

2. Morfem Terikat

Morfem terikat adalah bentuk kata yang selalu bergabung dengan morfem lain. Morfem terikat terbagi menjadi dua yaitu:

(7)

Morfem terikat morfologis yaitu morfem yang terikat oleh bentuk kata, terikat pada struktur kata,

misalnya imbuhan. Contoh:ber- pada kata beranak berarti menghasilkan anak. Jika ber- berdiri

sendiri tidak memiliki arti. b. Morfem Terikat Sintaksis

Morfem terikat sintaksis yaitu morfem yang mempunyai arti pada tataran kalimat, misalnya kata

sambung atau kata depan. Contoh: aku dan kamu pergi bersama. Katadan pada kalimat tersebut

apabila berdiri sendiri tidak memiliki arti.

C.ALOMORF

Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama yaitu merupakan unsur yang membentuk verba aktif (Hasan Alwi, dkk, 2003: 28). Setiap morfem mempunyai alomorf satu, dua, atau juga enam. Beberapa bentuk alomorf dari beberapa morfem yaitu:

1. Morfem ber-, mempunyai alomorf ber-, be-, dan bel-.

a.

Ber-Contohnya : bertamasya b.

Be-Contohnya : bepergian c.

Bel-Contohnya : belajar

2. Morfem me-, mempunyai alomorf me-, mem-, men-, meng-, menge-, dan meny-.

a.

Me-Contohnya : mewajibkan, merajut b.

Mem-Contohnya : membawa, mempunyai c.

Men-Contohnya : mencangkul, menulis, menndapatkan d.

Meng-Contohnya : menggulung, mengkaji e.

Menge-Contohnya : mengecat f.

Meny-Contohnya : menyapu, menyiram, menyingkir

D. AFIKSASI

(8)

bermacam-macam. Hal itu akan sangat bergantung pada segi tinjauannya. Menurut Suryadi Abdillah H. (2011), macam afiks dapat ditinjau dari posisi atau letaknya, asalnya, serta produktifnya, yaitu:

1. Afiks Ditinjau dari Letaknya.

Dari letak atau posisi melekatnya, afiks dapat dibagi menjadi empat macam yaitu prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, dan konfiks atau imbuhan gabungan.

a.Prefiks

Prefiks ialah afiks (imbuhan) yang ditempatkan di bagian muka dasar (mungkin kata dasar atau kata kompleks/ jadian).

Contoh:

ber - + jalan = berjalan, nosi dari imbuhan ber- pada kata berjalan adalah

melakukan tindakan jalan.

pe- + malas = pemalas, nosi dari imbuhan pe- pada kata pemalas adalah bersifat malas.

ter- + pandai = terpandai, nosi dari imbuhan ter- pada kata terpandai adalah paling pandai.

se- + kantor = sekantor, nosi dari imbuhan se- pada kata sekantor adalah sama-sama dalam satu kantor.

b.Infiks

Infiks ialah afiks yang diselipkan atau dilekatkan di tengah kata dasar. Contoh:

-el- + getar = geletar

-em- + getar = gemetar

-er- + gigi = gerigi

-in- + kerja = kinerja

c. Sufiks

Sufiks ialah morfem terikat yang digunakan di bagian belakang kata atau dilekatkan pada akhir dasar.

Contoh:

-an + hukum = hukuman, nosi dari imbuhan -an pada kata hukuman

adalah cara menghukum.

-nya + buku = bukunya, nosi dari imbuhan -nya pada kata bukunya

adalah menunjukkan kepemilikan.

-man + seni = seniman, nosi dari imbuhan -man pada kata seniman adalah orang yang ahli dalam bidang seni.

d. Konfiks

Konfiks ialah gabungan prefiks dan sufiks yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar. Contoh:

ber-an + datang = berdatangan, nosi dari imbuhan ber-an pada kata

(9)

ke-an + camat = kecamatan, nosi dari imbuhan ke-an pada kata

kecamatan adalah menyatakan tempat.

ber-kan + senjata = bersenjatakan, nosi dari imbuhan ber-kan pada kata bersenjatakan adalah memiliki atau memakai senjata.

meng-kan + kerja = mengerjakan, nosi dari imbuhan meng-kan pada kata mengerjakan adalah melakukan perbuatan.

2. Afiks Ditinjau dari Asalnya

Ditinjau dari asalnya, afiks bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu afiks asli dan afiks dari bahasa asing.

a. Afiks Asli

Afiks asli ialah afiks-afiks yang memang merupakan bentukan atau afiks dari bahasa Indonesia itu sendiri.

Contoh:

ke-an + adil = keadilan ter- + jatuh = terjatuh b. Afiks Asing

Afiks asing ialah afiks yang berasal atau hasil pungutan dari bahasa asing yang kini telah menjadi bagian sistem bahasa Indonesia. Untuk menyatakan suatu afiks bahasa asing telah diterima menjadi afiks bahasa Indonesia, apabila afiks tersebut sudah mampu keluar dari lingkungan bahasa asing dan sanggup melekat pada bentuk dasar bahasa Indonesia.

Contoh:

pra- + sejarah = prasejarah -ik + patriot = patriotik 3. Afiks Ditinjau dari Produktifitasnya

Ditinjau dari produktifitasnya, afiks bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu afiks improduktif dan afiks produktif.

a. Afiks improduktif

Afiks improduktif ialah afiks yang distribusinya terbatas pada kata-kata atau morfem-morfem tertentu saja, tidak dapat digunakan lagi untuk membentuk kata-kata baru.

Contoh:

-is + nasional = nasionalis -wi + manusia = manusiawi b. Afiks produktif

Afiks produktif ialah afiks yang memilki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem lain, sebagaimana tampak dalam distribusinya.

Jenis-jenis kata ulang bahasa indonesia

E. JENIS - JENIS KATA ULANG

(10)

b) Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh): Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar (bisa kata dasar maupun kata berimbuhan). Contoh: rumah-rumah, kejadian-kejadian.

c) Dwilingga salin suara (berubah bunyi): Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah satunya mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau lebih. Contoh: gerak-gerik, sayur-mayur. d) Kata ulang berimbuhan: Reduplikasi dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama

maupun pada lingga kedua. Contoh: bermain-main, tarik-menarik.

e) Kata ulang semu: Kata yang sebenarnya merupakan kata dasar dan bukan hasil pengulangan atau reduplikasi. Contoh: laba-laba, ubur-ubur, undur-undur, kupu-kupu, empek-empek.

f) Kata ulang utuh. Contoh: anak-anak, jalan-jalan, makan-makan.

g) Kata ulang sebagian atau kata ulang dwipurwa merupakan perulangan kata yang dialami oleh sebagian dari kata dasar, dengan kata lain perulangan kata hanya terjadi pada suku awal kata dasar, seperti: lelaki, tetua, seseorang. Di dalam kata ulang sebagian juga sering ditemukan kata ulang yang mendapat akhiran, seperti: pepohonan, rerumputan.

h) Kata ulang berubah bunyi adalah kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada akhir kata perulangan. contoh: sayur-mayur, bolak-balik.

F. MAKNA KATA ULANG BAHASA INDONESIA

1. Jamak (tak tentu). Contoh: Buku-buku itu telah kusimpan dalam lemari.

2. Bermacam-macam. Contoh: pohon-pohonan, buah-buahan.

3. Menyerupai. Contoh: kuda-kuda, anak-anakan, langit-langit, mobil-mobilan,

rumah-rumahan, kayu-kayuan.

4. Melemahkan (agak). Contoh: kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakit-sakitan.

5. Intensitas (kualitas, kuantitas, atau frekuensi). Contoh: kuat-kuat, kuda-kuda,

mondar-mandir.

6. Saling (berbalasan). Contoh: bersalam-salaman, tikam-menikam.

7. Kolektif (pada kata bilangan). Contoh: dua-dua, tiga-tiga, lima-lima.

8. Dalam keadaan. Contoh: mentah-mentah, hidup-hidup.

9. Walaupun (meskipun). Contoh: kecil-kecil.

10.Perihal. Contoh: masak-memasak, jahit menjahit.

11.Tindakan untuk bersenang-senang. Contoh: makan-makan, duduk-duduk, tidur-tiduran,

(11)

12.Agak. Contoh: kehijau-hijauan, kemerah-merahan.

13.Tindakan yang dilakukan berkali-kali. Contoh: berkali-kali.

14.himpunan. Contoh: berjam-jam.

15.Perbalasan (pekerjaan). Contoh: kunjung-mengunjungi, tuduh-menuduh,

Referensi

Dokumen terkait

(6) Nota Kesepahaman sebagaimana dimaksud pada ayat (5), ditindaklanjuti oleh para Kepala Unit Pengelola dalam bentuk Perjanjian Kerja Sama, rencana pelaksanaan

(5) Apabila Perjanjian Bersama sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat

Permasalahan lainnya yang dihadapi oleh Pemerintah Indonesia terkait dengan kedudukan atau status dari perjanjian pinjaman luar negeri atau nota kesepahaman (MoU)

1) Sebelum mempelajari bahasa Arab biasanya siswa telah menguasai bahasa daerah atau bahasa ibu, disamping bahasa nasional bahkan bahasa asing lainnya. Selain

(1) Perjanjian Kerjasama ini dimaksudkan sebagai tindak lanjut dari Nota Kesepahaman antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Tentara Nasional Indonesia

Penggunaan Bahasa Baku  Kesepahaman Yang Lebih Baik Istilah-istilah baku memiliki definisi yang jelas dan diterima secara umum,meminimalkan potensi kesalahpahaman antara pihak yang

Dokumen ini menunjukkan kerja sama Panwas Kecamatan Cimaung dengan berbagai pihak untuk memperkuat pengawasan pemilu melalui Nota Kesepahaman (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama

Standar kompetensi kerja nasional indonesia tentang Pengajar Bahasa Indonesia Untuk Penutur