MAKALAH
PENERAPAN BAHASA BAKU DAN NON BAKU DALAM BAHASA INDONESIA HUKUM
DOSEN PENGAMPU : WULANDARI ANWAR, S.Pd., M,Pd
DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :
Dea Alyatania Mingka 2306200524 Rylia Assyifa Aini Damanik 2306200491 Rheyna Deavriska 2306200512 Syahrul Ramadhan 2306200508 Kamarul Imam 2306200523 Sayed Muhammad Fachrezy 2306200525 Faiz Adityo Sani 2306200526
M Kausar 2306200511
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya yang telah melimpahkan rahmat hidayah dan inayah nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang penerapan bahasa baku dan non baku dalam bahasa Indonesia hukum.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan,oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi dari pembaca.
Medan, 1 Desember 2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 2
BAB II PEMBAHASAN... 3
2.1 Perbedaan Bahasa Baku dan Non Baku Dalam Konteks Hukum... 3
2.2 Dampak Penggunaan Bahasa Baku dan Non Baku ... 5
2.3 Proses Penyeleksian Istilah atau Kata-Kata dalam Bahasa Hukum.... . 6
BAB III PENUTUP... 7
3.1 Kesimpulan... 7
3.2 Saran ... 7
DAFTAR PUSTAKA ... iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa hukum adalah bahasa aturan dan peraturan yang bertujuan untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan untuk mempertahankan kepentingan umum dan kepentingan pribadi di dalam masyarakat dikarenakan bahasa hukum adalah bagian dari bahasa Indonesia modern,maka dalam penggunaan nya harus tetap monosemantik dan memenuhi syarat estetika bahasa Indonesia.
Monosemantik adalah hubungan antara ungkapan dan makna yang tetap dan tegas,sementara semantik adalah cabang linguistik yang menyelidiki tentang makna bahasa atau ilmu tentang makna atau arti yang mengandung makna atau arti yang terkandung dalam suatu bahasa,kode/lambang.
Salah satu persoalan yang dihadapi oleh para ahli bahasa atau calon ahli bahasa adalah kurang tersedianya buku acuan yang memuat berbagai konsep yang nantinya akan digunakan sebagai kerangka berfikir untuk menghadapi persoalan. Karakteristik bahasa hukum terletak pada istilah- istilah komposisi serta gaya bahasa yang khusus dan kandungan arti yang khusus.
1.1. Latar Belakang
Bahasa baku yang mempunyai pengaruh dalam segi bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menggunakan dua macam bahasa yakni bahasa baku dan non baku oleh karena itu bahasa tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Bahasa juga dapat dijadikan sebagai penghubung dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam kehidupan
Berkomunikasi diharapkan harus menggunakan tata bahasa yang baik,tentu saja penyampaian bahasa mudah di mengerti dan efektif sehingga pendengar mengerti dengan jelas maksud yang berbicara atau yang menulis dengan menhindari pemakaian kosakata dalam kalimat yang membingungkan. Maka dari itu gunanya tertib bahasa yang sehari-hari di sebut tata bahasa. Tata bahasa sendiri bidang ilmu yang menggarap masalah-masalah morfem serta penggabungan nya yang mencakup merfologi dan sintaksis(GLEASON dalam TARIGAN,1983:3). Oleh karena itu dengan definisi tersebut dapat memperjelas bahwa apabila terjadi penggunaan salah satu bahasa yang mempengaruhi bahasa secara keseluruhan.
Tata bahasa indonesia yang baku meliputi penggunaan kata kalimat dan paragraf yang sesuai dengan kaidah baku. Mempelajari dan memahami tata bahasa di anggap rumit dan ketidaksukaan kepada hal yang bersifat formal. Analisis kesalahan berbahasa dapat digunakan sebagai umpan balik bagi pengajaran bahasa,analisis kesalahan berbahasa Indonesia pada dasarnya adalah umpan balik bagi pengajaran bahasa Indonesia.
Seiring perkembangan,bahasa memegang peranan yang sangat penting. Memasuki dunia globalisasi yang di dalamnya terdapat banyak dinamika sosial yang menyebabkan manusia
ii
dengan tanpa sengaja telah membangun era komunikasi modern. Dengan dalam dunia hukum pun dituntut dalam penggunaan bahasa yang tepat untuk mengantisipasi terhadap dinamika sosial masyarakat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa perbedaan bahasa baku dan non baku dalam bahasa indonesia hukum ?
2. Apa dampak penggunaan bahasa baku dan non baku atau istilah informal dalam kontek hukum,terutama dalam kesulitan interpretasi dan risiko kesalahpahman ?
3. Bagaimana proses penyeleksian istilah atau kata-kata dalam bahasa hukum yang dapat dianggap sebagai bahasa baku atau non baku?
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Tujuan nya adalah untuk membedakan bahasa baku dan non baku dalam bahasa Indonesia hukum
2. Memberikan klarifikasi komunikasi hukum,menghindari resiko kesalahpahaman, 3. Memberikan aksesibilitas informasi hukum,keseragaman interpretasi,
4. Efisiensi system hukum untuk mengurangi keraguan yang mungkin timbul akibat penggunaan bahasa yang tidak konsisten atau tidak mempunyai standarisasi.
5. Guna untuk menciptakan lingkungan hukum yang jelas,dapat diakses dan dapat dipahami oleh semua pihak yang terlibat.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN BAHASA BAKU DAN NON BAKU
Bahasa hukum Indonesia adalah bahasa Indonesia yang digunakan dalam bidang hukum. Yang mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri. Oleh karena itu haruslah memenuhi syarat –syarat dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
2.1. PERBEDAAN BAHASA BAKU DAN NON BAKU
Bahasa baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku di dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar yaitu sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD),kamus besar bahasa Indonesia(KBBI) dan tata bahasa baku.
Bahasa non baku adalah ragam bahasa yang sering dipakai oleh masyarakat Indonesia. Kata yang berasal atau dipengaruhi oleh bahasa asing,bahasa daerah,dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Penggunaan kata tidak baku sering kita temukan pada percakapan sehari- hari,terutama ketika berkomunikasi dengan keluarga,sahabat,dan teman.
Yang terkandung dalam bahasa baku adalah : 1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah tertentu 2. Tidak dipengaruhi bahasa asing
3. Bukan bahasa percakapan
4. Pemakaian imbuhan pada kata bersifat eksplisit 5. Pemakaian kata sesuai dengan konteks kalimat 6. Kata baku bukan sebuah kata rancu
7. Kata baku tidak mengandung hiperbolis 8. Tidak mengandung pleonase
Yang terkandung dalam bahasa non baku adalah : 1. Umumnya digunakan dalam bahasa percakapan 2. Dipengaruhi bahasa daerah dan bahasa asing tertentu 3. Dipengaruhi dengan perkembangan zaman
4. Bentuknya dapat berubah-ubah
5. Memiliki arti yang sama,meski terlihat beda dengan bahasa baku.
Perbedaan antara bahasa baku dan non baku dalam bahasa Indonesia hukum mencakup beberapa aspek:
1. Ketetapan teknis
●Bahasa Baku : lebih cenderung menggunakan istilah dan frasa yang memiliki definisi yang sudah diakui dan diterima secara umum dalam konteks hukum.
●Bahasa Non Baku : melibatkan istilah-istilah atau frasa yang kurang dikenal atau tidak memiliki standar definisi,meningkatkan resiko kesalahpahaman
2. Formalitas
●Bahasa Baku : cenderung lebih formal dan terstruktur sesuai dengan norma bahasa Indonesia yang baku
●Bahasa Non Baku : cenderung lebih informal,menggunakan bahasa sehari-hari yang kurang sesuai dalam konteks hukum.
3. Kesesuaian dengan norma bahasa
●Bahasa Baku : Mengikuti norma dan aturan bahasa Indonesia yang telah ditetapkan
●Bahasa Non Baku : melibatkan variasi atau penyimpangan dari norma bahasa untuk mencapai tujuan komunikasi tertentu
4. Jelas definisinya
●Bahasa Baku : istilah dan frasa memiliki definisi yang jelas dan dapat dipahami oleh praktisi hukum
●Bahasa Non Baku : melibatkan istilah yang kurang didefinisikan dengan baik,menyebabkan kejelasan interpretasi.
5. Penerimaan oleh masyarakat hukum
●Bahasa Baku : umumnya diterima dan digunakan secara seluas-luasnya oleh praktisi hukum dan lembaga hukum
●Bahasa Non Baku : kurang diterima atau diangap tidak sesuai dalam lingkungan hukum
Dalam konteks hukum Indonesia penerapan bahasa baku sangat penting untuk memastikan kejelasan dan keakuratan komunikasi. Penggunaan bahasa baku dalam dokumen hukum,seperti
peraturan perundang-undangan,kontrak,dan putusan pengadilan,dapat mencegah interprestasi yang keliru.
Sebaliknya,penggunaan bahasa non baku atau istilah informal dapat menimbulkan ambiguitas dan kesalahpahaman. Oleh karena itu penerapan bahasa baku mendukung konsistensi dan kejelasan dalam system hukum.
Penting juga untuk memperhatikan bahwa penggunaan bahasa baku tidak boleh menjadi hambatan bagi masyarakat umum untuk memahami hak dan kewajiban mereka. Oleh karena itu,dalam penyusunan dokumen hukum,perlu mempertimbangkan keseimbangan antara ketetapan teknis dan kemudahan pemahaman oleh masyarakat luas.
2.2 APA DAMPAK PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN NON BAKU ATAU ISTILAH INFORMAL DALAM KONTEKS HUKUM,TERUTAMA DALAM KESULITAN INTERPRETASI DAN RISIKO KESALAHPAHAMAN
Penggunaan bahasa baku dalam konteks hukum memiliki dampak positif terhadap interpretasi dan risiko kesalahpahaman . berikut adalah dampaknya :
1. Penggunaan Bahasa Baku
Kesepahaman Yang Lebih Baik
Istilah-istilah baku memiliki definisi yang jelas dan diterima secara umum,meminimalkan potensi kesalahpahaman antara pihak yang terlibat dalam proses hukum
Kejelasan Dokumen Hukum
Dokumen hukum yang menggunakan bahasa baku cenderung lebih jelas dan mudah dipahami oleh praktisi hukum dan masyarakat umum,mengurangi risiko interpretasi yang salah
Ketetapan Teknis
Bahasa baku menciptakan konsistensi dan ketetapan teknis,memastikan bahwa frasa dan istilah yang digunakan memiliki arti yang sama di berbagai konteks hukum.
2. Penggunaan Bahasa Non Baku Atau Istilah Informal
Kesulitan Interpretasi
Penggunaan istilah informal atau bahasa non baku dapat menyebabkan kesulitan dalam menginterpretasi dokumen hukum,karena istilah tersebut mungkin tidak memiliki definisi yang jelas.
Risiko kesalahpahaman
Bahasa non baku meningkatkan resiko kesalahpahaman antara pihak yang terlibat,karena istilah yang digunakan mungkin memiliki makna yang berbeda bagi setiap individu
Ketidakpastian Hukum
Penggunaan bahasa non baku dapat menciptakan ketidakpastian hukum karena dapat memberikan ruang bagi interpretasi yang bervariasi,menyulitkan upaya penegakan hukum yang konsistensi.
2.3 BAGAIMANA PROSES PENYELEKSIAN ISTILAH ATAU KATA-KATA DALAM BAHASA HUKUM YANG DAPAT DIANGGAP SEBAGAI BAHASA BAKU DAN NON BAKU
Proses penyeleksian istilah atau kata-kata dalam bahasa hukum untuk ditetapkan sebagai baku atau non baku dan biasanya melibatkan otoritas linguistic atau lembaga standarisasi bahasa. Langkah-langkah proses penyeleksian istilah yaitu :
1. Kompilasi Istilah
Kumpulkan istilah-istilah yang sering digunakan dalam konteks hukum.
Identifikasi istilah-istilah tersebut dari dokumen-dokumen resmi,perundang- undangan,dan literature hukum.
2. Analisis Penggunaan
Evaluasi istilah yang digunakan dalam berbagai konteks hukum
Tinjau penggunaan istilah di dokumen-dokumen hukum yang berlaku 3. Perbandingan Dengan Bahasa Standar
Bandingkan istilah-istilah dengan aturan tata bahasa dan kamus besar yang berlaku
Pastikan konsistensi dengan bahasa baku umumnya 4. Uji Publik
Perbaiki atau sesuaikan istilah berdasarkan tanggapan dari komunitas hukum.
Lakukan uji public atau konsultasi 5. Standarisasi Resmi
Tentukan istilah-istilah yang dianggap baku dan tetapkan dalam standar resmi bahasa hukum
Gunakan panduan penggunaan dan arti istilah tersebut.
Proses ini dapat berbeda di setiap yuridiksi atau bahkan dalam konteks organisasi tertentu. Pemeliharaan dan pembaharuan berkala pada istilah-istilah tetap relevan seiring waktu.
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penerapan bahasa baku dan non baku diatur melalui proses standarisasi yang melbatkan ahli linguistic,ahli hukum,dn pemangku kepentingan. Bertujuan untuk menciptakan keseragaman dan kejelasan dalam penulisan serta interpretasi dokumen hukum. Pemantapan istilah dan kebijakan pembaruan berkala guna membantu menjaga relevansi dalam konteks perkembangan hukum di Indonesia.
Bahasa baku memberikan kejelasan arti dan mencegah penafsiran ganda,mendukung keberlanjutan komunikasi yang efektif di lingkungan hukum dan digunakan untuk istilah-istilah hukum yang telah ditetapkan secara resmi dan konsisten. Sementara itu bahasa non baku mencerminkan variasi penggunaan istilah yang belum sepenuhnya diatur,bahasa non baku juga masih dalam proses penetapan atau belum diakui sebagai standar resmi.
Penerapan bahasa baku dan non baku dalam konteks bahasa hukum Indonesia memiliki tujuan untuk meningkatkan kejelasan konsistensi dan pemahaman terhadap bahasa hukum.
3.2 SARAN
Adapun pembuatan makalah ini berdasarkan dari beberapa referensi yang penulis cari,baik dari buku maupun dari jurnal internet. Jika pembaca mendapat kekeliruan di dalam artikel ini kami sangat mengharapkan kritik,saran dan masukan yang membangun dari pembaca guna untuk memperbaiki makalah ini. Sepatutnya di koreksi dan di kritisi,karena sumbangsih karena kritik maupun saran akan bermanfaat demi kemajuan proses pembelajaran kedepannya,dibalik kekurangan makalah ini,penulis sangat berharap dapat memberikan manfaat dan tercatat sebagai amal kebaikan
DAFTAR PUSTAKA
Nurul Qamar Jurnal & Hardianto “Peranan Bahasa Hukum”.revisi: 18 Oktober 2017;
disetujui diterbitkan: 18 Oktober 2017. Jurnal Google Scholar
https://www.hukumonline.com/berita/a/pentingnya-bahasa-dalam-pembentukan-regulasi-dan- penegakan-hukum-lt61b06f09c97dc 8 Desember 2021
https://www.kompasiana.com/murnirialestari22/6114bf9206310e69305971b5/dampak-buruk- penggunan-bahasa-tidak-baku 12 Agustus 2021
iii