• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Budidaya Tanaman Indonesia. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Budidaya Tanaman Indonesia. pdf"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH JARAK TANAM DAN PEMBERIAN

PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN

DAN HASIL TANAMAN JAGUNG

(Zea mays L.)

LAPORAN LENGKAP

AKBAR WIRAWAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

(2)

ii

PENGARUH JARAK TANAM DAN PEMBERIAN

PUPUK ANORGANIK TERHADAP HASIL DAN

PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

(Zea mays L.)

LAPORAN LENGKAP

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Nilai Praktikum Pada Fakultas Pertanian Universitas Tadulako

AKBAR WIRAWAN

E 281 15 011

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

(3)

iii

Judul : Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Pupuk Anorganik

Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Nama : Akbar Wirawan

Stambuk : E 281 15 011

Kelas : AGT 1

Palu, Desember 2017

Menyetujui,

Koordinator Asisten Bidang Budidaya Tanaman

Asisten Penanggung Jawab

Mustakim, SP Made Yustriani

E 281 13 075

Disahkan Oleh,

a.n. Dosen Penanggung Jawab Praktikum Koordinator Umum Praktikum Integrasi

Semester Ganjil Tahun 2017-2018

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya ilmiah ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

2. Dalam karya ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

3. Pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku diperguruan tinggi ini.

Palu, Desember 2017

Yang membuat pernyataan,

(5)

v

RINGKASAN

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Lengkap

dengan judul “Pengaruh Jarak Tanam dan Pemberian Pupuk Anorganik

Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.)” dengan

baik. Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan matakuliah Budidaya Tanaman di Fakultas Pertanian Universitas Tadulako.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian Laporan Lengkap ini, terutama kepada yang terhormat :

1. Dr. Ir. Usman Made, MP. sebagai Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah Budidaya Tanaman.

2. Mustakim, SP. sebagai Koordinator Praktikum Bidang Budidaya Tanaman.

3. Made Yustriani. sebagai Asisten Penanggung Jawab Praktikum Budidaya Tanaman.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan Laporan Lengkapini, namun sebagai manusia tidak luput dari kesalahan dan kehilafan. Olehnya itu dengan penuh rasa rendah hati penulis menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun. Semoga lapora ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Amin

Palu, Desember 2017

(7)
(8)

viii

4.1.1 Tinggi tanaman... 17

4.1.2 Jumlah daun ... 19

4.1.3 Diameter Batang... 22

4.1.4 Umur berbunga ... 24

4.1.5. Umur muncul rambut ... 24

4.2 Komponen Hasil ... 25

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 26

5.1 Kesimpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

LAMPIRAN ... 28

(9)

ix

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Kombinasi Perlakuan Berbagai Dosis pupuk dan jarak tanam (FiPi)

dan berapa kali pengulangan ... 13 2. Rata-rata Tinggi Tanaman jagung dari masing-masing minggu

pengamatan ... 17 3 Rata-rata jumlah daun pada tanaman jagung dari setiap minggunya... 20 4. Rata-rata pengamatan diameter batang dari minggu ke 4 sampai

minggu ke 7 ... 22 5. Rata-rata umur berbunga pada beberapa minggu menggunakan

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Diagram pengamatan dari rata-rata setiap minggu dengan perlakuan

jarak tanam dan dosis pupuk anorganik ... 18 2. Rata-rata jumlah daun pada beberapa minggu dengan menggunakan

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1a. Pengamatan tinggi tanaman (cm) 1 MST pada berbagai dosis pupuk anorganik ... 29 1b. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 1 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 29 2a. Pengamatan tinggi tanaman (cm) 2 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 29 2b. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 2 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 30 3a. Pengamatan tinggi tanaman (cm) 3 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 30 3b. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 3 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 30 4a. Pengamatan tinggi tanaman (cm) 4 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 31 4b. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 4 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 31 5a. Pengamatan tinggi tanaman (cm) 5 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 31 5b. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 5 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 32 6a. Pengamatan tinggi tanaman (cm) 6 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 32 6b. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 6 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 32 7a. Pengamatan tinggi tanaman (cm) 7 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 33 7b. Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 7 MST pada berbagai dosis pupuk

(12)

xii 10a. Pengamatan jumlah daun (helai) 3 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 35 10b. Sidik ragam jumlah daun (helai) 3 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 35 11a. Pengamatan jumlah daun (helai) 4 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 36 11b. Sidik ragam jumlah daun (helai) 4 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 36 12a. Pengamatan jumlah daun (helai) 5 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 36 12b. Sidik ragam jumlah daun (helai) 5 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 37 13a. Pengamatan jumlah daun (helai) 6 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 37 13b. Sidik ragam jumlah daun (helai) 6 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 37 14a. Pengamatan jumlah daun (helai) 7 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 38 14b. Sidik ragam jumlah daun (helai) 7 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 38 15a. Pengamatan diameter batang (cm) 4 MST pada berbagai dosis pupuk

(13)

xiii

15b. Sidik ragam diameter batang (cm) 4 MST pada berbagai dosis pupuk anorganik ... 39 16a. Pengamatan diameter batang (cm) 5 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 39 16b. Sidik ragam diameter batang (cm) 5 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 39 17a. Pengamatan diameter batang (cm) 6 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 40 17b. Sidik ragam diameter batang (cm) 6 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 40 18a. Pengamatan diameter batang (cm) 7 MST pada berbagai dosis pupuk

anorganik ... 40 18b. Sidik ragam diameter batang (cm) 7 MST pada berbagai dosis pupuk

(14)

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia dan mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional, mengingat fungsinya yang multiguna, sebagai sumber pangan, pakan, dan bahan baku industri. Kebutuhan jagung dalam negeri untuk pakan sudah mencapai 3,48 juta ton pada tahun 2004, 4,07 juta Ton pada tahun 2008 dan diprediksi meningkat menjadi 6,6 juta ton pada tahun 2010. (Departemen Pertanian 2009).

Jagung merupakan tanaman serelia yang termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung telah menjadi komoditas utama setelah beras (Purwono et al., 2011).

(15)

2

Peningkatan produktivitas tanaman jagung pada lahan kering marginal dapat dilakukan melalui kombinasi penerapan teknologi, khususnya penggunaan varietas unggul efisien hara, praktik pemupukan berimbang serta perluasan areal tanam. Namun penghapusan subsidi pupuk pada tahun 1998 mengakibatkan: terjadinya kelangkaan pupuk tunggal di lapangan, harga pupuk semakin meningkat, suplai dan distribusi pupuk yang tidak merata antar wilayah, dan munculnya jenis atau formula pupuk baru yang belum diketahui mutu, efektivitas dan tingkat efisensinya.

Disamping itu, peningkatan pemakaian pupuk buatan ditengarai makin kurang efektif dan efisien, serta mengakibatkan dampak yang kurang menguntungkan terhadap kondisi tanah. Mengingat hal tersebut, makin disadari pentingnya pemanfaatan bahan organik dan pupuk hayati dalam pengelolaan hara tanah (Munandar, et al. 2009).

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian mengenai respon dan pertumbuhan dan hail tanaman jagung (Zea mays L.) terhadap pemberian pupuk Urea, SP36 dan KCl serta pemberian perlakuan jarak tanam.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk anorganik seperti Urea, SP36, dan

KCl khususnya pada budidaya tanaman jagung manis (Zea mays L).

2. Untuk mengetahui beberapa perlakuan jarak tanaman pada budidaya

(16)

3

3. Mendapatkan dosis pupuk yang lebih baik dan efesien terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (Zea mays L).

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dalam menunjang

pengembangan pertanian, khususnya dalam teknologi budidaya tanaman dalam

hal ini yaitu perlakuan jarak tanaman, dan perlakuan kebutuhan dosis pupuk

(17)

4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Jarak tanam secara langsung dapat mempengaruhi kerapatan populasi suatu tanaman. Nitrogen adalah salah satu unsur hara makro esensial bagi tanaman yang diperlukan dalam pembentukan dan pertumbuhan vegetatif tanaman dan sebagai bahan dasar penyusunan protein serta pembentukan klorofil. Pupuk kandang domba mengandung unsur N, K, dan Ca yang lebih tinggi dibanding bahan organik lainnya (Las dan Setyorini, 2010).Pada waktu pengolahan lahan, keadaan tanah hendaknya tidak terlampau basah, tetapi cukup lembab hingga mudah dikerjakan, sampai tanah cukup gembur. Tanah berpasir atau tanah ringan tidak banyak memerlukan pengerjaan tanah. Pada tanah berat dengan kelebihan air, perlu dibuat (drainase) pembuatan saluran dan pembubunan yang tepat dapat menghindarkan terjadinya genangan air (Agrita, 2012).

(18)

5

Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal manakala unsur hara yang diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen secara kuantitatif maupun kualitatif. Lingga dan Marsono (2007) menyatakan bahwa, pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman jagung

Jagung adalah salah satu tanaman yang bisa ditanam di sawah maupun kebun. Jagung menjadi salah satu komoditas pangan yang bisa dijadikan bahan makanan pokok. Di Indonesia, ada nasi jagung yang dijadikan makanan pengganti nasi beras. Adapun morfologi jagung yang bisa kita ketahui akan kita bahas pada penelitian kali ini.

Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom Plantae, divisio Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotiledon, ordo Poales, famili Poaceae, Genus Zea. spesies Zea mays L.

Menurut Belfield dan Brown (2008). Morfologi jagung secara detail adalah meliputi tongkol dan biji, bunga, batang dan daun, serta sistem perakaran. Berikut penjelasan selengkapnya:

(19)

6

endosperm, serta bagian lembaga atau embrio. Fungsi pericarp adalah menjaga embrio agar selalu cukup air, kemudian bagian endosperm ini berfungsi sebagai cadangan makanan pada jagung. Dimana ada kandungan pati sebanyak 90 % dan 10% kandungan zat yang lainnya (minyak, protein, dan mineral).

Sedangkan bagian embrio sendiri merupakan inti dari tanaman jagung ini. Dimana embrio ini akan menjadi cikal bakal terbentuknya biji yang bisa ditanam lagi untuk menjadi tanaman jagung baru.

Bagian bunga. Jagung juga mempunyai bagian bunga. Bunga yang memang berfungsi sebagai mahkota dari tumbuhan. Walaupun bagian bunga pada jagung tidak berwarna-warni atau semenarik bunga-bunga yang ada di kebun (seperti Bungan mawar atau bunga melati), tetapi keberadaan bunga jagung ini menjadi salah satu bagian yang penting. Bagian morfologi jagung ini menjadi bagian yang penting, karena bunga inilah yang menjadi alat untuk penyerbukan jagung. Ada dua jenis bunga, yaitu bunga jantan dan bunga betina. Keduanya akan mengalami penyerbukan, hasilnya adalah berupa pati yang kemudian berkumpul menjadi tongkol jagung.

Bagian batang dan daun. Batang menjadi bagian morfologi jagung yang berfungsi untuk menopang tubuh tanaman jagung. Bentuk dari batang tanaman jagung adalah tipis, berbuku-buku, beruas, dan bercabang-cabang. Ada 3 bagian yang ada pada batang, yakni bagian epidermis atau bagian kulit luar, bagian jaringan pembuluh dan bagian pusat batang.

(20)

7

sendiri ada 3 bagian, yaitu akar adventif, akar penyangga dan akar seminal. Ketiga bagian akar tersebut memiliki fungsi sendiri-sendiri.

Bagian akar pertama yakni akar penyangga, yang berfungsi untuk membuat tanaman jagung tetap tegak dan juga untuk menyerap air dan zat hara. Kemudian pada akar adventif berfungsi untuk mengambil zat hara dan air dari dalam tanah. Sedangkan untuk akar seminal berfungsi untuk mengembangkan embrio. Pertumbuhan akar kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan akar adventif yang berkembang pada ruas pertama tanaman jagung. Akar adventif yang tidak tumbuh dari radikula tersebut kemudian melebar dan menebal. Akar adventif kemudian berperan penting sebagai penegak tanaman dan penyerap unsur hara. Akar adventif juga ditemukan tumbuh pada bagian ruas ke 2 dan ke 3

batang, namun fungsi utamanya belum diketahui secara pasti (Belfield dan Brown, 2008).

(21)

8

2.2.2 Syarat tumbuh

Jagung manis dalam pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan beberapa syarat tumbuh yang harus dipenuhi. Memerlukan curah hujan yang sebanyak 2500-5000 mm/thn dengan intensitas sinar matahari yang cukup dan kemasaman tanah (pH) untuk tanaman jagung manis adalah 5,5-7,5 dengan pH optimum 6,8. Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. (Nurmala, 2001).

Jagung dapat tumbuh hingga ketinggian 3 meter. Jagung memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti tanaman biji-bijian lain, tanamn jagung merupakan satu satunya tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah (Belfield dan Brown, 2008).

Temperatur maksimal dari tanaman jagung mulai dari fase pertumbuhan dan perkembangan adalah 18-32 derajat Celcius. Temperatur 35 derajat Celcius akan menyebabkan kematian pada tanaman jagung. Suhu udara atau temperatur yang baik untuk perkecambahan adalah 12 derajat Celcius, dan fase pertumbuhan adalah 21-30 derajat Celcius. Di daerah Asia Tenggara, fase kekeringan yang terjadi pada April-Mei akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman jagung (Belfield dan Brown, 2008).

(22)

9

Temperatur maksimal dari tanaman jagung mulai dari fase pertumbuhan dan perkembangan adalah 18-32 derajat Celcius. Temperatur 35 derajat Celcius akan menyebabkan kematian pada tanaman jagung. Suhu udara atau temperatur yang baik untuk perkecambahan adalah 12 derajat Celcius, dan fase pertumbuhan adalah 21-30 derajat Celcius (Belfield dan Brown, 2008).

2.2.3 Pupuk dan Pemupukan

Tanaman jagung relatif membutuhkan hara untuk dapat tumbuh optimal, sehingga pemberian pupuk merupakan salah satu faktor kunci bagi keberhasilan budidaya jagung. Lahan pertanian pada umumnya tidak mengandung cukup N untuk mendukung pertumbuhan dan hasil jagung , yang optimal, kecuali pada lahanyang baru dibuka dari vegetasi hutan. Pada tanah podsolik ketersediaan unsur P merupakan faktor pembatas utama bagi pertumbuhan tanaman sebab disamping kandungannya sangat rendah, tanah ini juga sangat kuat mengikat unsur P sehingga tidak tersedia bagi tanaman.

Seperti halnya pupuk yang mengandung unsur P, pemberian pupuk yang mengandung unsur K (Kalium) juga harus dicermati, karena pemupukan K pada umumnya kurang memberikan respon, kecuali pada tanah Vertisol (Grumusol) yang berkandungan K-dd (K dapat tertukar) sebesar 0,24 me/100g, tanah alluvial dengan dd 0,27 me/100g dan tanah podsolik yang umumnya berkandungan K-dd kurang dari 0,30 me/100g.

(23)

10

beberapadaerah, takarannya mencapai 400−500 kgurea atau setara dengan

184−230 kg N/ha. Padahal berdasarkan anjuran, nitrogen cukupdiberikan 90−120

kg ha-1 atau setara dengan 200–260 kg urea ha-1. Pemberian nitrogen yang berlebihan ini menyebabkan efisiensipupuk menurun serta membahayakan tanaman dan lingkungan (Sirajuddin., M dan Lasmini1, S. A. 2010).

Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah. Dengan mengandalkan sediaan hara dari tanah asli saja, tanpa penambahan hara, produk pertanian akan semakin merosot. Hal ini disebabkan ketimpangan antara pasokan hara dan kebutuhan tanaman. Hara dalam tanah secara berangsur-angsur akan berkurang karena terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan permukaan, erosi atau penguapan. Pengelolaan hara terpadu antara pemberian pupuk dan pembenah akan meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta

menjaga mutu tanah agar tetap berfungsi secara lestari (Belfield dan Brown, 2008).

(24)

11

Untuk dapat tumbuh dan berproduksi optimal, tanaman jagung memerlukan hara yang cukup selama pertumbuhannya. Karena itu, Pemupukan menurut pengertian khusus ialah pemberian bahan yang dimaksudkan untuk menyediakan hara bagi tanaman. Umumnya pupuk diberikan dalam bentuk padat atau cair melalui tanah dan diserap oleh akar tanaman. Namun pupuk dapat juga diberikan lewat permukaan tanaman, terutama daun.

2.3 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini diduga bahwa :

1. Dengan adanya jarak tanam yang beragam yaitu 75 x 20 dan 75 x 40 maka diasumsikan bahwa pertumbuhan dan produksi jagung manis akan lebih baik dan subur pada jarak tanam yang renggang.

2. Kombinasi pupuk anorganik Urea, SP-36 dan KCl mampu memperbaiki karakteristik fisiologis tumbuhan dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.

(25)

12

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan setiap hari Sabtu pukul 07.30 WITA sampai selesai dimulai dari tanggal 1 Oktober hingga 2 Desember 2017 di lahan Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Kecamatan Palu Timur, Provinsi Sulawesi Tengah

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pacul, sekop, tali, mister, meteran, alat tulis menulis dan kamera dokumentasi. Adapun bahan yang digunakan adalah, tanah, pupuk Urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, dan benih jagung manis varietas hibrida.

3.3 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2

faktorial. Faktor pertama adalah dosis pupuk yang terdiri dari 3 level yaitu urea 200 kg ha-1, SP-36 250 kg ha-1 dan KCl 300 kg ha-1. Faktor kedua adalah

(26)

13

meghasilkan 40 populasi tanaman jagung, dan jarak tanam 75 x 40 terdapat 2 tanaman, sehingga menghasilkan 20 populasi tanaman jagung.

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Berbagai Dosis pupuk dan jarak tanam (FiPi) dan berapa kali pengulangan

Perlakuan Ulangan

1 2 3 4 5

F1.P1

F1.P2 F2.P1

F2.P2

3.4Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan bedengan

Pertama-tama lahan yang akan digunakan untuk budidaya tanaman jagung dilakukan sanitasi lahan, dan pengelolaan lahan dengan menggemburkan tanah menggunakan alat manual seperti pacul, lingis dan sekop. Kemudian dibuat saluran drainase tunjuannya untuk membantu aliran permukaan air.

3.4.2 Penanaman

(27)

14

3.4.3 Pemupukan

Untuk metode konvensional pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanam berumur 14 HST dengan cara pupuk Urea, SP-36, dan KCl di homogenkan pada larutan air sebanyak 800 ml. Kemudia buat larikannya dengan jarak antar tanaman 7 cm, baru diaplikasikan pupuk yang telah homegen pada larikan tersebut. Selanjutnya dilakukan pemupukan susulan untuk penambahan Urea pada 28 HST dan pupuk SP-36 dan KCl pada35 HST, tujuan dari pemupukan susulan tersebut agar memenuhi kebutuhan dosis pupuk pada tanaman jagung tersebut.

3.4.4 Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, pembubunan dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman, penyiangan dan pembuburan dilakukan sesuai kondisi tanah dan tanaman. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan buat plot kecil seluas 30 cm x 30 cm dan di dalam plot kecil tersebut diletakan gelas aqua yang berisi air dengan deterjen.

3.4.5 Panen

(28)

15

3.5Variabel Penelitian dan Cara Pengukuran

3.5.1 Komponen Tumbuh

- Tinggi tanaman, diukur pada saat tanaman berumur 14 HST, 21 HST, 28 HST, 35 HST, 42 HST, 49 HST, dan 56 HST. Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari permukaan tanah hingga ujung daun terpanjang.

- Jumlah daun di hitung pada saat tanaman berumur 14 HST, 21 HST, 28 HST, 35 HST, 42 HST, 49 HST, dan 56 HST. Dihitung dari awal muncul daun pertama.

- Diameter batang diukur pada saat tanaman berumur 42 HST, 49 HST dan 56 HST.

- Mulai muncul bunga pada saat tanaman jagung berumur 38 HST dan sebagian tanaman muncul bunga pada saat berumur 42 HST.

- Rambut jagung mencul pada saat tanaman berumur 44 HST.

3.5.2 Komponen Hasil

(29)

16

3.6Analisis Data

(30)

17

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Komponen Tumbuh

4.1.1 Tinggi Tanaman

Berdasarkan pengamatan dari tanaman jagung dapat disajikan pada Tabel lampiran 1a, 2a, 3a, 4a, 5a, 6a, dan 7a. Dan sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 1b, 2b, 3b, 4b, 5b, 6b, 7b. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk, metode pemberian pupuk, dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata. Rata-rata tinggi tanaman per minggunya dapat disajikan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman jagung dari masing-masing minggu pengamatan

Perlakuan M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7

F1.P1 27,75 55,73 83,55 122,63 145,39 162,96 185,65 F1.P2 23,84 46,93 79,97 117,6 130,94 148,23 158,15 F2.P1 26,07 51,09 83,34 123,75 156,58 178,3 195,02 F2.P2 29,50 49,18 81,59 117,12 141,11 161,81 170,53 Keteragan : Rata-rata yang diikuti huruf pada kolom diatas dari setiap minggu

(31)

18

Gambar 1. Diagram pengamatan dari rata-rata setiap minggu dengan perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk anorganik.

Pada hasil pengamatan yang dilakukan setiap minggu menunjukan bahwa Hasil pengamatan yang dilakukan per minggunya menunjukan bahwa hasil yang didapat sangatlah berbeda antara tinggi tanaman jagung dari setiap minggu, maka hal ini menunjukan uji dari hasil analisis data tersebut tidak dilanjutkan lagi pada uji BNJ, BNT atau uji T. Hal ini bisa dilihat pada sidik ragamnya pada lampiran 1b.Pada penelitian ini tidak dilanjutkan untuk uji BNJ karena uji dari jarak tanaman serta perlakuan pupuk anorganik yang menjadi faktor perlakuannya tidak menunjukan perubahan terhadap pertumbuhan dan hasil produksi tanaman jagung. Hal ini disebabkan oleh perlakuan yang berbeda pada beberapa dosis pupuk serta jarak tanaman yang diggunakan dari setiap plot penelitian yang diggunakan, maka uji tersebut tidak berbeda nyata maka tidak dilanjutkan pada uji BNJ atau BNT dan uji T.

Keuntungan penggunaan pupuk daun antara lain, respon terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman, dan tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman, dengan catatan aplikasinya dilakukan secara benar.

(32)

19

Sebenarnya, kandungan unsur hara pada pupuk daun identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk. Hanya saja, faktor sifat fisik dan sifat kimia tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama. Sebagai faktor utamanya adalah manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun bagi perkembangan dan peningkatan hasil panen (Hadriman Khair dkk, 2013).

Penggunaan dosis pupuk yang berbeda pada setiap plot penelitian yaitu pada kode plot dengan perlakuan jarak tanam 75 x 20 dengan total dosis pupuk Urea sebanyak 180 gram/plot, SP-36 sebanyak 60 gram/plot, dan KCl sebanyak 30 gram/plot. Sedangkan pada jarak tanam 75 x 40 perlakuan dosis pupuk yaitu Urea sebanyak 240 gram/plot, SP-36 sebanyak 90 gram/plot dan pupuk KCl sebanyak 60 gram/plot. Dari perlakuan kedua tersebut maka hasil pengamatan pada tinggi tanaman tidak menunjukan adanya perbedaan, hal ini bisa dilihat pada lampiran 1b dan seterusnya sesuai dengan setiap minggu pengamatan. Maka uji tersebut tidak nyata maka dari itu tidak dilanjutkan pada uji BNJ.

Hal ini bisa juga dilihat pada diagram yang menunjukan bahwa tinggi tanaman per minggunya tidak terlalu jauh antara rata-rata dari hasil minggu berikutnya yang diamati. Hal itu hanya terjadi ketika tanaman sudah masuk pada umur produktif tanaman.

4.1.2 Jumlah Daun

(33)

20

pertumbuhan daun tanaman jagung yang maksimal, hal itu dibuktikan dari pengamatan setiap minggunya pada tanaman jagung. Dari pemberian pupuk anorganik atau jarak tanam bisa dilihat pada pengamatan data rata-rata dari setiap minggunya yang disajikan pada beberapa tabel pada lampiran.

Tabel 3. Rata-rata jumlah daun pada tanaman jagung dari setiap minggunya

Perlakuan M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7

F1.P1 4,65 7,14 8,36 9,66 10,71 12,11 13,04

F1.P2 4,74 6,6 8,64 10,03 10,52 11,81 12,86

F2.P1 4,89 6,83 8,86 10,69 11,61 12,71 13,29

F2.P2 4,18 6,77 8,98 10,08 10,37 11,63 12,2

Keterangan: rata-rata yang diikuti pada setiap kolom minggunya tidak berbeda nyata pada uji 0,05% maka tidak lanjutkan pada uji BNJ.

Gambar 2. Rata-rata jumlah daun pada beberapa minggu dengan menggunakan perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk

Pada awal fase pertumbuhan, batang dan daun tidak bisa dibedakan secara jelas. Ini dikarenakan titik tumbuh masih dibawah tanah. Daun baru dapat dibedakan dengan batang ketika 5 daun pertama dalam fase pertumbuhan muncul dari tanah. Daun terbentuk dari pelepah dan daun (leaf blade & sheath). Daun

hasil rata-rata per setiap minggu

F1.P1

F1.P2

F2.P1

(34)

21

muncul dari ruas-ruas batang. Pelepah daun muncul sejajar dengan batang. Pelepah daun bewarna kecoklatan yang menutupi hampir semua batang jagung (Belfield dan Brown, 2008).

Daun baru akan muncul pada titik tumbuhnya. Titik tumbuh daun jagung berada pada ruas batang. Daun jagung berjumlah sekitar 20 helai tergantung dari varietasnya. Sejalan dengan pertumbuhan jagung, diameter batang akan meningkat. Pertumbuhan diameter pada tanaman jagung menyebabkan 7 sampai 8

daun pada bagian bawah tanaman jagung mengalami kerontokan (Belfield dan Brown, 2008).

Hasil pengamatan pada jaringan morfologi tanaman jagung seperti helai daun pada setiap minggunya, Ada yang bertambah pada satu minggu yaitu 1 helai daun perminggu, serta ada tanaman yang tidak bertambah.

Penelitian Rai, et al. (2000) menunjukkan adanya perbedaan struktur anatomi daun jagung yang bersifat rentan dan jagung yang bersifat tahan terhadap penyakit hawar daun. Daun budidaya yang resisten menunjukkan epidermis yang lebih luas, perbandingan jumlah stomata yang lebih sedikit per bidang pandang, dan jumlah ikatan pembuluh yang terinfeksi benang-benang hifa lebih sedikit dibandingkan dengan jagung budidaya yang rentanBerdasarkanuraiantersebut, maka perlu dilakukan penelitian anatomi daun (helaian dan pelepah) yang terserang penyakit bercakdankarat.

(35)

22

berwarna kuning). Jumlah daun tidak terlalu meningkat karena terdapat hama seperti belalang dan walang sangit yang mengganggu pertumbuhan daun sehingga mengganggu atau kurang mengalami proses fotosintesi secara maksimal.

4.1.3 Diameter Batang

Diameter batang diukur dan diamati tepat pada 4 minggu setelah tanam, sampai minggu ke 7 setelah tanam, maka diameter batang hanya diukur ketika tanaman jagung sudah berumur 42 hari setelah tanam. Pengamatan diameterbatang disajikan pada Tabel Lampiran 1a, 2a, dan 3a, dan 4a, sidik ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 1b, 2b, 3b, dan 4b.

Tabel 3. Rata-rata pengamatan diameter batang dari minggu ke 4 sampai minggu ke 7

Keterangan : Rata-rata diameter batang yang diikuti oleh kolom pengamatan pada diameter batang yag tidak dilanjuti pada uji lanjut yanitu uji BNJ 0.05 %

(36)

23

Namun, jika terpaksa, dapat digunakan benih hibrida turunan F2. Adapun varietas unggul jagung hibrida yang dianjurkan ditanam di antaranya Hibrida C-1 dan C-2; Pioneer-1, 2, 7, dan 8; CPI-1; Bisi-2 dan Bisi-3; IPB-4; serta Semar-1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 93, (Agrium, 2013).

Dari diameter batang tanaman jagung yang ada pada masing-masing plot mengalami perbedaan diameter karena ada yang berukuran besar dan pada minggu selanjutnya terjadi penyusutan diameterkarena ada beberapa faktor yang terjadi di plot masing-masing. Faktor fisik seperti, faktor ikli, suhu, air, dan serangan hama dan penyakit, termasuk faktor tanah. Kondisi lahan yang sangat kering sangat mempegaruhi pertumbuhan tanaman dalam hal ini diameter batang. Kondisi kering ini disebabkan oleh faktor air yang kurang mendukung dan sering terjadi tidak adanya air di tempat penampungan. Berikut ini adalah diagram yang menunjukan diameter batang mengalami penyusutan pada setiap minggunya:

(37)

24

4.1.4 Umur berbunga

Umur muncul bunga jantan pada tanaman jagung diamati mulai pada minggu ke 6 setelah tanam. Rata-rata muncul bunga jantan pada tanaman jagung per minggunya dapat disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Rata-rata umur muncul bunga jagung pada beberapa minggu dengan perlakuan jarak tanam dan berbagai dosis pupuk anorganik

Perlakuan Ulangan

4.1.5 Umur muncul rambut jagung

Umur muncul rambut pada tanaman jagung diamati mulai pada minggu ke 6 setelah tanam. Rata-rata muncul rambut pada tanaman jagung per minggunya dapat disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 6. Rata-rata umur muncul rambut jagung pada beberapa minggu dengan perlakuan jarak tanam dan berbagai dosis pupuk anorganik

(38)

25

4.2 Komponen Hasil

(39)

26

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemberian perlakuan pupuk anorganik dan perlakuan jarak tanam memberikan hasil yang tidak nyata.

2. Perlakuan jarak tanam 75 cm x 40 cm memiliki ukuran diameter batang lebih besar dibandingkan perlakuan 75 cm x 20 cm.

3. Pada hasil pengamatan yang telah didapat pada jumlah daun bahwa per setiap minggunya menunjukkan peningkatan helai daun jagung yang tidak terlalu beda jauh.

5.2 Saran

(40)

27

DAFTAR PUSTAKA

Belfield, Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field Crop Manual: Maize (A Guide to Upland Production in Cambodia). Canberra

Malti, Ghosh, Kaushik, Ramasamy, Rajkumar, Vidyasagar. 2011. Comparative Anatomy of Maize and its Application.Intrnational Journal of Bio-resorces and Stress Management, 2(3):250-256

Martini, W.G., 1986. Pengaruh Pemupukan Nitrogen dan Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata). Karya Ilmiah, Jurusan Budaya Pertanian, Fakultas Pertanian. IPB, Bogor. Nurmala, 2001. Jagung dan Pembudidayaannya. Bina Aksara, Jakarta.

Poulton, J.E, Romeo, J.T & Conn, E.E. 2003. Plant Nitrogen Metabolism. Recent Advances in Phytochemistry. Vol.23. New York: Plenum Press.

Purwono dan R. Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sarwanto, A., dan Widyastuti, 2011. Bercocok Tanam Jagung Hibrida. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sirajuddin., M dan Lasmini1, S. A. 2010.Respon Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis (Zea mays Saccharata) Pada Berbagai Waktu Pemberian Pupuk Nitrogen Dan Ketebalan Mulsa Jerami. J. Agroland 17 (3) : 184 – 191. Syam,A., 2006. Efektifitas Pupuk Organi dan Anorganik terhadap Produktivitas

(41)

28

(42)

29

LAMPIRAN

Lampiran 1a Pengamatan tinggi tanaman (cm) 1 MST pada berbagai dosis pupuk anorganik

Perlakuan Kelompok Jumlah

Rata-Rata

Perlakuan Kelompok Jumlah

(43)

30

Perlakuan Kelompok Jumlah

(44)

31

Lampiran 4a Pengamatan tinggi tanaman (cm) 4 MST pada berbagai dosis pupuk anorganik

Perlakuan Kelompok Jumlah

Rata-Rata

Perlakuan Kelompok Jumlah

(45)

32

Perlakuan Kelompok Jumlah

(46)

33

Lampiran 7a Pengamatan tinggi tanaman (cm) 7 MST pada berbagai dosis pupuk anorganik

Perlakuan Kelompok Jumlah

Rata-Rata

1 2 3 4 5

F1.P1 209,70 204,50 140,89 179,80 193,37 928,26 185,65

F1.P2 128,00 189,20 157,20 159,10 157,26 790,76 158,15

F2.P1 188,20 223,80 185,90 199,20 178,00 975,10 195,02

F2.P2 153,70 189,14 196,00 135,00 178,80 852,64 170,53

Total 679,60 806,64 679,99 673,10 707,43 3546,76 709,35

Lampiran 7b Sidik ragam tinggi tanaman (cm) 7 MST pada berbagai dosis pupuk anorganik

SR DB JK KT FH F.T.

0,05 0,01

Kelompok 4 3132,54 783,1353 1,663771 3,26 5,41

Perlakuan 3 3981,27 1327,091 2,819404 3,49 5,95

Eror 12 5648,39 470,699

(47)

34

Lampiran 8a Pengamatan jumlah daun (helai) 1 MST pada berbagai dosis pupuk anorganik

Perlakuan Kelompok Jumlah

Rata-Rata

Perlakuan Kelompok Jumlah

(48)

35

Perlakuan Kelompok Jumlah

(49)

36

Lampiran 11a Pengamatan jumlah daun (helai) 4 MST pada berbagai dosis pupuk anorganik

Perlakuan Kelompok Jumlah

Rata-Rata

Perlakuan Kelompok Jumlah

(50)

37

Perlakuan Kelompok Jumlah

(51)

38

Lampiran 14a Pengamatan jumlah daun (helai) 7 MST pada berbagai dosis pupuk anorganik

Perlakuan Kelompok Jumlah

Rata-Rata

1 2 3 4 5

F1.P1 13 13 14 12 14 65,20 13,04

F1.P2 12 13 14 13 13 64,30 12,86

F2.P1 12 14 14 13 13 66,46 13,29

F2.P2 13 13 13 10 12 61,00 12,20

Total 50,03 52,70 55,03 47,70 51,50 256,96 51,39

Lampiran 14b Sidik ragam jumlah daun (helai) 7 MST pada berbagai dosis pupuk anorganik

SR DB JK KT FH F.T.

0,05 0,01

Kelompok 4 7,61 1,90 3,04 3,26 5,41

Perlakuan 3 3,27 1,09 1,74 3,49 5,95

Eror 12 7,51 0,63

(52)

39

Lampiran 15a. Pengamatan diameter batang (cm) 4 MST pada berbagai dosis pupuk anorganik

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata

1 2 3 4 5

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata

(53)

40

Lampiran 17a. Pengamatan diameter batang (cm) 6 MST pada berbagai dosis pupuk anorganik

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata

1 2 3 4 5

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata

(54)

41 Lampiran 19. Denah penelitian

F1 P2

F2 P1 F1 P1 F1 P2 F2 P1 F2 P2 F1 P1 F1 P2 F2 P2 F1 P1

F2 P2 F1 P1

F1 P2

F1 P2

F1 P1

F1 P2

F1 P1

F2 P2

F1 P2

(55)

42 Lampiran 20. Dokumentasi

Proses penggemburan dan pemuatan larikan p jumlah daun

Gambar

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Berbagai Dosis pupuk dan jarak tanam (FiPi) dan  berapa kali pengulangan
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman jagung dari masing-masing minggu
Gambar 1. Diagram pengamatan dari rata-rata setiap minggu dengan perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk anorganik
Tabel 3. Rata-rata jumlah daun pada tanaman jagung dari setiap minggunya
+4

Referensi

Dokumen terkait

Proses pembelajaran matematika yang dilakukan guru pada penelitian ini menggunakan straegi pembelajaran group investigation (GI). Penerapan strategi pembelajaran ini

Segala Puji bagi Allah SWT atas segala kemuliaan dan kehendak-Nya dapat diselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING

2.2.3 Penerapan TeknikBehaviorContract Dalam Meningkatkan Kemandirian Anak Penerapan Behavior Contract pada kemandirian anak adalah pentingnya guru untuk dapat

aplikasi dan Integrasi dalam Data Center Jaringan Batik-Net , maka pengembangan SIM / APLIKASI Baru di Lingkungan Pemkot wajib dibangun menggunakan FOSS, dengan berbasis pada

Pada masa kehamilan (38- 39) minggu, ibu mengatakan tidak memiliki keluhan, sehingga penulis hanya mengevaluasi sejauh mana pengetahuan ibu tentang kehamilan dan

Berdasarkan data-data yang ada dalam penelitian ini, maka dilakukan pengujian yang pada dasarnya untuk melihat apakah data data dalam penelitian ini dapat digunakan untuk

pergantian diperbolehkan atas keuntungan sekalian anak dan keturunan saudara laki-laki dan perempuan yang telah meninggal lebih dulu, baik mereka mewaris