• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN TAMBAK UDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN TAMBAK UDA"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN TAMBAK UDANG DAN PENINGKATAN

PRODUKSI UDANG WINDU (

Penaeus monodon

) MELALUI PENERAPAN

BETTER

MANAGEMENT PRACTICES

(BMP) BUDIDAYA UDANG WINDU PADA TAMBAK

TRADISIONAL DI KOTA TARAKAN, KALIMANTAN TIMUR

Santosa, M.B*1; Wiharyanto, D2; dan Yusuf, M3

WWF-Indonesia, Graha Simatupang, Tower 2 Unit C 7th Floor Jl. TB. Simatupang Kav. 38 Jakarta Selatan 12540, Indonesia

[email protected]

Selain dikenal sebagai kota transit dan perdagangan, Kota Tarakan dikenal juga sebagai sentral produksi dan pengolahan udang windu (Penaeus monodon) dari wilayah pesisir utara Kalimantan Timur. Budidaya udang di wilayah ini secara umum dilakukan secara sederhana tanpa pakan dan tanpa aerasi (sistem tradisional) dan telah berlangsung sejak tahun 1980-an. Namun semenjak tahun 2000an terjadi tren penurunan jumlah produksi udang budidaya dari wilayah tersebut. Hal tersebut diduga karena terjadinya degradasi kualitas lingkungan di wilayah pertambakkan dan serangan virus

white spot. WWF-Indonesia, sebagai salah satu lembaga swadaya masyarakat yang bekerja di bidang

konservasi lingkungan, menerapkan Better Management Practises (BMP) budidaya udang windu pada tambak tradisional di Kota Tarakan sebagai salah satu upaya perbaikan kualitas lingkungan dan peningkatan kapasitas produksi budidaya. Penerapan BMP ini dilakukan dengan cara melakukan pendampingan teknis di bidang budidaya serta di bidang sosial kemasyarakatan kepada para petambak percontohan.

Kegiatan ini dilakukan selama 13 bulan dengan pelaksanaan 4 siklus budidaya mulai bulan Juli 2010 sampai dengan Agustus 2011 pada lokasi tambak yang sama. Pada siklus budidaya pertama dan ketiga, budidaya udang dilakukan tanpa penerapan BMP, sebagai kontrol. Tambak kontrol seluas 0,6 Ha ini menggunakan padat tebar 20.000 benur serta tidak melakukan pengendalian penyakit. Kemudian pada siklus budidaya kedua dan keempat dilakukan dengan penerapan BMP. Tambak udang sistem tradisional yang menjadi tambak percontohan dengan penerapan BMP memiliki perlakuan yang berbeda. Perlakuan yang diberikan adalah jumlah padat tebar 25.000 per 0,6 Ha, benur dari pembenihan yang tersertifikasi SNI, pengelolaan kualitas air seperti DO, pH, suhu dan salinitas, serta pengendalian penyakit. Sedangkan persiapan lahan memiliki perlakuan yang sama. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa budidaya udang pada tambak yang dilakukan tanpa panduan BMP (siklus pertama dan ketiga), udang yang dibudidayakan mengalami gagal panen (SR < 1%) karena terkena virus white spot pada pertengahan masa budidaya. Sedangkan pada siklus kedua dan keempat, udang berhasil dipanen pada size 30 - 60 dengan SR 35,6% dan 45,6%. Kualitas air (DO, pH, suhu, salinitas) juga cenderung stabil pada saat tambak dikelola dengan panduan BMP sedangkan fluktuasi kondisi kualitas air lebih sering dijumpai pada saat siklus pertama dan ketiga. Tantangan muncul pada saat akan membentuk manajemen cluster wilayah, dimana praktek budidaya udang harus melakukan secara bersamaan untuk mencegah wabah penyakit, serta untuk mempertahankan parameter kualitas lingkungan.

Kata kunci : Penerapan BMP, budidaya tradisional udang windu, parameter kualitas lingkungan, pendampingan petambak udang windu.

*1 : Fisheries Officer - WWF-Indonesia

2 : Staff pengajar Universitas Borneo – Tarakan

(2)

SHRIMP POND ENVIRONMENTAL QUALITY IMPROVEMENT AND TIGER

SHRIMP (

Penaeus monodon

) PRODUCTION INCREMENT THROUGH BETTER

MANAGEMENT

PRACTICES

(BMP)

FOR

TRADITIONAL

SHRIMP

AQUACULTURE APPLICATION IN TARAKAN, EAST KALIMANTAN

Santosa, M.B*1; Wiharyanto, D2; Yusuf, M3

WWF-Indonesia, Graha Simatupang, Tower 2 Unit C 7th Floor Jl. TB. Simatupang Kav. 38 Jakarta Selatan 12540, Indonesia

[email protected]

Famous for its trading activity and as a transit city, Tarakan is also well known as the biggest tiger shrimp (P. monodon) aquaculture production and processing on northern east Kalimantan territory. The tiger shrimp aquaculture in Tarakan area is conducted by applying the traditional aquaculture system; without feed and aeration, and has been existed since the 1980s. During the 2000s, the tiger shrimp aquaculture production was reverted. These circumstances were suspected due to the massive degradation of environmental quality and the white spot virus outbreaks. WWF-Indonesia, as one of the leading conservation NGOs, applied the Better Management Practices (BMP) for Traditional Shrimp Aquaculture in order to improve the environmental quality of the shrimp pond and therefore it could leads into the increment of the tiger shrimp aquaculture production capacity. The BMP was applied in selected pilot project shrimp pond thus the pilot project farmer group was given the day to day assistances on technical aquaculture as well as social issues.

The pilot project activity has been conducted for 13 months, from July 2010 until August 2011, which consisted of 4 tiger shrimp aquaculture cycles. On the first and third cycles, 20.000 tiger shrimp fries were stocked on a 0.6 Ha shrimp pond and the aquaculture activity was conducted without the application of the BMP. On the second and fourth cycles, 25.000 SNI certified tiger shrimp fries were stocked on the same shrimp pond and the BMP was applied including the disease prevention activity. The shrimp pond preparation and water quality monitoring were conducted on all four cycles.

The experimental result shows, during the first and third cycles the environmental quality parameters (DO, pH, water temperature, and salinity) are fluctuating whereas during the second and fourth cycles the parameters were constantly stable. The survival rates (SR) during the harvest of first and second cycle were failed due to the white spot outbreaks. At the second and fourth cycles, the SR were 35.6% and 45.6% respectively. The pilot project results were inspired the other farmers on the same river flow to applied the BMP on their shrimp ponds. The challenges arise on the cluster management of the area, whereas the shrimp aquaculture practices shall be conduct simultaneously to prevent the disease outbreaks, as well as maintaining the environmental quality parameters.

Key words: BMP application, traditional tiger shrimp aquaculture, environmental quality parameters, shrimp farmers community assistance.

*1 : Fisheries Officer - WWF-Indonesia 2 : Lecturer at Universitas Borneo – Tarakan

Referensi

Dokumen terkait

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Daftar

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan program yang telah dilaksanakan Pemerintah Kota Pekanbaru melalui Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru untuk

Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak, karena masa balita adalah pertumbuhan dasar yang akan memengaruhi dan menentukan perkembangan anak

Sehingga akan didapatkan gambaran umum mengenai hubungan durasi bermain game online dengan tingkat stres pada siswa SMPN yang berada di kecamatan Sungai Raya

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh faktor-faktor secara parsial maupun simultan dari sisi permintaan terhadap layanan keuangan yang berasal dari

(Study Deskriptif Motif Pelajar Sma Sekolah Islam Di Gresik Dalam Menonton Tayangan Progam Acara “Islam KTP” Di

Selanjutnya untuk memberikan arah dan sasaran yang jelas serta sebagai pedoman dan tolok ukur kinerja Pengadilan Agama Sekayu diselaraskan dengan arah kebijakan

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Televisi dan Budaya