• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH LAPORAN (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH LAPORAN (1)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

EKSTRAKSI DAN PENGERINGAN BENIH LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mengikuti Ujian Praktikum Produksi Benih

Disusun Oleh: Kelas VIIA Kelompok 4

Novi Puspitasari NIM 201410200311009 Ika Aprilia NIM 201410200311184

JURUSAN AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas seluruh kelimpahan rezekiNya yang telah diberikan kepada kami yang dapat menyusun laporan akhir praktikum mata kuliah produksi benih yang berjudul “Ekstraksi dan Pengeringan Benih”. Adapun tujuan dan maksud kami menyusun lapora akhir praktikum ini untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian praktikum mata kuliah produksi benih.

Dengan selesainya praktikum, maka kami tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam menyusun laporan praktikum produksi benih ini.

Demikian laporan praktikum produksi benih yang telah kami buat. Mohon kritik dan sarannya apabila terdapat kekurangan dalam menyusun laporan ini. Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan juga bermanfaat bagi kami selaku penulis. Wassalualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Malang, 17 Desember 2017

Penulis

(3)
(4)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Benih merupakan salah satu penentu keberhasilan agribisnis di bidang hortikultura. Oleh karena itu penggunaan benih bermutu dari varietas unggul sangat menentukan keberhasilan produksi. Dalam upaya mencapai keberhasilan agribisnis hortikultura tersebut, maka industri pembenihan dalam negeri dituntut untuk mampu memenuhi semua segmen pengguna benih dengan menciptakan varietas dan memproduksi benih yang sesuai kebutuhan pangan (konsumen) dan menerapkan prinsip tujuh tepat yaitu tepat jenis, varietas, mutu, jumlah, tempat, waktu, dan harga 9

Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih secara fisik dari struktur buah yang menutupinya. Dengan kata lain, ekstraksi dilakukan untuk mengeluarkan biji dari buah/polongnya. Pemisahan biji dari daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya dengan tujuan agar benih tersebut dapat digunakan untuk bahan tanam yang memenuhi persyaratan ( Kamil, 2002).

Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung. Biasanya pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp., Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti

Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica.

Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas keseimbangan dengan udara luar disekitarnya dan siap untuk dilakukan proses selanjutnya.Benih bersifat hygroskopis, sehingga jika benih diletakan didalam ruangan dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air dan terjadi penurunan kadar air. Namun sebaliknya jika benih diletakan dalam ruangan yang RH tinggi, maka kadar air benih akan bertambah atau meningkat.Selain bersifat

(5)
(6)

dalam benih ke permukaan benih, dan kemudian air yang berada di permukaan benih tersebut akan di uapkan jika RH ruangan lebih rendah. Proses ini akan terjadi hingga keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya tercapai. Oleh karena itu praktikum ini perlu dilakukan agar kedepannya dapat mengetahui kualitas atau mutu benih yang baik (Surahman et al., 2012).

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam pratikum ini yaitu apa saja tekni ekstraksi dan macam ekstraksi serta pengeringan benih.

1.3 Tujuan

(7)

II. TINJUAN PUSTAKA 2.1 Ekstraksi Benih

Salah satu tahapan awal dalam kegiatan penanganan benih yaitu kegiatan ekstraksi benih yaitu proses pengeluaran benih dari buah, polong, atau bahan pembungkus benih lainnya (Schmidt dalam Yuniarti, 2013). Menurut Hamzah (1984), ekstraksi benih merupakan proses memisahkan benih dari anggota reproduksi yang lain. Metoda ekstraksi benih dari buah ditentukan oleh karakteristik dari masing-masing buah. Proses ekstraksi dapat berupa kegiatan-kegiatan pelunakan daging buah dan pelepasan daging buah, pengeringan, pemisahan, penggoncangan, perontokan, pembuangan sayap, dan pembersihan. Tujuan dari ekstraksi benih adalah menghasilkan benih yang mempunyai viabilitas maksimum (Willan, 1985).

Ekstraksi benih merupakan suatu tindakan untuk memisahkan biji calon benih dari buah sehingga diperoleh benih dalam keadaan yang bersih (Stubsgoard dan Moestrup dalam Gunarta, et. al., 2014). Teknik ekstraksi pada benih tomat dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan air, larutan asam (HCl), dan larutan basa (larutan kapur) (Saisawat dalam Gunarta, et.al., 2014). Penggunaan HCl pada ekstraksi benih jeruk dilaporkan memberikan hasil terbaik, karena asam yang digunakan selain membersihkan lendir yang menempel pada benih juga meningkatkan permeabilitas kulit benih (Sadjad, 1980).

(8)
(9)

4

menunggu waktu penjemuran yang lama. Kelemahan dari ekstraksi basah ini karena penggunaan benih yang masih basah sehingga kadar air yang dikandung benih tersebuh terlalu tinggi yang justru dapat menghambat proses perkecambahan pada benih tersebut (Hazanah, 2002). Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu ataupun plastic. Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 24-270C maka diperlukan waktu 1-2 hari, sedangkan apabila digunakan temperatur 15-220C, dbutuhkan waktu 3-6 hari. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan pemisahan benih dari massa pulp perlu ditambahkan air agar pulp menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih dicuci dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan permukaan benih yang sudah tidak licin. Benih tersebut dikering anginkan pada suhu 310C hingga diperoleh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005).

Metode ekstraksi benih akan sangat mempengaruhi mutu benih yang dihasilkan (Schmidt dalam Yuniarti, 2013). Ekstraksi benih dapat dikategorikan sebagai cara kering. Pada cara kering, benih dikeluarkan dengan mengeringkan buah dengan menggunakan alat pengering atau dengan cara menjemur buah di bawah sinar matahari (Schmidt dalam Yuniarti, 2013). Ekstraksi benih dilakukan dengan cara menjemur polong di bawah sinar matahari selama 3–4 hari sampai polong merekah (terbuka), sehingga benih dapat dengan mudah dikeluarkan. Funikel (tangkai biji) dihilangkan dengan cara menjemur benih selama 1–2 hari, kemudian funikelnya dilepaskan dengan cara menggosok benih dengan telapak tangan selanjutnya ditampi atau diayak untuk memisahkan benih dari funikel (Sapulete, 1996).

(10)

5

macrophylla.) yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin. Metode yang digunakan untuk ekstraksi kering secara manual adalah dengan dipukul menggunakan mortal. Sedangkan dengan mesin caranya diputar dalam silinder atau mesin pemutar atau drum ( Kuswanto, 2007).

2.2 Metode Ekstraksi

Benih dari beberapa jenis tanaman yang berasal buah berdaging dan berair memerlukan metode ekstraksi dan perawatan khusus sebelum benih siap dikeringkan. Ekawati (2004) menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam ekstraksi basah, antara lain:

 Fermentasi

Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam wadah dan apabila perlu ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa hari. Adapun wadah yang digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari logam stainless steel, kayu ataupun plastik. Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu selama fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperatur 24-270C maka diperlukan waktu 1-2 hari, sedangkan apabila digunakan temperature 15-220C, dbutuhkan waktu 3-6 hari, tergantung pada jenis benih yang difermentasikan. Selama fermentasi perlu diaduk guna memisahkan benih dari massa dan mencegah timbulnya cendawan. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan pemisahan benih dari massa perlu ditambahkan air agar menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih dicuci dengan air bersih hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan permukaan benih yang sudah tidak licin. Selanjutnya benih tersebut dikering anginkan pada suhu 310C hingga diperoeh kadar air tertentu sesuai dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005).

 Metode Kimiawi (Chemical Method)

(11)

6

benih. Untuk mempersingkat waktu fermentasi, dapat digunakan zat kimia

misalnya Asam clorida 35%, dengan dosis 5 liter Asam clorida 35% dicampur dengan 100 liter air. Kemudian larutan Asam clorida digunakan untuk merendam benih. Setelah direndam dan diaduk selama 30 menit, benih akan mengambang di permukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih yang tenggelam di dasar wadah. Setelah dipisahkan benih dicuci dengan air hingga bekas pencuciannya bersifat netral (dapat dicek dengan menggunakan kertas lakmus). Pitojo (2005), juga menjelaskan bahwa bahwa pemisahan biji setelah fermentasi dapat dilakukan dengan menggunakan sodium karbonat 10% selama dua hari, namun cara tesebut jarang digunakan oleh perusahaan benih. Pemisahan biji dalam jumlah banyak dapat dilakukan secara cepat degan menggunakan Asam clorida (HCl) 1 N sebanyak 7-8 ml/l larutan, dibiarkan selama 1-2 jam. Namun jika tidak dilakukan secara tepat perlakuan dengan bahan kimia tersebut dapat menurunkan daya kecambah. Kuswanto (2003), menyatakan bahwa untuk mempersingkat waktu fermentasi dapat digunakan zat kimia Asam clorida ( HCl)35% dengan dosis 5 liter Asam clorida (HCl) 35% dicampur dengan 100 liter air, kemudian larutan tersebut digunakan untuk merendam benih selama 30 menit.

2.3 Pengeringan

(12)

7

dryer membutuhkan waktu 8 jam untuk mencapai kadar air 9.325, sedangkan pengeringan dengan kering angin memerlukan waktu 4 hari sampai mencapai kadar air 8,72% (Surahman, et.al., 2012).

(13)

III. METODE PRAKTIKUM 3.1 Tempat dan waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Universitas Muhammadiyah Malang Pada tanggal 19 Oktober 2017.

3.2 Alat dan bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest, HCl, buah Tomat (Solanum licopersicum), Cabai (Capsicum annum L.), Semangka (Citrullus larateis), dan Melon (Cucumis melo L.) untuk diambil bijinya.

3.3 Langkah kerja

Adapun langkah kerja dalam pelaksanaan praktikum ini adalah :

3.3.1 Langkah Kerja Ekstraksi kering 1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Mengupas buah semangka dan cabai lalu diambil bijinya sebanyak 15 butir.

3. Mencuci bijinya lalu ditiriskan.

4. Menimbang berat basah biji.

5. Meletakkan biji kedalam cawan petri.

6. Mengeringanginkan selama 7 hari.

7. Menimbang berat kering biji.

(14)

9

8. Menulis hasilnya pada tabel pengamatan.

9. Dan menghitung kandungan Kadar Air dengan rumus perhitungan kadar air.

3.3.2 Langkah Kerja Ekstraksi Basah (Kimia) 1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Mengupas buah melon dan tomat lalu diambil bijinya sebanyak 15 butir.

3. Mencuci bijinya lalu ditiriskan.

4. Menimbang berat basah biji.

5. Meletakkan biji kedalam cawan petri.

6. Merendam dengan menggunakan larutan HCl 10 ml selama 30 menit.

7. Mencuci biji dengan air bersih.

8. Mengeringanginkan selama 3 hari.

9. Menimbang berat kering biji.

10. Menulis hasilnya pada tabel pengamatan.

11. Dan menghitung kandungan Kadar Air dengan rumus perhitungan kadar air.

3.3.1 Langkah Kerja Ekstraksi Basah (fermentasi) 1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Mengupas buah melon dan tomat lalu diambil bijinya sebanyak 15 butir.

3. Mencuci bijinya lalu ditiriskan.

4. Menimbang berat basah biji.

5. Memasukkan biji kedalam kantong plastic.

(15)

10

7. Memfermentasikan selama 7 hari.

8. Mencuci biji dengan air bersih.

9. Mengeringanginkan selam 3 hari.

10. Menimbang berat kering biji.

11. Menulis hasilnya pada tabel pengamatan.

12. Menghitung kandungan Kadar Air dengan rumus perhitungan kadar air.

(16)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Grafik hasil pengamtan ekstraksi basah dan ekstraksi kering.

4.2 Pembahasan

Ekstraksi benih merupakan prosedur pelepasan dan pemisahan benih secara fisik dari struktur buah yang menutupinya. Dengan kata lain, ekstraksi dilakukan untuk mengeluarkan biji dari buah/polongnya. Pemisahan biji dari pengeringan serta kadar air benih didapatkan bahwa, pada ekstraksi basah dibagi dalam dua cara yaitu pertama ekstraksi basah secara kimia didapatkan untuk biji tanaman Melon (Cucumis melo L.) dengan berat basah 0.632 g mengalami penurunan bobot, sehingga diperoleh bobot kering sebanyak 0.49 g.

Berdasarkan hasil pengamatan pada (gambar 1) grafik bahwa kadar air benih paling tinggi adalah pada benih Tomat (Solanum licopersicum) dengan

(17)

11

perlakuan ekstraksi basah dengan metode kimia yaitu sebesar 63.63%, sedangkan kadar air terendah adalah pada benih Melon (Cucumis melo L.) dengan perlakuan ekstraksi basah dengan metode fermentasi yaitu sebesar 1,67%. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air benih sehingga benih dapat terhindar dari serangan hama dan penyakit serta tidak berkecambah sebelum waktunya. Dalam pengeringan benih perlu diketahui sifat benih apakah ortodoks atau rekalsitran. Pada kadar air 18-40 % benih telah mencapai masak fisiologis, laju respirasi benih masih tinggi dan benih peka terhadap detiorasi, cendawan, hama, dan kerusakan mekanis (Heuver 2006).

Biji basah difermentasi bertujuan untuk menghilangkan zat peghambat perkecambahan dari kulit beji dan membantu benih untuk menghilangkan jamur, lumut, dan organisme penyakit lain yang mungkin ada pada biji setelah tumbuh. Zat penghambat perkecambahan (inhibitor) yang menyelimuti permukaan benih harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum dikeringkan (Kuswanto, 2005), mengatakan bahwa ini juga disampaikan oleh Sutopo (2002) dalam bukunya Teknologi Benih menyebutkan bahwa banyak zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan salah satunya adalah bahan-bahan yang terkandung dalam cairan buah yang melapisi biji tomat dan ketimun.

Hasil praktikum baik ekstraksi kimiawi maupun fermentasi tidak jauh berbeda, hal ini dikarenakan biji yang diekstraksi menggunakan HCl maupun menggunakan air, hasilnya hampir sama. Namun jika kita akan mengekstraksi skala besar, lebih efektif dan efisien apabila menggunakan larutan kimia (HCl). Menurut Kuswanto (2003), bahwa untuk mempersingkat waktu fermentasi, ekstraksi basah dapat menggunakan zat kimia HCl.

(18)

12

dari kotoran adalah bahwa kotoran seringkali berisi campuran benih dari berbagai jenis yang akan mempersulit pemisahannya. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan benih yang berasal dari buah batu tetapi dimodifikasi dengan ekstraksi basah (wet extraction) yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin (Sadjad, 1980).

(19)

V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Ekstraksi benih merupakan suatu tindakan untuk memisahkan biji calon benih dari buah sehingga diperoleh benih dalam keadaan yang bersih. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi basah dan kering. Kegiatan selanjutnya yaitu pengeringan benih, dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas keseimbangan dengan udara luar di sekitarnya dan siap untuk diproses selanjutnya. Hasil pengamatan diperoleh kadar air yang berbeda – beda pada setiap perlakuannya, sedangkan hasil praktikum baik ekstraksi kimiawi maupun fermentasi tidak jauh berbeda.

5.2 Saran

Berdasarkan proses dilakukannya praktikum dengan judul ekstraksi benih dan pengeringan ada baiknya juga dilakukan pengujian terhadap daya kecambah benih tersebut hal ini dimaksudkan agar praktikan lebih mudah dalam memahami tentang maksud dan tujuan sebenarnya dari proses ekstraksi, bahwa ekstraksi adalah pemisahan benih dengan daging buah ataupun selaput yang dapat menghambat perkecambahan.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Z. 1984. Diktat Ilmu Tanah Hutan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Hasanah, M 2002. Peranan Mutu Fisiologik Benih dan Pengembangan Industri Benih Tanaman Industri. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 21(3): 84-90.

Heuver M 2006. Introduction to Seed Testing . IAC Wageningen. The Netherlands.

Kamil, J, 2002, Teknologi Benih II. Padang: Universitas Andalas.

Lauridsen dalam Rohandi. et.al. 2011. Analisis Perubahan Fisiologi Dan Biokimia Benih Tengkawang Selama Pengeringan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman : Vol.8 No.1, Februari 2011, 31 – 40.

Sadjad, S. 1980. Teknologi Benih dalam Masalah Vigor. Bogor : Departemen Agronomi Faperta, IPB. 125 hal.

Saisawat dalam Gunarta, et.al., 2014. Uji Efektivitas Beberapa Teknik Ekstraksi dan Dry Heat Treatment terhadap Viabilitas Benih Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika : Vol. 3, No. 3, Juli 2014.

Sapulete, E. 1996. Perlakuan Awal Untuk Mempercepat Perkecambahan Benih. Buletin Penelitian Kehutanan : Vol.11. BPK Pematang Siantar.

Stubsgoard dan Moestrup dalam Gunarta, et. al. 2014. Uji Efektivitas Beberapa Teknik Ekstraksi dan Dry Heat Treatment terhadap Viabilitas Benih Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika : Vol. 3, No. 3, Juli 2014.

Surahman, M. et. al. 2012. Pengaruh Tingkat Kemasakan Buah, Metode Ekstraksi Buah, Metode Pengeringan, Jenis Kemasan, dan Lama Penyimpanan pada Mutu Benih Jarak Pagar (Jatropha curcas). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia : Vol. 18 (2) hlm. 1-7.

(21)

15

Schmidt dalam Yuniarti, et. al. 2013. Pengaruh Metode Ekstraksi dan Ukuran Benih Terhadap Mutu Fisik-Fisiologis Benih Acacia crassicarpa. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman:Vol.10 No. 3, September 2013, 129 – 137.

(22)
(23)

17

KA = BB – BK x 100 % BK

= 0, 076 – 0,0 77 x 100 % 0,077

= 1,29 %

 Semangka

KA = BB – BK x 100 % BK

= 0,503 – 0, 557 x 100 % 0,557

(24)

18

Lampiran 2. Tabel hasil pengamatan

Pengamatan Ektraksi Basah Ekstraksi Kering

Kimia Fermentasi

Bobot Basah Melon 0,632 g Melon 0,61 g Cabai 0,076 g Tomat 0,076 g Tomat 0,5 g Semangka 0,803 g Bobot kering Melon 0,49 g Melon 0,034 g Cabai 0,077 g Tomat 0,22 g Tomat 0,525 g Semangka 0,557 g

KA % Melon 28,57 % Melon 1,67 % Cabai 1,29 %

(25)

19

Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan

Gambar 1. Alat dan Bahan Gambar 2. Memotong buah semangka (Citrullus lanatus) untuk diambil bijinya.

Gambar 3. Memotong buah melon

(Cucumis melo) untuk diambil bijinya Gambar 4. Biji semangka lanatus), biji melon (Cucumis melo),(Citrus

biji tomat (Solanum lycorpesicum), dan biji cabai merah ( Camsicum annum L.)

Gambar 5. Menimbang biji dengan alat timbangan analitik

Gambar

Gambar 1. Grafik hasil pengamtan ekstraksi basah dan ekstraksi kering.
Gambar  3.  Memotong  buah  melon(Cucumis melo) untuk diambil bijinya

Referensi

Dokumen terkait

analisa kemurnian benih, uji daya kecambah dan analisa campuran varietas lain (cvl). Pengujian mutu benih di laboratorium merupakan salah satu bagian yang sangat penting dari. suatu

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui titik optimum waktu ekstraksi terhadap kadar silika yang diperoleh serta pengaruh suhu pengeringan terhadap daya serap silika

Perlakuan konsentrasi GA3 dan lama perendaman benih secara mandiri berpengaruh nyata terhadap daya kecambah benih kedelai, panjang efikotil dan pajang akar kecambah kedelai,

Sementara pada pengujian daya berkecambah, hasil persentase yang di dapat yaitu kecambah normal 34%, kecambah abnormal 45%, dan benih mati 21%. Penurunan daya berkecambah kacang

Perlakuan konsentrasi GA3 dan lama perendaman benih secara mandiri berpengaruh nyata terhadap daya kecambah benih kedelai, panjang efikotil dan pajang akar kecambah kedelai,

Parameter yang diamati adalah kadar air benih, laju perkecambahan, uji daya kecambah (kecambah normal, abnormal, dan benih yang belum tumbuh), indeks vigor, bobot segar kecambah,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metoda ekstraksi dan ukuran benih yang terbaik untuk benih hasil pemuliaan dan yang belum dimuliakan, yaitu : (1) Ekstraksi benih dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan fine powder dengan cara ekstraksi dan pengeringan dengan menggunakan vacuum tray dryer bedasarkan pengaruh temperatur