• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan teknologi dan produksi benih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan teknologi dan produksi benih"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225)

ACARA I

PENGUJIAN KEMURNIAN BENIH

Oleh :

Nama : Ahmad Syarif H NIM : A1L012055 Rombongan : B1

PJ Asisten :Ibnu Kosim

Sutri utami

KEMENTERIANPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(2)

2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan pangan masyarakat Indonesia sangat besar, sehingga produksi bahan-bahan pangan harus memenuhi. Tetapi lahan-lahan subur diwilayah kita sudah berkurang akibat perubahan fungsi lahan. Sehingga untuk memenuhi hasil-hasil produksi bahan pangan ada kaitannya dengan benih bermutu.

Lahan kritis di Indonesia saat ini semakin meluas. Berbagai upaya penghijauan / penanaman tumbuhan terus dilakukan untuk mengembalikan fungsi lahan dan mengurangi bencana alam yang diakibatkan oleh lahan kritis. Upaya – upaya tersebut tentu saja memerlukan dukungan ketersediaan benih bermutu.

Benih merupakan salah satu bahan dasar dalam budidaya tanaman memegang peranan yang sangat penting baik dalam memperbanyak tanaman maupun dalam mendapatkan produk hasil pertanian. Benih bermutu dengan kualitas yang tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karena itu, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan hingga sampai di tangan petani untuk proses penanaman. Untuk menjaga kualitas benih tersebut, maka peranan pengujian kemurnian benih menjadi sangat penting dan harus dilakukan terhadap benih baik ditingkat produsen benih, pedagang benih maupun pada tingkat petani.

(3)

3 Tujuan dari pengujian kemurnian adalah untuk mengetahui komposisi dari contoh tersebut diambil dengan janis/kultivar/varietas dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan identifikasi yang telah ditetapkan.

Pada prinsipnya, pengujian kemurnian benih di laboratorium merupakan kemurnian secara fisik/berdasar jalan memisahkan contoh identitas fisik yang telah ditetapkan dengan jalan memisahkan contoh kerja benih murni, biji tanaman/varietas lain, biji gulma dan kotoran benih.

Pengujian kemurnian benih merupakan analisis dari beberapa parameter fisik dan kualitas fisiologi sekumpulan benih. Kegiatan ini biasanya didasarkan pada perwakilan sejumlah sampel. Pengujian benih dapat dilakukan secara sederhana maupun dengan standar ISTA (International Seed Testing Association). Tujuan dari kemurnian adalah untuk mengetahui komposisi dari contoh yang diuji yang akan mencerminkan komposisi kelompok benih dari mana contoh tersebut diambil dengan cara–cara yang sudah ditetapkan, dan juga menganalisa macam–macam jenis/kultivar/varietas dan kotoran benih pada contoh tersebut dengan identitas yang telah ditetapkan.

B.Tujuan

(4)

4 II. TINJAUAN PUSTAKA

Kemurnian benih merupakan persentase dari berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas benih dapat ditentukan melalui persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji herba, kotoran yang tercampur, daya berkecambah dan kecepatan berkecambah, daya tumbuh benih, benih terbebas dari hama dan penyakit tanaman, kadar air benih serta hasil pengujian berat benih per seribu biji benih (Kamil, 1979).

Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan – kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji – bijian herba / gulma (weed seed), dan kotoran – kotoran pada masa benih (Sutopo, 2002)

(5)

5 Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut :

A. Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis/ spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benihmurni diantaranya adalah :

1. Benih masak utuh

2. Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak 3. Benih yang telah berkecambah sebelum diuji

4. Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud

5. Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali

B. Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.

C. Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:

1. Benih dan bagian benih

Benih tanpa kulit benih; Benih yang terlihat bukan benih sejati; Bijihampa

(6)

6 Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll.

Dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian benih ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu

A. Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali. B. Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali.

Sertifikasi benih merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pertanian. Program sertifikasi benih bertujuan untuk memelihara kemurnian dan multi benih dari varietas unggul agar dapat menyediakan secara kontinu kepada petani. Kegiatan itu meliputi : 1. Pengujian Lapang; 2. Pengujian di Laboratorium; 3. Pemeriksaan alat – alat pengolahan benih, cara dan tempat penyimpanan benih (Justice, 1990).

(7)

7 Dari skema diatas dapat diketahui bahwa pengambilan contoh benih dapat dilakukan secara simplo yaitu dengan melakukan pengambilan contoh kerja hanya satu kali, tetapi jika secara duplo maka pengambilan contoh kerja dilakukan 2 kali setengah berat contoh kerja.

(8)

8 kemurnian tersebut diteruskan dengan menghitung presentase ketiga komponen tersebut.

Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilakukan penulisan hasil analisis. Adapun ketentuan dalam penulisan hasil analisis kemurnian, yaitu:

(9)

9 2. Komponen yang beratnya 0,05% ditulis 0,0% dan diberi keterangan trace. Bagi komponen yang hasilnya nihil, hendaknya ditulis presentase beratnya dengan 0,00%, sehingga tidak terdapat kolom yang kosong.

3. Bila komponen tidak 100%, maka tambahkan atau kurangi pada komponen yang nialinya terbesar.

4. Nama ilmiah dari benih murni, benih tanaman lain, kotoran benih harus dicantumkan (Kuswanto, 1997)

Adapun beberapa metode untuk menguji kemurnian benih antara lain : 1. Metode Kue ( Pie Methode )

Dengan cara benih ditebarkan di meja serata mungkin hingga membentuk bulatan seperti kue. Hamparan benih tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa bagian dan diberi nomor, setelah itu secara acak dipilih nomor mana yang akan dipakai untuk pengujian.

2. Metode Mangkuk ( Cup methode )

Mangkuk ditata di atas nampan dengan jumlah dan ukuran tertentu. Masing – masing mangkuk diberi nomor dan benih ditebarkan serata mungkin sampai semua mangkuk terisi penuh dan benih habis terbagi rata. Seacara acak dipilih mangkuk nomor berapa yang akan dipakai untuk pengujian (Anonim, 2008).

(10)

10 terdapat dua cara yaitu yang tradisional dan yang pemanfaatan mesin (Kamil, 1979).

(11)

11 III. METODE PRAKTIKUM

A.Alat dan Bahan

1. Benih padi

2. Meja pemurnian, pinset, petridish, kertas, timbangan analitik dan alat tulis

B.Prosedur Kerja

1. Diambil contoh kerja dari benih yang ada dengan jalan pengurangan dengan memakai pembagi benih sehingga diperoleh berat bnih yang diinginkan dan timbngan

2. Diperiksa contoh kerja sedikit demi sedikit di atas meja pemurnian dengan teliti (ingat waktu identifikasi biji) dan pisahkan ke dalam komponen-komponen : benih murni, biji tanaman lain, dan kotoran benih.

3. Dilakukan penimbangan untuk masing-masing komponen dan dicatat hasilnya.

4. Dihitung presentasi berat komponen-komponen tersebut terhadap berat contoh benih

(12)

12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1 Hasil pengamatan kemurnian benih padi. No.

1. Presentase Benih Murni (BM) = Bobot BM/ Bobot awal x 100% = 11,2 gr/20 gr x 100% = 56 %

2. Presentase Spesies Lain (SL) kedelai = 3,9 gr/30 gr x 100% = 19,5 % 3. Presentase Kotoran Benih (KB )= 5,1 gr/30 gr x 100% = 24,5 %

B. Pembahasan

(13)

13 penyakit tanaman, kadar air benih serta hasil pengujian berat benih per seribu biji benih (Kamil, 1979).

Sedangan pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan – kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji – bijian herba / gulma (weed seed), dan kotoran – kotoran pada masa benih. (Sutopo, 2002)

Pengujian benih bertujuan untuk mengkaji dan menetapkan nilai setiap contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas benih. Namun banyaknya spesies / varietas tanaman yang beraneka ragam ada kecenderungan benih akan tercampur antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk menjamin penggunaan benih yang benar – benar murni, bersih dan tidak tercampur dengan bahan lainnya, salah satunya adalah dengan melakukan pengujian kemurnian benih (Anonim, 2008).

Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Untuk analisis kemurnian benih, maka contoh uji dipisahkan menjadi 3 komponen sebagai berikut :

(14)

14 1. Benih masak utuh

2. Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak 3. Benih yang telah berkecambah sebelum diuji

4. Pecahan/ potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud

5. Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali

b) Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.

c) Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:

A. Benih dan bagian benih

1. Benih tanpa kulit benih

2. Benih yang terlihat bukan benih sejati

3. Bijihampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal 4. Cangkang benih

5. Kulit benih B.Bahan lain

1. Sekam, pasir, partikel tanah, jerami, ranting, daun, tangkai, dll. Dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian benih ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu:

(15)

15 b) Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali.

Sertifikasi benih merupakan hal yang sangat penting dalam dunia pertanian. Program sertifikasi benih bertujuan untuk memelihara kemurnian dan multi benih dari varietas unggul agar dapat menyediakan secara kontinu kepada petani. Kegiatan itu meliputi :

1. Pengujian Lapang

2. Pengujian di Laboratorium

3. Pemeriksaan alat – alat pengolahan benih, cara dan tempat penyimpanan benih (Justice, 1990).

Salah satu pengujian yang dilakukan di laboratorium adalah pengujian kemurnian benih. Pengujian kemurnian benih dilakukan tidak hanya di laboratorium tetapi juga diuji lapang untuk memastikan kemurnian genetik suatu benih. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengujian kemurnian benih memiliki hubungan yang sangat erat dengan sertifikasi benih. Pengujian kemurnian benih masuk dalam salah satu komponen kegiatan pengujian dalam proses sertifikasi benih.

Adapun beberapa metode untuk menguji kemurnian benih antara lain : 1. Metode Kue ( Pie Methode )

(16)

16 2. Metode Mangkuk ( Cup methode )

Mangkuk ditata di atas nampan dengan jumlah dan ukuran tertentu. Masing – masing mangkuk diberi nomor dan benih ditebarkan serata mungkin sampai semua mangkuk terisi penuh dan benih habis terbagi rata. Seacara acak dipilih mangkuk nomor berapa yang akan dipakai untuk pengujian (Anonim, 2008).

Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian benih dan daya kecambah benih mempengaruhi nilai benih untuk tujuan pertanaman (Kamil, 1979). Berikut ialah skema analisis pengujian kemurnian benih :

(17)

17 Dari skema diatas dapat diketuhi bahwa pengambilan contoh benih dapat dilakukan secara simplo yaitu dengan melakukan pengambilan contoh kerja hanya satu kali, tetapi jika secara duplo maka pengambilan contoh kerja dilakukan 2 kali setengah berat contoh kerja.

Dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilakukan penulisan hasil analisis. Adapun ketentuan dalam penulisan hasil analisis kemurnian, yaitu:

1. Hasil analisis ditulis dalam presentase dengan 1 desimal, jumlah presentase berat dari semua komponen harus 100%.

2. Komponen yang beratnya 0,05% ditulis 0,0% dan diberi keterangan trace. Bagi komponen yang hasilnya nihil, hendaknya ditulis presentase beratnya dengan 0,00%, sehingga tidak terdapat kolom yang kosong. 3. Bila komponen tidak 100%, maka tambahkan atau kurangi pada

komponen yang nialinya terbesar.

4. Nama ilmiah dari benih murni, benih tanaman lain, kotoran benih harus dicantumkan.

Pada praktikum kali ini penghitungan kemurnian benih dilakukan dengan menggunakan rumus :

(18)

18

% benih murni =

% benih lain =

% kotoran =

Ket. k1 = benih murni k2 = benih tanaman lain k3 = kotoran benih

(19)

19

V. KESIMPULAN

1. Benih merupakan salah satu bahan dasar dalam budidaya tanaman memegang peranan yang sangat penting baik dalam memperbanyak tanaman maupun dalam mendapatkan produk hasil pertanian.

2. Kemurnian benih merupakan persentase dari berat benih murni yang terdapat dalam suatu contoh benih.

3. Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan – kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni (pure seed), benih tanaman lain, benih varietas lain, biji – bijian herba / gulma (weed seed), dan kotoran – kotoran pada masa benih.

(20)

20 DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Pengadaan Benih. http://rians113.blogspot.com/pengadaan-benih.html (Diakses pada tanggal 20 Juni 2014)

Justice, O.L., dan Louis, N.B. 1990. Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih. Rajawali. Jakarta.

Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Penerbit Angkasa Raya. Padang. Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Grasindo. Jakarta.

(21)

21 LAMPIRAN

(22)

22 BIODATA

Nama : Ahmad Syarif Hidayatullah Alamat lengkap :

 Alamat Kos : Jalan Ahmad Jaelani RT 01 RW 04 Nomer 17 Kelurahan Karangwangkal

Kec. Puwokerto utara

 Alamat Asal : Desa Kauman RT 08 RW 04 Nomer 50 Kec. Wiradesa Kab. Pekalongan

Fakultas : Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Jurusan : S1 Agroteknologi

Email : Syarief_ak@yahoo.com

Twitter : @hidasya

(23)

23

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225)

ACARA II

PENGUJIAN KADAR AIR BENIH

Oleh :

Nama : Ahmad Syarif H NIM : A1L012055 Rombongan : B1

PJ Asisten : Ibnu Kosim

Sutri utami

KEMENTERIANPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(24)

24

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya. Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% - 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih.

Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada kadar air tinggi beresiko cepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan. Kadar air benih merupakan salah satu komponen yang dinilai dalam sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu pengujian rutin para analisis benih di laboratorium benih.

(25)

25 munculnya unsur – unsur utama dari lembaga suatu benih yang diuji menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai bagi benih tersebut. Persentase daya tumbuh benih adalah persentase dan benih yang membentuk bibit atau tanaman normal pada lingkungan yang sesuai dalam jangka waktu tertentu.

Kadar air produk tanaman yang diperoleh sekiranya akan disimpan untuk beberapa waktu bagi keperluan yang akan datang haruslah diturunkan sampai batas-batas tertentu. Yang dimaksud dengan batas-batas tertentu yaitu batas-batas agar jangan sampai terjadi penyimpangan-penyimpangan selama benih itu berada dalam penyimpanan karena benih sebagai organisme hidup yang mengadakan respirasi secara terus-menerus, dapat mudah terkena beberapa pengaruh yang terutama berakibat pada viabilitas dan vigor untuk dikembangkan pada saat yang diperlukan.

Jumlah air dalam suatu benih merupakan kadar airnya, yang diukur berdasarkan berat basah atau berat kering benihnya. Bila kadar air benih diberikan berdasarkan berat basahnya, maka jumlah airnya merupakan persentase dari berat benih sebelum airnya dihilangkan.

B. Tujuan

(26)

26 II. TINJAUAN PUSTAKA

Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin (ISTA, 2010).

Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% – 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada perhitungan kadar air benih, yang dihitung persentasenya hanyalah air bebas, karena air inilah yang dapat bergerak bebas di dalam benih dan mudah untuk diuapkan (Anonim, 2009).

(27)

27 mungkin ikut menguap yang akan menyebabkan hasil pengukuran over estimation. (Mugnisyah, 1990).

Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% – 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan naiknya aktivitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang terdapat dalam benih dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu air bebas dan air yang terikat. Pada perhitungan kadar air benih, yang dihitung persentasenya hanyalah air bebas, karena air inilah yang dapat bergerak bebas di dalam benih dan mudah untuk diuapkan (Anonim, 2009).

Metode pengeringan oven telah mempertimbangkan bahwa hanya air saja yang diuapkan selama pengeringan. Namun, bagaimanapun juga senyawa yang mudah menguap mungkin ikut menguap yang akan menyebabkan hasil pengukuran over estimation. Dengan demikian, kadar air yang ditentukan dengan metode oven mungkin saja tidak merepresentasikan kadar air benih yang sesungguhnya (Poulsen, 1994).

(28)
(29)

29 III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara I yaitu benih tanaman padi, oven, timbangan elektrik, moister tester, amplop, petridish dan alat tulis

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja terdiri dari dua cara yaitu dengan moisture tester dan cara manual.

1. Moisture tester

a. Masukan 4-8 benih padi yang akan diuji kadar airnya ke dalam moisture tester.

b. Sekrup diputar sampai benih padi hancur, kemudian tekan tobol paddies.

c. Dilihat pada layar digital hasil pengukuran dan dicatat kadar air benih padi yang diuji.

2. Manual

a. Sediakan benih padi

b. Ditimbang benih kacang padi hingga 20 gram (Bobot awal) c. Kemudian benih dimasukan kedalam amplop

(30)

30 e. Dilakukan pengovenan sampai 2 x 24 jam

f. Ditimbaang benih padi yang sudah dioven (Berat akhir) g. Dihitung kadar air = Berat awal – Berat akhir

(31)

31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada praktikum kali ini dilakukan dengan dua metode, yaitu : 1. Manual / dasar

Kadar Air = Berat awal – Berat akhir = 20 – 16,4 = 3,6 gram % Kadar air = 3,6 / 20 x = 1,8 % 2. Moisture tester / praktek

(32)

32 B. Pembahasan

Gambar 3 (sebelum dimasukkan di moisture tester)

(33)

33 Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi daya simpan benih. Jika kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh (Nelson, 2001). Menurut

Gradness (1991) “kehilangan viabilitas benih Kentucky blugrass yang baru

dipanen berkorelasi dengan kadar air benihnya serta lamanya benih disimpan pada

suhu tertentu”.

Kadar air biji penting artinya untuk menetapkan waktu panen, karena pemanenan itu harus dilakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada masing-masing spesies atau varietas. Umumnya tanaman padi-padian (cerealia) dan biji-bijian (grain legumes) dipanen pada kadar air biji sekitar 20%. Umumnya kadar air biji 30% merupakan batas tertinggi untuk panen. Pemanenan dengan kadar air biji diatas 30% tidak baik karena sukar untuk pengirikan (threshing). Di samping itu biji akan menjadi rapuh apabila dikeringkan sampai di bawah kadar air 20%. Tetapi tergantung pada jenis biji ada yang baik dipanen pada kadar air 10-12% (Kamil, 1979). Menurut Sutopo (2002), “Penentuan kadar air benih dan suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan karena laju kemunduran suatu

benih dipengaruhi pula oleh kadar airnya”.

(34)

34 penimbunan zat makanan ditandai dengan kenaikan berat kering benih, dan turunnya kadar air. Pada fase pemasakan, kadar air benih akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara di luar dan setelah mencapai tingkat masak fisiologis, benih berat kering benih tidak akan banyak mengalami perubahan. Selain itu faktor lain adalah faktor lingkungan yang menurut Sutopo (2002) kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai kondisi yang equilibrium dengan keadaan sekitarnya. Kadar air benih yang selalu berubah sesuai dengan keadaan sekitarnya itu sangat membahayakan kondisi benih karena berkaitan dengan laju deteriorasi benih yang pada akhirnya akan berpengaruh pada persentase viabilitas benih. Untuk mengatasi masalah perubahan kadar air benih tersebut, setelah benih diproses dengan kadar air tertentu maka benih tersebut harus dikemas dengan bahan pengemas yang dapat mempertahankan kadar airnya untuk jangka waktu tertentu. Benih tersebut harus disimpan di ruangan dengan persentase RH tertentu, agar kadar airnya tetap stabil.

(35)

35 yang menghasilkan 16,4 gr (b1). Setelah diketahui berat awal (b0) dan berat akhir (b1), kadar air benih dihitung dengan menggunakan rumus :

Ka(%) = b0 – b1 x 100%

b0

Sedangkan dengan metode air oven didapat kadar air sebesar 1,8 %. Metode oven, pada dasarnya contoh benih dipanaskan pada temperatur dan waktu tertentu. Pada praktikum ini praktikan menggunakan oven 700 C selama 48 jam sampai mencapai berat tetap. Kehilangan berat sebagai akibat pemanasan ini ditentukan dan dianggap kadar air benih asal. Elektrik moisture tester, dengan alat ini ditentukan kadar air benih berdasarkan atas sifat konduktifitas dan dielektrik benih, yang keduanya tergantung dari kadar air dan temperatur benih. Penentuan kadar air benih dengan menggunakan alat ini dapat berlangsung dengan cepat.

Metode praktek dilakukan dengan memasukkan benih padi kedalam lubang pengujian pada moisture test kemudian sekrup penghancur benih pada alat tersebut diputar sampai benih benar – benar hancur. Menu uji dipilih sesuai dengan benih yang diuji dengan menekan tombol pilihan uji yaiti paddies. Hasil yang didapat adalah U1= 13,3%, U2= 13,3%, U3= 13,6 dengan rata-rata yaitu 13,4 % (%KA).

(36)

36 simpan saja dapat digunakan metode praktik namun apabila tujuan pengukuran adalah menguji mutu benih sebaiknya digunakan metode dasar.

Menurut kuswanto(1997) kadar air benih adalah menyangkut air yang terikat secara fisik dan di nyatakan pada material basah atau kering. Cara penentuan kadar air benih digolongkan atas metode dasar dan metode praktek. Pada metode dasar, benih itu dikeringkan pada temperatur tertentu sehingga mencapai berat yang tetap, kehilangan berat sebagai akibat pemanasan atau pengeringan itu selanjutnya ditentukan dan dianggap kadar air benih asal. Pada metode praktek, penentuan kadar air benih berdasarkan atas sifat konduktifitas dan dielektrik benih, yang kedua sifat ini tergantung dari kadar air dan temperatur benih. Pada metode dasar antara lain termasuk metode tungku (oven method). Pada metode praktek antara lain elektrik moisture tester (Kuswanto, 1997).

(37)
(38)

38 V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :

1. Kadar air benih merupakan salah satu factor penting yang mempengaruhi daya simpan benih. Jika kadar air benih terlalu tinggi dapat memacu respirasi dan berbagai cendawan dapat tumbuh

2. Pengujian kadar air benih dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu metode dasar / konvensional (pengovenan) dan metode praktik (mouisture tester).

(39)

39 DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009 http://agronomi02.blogspot.com/2010/08/kemurnian-benih.html (diakses pada 30 Juni 2014)

Gradness. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI Press; Jakarta ISTA. 2010.

International Rules for Seed Testing Edition 2010. ISTA Co. Kuswanto, H. 1997. Analisis Banih. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Mugnisjah, Wahyu Qamara dan Asep Setiawan. 1990. Pengantar produksi benih. Rajawali Pers, Jakarta

Nelson, Stu. 2001. Seed Stratification. University of Saskatchewan: England Rahmitasari, Dewi. 2011. Pengujian Kadar Air. PBT Ahli Pertama BBPPTP :

(40)

40 LAMPIRAN

(41)
(42)

42 BIODATA

Nama : Ahmad Syarif Hidayatullah Alamat lengkap :

 Alamat Kos : Jalan Ahmad Jaelani RT 01 RW 04 Nomer 17 Kelurahan Karangwangkal

Kec. Puwokerto utara

 Alamat Asal : Desa Kauman RT 08 RW 04 Nomer 50 Kec. Wiradesa Kab. Pekalongan

Fakultas : Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Jurusan : S1 Agroteknologi

Email : Syarief_ak@yahoo.com

Twitter : @hidasya

(43)

43

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225)

ACARA III

SCARIFIKASI DAN STRATIFIKASI BENIH

Oleh :

Nama : Ahmad Syarif H NIM : A1L012055 Rombongan : B1

PJ Asisten : Ibnu Kosim

Sutri utami

KEMENTERIANPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(44)

44

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Benih merupakan bagian generatif tanaman yang digunakan untuk perkembangbiakan / pembudidayaan. Dalam usaha budidaya tanaman diperlukan benih yang memiliki daya kecambah dan tumbuh yang baik agar menghasilkan tanaman yang baik pula. Perlu diketahui bahwa daya tumbuh benih adalah munculnya unsur – unsur utama dari lembaga suatu benih yang diuji menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai bagi benih tersebut. Persentase daya tumbuh benih adalah persentase dan benih yang membentuk bibit atau tanaman normal pada lingkungan yang sesuai dalam jangka waktu tertentu.

Banyak macam benih tidak dapt berkecambanh meskipun diberikan fasilitas yang secukupnya. Benih demikian ini berasa dalam keadaan dormansi. Banyak faktor yang menyebabkan dormansi ini, antar kekerasan kulit sehingga air, udara sulit masuknya. Keuntungan tambahan dengan perlakuan air panas tersebut ialah mematikan hama dan penyakit yang seed home.

(45)

45 tersebut. Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan.

B. Tujuan

1. Menunjukan kekerasan biji-biji legumes yang ada pada daerah tropika dan bagaimana cara skarifikasi dijalankan.

(46)

46 II. TINJAUAN PUSTAKA

Biji adalah ovule yang dewasa. Terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovari pada legume, tapi tidak pernah lebih dari satu biji terbentuk dalam ovari pada monokotil. Setiap biji matang selalu terdiri paling kurang dua bagian,yaitu: (1).Embryo, (2).Kulit biji (Seed coat atau testa). Embryo terbentuk atau berasal dari telur yang dibuahi (zygot) dengan mengalami pembelahan sel di dalam embryo sac. Kulit biji terbentuk dari integumen (satu atau lebih) dari ovule. Pada legume umumnya terdapat dua lapis kulit biji. Lapisan sebelah dalam tipis dan lunak,sedangkan lapisan sebelah luar tebal dan keras fungsinya sebagai lapisan proteksi terhadap suhu, penyakit dan sentuhan mekanis. Kulit biji pada legume pada umumnya mudah dilepaskan dari biji setelah perendaman dengan air panas sehingga terlihat seluruh biji atau embryo (Kamil, 1979).

Biji dapat memiliki fungsi ganda, sebagai bahan konsumsi dan sebagai bahan tanaman. Secara fungsional dalam memenuhi kepentingan budidaya. Tanaman biji itu tidak sama dengan benih.Biji tumbuhan kalau dipelihara dan ditangani untuk tujuan budidaya, maka biji berfungsi sebagai benih dalam batasan. Dalam batasan struktural, benih sama dengan buah tetapi dalam batasan fungsional tidak sama dengan biji (Sadjad, 1974)

(47)

47 dan mengijinkan permintaan akan perkecambahan sering agak berbeda dari yang keadaan yang menguntungkan untuk tumbuh atau bertahan hidup dari tingkat kehidupan autotropik dari tanaman (Kartasapoetra, 1992).

Ahli fisiologi benih biasanya menetapkan perkecambahan sebagai kejadian yang dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula ( akar, lembaga pada beberapa biji, kotiledon/hipokotil ) memanjang atau muncul melewati kulit biji. Kemudian dapat disimpulkan lagi bahwa dormansi bisa terjadi karena kondisi dari dalam biji itu sendiri kurang sesuai walaupun kondisi luar sudah sesuai dengan persyaratan tumbuh biji tersebut ( suhu, kelembaban dan atmosfer ). Oleh karena itu kondisi dalam benih ( kulit biji yang terlalu keras atau faktor-faktor lain bisa dihilangkan atau diatasi dengan tindakan skarifikasi dan stratifikasi (Kuswanto, 1997).

Menurut Mugnisjah (1990) Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh : a. Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.

b. Proses respirasi tertekan / terhambat.

c. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan. d. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.

(48)

48 III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Bahan yang dipakai pada praktikum ini antara lain : benih melinjo, benih albasia, tanah pasir, air steril, amplas. Sedangkan alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain : polibag , label dan pembatas polybag dan alat tulis

B. Prosedur kerja

1. Scarifikasi

a. Bahan dan alat yang akan digunakan dipersiapkan.

b. Satu buah benih melinjo dibersihkan kemudian dikikir atau digosok bagian kulit bijinya menggunakan ampelas pada bagian samping, atas bawah, dan kontrol (tidak dikikir).

c. Melinjo yang telah dikikir ditanam dalam polibag dan diamati pertumbuhannya setiap hari selama 8 hari.

d. Dibandingkan antara perlakuan scarifikasi dan kontrol. 2. Stratifikasi

a. Bahan dan alat yang akan digunakan dipersiapkan.

(49)

49 c. Kemudian air didinginkan dan benih ditanam dalam polibag yang telah disediakan. Polybag dibagi menjadi dua bagian dan satu sisi ditanami 10 benih albasia stratifikasi dan sisi kedua ditanami 10 benih kontrol d. Pertumbuhan benih diamati setiap hari selama 8 minggu.

(50)

50 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Scarifikasi Melinjo

Tidak ada yang tumbuh = 0% 2. Skarifikasi Benih Albasia

a. Albasia Kontrol = 1/10 x 100% = 10%

b. Albasia Perlakuan = 8/10 x 100% = 80%

B. Pembahasan

(51)

51 Gambar 6 (Stratifikasi biji Albasia)

Dormansi merupakan masa istirahat atau keadaan benih pada fase istirahat akan tetapi tetap masih melangsungkan proses metabolisme seperti respirasi. Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak dapat berkecambah walaupun diletakan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan (Sutopo, 2002).

(52)

52 lingkungannya, baik musim maupun variasi–variasi yang kebetulan terjadi (Kartasapoetra, 1992).

Benih–benih yang menunjukkan tipe dormasi yang impermabel terhadap air dan gas disebut sebagai benih keras. Pada benih ini pengambilan air terhalang kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel–sel berupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dari bahan kutikula. Pada beberapa benih tanaman, masuknya biji diatur oleh suatu pintu kecil pada kulit biji yang ditutupi dengan sumbat serupa gabus yang terdiri dari suberin. Bila sumbat gabus diambil atau dikendorkan barulah air dapat masuk ke dalam biji (Sutopo, 2002).

Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu : 1. Dormansi Fisik

Dormansi fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas–gas ke dalam biji. Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :

a. Impermeabilitas kulit biji terhadap air

Benih–benih yang termasuk dalam tipe dormansi ini disebut sebagai Benih Keras karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula (Kuswanto, 1997).

(53)

53 Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera (Kuswanto, 1997).

c. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas–gas

Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat (Kuswanto, 1997). 2. Dormansi Fisiologis

Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh. Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah :

a. Immaturity Embrio

Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih – benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah (Kuswanto, 1997).

b. After Ripening

(54)

54 waktu After Ripening. After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda–beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya (Kuswanto, 1997).

Menurut Kartasapoetra (1992) faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam:

a. faktor lingkungan eksternal, adalah faktor luar yang mengadakan interaksi dengan biji sehingga dapat mempercepat atau memperlambat perkecambahan seperti cahaya, temperatur, dan air

b. faktor internal, adalah faktor dari dalam biji itu sendiri yang merupakan ekspresi gen terhadap biji suatu tanaman seperti kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor, dan rendahnya zat perangsang tumbuh.

c. faktor waktu, yaitu waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor, dan sintesis zat perangsang tumbuh dormansi pada benih dapat disebabkan oleh dua faktor utama yaitu keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua kedaan tersebut.

(55)

55 Cara mengetahui dan membedakan benih yang tidak dapat berkecambah tersebut dorman atau mati adalah dengan memecahkan dormansi. Kamil (1979) mengungkapkan cara – cara untuk memecahkan dormansi antara lain dengan perlakuan mekanis, perlakuan kimia, perlakuan perendaman air, perlakuan pemberian temperatur tertentu dan perlakuan dengan cahaya. Perlakuan mekanis umum dipergunakan untuk memecahkan dormansi benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas, resistensi mekanis kulit perkecambahan yang terdapat pada kulit biji.

Menurut Sutopo (2002), Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan dormansi antara lain :

1. Perlakuan mekanis

Perlakuan mekanis umum digunakan untuk memecahkan dormansi benih yang disebabkan oleh impermeabel kulit biji baik terhadap air maupun gas. Cara ini terdiri dari skarifikasi (mengikir, melubangi kulit biji dengan pisau) dan pemberian tekanan.

2. Perlakuan kimia

Perlakuan ini dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti larutan H2SO4 pekat atau larutan HNO3 pekat.

3. Perlakuan perendaman dengan air panas.

4. Perlakuan dengan temperatur tertentu dan perlakuan cahaya

(56)

56 Impermeabilitas ini dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran (Ratna, 2002). Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. Skarifikasi tercapai dengan bermacam-macam teknik. Cara-cara mekanik termasuk tindakan pengamplasan merupakan tindakan yang paling umum.

Skarifikasi merupakan salah satu cara pematahan dormansi dengan cari mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas ampelas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction untuk benih – benih yang memiliki sumbat gabus. Dimana semuanya bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas. Perlakuan dengan tekanan, benih-benih dari sweet clover dan alfalfa setelah diberi perlakuan dengan tekanan hidraulik 2000 atm pada 180 C selama 5 – 20 menit ternyata perkecambahannya meningkat sebesar 50 – 200%. Efek tekanan terlihat setelah benih – benih tersebut dikeringkan dan disimpan, tidak diragukan lagi perbaikan perkecambahan terjadi disebabkan oleh perubahan permeabilitas kulit biji terhadap air (Kartasapoetra, 1992). Kelebihan dari scarifikasi adalah efektif untuk biji yang dormansinya dihambat oleh kulit biji yang keras dan tebal ataupun disumbat oleh jaringan gabus. Sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat dilakukan pada skala besar karena prosesnya yang dilakukan satu per satu dan teknik yang dilakukan apabila tidak cermat dapat melukai embrio maupun merusak endosperm biji.

(57)

57 sebagai kontrol. Kemudian masing-masing biji melinjo ditanam dalam satu polybag dan diberi pembatas serta kertas label sebagai pembeda identitas perlakuan dan diamati selama 8 hari. Menurut Kuswanto (1997) pengampelasan yang dilakukan pada benih adalah upaya untuk memecahkan dormansi biji yang disebabkan oleh hamnatan mekanis. Hambatan tersebut adalah struktur kulit biji yang keras sehingga radikula tidak dapat menembus kulit biji. Kondisi ini menyebabkan tidak berkecambahnya benih.

Stratifikasi merupakan pemberian temperatur tertentu terhadap benih sebagi perlakuan. Banyak benih yang perlu dikenai temperatur tertentu sebelum dapat diletakkkan pada temperatur yang cocok untuk perkecambahannya. Cara yang paling sering dipakai dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab. Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangnya bahan – bahan penghambat pertumbuhan atau terjadi pembentukan bahan – bahan yang merangsang pertumbuhan (Kartasapoetra, 1992). Kelebihan dari teknik ini adalah lebih mudah dan praktis serta dapat dilakukan untuk benih dalam jumlah yang besar, sedangkan kekuranganya adalah perlu dicermati terlebih dahulu tipe benih yang akan si stratifikasi dengan temperatur yang cocok. Ketidaksesuaian temperatur stratifikasi dapat menyebabkan rusaknya biji bahkan matinya embrio karena suhu ekstrim yang diterapkan.

(58)

58 yang diberi media pasir dimana benih kontrol (10 biji) dan benih perlakuan stratifikasi (10 biji) ditanam pada satu polybag kemudian diberi penanda dan pembatas. Pengamatan dilakukan selama 8 hari. Menurut Kuswanto (1997) perlakuan temperatur tinggi pada benih akan melunakan kulit biji sehingga air dan udara dapat lebih mudah masuk ke dalam benih dan benih dapat berkecambah lebih baik karena hambatan mekanis dari kulit biji dapat diatasi. Hal tersebut dapat mengoptimalkan perkembangan dan pertumbuhan radikula dan plumula. Perlakuan ini dapat pula mengaktifkan enzim yang penting bagi perkecambahan.

Berdasarkan hasil praktikum perlakuan skarifikasi tidak menunjukan hasil yang berbeda nyata dengan kontrol. Benih melinjo kontrol dan perlakuan skarifikasi sama-sama belum menunjukan tanda-tanda akan berkecambah. Sehingga % perkecambahanya adalah 0%. Menurut Mulawarman (2002) dalam penelitianya menunjujan bahwa benih melinjo yang diskarifikasi mulai terlihat pertumbuhan akarnya pada minggu ke-3 setelah tanam.

Biji melinjo pada umumnya mulai berkecambah 6 bulan setelah ditanam (disemai), dan persentasinya sangat rendah yakni 1% - 2%. Makin lama, persentasi yang berkecambah makin naik, biasanya setelah12 bulan hampir semua biji berkecambah, hanya beberapa saja yang baru berkecambah setelah 14 bulan.bila ada biji yang tidak mau berkecambah setelah sekian lama berada di pesemaian, kemungkinan biji itu tidak memiliki embrio, hanya memiliki endosperm (Sadjad, 1974).

(59)

59 tidak seragam. Karena lama di pesemaian, biji dapat terserang mikroorganisme, sehingga bibit yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan (Kamil, 1979).

Bahwa perkecambahan biji di mulai 6 bulan setelah disemai, itu tidaklah mutlak, karena perkecambahan embrio dari biji yang telah masak ternyata bervariasi sewaktu lepas dari pohon. Dapat terjadi biji berkecambah selama 3–4 bulan di pesemaian, tetapi hal ini jarang sekali terjadi, dan persentasenya sangat rendah yakni kurang dari 1% (Mugnisjah, 1990).

(60)

60 berkembang sempurna diduga menjadi penyebab hasil 0% perkecambahan pada perlakuan skarifikasi.

Stratifikasi yang dilakukan pada praktikum menghasilkan % perkecambahan 80% dan kontrol 10%. Hasil tersebut menunjukan perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan dan kontrol sehingga dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sesuai untuk memecah dormansi biji albasia. Menurut Karnomo (2002) temperatur tinggi yang diberlakukan pada biji albasia dalam beberepa waktu tertentu akan berpengaruh terhadap kulit biji albasia. Kulit biji yang keras akan terdegradasi sehingga sel-sel nya menjadi mudah untuk dimasuki air. Ketika air masuk ke dalam jaringan kulit biji maka jaringan tersebut akan menjadi lunak dan selanjutnya air akan masuk ke biji sebagi katalisator perkecambahan. Beliau juga menuturkan bahwa stratifikasi sesuai untuk beih albasia yang memiliki kulit biji keras dan tipis namun ukuran bijinya kecil.

(61)

61 V. KESIMPULAN

1. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji ataupun keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua kedaan tersebut.

2. Pematahan dormansi pada benih melinjo dilakukan dengan cara scarifikasi yaitu mengkikir atau menggosok bagian kulit biji menggunakan ampelas pada bagian – bagian tertentu tidak berpengaruh terhadap % perkecambahan biji melinjo.

(62)

62 DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, Sri S. 1996. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Justice, O. L dan Lois, N. Bass. 1990. Praktek dan Penyimpanan Benih. Rajawali

Pers: Jakarta.

Kamil, J. 1979. Teknologi Benih 1. Angkasa Raya: Padang. Karnomo. 2002. Budidaya Sengon . Rineka Cipta : Jakarta.

Kartasapoetra, A. G. 1992. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. CV Bina Aksara: Jakarta.

Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Mugnisjah, W. Q. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Pers: Jakarta. Sadjad, S. 1974. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia Widiasarana Indonesia:

Jakarta.

(63)

63 LAMPIRAN

(64)
(65)
(66)

66 BIODATA

Nama : Ahmad Syarif Hidayatullah Alamat lengkap :

 Alamat Kos : Jalan Ahmad Jaelani RT 01 RW 04 Nomer 17 Kelurahan Karangwangkal

Kec. Puwokerto utara

 Alamat Asal : Desa Kauman RT 08 RW 04 Nomer 50 Kec. Wiradesa Kab. Pekalongan

Fakultas : Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Jurusan : S1 Agroteknologi

Email : Syarief_ak@yahoo.com

Twitter : @hidasya

(67)

67

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225)

ACARA IV

PERKECAMBAHAN PADA LINGKUNGAN SUB OPTIMAL

Oleh :

Nama : Ahmad Syarif H NIM : A1L012055 Rombongan : B1

PJ Asisten : Ibnu Kosim

Sutri utami

KEMENTERIANPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(68)

68 I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kemampuan tiap benih/biji untuk tumbuh berkembang membentuk bibit serta tanaman yang sehat dan normal dan berproduksi tinggi pada kondisi lingkungan sub-optimal sngat berbeda-beda, ada yang dapat hidup atau toleran terhadap kondisi tersebut ada pula yang tidak tumbuh atau mati. Kemapuan perkecambahan dari tanaman ditunjukan oleh daya kecambahnya atau oleh kondisi vigor dari tiap benih. Vigor atau kekuatan tumbuh benih memberikan informasi akan kemungkinan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman normal dan berproduksi wajar meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimal.

Perkecambahan benih yang tinggi akan memudahkan dalam proses penanaman terutama pada lahan-lahan yang sub optimal yang masih banyak belum digunakan untuk kegiatan pertanian misalnya pada lahan pasang surut atau pada lahan-lahan bekas daerah penambangan yang dibiarkan saja. Salah satu kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan adalah adanya tanah salin. Tanah salin merupakan tanah yang mempunyai kandungan garam NaCl yang cukup tinggi.

(69)

69 masih tersedia lahan yang luas. Pengujian ini sebgai latihan kepada mahasiswa untuk mengetahui pengaruh garam-garam NaCl pada perkecambahan tanaman. Para petani harus benar-benar melakukan pekerjaan ini dengan serius, karena kebutuhan popok tetap harus terpenuhi yang walupun pada saat ini banyak sekali lahan-lahan pertanian semakin menipis.

B.Tujuan

(70)

70 II. TINJAUAN PUSTAKA

Daya kecambah benih semakin meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai maximum germination jauh sebelum masak fisiologis atau berat maksimum tercapai.Sampai masak fisiologis tercapai 100% ini konstan. Sesudah itu akan menurun dengan kecepatan yang sesuai dengan keadaan jelek dilapangan (Kamil,1979).

Metode perkecambahan dengan pengujian di laboratorium hanya menentukan persentase perkecambahan total dan dibatasi oleh pemunculan dan perkembangan struktur-struktur penting dari embrio yang menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal pada kondisi lapangan yang optimum sedangkan kecambah yang tidak menunjukkan kemampuan untuk tersebut dinilai sebagai kecambah yang abnormal. Benih yang tidak dorman tetapi tidak tumbuh setelah periode pengujian tertentu dinilai sebagai mati (Justice, O. L. dan Bass, L. N. 1990).

(71)

71 Menurut Harrington (1973), penyebab utama hilangnya viabilitas benih adalah denutrasi protein yaitu baik protein histon maupun protein yang terdapat dalam inti kromosom dan denutrasi protein enzim. Denutrasi enzim terjadi karena patahnya hidrogen pada molekul protein, terikatnya hidrogen oleh alkohol atau karena terikatnya selaput air pada protein tersebut.

Perkecambahan benih pada lingkungan sub optimal pada dasarnya merupakan Imbibisi. Imbibisi merupakan suatu proses penyerapan air oleh imbiban. Salah satu contohnya adalah penyerapan air oleh benih. Pada mulanya benih akan membesar kemudian kulit benih pecah dan selanjutnya terjadiah proses perkecambahan yang ditandai oleh keluarnya radikula dari dalam benih (Kuswanto, H. 1997).

Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan metode uji = UDK (Uji Di atas kertas), UAK (Uji Antar Kertas) dan UKDdp (Uji Kertas digulung didirikan dalam plastik) (Sutopo, 2002).

(72)

72 Pengujian viabilitas terhadap suatu varietas perlu dicari metode standar agar penilaian terhadap atribut perkecambahan dapat dilakukan dengan mudah. Kita mengenal beberapa metode pengujian yang dapat dipakai untuk menguji viabilitas, yaitu :

a. Uji di Atas Kertas

Pada metode pengujian ini benih diletakkan di atas kertas substrat yang telah dibasahi. Metode ini sangat baik digunakan untuk benih yang membutuhkan cahaya bagi perkecambahannya.

Pada metode pengujian ini benih diletakkan diantara kertas substrat yang digulung dan didirikan. Dapat digunakan bagi benih yang tidak peka terhadap cahaya untuk perkecambahannya.

d. Uji Tetrazolium

(73)

73 Disebut uji cepat viabilitas karena indikasi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio yang akan terbentuk dalam beberapa saat saja setelah diterapkan, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah yang memerlukan waktu berhari-hari. Bila indikator diimbibisi oleh benih ke dalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga terbentuk zat yang disebut trifenil formazan, suatu endapan yang berwarna merah. Pada sel-sel yang mati tidak terjadi reduksi dan tidak terbentu trifenil formazan sehingga warnanya tetap.

Adanya pola-pola warna merah pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan bahwa benih mampu menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal. Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak yaitu untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih.

(74)

74 bagian embrio yang hidup akan berwarna merah sedangkan yang mati atau cacat akan berwarna putih.

e. Uji Pada Pasir

(75)

75 III. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara ini antara lain: benih

tanaman padi 3x20 biji, larutan garam nacl dengan konsentrasi 0 ppm,

2500 ppm, dan 5000 ppm, aquadest,petridish, kertas merang. pinset,

sprayer.

B. Prosedur kerja

1. Siapkan larutan garam dengan konsentrasi 0 ppm, 2500 ppm, dan 5000 ppm.

2. Siapkan petridish dengan diberi kertas merang dan diberi identitas perlakuan dengan kertas label kemudian semprot dengan menggunakan sprayer sesuai dengan perlakuan sampai lembab. 3. Masing-masing benih dikecambahkan sesuai dengan perlakuan. 4. Lakukan pengamatan selama 8 hari setiap hari, dan hasil ditulis

(76)

76 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2 Hasil pengamatan perkecambahan pada lingkungan sub optimum.

Benih Perlakuan % perkecambahan

Padi 0 ppm 100%

2500 ppm 75%

5000 ppm 45%

% perkecambahan = jumlah benih tumbuh / jumlah seluruh benih x 100% 1. perlakuan 0 = 20 / 20 x 100% = 100%

2. Perlakuan 2500 = 15 / 20 x 100% = 75% 3. Perlakuan 5000 = 9 / 20 x 100% = 45%

Indeks vigor :

0 ppm = 27,86; 2500 ppm = 13,55; 5000 ppm = 4,815 B. Pembahasan

(77)

77 Gambar 8 (penyemprotan 2500 ppm)

(78)

78 Lingkungan sub optimal adalah suatu lingkungan/lahan tanaman tumbuh pada kondisi lingkungan cuaca yang bervariasi dan berbagai lahan. Lingkungan merupakan salah satu syarat penting bagi perkecambahan . air, temperatur yang tidak membatasi, dan udara yang cocok diperlukan bagi perkecambahan biji yang tidak mengalami masa dormansi, atau sesudah biji matang. Umumnya, kondisi yang baik bagi pertumbuhan semai, juga baik untuk perkecambahan. Biji pada spesies yang berbeda, mempunyai perbedaan genetis dan lingkungan yang dapat menentukan dormansi. Perkecambahan tidak tidak dapat berlangsung hingga hilangnya masa dormansi melalui pengaruh lingkungan tertentu dalam waktu cukup lama (Kuswanto, 1997).

Kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang sub optimal disebut dengan vigor benih. Adanya keadaan sub optimal yang tidak menguntungkan dapat menambah segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. Semua benih harus mempunyai kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap dapat tumbuh sehat dan kuat serta berproduksi tinggi dengan kualitas baik (Sutopo, 2002).

(79)

79 memperoleh keterangan yang dapat dipercaya, tentang mutu atau kualitas dari suatu benih. Dalam proses pengujian benih yang diujikan antara lain viabilitas, benih atau daya hidup benih, struktur pertumbuhan, uji kesehatan benih. Dalam pengujian benih langkah-langkah yang harus dilakukan antara lain (1) pengambilan contoh benih, (2) pengujian kemurnian benih, (3) pengujian kadar air, (4) uji daya kecambah (5) uji kekuatan tumbuh benih atau uji kesehatan benih (ISTA. 2010).

Salinitas merupakan keadaan lingkungan yang terakumulasi garam sehingga menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh normal. Salinitas biasanya dipicu kekeringan yang cukup panjang sehingga terjadi pengendapan pada tanah (Belo, S.M., F.C. Suwarno. 2012).

Larutan salin dapat dibuat dengan cara melarutkan garam pada air yang telah disesuaikan kebutuhannya. Tujuannya agar memudahkan pengujian tingkat salinitas yang dapat meningkakan toleransi dari benih atau tanaman itu sendiri.

Kerusakan yang ditimbulkan salinitas pada benih yang peka dapat berupa : a) penghambatan pertumbuhan karena masuknya air dengan potensial larutan tinggi dari larutan kultur, b) gangguan penghambatan metabolism normal akibat akumulasi Na tinngi dan, c) penghambatan penyerapan kation esensial oleh benih (Alam, 1999).

(80)

80 selanjutnya akan berlangsung. Semakin besarnya konsentrasi garam pada media perkecambahan, berarti makin besar air yang hilang dari dalam biji, sehingga vigor semakin menurun. Konsentrasi air yang rendah di luar biji (konsentrasi larutan di luar biji dinaikkan), yaitu dengan menambahkan sejumlah NaCl ke dalam larutan, maka air akan berkurang atau sama sekali tidak akan masuk ke dalam biji. Jadi bretambah kecil konsentrasi air (bertambah tinggi konsentrasi larutan) di luar biji, bertambah sedikit pula air yang masuk ke dalam biji yang direndamkan ke dalam larutan tadi (Kamil, 1979).

Kecilnya air yang diserap dan daya kecambah suatu benih, dapat diakibatkan tidak adanya penyerapan pada benih bahkan kemungkinan air dalam benih keluar. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji yaitu berdasarkan peningkatan tekanan hidrostatik. Kecepatan penyerapan air adalah berbanding terbalik dengan jumlah air yang diserap terlebih dahilu oleh benih. Jadi, kecepatan penyerapan pada permulaan tinggi dan kemudian melambat sejalan dengan naiknya tekanan hidrostatik sampai tercapai keseimbangan (Sutopo, 2002).

(81)
(82)

82 V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :

1. Perkecambahan dengan menggunakan konsentrasi NaCl 0 ppm lebih tinggi dibandingkan dengan 2500 dan 5000 ppm

2. Semakin besar konsentrasi garam pada media perkecambahan maka air yang hilang dari dalam biji semakin besar akibat menurunnya tekanan osmotik, sehingga vigor semakin menurun. 3. Tanaman yang ditanam pada kondisi yang sub – optimal akan tetap

(83)

83 DAFTAR PUSTAKA

Alam, 1999. Nutrient uptake by plants under stress conditions. Marsel Decker, Inc.p. 285- 314

Belo, S.M., F.C. Suwarno. 2012. Peran Mutu Fisiologik Benih dan Pengembangan Industri Benih Tanaman Industri. Jurnal Litbang Petanian, 21 (3) 84-91.

Harrington, J. F. 1972. Seed storage and longevity. p. 145-246., T. T. Kozlowski Ed. Seed Biology. Vol. 111. Academic Press. New York.

Justice, O. L dan Lois, N. Bass. 1990. Praktek dan Penyimpanan Benih. Rajawali Pers: Jakarta.

Kamil, J. 1986. Teknologi Benih 1. Angkasa Raya: Padang.

Kartasapoetra, A. G. 2003. Teknologio Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. CV Bina Aksara: Jakarta.

Kuswanto, H. 1997. Analisis Banih. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Sadjad, Sjamsoe’oed. 1995. Dari Benih Kepada Benih. PT Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta.

(84)

84 LAMPIRAN

(85)
(86)
(87)
(88)

88 BIODATA

Nama : Ahmad Syarif Hidayatullah Alamat lengkap :

 Alamat Kos : Jalan Ahmad Jaelani RT 01 RW 04 Nomer 17 Kelurahan Karangwangkal

Kec. Puwokerto utara

 Alamat Asal : Desa Kauman RT 08 RW 04 Nomer 50 Kec. Wiradesa Kab. Pekalongan

Fakultas : Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Jurusan : S1 Agroteknologi

Email : Syarief_ak@yahoo.com

Twitter : @hidasya

(89)

89

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH (AGT 225)

ACARA V

PENGUJIAN DAYA TUMBUH BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN

Oleh :

Nama : Ahmad Syarif H NIM : A1L012055 Rombongan : B1

PJ Asisten : Ibnu Kosim

Sutri utami

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

(90)

90 I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Benih merupakan bagian generatif tanaman yang digunakan untuk perkembangbiakan/pembudidayaan. Dalam usaha budidaya tanaman diperlukan benih yang memiliki daya kecambah dan tumbuh yang baik agar menghasilkan tanaman yang baik pula. Perlu diketahui bahwa daya tumbuh benih adalah munculnya unsur–unsur utama dari lembaga suatu benih yang diuji menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai bagi benih tersebut. Persentase daya tumbuh benih adalah persentase dan benih yang membentuk bibit atau tanaman normal pada lingkungan yang sesuai dalam jangka waktu tertentu.

Benih sebagai komoditi perdagangan dan sebagai unsur baku mempunyai peranan penting dalam produksi pertanian. Pengujian yang dilaksanakan untuk mengetahui kemurnian benih perlu mendapatkan penstandaran, selain memudahkan distributor dan para pembutuh dalam penyediaan permintaan, juga harus menjamin ketepatan/kebenaran persyaratannya. Hal ini untuk mencegah para pembutuh benih dari segala resiko sehubungan dengan pemilikan dan benih– benih tertentu. Oleh karena, itu diperlukan pengujian daya tumbuh benih sebelum melakukan penanaman.

(91)

91 tumbuh benih, benih berkulit keras, terdapatnya biji – bijian herba yang membahayakan benih, terbebasnya benih dari penyakit dan hama tanaman, kadar air benih perseribu biji benih yang dimaksud tertentu. Benih yang berkualitas baik akan memiliki harga jual tinggi dan diminati oleh konsumen sehingga produksi yang dihasilkan dapat disalurkan dengan baik. Pengujian daya tumbuh benih sebelum melakukan penanaman sangat penting untuk dapat menghasilkan produksi tanaman yang optimum dan sesuai dengan apa yang diharapkan.

B.Tujuan

(92)

92 II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani, memiliki fungsi agronomis atau merupakan komponen agronomi (Kartasapoetra, 1992)

Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula. (Bagod Sudjadi, 2006)

Perkecambahan adalah pemulaan munculnya pertumbuhan aktif yang menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai atau perkecambahan yaitu serangkaian peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai kebibit yang sudah jadi (Harjadi, 1996).

Benih dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama terjadinya proses perkecambahan. Perkembangan benih dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal)

A.Faktor Dalam

Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain : 1. Tingkat kemasakan benih

(93)

93 cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979)

2. Ukuran benih

Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).

3. Dormansi

(94)

94 4. Penghambat perkecambahan

Menurut Kuswanto (1997), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.

B.Faktor Luar

Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya : a. Air

Gambar

Tabel 1  Hasil pengamatan kemurnian benih padi.
Gambar 2 Skema analisis pengujian kemurnian benih
Gambar 4 (saat benih dimasukkan ke dalam moisture tester)
Gambar 5 (Skarifikasi biji melinjo menggunakan amplas)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu faktor penting dan merupakan inti permasalahan di sektor pertanian adalah benih dan/atau bibit, oleh karena itu peningkatan produksi dalam rangka menunjang

Benih yang relatif bebas virus dapat diproduksi dengan cara menghindari sumber infeksi awal dengan mulai dengan penggunaan benih sehat, menghilangkan tanaman terinfeksi dan

Kemurnian benih merupakan salah satu ukuran mutu fisik benih dan benih murni adalah benih yang tidak tercampur dengan kotoran yang terbawa ataupun benih-benih yang tidak utuh dari

Pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan untuk menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni (pure

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2004) mengatakan bahwa pada kadar air di atas 11% selama enam bulan penyimpanan benih kedelai kuning

Pengujian ini dapat dilakukan pemisahan secara manual, yaitu menggunakan tangan, maupun secara mekanik, yaitu menggunakan alat pemisah benih atau seed divider, dan

Kualitas benih yang baik memiliki daya tumbuh dan indeks vigor yang tinggi.Indeks vigor merupakan keserampakan benih dalam berkecambah.Indeks vigor yang tinggi dapat diperoleh dengan

Vigor merupakan kekuatan benih dalam berkecambah pada lingkungan yang mendukung, lingkungan yang mendukung benih untuk tumbuh normal dapat memberikan hasil yang baik bagi tanaman