• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SUMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SUMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

Oleh: Sholihul Hadi

Abstrak

Terjadinya berbagai kekacauan menunjukkan bahwa bangsa ini sedang menghadapi suatu masalah yang berakar pada lunturnya budaya dan karakter bangsa. Menyadari hal itu, pemerintah mulai mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah upaya untuk menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa kepada peserta didik agar terjadi proses internalisasi dan pengamalan nilai-nilai religius, toleransi, jujur, kerja keras, disiplin, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab dalam kehidupannya. Sebagai bagian dari pendidikan, Bahasa Indonesia mempunyai sumbangan dalam megembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa melalui pembelajarannya.

The occurrence of various chaos shows that this nation is facing a problem that is rooted in the erosion of cultural and national character. Recognizing this, the government began developing the nation's culture and character education. Culture and national character education is an effort to instill cultural values and national character to students in order to place the process of internalization and practice of religious values, tolerance, honesty, hard work, discipline, creative, independent, democratic, curiosity, passion nationality, unpatriotic, recognize excellence, friendship / communicative, peace-loving, avid reader, care about the environment, social care, the responsibility in his life. As part of an education, Indonesian language has contributed in developing certain cultural values and national character through learning.

Pendahuluan

Pembangunan yang dilakukan oleh bangsa ini dapat dikatakan sudah menunjukkan kemajuan yang menggembirakan. Hampir semua aspek kehidupan; sosial budaya, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, pertahanan dan keamanan, dan pembangunann fisik lainnya mengalami peningkatan yang cukup pesat. Namun demikian, di sisi lain, ternyata masih banyak masalah dan tantangan yang belum sepenuhnya terselesaikan, termasuk masalah karakter bangsa yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan orang.

Hampir setiap hari kita mendengar dari media massa berita-berita yang menunjukkan kemunduran bangsa Indonesia sekarang ini. Tindak kejahatan semakin meningkat kuantitas maupun kualitasnya. Kasus korupsi semakin banyak yang terungkap, namun tidak banyak yang ditangani sampai tuntas. Tawuran antarwarga bahkan antarpelajar berulang-ulang terjadi. Hal ini sangat ironis karena pelajar adalah generasi terdidik yang mestinya bisa menyelesaikan semua permasalahannya secara cerdas. Budaya malu berbuat anormatif semakin menipis. Gejala disintegrasi bangsa yang berakar dari fanatisme sempit semakin menguat. Terorisme dan kerusuhan sara sampai sekarang belum dapat diatasi oleh pemerintah secara tuntas. Budaya adiluhur bangsa semakin hilang. Karakter bangsa kita semakin terkikis oleh pengaruh budaya bangsa lain dalam dunia yang semakin mengglobal. Masyarakat Indonesia yang terkenal ramah dan santun dalam berperilaku, toleran terhadap keberagaman, mengutamakan musyawarah untuk menyelesaikan masalah, sekarang cenderung menjadi kelompok-kelompok yang saling menyalahkan, kasar, berperilaku tidak jujur, anarkis, dan egois. Hal itu itu menunjukkan bahwa ada ketidakpastian jati diri bangsa dan karakter bangsa yang berinti pada (1) disorientasi dalam inplementasi nilai-nilai Pancasila, (2) bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, (3) memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya banga, (4) ancaman disintegrasi bangsa, dan (5) melemahnya kemandirian bangsa. Secara keseluruhan hal itu menandai adanya kemunduran budaya bangsa Indonesia.

(2)

Nasional Tahun 2005 – 2025 (UU RI No. 17 Tahun 2007), yaitu terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi iptek.

Pembangunan karakter bangsa menjadi sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Secara filosofis, hanya bangsa yang mempunyai karakter dan jati dirilah yang bisa berperan di pergaulan global. Pembangunan karakter adalah perwujudan dari nilai-nilai Pancasila. Negara punya kewajiban untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdasakan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pembangunan karakter bangsa sebenarnya merupakan aktivitas tiada henti dalam pencarian dan peneguhan sikap dan nilai yang diyakini benar sesuai dengan falsafah dan ideologi bangsa Indonesia. Karena bangsa ini terdiri atas keberanekaragaman, perlu adanya kesamaan pandangan tentang budaya dan karakter bangsa yang akan diperjuangkan dalam pembangunan karakter bangsa ini.

Pembangunan karakter bangsa ini menjadi tanggung jawab semua komponen bangsa dengan segala tugas dan kewajibannya, termasuk dunia pendidikan. Pendidikan diharapkan bisa menjadi alternatif preventif maupun kuratif terhadap kemunduran budaya dan karakter bangsa ini. Sebagai upaya preventif, pendidikan harus dapat mengembangkan kualitas bangsa dalam berbagai aspek kehidupan. Dan sebagai upaya kuratif, pendidikan diharapkan dapat mengurai permasalahan kemunduran budaya dan karakter bangsa ini serta dapat mengurangi bahkan menghilangkan penyebab kemunduran itu. Hasil instan memang tidak segera tampak, tetapi dalam jangka panjang pendidikan akan dapat memberikan hasil yang lebih kuat dan tahan lama.

Upaya pendidikan untuk membentuk bangsa yang berkarakter dan berbudaya ini sesuai dengan amanah UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang itu dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pelajaran Bahasa Indonesia sebagai bagian dari dunia pendidikan di Indonesia, juga mempunyai peranan dalam pembangunan budaya dan karakter bangsa ini. Melalui standar kompetensi lulusan yang harus dicapai, budaya adiluhur bangsa dan karakter atau jati diri bangsa ini diharapkan bisa ditanamkan pada peserta didik.

Pembahasan masalah budaya dan karakter bangsa ini sangatlah luas. Oleh karena itu, dalam makalah ini hanya dibicarakan pengertian karakater dan pendidikan karakter bangsa dan sumbangsih pembelajaran Bahasa Indoensia terhadap upaya pendidikan budaya dan karakter bangsa. Pembelajaran yang dimaksud hanya pada tingkat pendidikan dasar, terutama SMP.

Dalam makalah ini akan dibahas permasalahan sebagai berikut. 1. Apa pengertian pendidikan budaya dan karakter bangsa ?

2. Nilai-nilai apa saja yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ini ?

3. Apa sumbangan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP terhadap pendidikan budaya dan karakter bangsa ini?

Pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Tujuan pendidikan yang tertuang dalam UU RI No. 20 tentang Sisdiknas adalah rumusan tentang kualitas manusia Indonesia yang diharapkan. Rumusan tersebut menjadi acuan bagi setiap institusi pendidikan dalam menentukan visi, misi, dan tujuan pendidikannya. Rumusan ini pulalah yang menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

(3)

seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menurut Said Hamid Hasan dan kawan-kawan, pendidikan diartikan sebagai upaya sadar dan sitematis dalam mengembangkan potensi peserta didik agar dapat menjaga keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa di masa yang akan datang. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan dan pengembangan budaya dan karakter yang telah dimiliki kepada generasi penerus bangsa.

Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal yang dapat dijumpai pada setiap tempat dan saat. Mendidik mempunyai tujuan untuk mengembangkan kelebihan-kelebihan dan potensi-potensi positif anak sehingga dapat menemukan jati dirinya sendiri dan menjadi manusia dewasa yang sempurna dan berguna bagi kehidupan sendiri dan masyarakatnya. Dalam pendidikan proses pemanusiaan, pembudayaan dan pelaksanaan nilai tidak dapat dipisah-pisahkan. Pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia dapat dijadikan dasar dalam proses menemukan dan menjadikan jati diri manusia

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat pendidikan adalah upaya sadar memanusiakan manusia muda untuk mencapai kedewasaan atau menemukan jati dirinya yang berlangsung seumur hidup atau sepanjang hayat.

Budaya dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manasuia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni dan sebagainya. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yangs sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa yang akan datang (Said Hamid Hasan : 2010).

Prof. Suyanto, P.Hd. menjelaskann bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan Akhmad Sudrajat memberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan karakter adalah nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, limgkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, pekataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak(Said Hasan Hamid: 2010). Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat diartikan sebagai upaya untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada peserta didik sehingga menjadi karakter pribadinya, menerapkan dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif. Melalui pendidikan, dilakukan penanaman nilai-nilai karakter kepada semua warga sekolah khususnya peserta didik dalam bebagai aspek; komponen pengetahuan, kesadaran dan kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut pada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan.

Menurut undang-undang Sisdiknas, proses pendidikan dapat dilakukan secara formal, nonformal, dan informal. Pendidikan yang pertama diperoleh oleh manusia adalah pendidikan informal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh oleh anak di lingkungan keluarga dan sekitarnya. Sebenarnya pendidikan informal memegang peranan penting bahkan dominan dalam penanaman nilai-nilai sebagai karakter individu anak. Kesalahan dalam mendidik anak di dalam keluarga akan berakibat fatal dan butuh waktu yang relatif lama untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, pendidikan budaya dan karakter di lingkungan keluarga harus mendapatkan perhatian khusus oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya agar terbentuk karakter anak yang kuat sejak dini.

Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat di luar pendidikan formal. Pendidikan budaya dan karakter juga diharapkan bisa dilakukan melalui jalur ini. Pada hakikatnya, untuk mengembangkan budaya dan karakter ini bisa dilakukan melalui berbagai jalur pendidikan.

(4)

Pendidikan budaya dan karakter tidak bisa dilakukan oleh masing-masing jalur secara terpisah-pisah. Apalgi disadari bahwa orang tua sekarang semakin kekurangan waktu untuk mendidik anak-anak mereka dan kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak; pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar; pengaruh media elektronik yang diduga membawa pengaruh negatif terhadap anak, maka keberadaan sekolah sebagai tempat untuk penguaatan karakter anak sangat penting. Hal itu bisa dilaksanakan dengan menggunakan pola pendidikan budaya dan karakter secara terpadu, yaitu dengan memaksimalkan kegiatan pendidikan informal di lingkungan keluarga dan pendidikan formal di sekolah.

Pendidikan karakter di sekolah tidak dilaksanakan dalam bentuk mata pelajaran baru, tetapi pelaksanaannya diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran setiap mata pelajaran. Materi pelajaran perlu dikaitkan dengan nilai-nilai moral, keagamaan, susila, dan norma-norma lain yang dibutuhkan dalam pengembangan budaya dan karakkter bangsa. Pembelajaran tidak hanya menyentuh hal-hal yang bersifat kognitif atau psikomotor saja, akan tetapi lebih jauh lagi agar ada internaslisasi nilai-nilai ke dalam pribadi peserta didik. Tahapan berikutnya setelah nilai-nilai tersebut sudah mempribadi, diharapkan anak-anak dapat mengamalkannya dalam kehidupannya di lingkungan masing-masing.

Disamping kegiatan pembelajaran intrakurikuler, penanaman nilai-nilai juga dapat dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran untuk membantu mengembangkan potensi, bakat, dan minat peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. Bahkan dapat dikatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan sarana yang strategis untuk mengembangkan karakter peserta didik. Penyelenggara pendidikan perlu menyediakan bermacam-macam kegiatan ekstrakurikuler yang dapat digunakan untuk mengembangkan potensi peserat didik secara komprehensif sehingga semua aspek kehidupannya; kecakapan hidupnya, kemampuan berkreasi dan mengapresiasi seni, kompetenesi oleh raganya dapat berkembang secara optimal.

Agar pendidikan karakter di sekolah dapat mencapai sasarannya dengan tepat, pelaksanaannya perlu dikelola dengan baik. Pendidikan karakter tersebut hartus direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian, pendidikan karakter di sekolah secara kognitif diharapkan dapat mengenalkan nilai-nilai budaya dan karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik, secara afektif dapat dihayati, dan pada akhirnya dapat diamalkan oleh peserta didik secara nyata dalam kehidupannya.

Nilai-nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan dengan merujuk pada grand design pendidikan karakter pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan yang dikembangkan oleh Kemdiknas. Konfigurasi karakter dalam konteks proses psikologis dan sosiokultural dapat dikelompokkan menjadi (1) Olah Hati /Spiritual and Emotional Development, (2) Olah Pikir / Intelectual Development, (3) Olah Raga atau Kinestetik / Physical and Kinestetic Development), (4) Olah Rasa dan Karsa / Affective and Creativity Development).

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa bersumber pada nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia, yaitu :

1. Agama

Setiap warga negara Indonesia pasti memeluk salah satu agama yang ada di negara Indonesia. Oleh karena itu, semua aspek kehidupan manusia, kehidupan individu, bermasyarakat dan bernegara tidak luput dari nilai-nilai agama. Dengan demikian, nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan nkarakter ini juga harus dilandasi oleh nilai-nilai agama.

2. Pancasila

Pancasila adalah ideologi bangsa yang mengatur dan memberikan arah pada bangsa Indonesia dalam menjalani khidupannya. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus merujuk pada pada niai-nilai Pancasila agar dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.

3. Budaya

(5)

4. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional merupakan rumusan konkret dari arah pendidikan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional menjadi sumber yang operasional bagi pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Berdasarkan sumber-sumber tersebut, pendidikan budaya dan karakter yang

dikembangkan dalam pendidikan di Indonesia akan memberikan penekanan pada penanaman

nilai-nilai sebagai berikut:

No Nilai Deskripsi

1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya 4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan

5 Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki

7 Mandiri Sikap dan perilkau yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain

9 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar

10 Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11 Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12 Mengargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

13 Bersahabat/

Komunikatif Tindakan yang menunjukkan rasa senang berbicara, bergaul danbekerja sama dengan orang lain. 14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa

senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15 Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya

16 Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkugan alam sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan

(6)

Nilai-nilai budaya dan karakter di atas dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan pengembang. Apabila sebagian nilai-nilai di atas sudah menjadi karakter yang kuat bagi peserta didik, maka nilai-nilai tersebut tidak perlu lagi menjadi fokus dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa di institusi pendidikan yang bersangkutan. Pada intinya dapat dikatakan bahwa nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dikembangkan dapat dikurangi dan ditambahi sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Sumbangan Pembelajaran Bahasa Indonesia terhadap Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pada dasarnya, pendidikan di semua institusi dan tingkat pendidikan mempunyai muara tujuan yang sama, yaitu ingin mengantarkan anak manusia menjadi manusia paripurna yang mandiri dan dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan lingkungannya. Dalam sistem pendidikan di Indonesia, tujuan pendidikan tersebut secara eksplisit dapat dilihat pada Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan undang-undang tersebut.

Dalam UU Sisdiknas tersebut dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan tersebut kemudian diperinci dalam PP RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Stándar Nasional Pendidikan berdasarkan jendang pendidikan. Tujuan pendidikan di tingkat pendidikan dasar, menengah, dan kejuruan relatif sama hanya mempunyai penekanan yang berbeda-beda. Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Di tingkat pendidikan dasar, yaitu SD dan SMP, tujuan pendidikan lebih dititikberatkan pada upaya untuk mendasari hidupnya atau sebagai peletak dasar nilai-nilai yang diharapkan. Di SMA tujuan tersebut diorientasikan untuk melanjutkan atau meningkatkan apa yang telah dicapai di tingkat dasar. Tujuan pendidikan di SMK sudah memperhatikan vokasi-vokasi atau jenis-jenis keterampilan yang diharapkan. Hal itu tampak pada tujuan pendidikan yang berbunyi mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Tujuan di perguruan tinggi sudah komprehensif karena sudah mencakup ranah afeksi, psikomotor, dan kognitif serta dilengkapi dengan kemampuan mandiri menjadi ilmuwan.

Secara umum tujuan pendidikan di Indonesia sudah mencakup tiga ranah perkembangan manusia, yaitu perkembangan afektif, psikomotor, dan kognitif. Tiga ranah ini harus dikembangkan secara seimbang, optimal, dan integratif. Berimbang artinya ketiga ranah tersebut dikembangkan dengan intensitas yang sama, proporsional dan tidak berat sebelah. Optimal maksudnya dikembangkan secara maksimal sesuai dengan potensinya. Integratif artinya pengembangan ketiga ranah tersebut dilakukan secara terpadu.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa yang sekarang ramai dibicarakan berbagai kalangan, tujuannya adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pandidikan nasional tersebut.

Bahasa Indonesia sebagai salah muatan kurikulum tentu mempunyai peran, tugas, dan kewajiban yang sama dengan mata pelajaran yang lain untuk menanamkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam setiap proses pembelajarannya. Pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan Bahasa Indonesia; dicantumkan dalam silabus dan RPP.

Upaya pemerintah untuk membekali peserta didik dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebenarnya sudah dilakukakn sejak lama. Kesadaran untuk lebih memberikan tekanan pada penanaman nilai-nilai tersebut paling tidak tampak pada upaya pemerintah dalam mengintegrasikan aspek budi pekerti pada setiap mata pelajaran dalam kurikulum 1994 pada tahun 2003.

(7)

bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli sosial, peduli lingkungan, kritis, terbuka, kemanusiaan, optimis, dan lain-lain.

Secara eksplisit, penanaman nilai-nilai budaya dan karakter bangsa melalui pelajaran

Bahasa Indonesian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No Standar Kompetensi Nilai PBKB

I Kelas VII Semester I

1 Memahami wacana lisan melalui kegiatan mendengarkan berita

Mandiri, disiplin, kerja keras, rasa ingin tahu, cinta tanah air, cinta damai

2 Mengungkapkan pengalaman dan informasi melalui kegiatan bercerita dan menyampaikan pengumumam

Jujur, kreatif, bersahabat/komunikatif, peduli sosial, tanggung jawab

3 Memahami ragam teks nonsastra dengan berbagai cara membaca

Disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, gemar membaca, peduli lingkungan 4 Mengungkapkan pikiran dan pengalaman dalam

buku harian dan surat pribadi

Religius, jujur, kreatif, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, peduli sosial

5 Mengapresiasi dongeng yang diperdengarkan Jujur, kreatif, mandiri, menghargai prestasi, tanggung jawab

6 Mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita

Toleransi, mandiri, demokratis, bersahabat./komunikatif

7 Memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan

membaca Kreatif, mandiri, semangat kebangsaan,cinta tanah air, peduli sosial 8 Mengekspresikan pikiran, perasaan, dan

pengalaman melalui pantun dan dongeng

3 Memahami wacana tulis melalui kegiatan membaca intensid dan membaca memindai

Disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, tanggung jawab, gemar membaca 4 Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk

narasi dan pesan singkat

Kerja keras, mandiri, menghargai prestasi, peduli lingkungan

5 Memahami pembacaan puisi Religius, jujur, kreatif, menghargai prestasi, cinta damai

6 Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan cerpen

1 Memahami wacana lisan berbentuk laporan Jujur, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi

(8)

6 Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran

Kerja sama, kreatif, semangat kebangsaan, bersahabat/komunikatif, toleransi

7 Memahami teks drama dan novel remaja Jujur, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, gemar membaca

4 Mengungkapkan informasi dalam bentuk rangkuman, teks berita, slogan/poster

Jujur, kerja keras, kreatif, menghargai prestasi

5 Memahami unsur intrinsik novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan

terjemahan) dan antologi puisi Kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu,menghargai prestasi, gemar membaca 8 Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi

bebas

Jujur, toleransi, demokratis, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif

3 Memahami ragam wacana tulis dengan membaca intensif dan membaca memindai

Disiplin, kerja keras , mandiri, rasa ingin tahu, gemar membaca

pengalaman dalam cerita pendek Kerja keras, kreatif, mandiri, cinta damai,tanggung jawab VI Kelas IX Semester II

1 Memahami isi pidato/khotbah/ceramah Religius, jujur, toleransi, rasa ingin tahu, peduli sosial dalam bentuk karya ilmiah sederhana, teks pidato, surat pembaca

Jujur, disipilin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, gemar membaca

(9)

mendengarkan pembacaan kutipan/sinopsis novel tahu, menghargai prestasi, tanggung jawab

6 Mengungkapkan tanggapan terhadap pementasan naskah drama

Jujur, kerja keras, mandiri, toleransi, bersahabat/komunikatif, menghargai prestasi

7 Memahami novel dari berbagai angkatan Kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, semangat kebangsaan

8 Menulis naskah drama Kreatif, kerja keras, mandiri, toleransi, cinta tanah air, peduli sosial, peduli lingkungan, tanggung jawab.

Simpulan

1. Pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah upaya sadar pendidik untuk menanamkan nilai-nilai luhur budaya dan karakter bangsa agar dapat dihayati dan menjadi kepribadian yang kuat bagi peserta didik lalu mau mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya sehari-hari sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik.

2. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah nilai religius, jujur, toleransi, kerja keras, mandiri, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, cinta tanah air, semangat kebangsaan, peduli lingkungan, peduli sosial, gemar membaca, bersahabat/komunikatif, tanggung jawab, cinta damai. Dalam pengembangan nilai-nilai tersebut dapat dikurangi atau ditambah sesuai dengan kebutuhan pengembang.

3. Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat digunakan sebagai sarana untuk menananmkan semua nilai budaya dan karakter bangsa. Masing-masing standar kompetensi mempunyai penekanan yang berebda-beda sesuai dengan karakteristik standar kompetensi dalam Bahasa Indonesia.

Saran

1. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dilaksanakan secara terpadu oleh pendidikan formal, informal, dan nonformal.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.2003.Model Pengintegrasian Budi Pekerti ke Dalam Bahasa Indonesia

Depdiknas. 2006.Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Depdiknas.2006.Permendiknas RI No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Depdiknas.2003.Model Pengintegrasian Budi Pekerti ke Dalam Bahasa Indonesia

Dinas Pendidikan Kota Semarang.2011.Materi Workshop Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.

Hasan, Prof. Dr. Said Hamid. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.Jakarta:Kemendiknas

Herdani, Yoggi.2010.Pendidikan Karakter sebagai Pondasi Kesuksesan Peradaban Bangsa.Internet

Sudrajat, Akhmad.2010.Tentang Pendidkan Karakter. Internet

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ostroff (2012) mengemukakan bahwa kepuasan kerja mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja,

• Dari   sejumlah sampel desa,   hingga bulan Maret ‐ April   sebagian besar desa belum membuat pelaporan pertanggungjawaban penggunaan keuangan desa sesuai dengan standar yang

Studi awal yang dilakukan pada 40 mahasiswa semester 6B tahun 2015 prodi PGMI UINSA Surabaya sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran

Hasil analisa uji t pre eksperimen dan post eksperimen kelompok intervensi diperoleh nilai p =0.000, yang berarti nilai p < 0.05 maka dapat disimpulkan ada

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “ EFEKTIVITAS PENCUCIAN DAN PENYEMPROTAN BEBERAPA CAIRAN PENCUCI TERHADAP UMUR SIMPAN BUAH TOMAT

Hemiglosectomy with selective neck dissection is selected depending on the size of the lesion, location of lesion and metastases occurrence. Con flict

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses mediasi dalam penyelesaian sengketa tanah warisan di Pengadilan Agama Watampone Kelas 1B sudah sesuai dengan PERMA No. 1

Komitmen untuk meningkatkan upaya pelayanan air minum dan sanitasi terutama kepada masyara- kat yang belum terlayani serta me- ningkatkan praktik higiene melalui kemauan