A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan barometer pelayanan kesehatan suatu Negara. Berdasarkan pengamatan World Health Organization (WHO), AKI adalah sebesar 500.000 jiwa dan AKB sebesar 10.000.000 jiwa setiap tahunnya. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013 menunjukan, angka kematian ibu (AKI) meningkat dari tahun ke tahun sebelumnya yaitu mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Selain angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) juga masih tinggi, 32 per 1.000 kelahiran hidup.Sepertinya target pemerintah meurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 23 kematian per 1.000 kelahiran hidup, untuk memenuhi target MDG’S pada tahun 2015 akan sangat berat (Kemkes, 2014).
Perdarahan menempati presentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Presentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu adalah eklampsia (24%), kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Sedangkan presentase
tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11%). (Profil Kesehatan Indonesia, 2013).
Kematian ini umumnya dapat dicegah bila komplikasi kehamilan tersebut dan resiko tinggi lainnya dapat dideteksi sejak dini, kemudian mendapatkan penanganan yang tepat dan adekuat pada saat yang paling kritis yaitu pada masa sekitar persalinan. Jadi, dalam hal ini toksemia gravidarum (pre eklampsia dan eklampsia) menempati urutan kedua penyebab kematian ibu (Anik, 2009).
Di Indonesia, pre eklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab dari 30%-40% kematian maternal, sementara dibeberapa rumah sakit di Indonesia telah menggeser perdarahan sebagai penyebab utama kematian maternal. Oleh karena itu diperlukan perhatian, serta penanganan yang serius terhadap ibu bersalin dengan penyakit ini. Pada tahun 2013di Jawa Barat terdapat 30% untuk kasus pre eklampsia berat (Milazahra, 2013).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Indramayu terdapat 14.674 jiwa yang mengalami pre eklampsia berat pada tahun 2014.
Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Indramayu terdapat 823 jiwa yang mengalami pre eklampsia beratdari jumlah seluruh ibu bersalin yang berjumlah 3.617 jiwa.
Hipertensi gestasional adalah wanita dengan hipertensi gestasional memiliki tekanan darah tinggi yang berkembang setelah 20 minggu kehamilan. Tidak ada protein berlebih dalam urien atau tanda-tanda lain dari kerusakan organ.
Hipertensi kronis adalah tekanan darah tinggi yang hadir sebelum kehamilan atau yang terjadi sebelum 20 minggu kehamilan.
Tekanan darah ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada masa nifas.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada masa nifas yang ditandai dengan adanya kejang atau koma, sebelumnya didahului oleh tanda-tanda pre eklampsia.
Pre eklampsia adalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartum. Umumnya terjadi pada trimester tiga kehamilan. Pre eklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Induced Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan. Komplikasi ibu dengan pre eklampsia atau PIH : cerebral accident, kardiopulmonaria edema, insufisiensi ranal shutdown, retardasi pertumbuhan, kematian janin intra uterin yang disebabkan hipoksia dan premature. PIH dapat berkembang secara progresif menjadi eklampsia yaitu eklampsia ditambah kejang dan koma (Anik, 2009).
dan eklampsia dapat ditekan apabila ibu memperoleh pelayanan kesehatan yang tepat dan cepat. Pendidikan kesehatan yang cukup diperlukan agar ibu dan keluarga dapat mengenali, mengatasi dan mencari pertolongan pada tenaga kesehatan sebelum keadaan menjadi buruk (Anik, 2009).
Pre eklampsia berat adalah pre eklampsia dengan tekanan darah sistolik >160 mmHg dan tekanan darah diastolik >110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 gram per 24 jam (Morgan, 2009).
Hipertensi gestasional adalah wanita dengan hipertensi gestasional memiliki tekanan darah tinggi yang berkembang setelah 20 minggu kehamilan. Tidak ada protein berlebih dalam urien atau tanda-tanda lain dari kerusakan organ (Nugroho, 2012).
Hipertensi kronis adalah tekanan darah tinggi yang hadir sebelum kehamilan atau yang terjadi sebelum 20 minggu kehamilan (Nugroho, 2012).
Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada masa nifas. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas (Nugroho, 2012).
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamila yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. (Nugroho, 2012).
adanya kejang atau koma, sebelumnya didahului oleh tanda-tanda pre eklampsia. (Nugroho, 2012).
Oleh karena itu penyebabnya masih misterius sehingga disebut penyakit disease of theory. Pre eklampsia dan eklampsia dapat menyerang perempuan umur di bawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun (Manuaba, 2010).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran kejadian pre eklampsia berat pada ibu bersalin berdasarkan karakteristik di RSUD Indramayu Tahun 2015?”.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kejadian pre eklampsia berat pada ibu bersalin berdasarkan karakteristik di RSUD Indramayu tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kejadian pre eklampsia berat pada ibu bersalin berdasarkan umur.
b. Untuk mengetahui gambaran kejadian pre eklampsia berat pada ibu bersalin berdasarkan paritas.
d. Untuk mengetahui gambaran kejadian pre eklampsia berat pada ibu bersalin berdasarkan lingkungan.
e. Untuk mengetahui gambaran kejadian pre eklampsia berat pada ibu bersalin berdasarkan sosial-ekonomi.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai sarana untuk mendapatkan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang kajian persalinan dengan pre eklampsia berat.
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya tentang pre eklampsia berat dalam dunia kebidanan.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai sarana belajar bagi peneliti untuk mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama penelitian dalam rangka menambah wawasan. b. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
E. Ruang Lingkup
A. Pre Eklampsia Berat
1. Pengertian Pre eklampsia Berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Nugroho, 2012).
Pre eklampsia berat adalah pre eklampsia dengan tekanan darah sistolik >160 mmHg dan tekanan darah diastolik >110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 gram per 24 jam (Morgan, 2009).
Preeklampsia diklasifikasikan sebagai berat jika pasien mempunyai satu atau lebih dari gejala-gejala berikut :
a. Tekanan darah sistolik atau sama 160 mmHg atau diastolik lebih atau sama dengan 110 mmHg, tekanan darah ini tidak turun meskipun ibu hamil sudah rawat baring dirumah sakit.
b. Proteinuria 5 gram atau lebih per 24 jam atau kualitatif positif 3 atau 4. c. Oliguria yaitu produksi urin kurang dari 500 cc per 24 jam disertai
dengan kenaikan kreatinin plasma. d. Gangguan visus dan cerebral.
e. Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas abdomen. f. Edema paru, cyanosis.
g. Pertumbuhan janin intra uterin terhambat.
h. Adanya HELLP syndrome (Hemolisis, Elevated Liver function test and Low Platelet count) (Nugroho, 2012).
2. Pemeriksaan dan Diagnosis :
a. Kehamilan 20 minggu atau lebih.
b. Kenaikkan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit).
c. Edema pada tungkai (pretibial), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tungkai.
d. Proteinuria lebih 0,3 gram/liter /24 jam, kualitatif (++) (Nugroho, 2012).
3. Faktor Predisposisi
Faktor–faktor predisposisi terjadinya pre eklampsia berat : a. Molahidatidosa
b. Diabetes melitus c. Kehamilan ganda d. Hidrops fetalis e. Obesitas
f. Umur yang lebih dari 35 tahun (Mochtar, 2011). 4. Patofisiologi
hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60%. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap oksitosin meningkat (Maryunani, 2009)
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan glomerolus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air ditahan, tekanan osmotik plasma menurun, caira keluar dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit. Pada pre eklampsia berat terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat (Maryunani, 2009)
edema umum yang berat, komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri (Maryunani, 2009).
Perubahan pada organ-organ : a. Otak
Pada pre eklampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal. Pada eklampsia, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Oedema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
b. Kardio Vaskuler
Pada sebagian besar penderita, biasanya mengalami perubahan degeneratif pada miokardium karena adanya pengurangan curah jantung, pengurangan volume plasma, edema, perdarahan maupun gangguan pembekuan darah.
c. Plasenta dan Rahim
Aliran darah menurun ke plasenta yang menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gawat janin. Pada pre eklampsia dan eklampsia sering terjadi partus prematurus.
d. Ginjal
glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
e. Hati
Pada pre eklampsia, terjadi peningkatan aktifitas enzim-enzim hati, sehingga menimbulkan gangguan fungsi hati, ikterus, edema, perdarahan dan regangan kapsula hati.
f. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terjadi hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya pre eklampsia berat.
g. Paru
Edema paru-paru merupakan sebab kematian penderita pre eklampsia berat. Komplikasi ini biasanya di sebabkan oleh dekompensasi kordis kiri. Selain itu juga ditemukan iskemia, perdarahan, gangguan pernafasan hingga apneu.
h. Keseimbangan air dan elektrolit
kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi dan dilepaskan natrium. Yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga berbentuk natrium biokarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat pulih kembali normal.
5. Pemeriksaan Penunjang
Selain anamnesa dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan adanya pre eklampsia sebaiknya diperiksakan juga :
a. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah : Urium-kreatinin, SGOT, LDH, bilirubin.
b. Pemeriksaan uriene : protein, reduksi, bilirubin, sedimen.
c. Kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat dengan konfirmasi USG (bila tersedia).
d. Kardiotografi untuk menilai kesejahteraan janin (Anik, 2009). 6. Pencegahan
7. Penatalaksanaan
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi : a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi
ditambah pengobatan medisinal (Sujiyatini, 2009).
Perawatan Aktif : Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assesment (NST & USG). 1) Indikasi Ibu :
a) Usia kehamilan 37 minggu atau lebih.
b) Adanya tanda-tanda gejala impending eklampsia.
c) Kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan medikamentosa terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah 24 jam terapi medikamentosa tidak ada perbaikan.
2) Indikasi Janin :
a) Hasil fetal assesment jelek (NST & USG) b) Adanya tanda IUGR.
c) Laboratorium
Adanya “HELLP syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia) (Nugroho, 2012)
Pengobatan Medikamentosa : a) Segera masuk rumah sakit
c) Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc.
d) Antasida
e) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam. f) Pemberian obat anti kejang : Diazepam 20 mg per IV
dilanjutkan dengan 40 mg dalam dextrose 10% selama 4-6 jam atau MgSO4 40% 5 gram per IV pelan-pelan dilanjutkan 5 gram dalam RL 500 cc untuk 6 jam.
g) Dieuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg per IV.
h) Antihipertensi diberikan bila : Tekanan darah sistolik 180 mmHg, diastolik 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Dapat diberikan catapres ½-1 ampul per IM dapat diulang tiap 4 jam, atau alfametildopa 3x250 mg dan nifedipin sublingual 5-10 mg. i) Kardiotonika, indikasinya bila ada tanda-tanda payah jantung,
diberikan digitalisasi cepat dengan Cedilanid (Nugroho, 2012). Pengobatan Obstetrik :
1) Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu a) Induksi persalinan
(2) Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.
(3) 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif.
(4) Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio sesaria.
2) Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu Kala I :
a) Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.
b) Fase aktif : Amniotomi saja bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan tetesan oksitosin).
Kala II
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dangan partus buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kutangnya 3 menit setelah pemberian terapi medikamentosa. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang, bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
3) Pengobatan pada postpartum
diastolik masih >110 mmHg, pantau jumlah urine (Yeyeh, dkk, 2010).
b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal (Sujiyatini, 2009).
Perawatan konservatif
1) Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang dari 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2) Terapi medikamentosa : Sama dengan terapi medikamentosa pada pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong kanan.
3) Pengobatan obstetri :
a) Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi. b) MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre
eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c) Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, maka dianggap terapi medikamentosa gagal dan harus diterminasi.
4) Penderita dipulangkan bila :
a) Penderita kembali kegejala-gejala atau tanda-tanda pre eklampsia ringan dan telah dirawat selama 3 hari.
b) Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan : penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia ringan, diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu (Nugroho, 2012).
B. Karakteristik 1. Umur Ibu
Umur adalah suatu usia yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat ulang tahun terakhir (Wawan, 2011).
Umur pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu untuk menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan diusia muda akan merasakan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. Begitu juga kehamilan dan persalinan serta alat-alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil (Safitri, 2010).
kelompok ibu berumur kurang dari 20 tahun, dan dibanding dengan kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih. Umur, tinggi badan dan berat badan wanita merupakan resiko kehamilan. Wanita yang berumur 15 tahun atau lebih muda meningkatkan resiko pre eklampsia (sebuah tipe tekanan darah tinggi yang berkembang selama kehamilan). Wanita yang berumur 35 tahun tinggi, gestasional diabetes (diabetes yang berkembang pada saat kehamilan) dan komplikasi selama kehamilan. Pada umur kurang dari 20 tahun, organ-organ reproduksi belum berfungsi dengan sempurna, sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan mudah mengalami komplikasi. Selain itu, kekuatan otot-otot perineum dan otot-otot perut belum bekerja secara optimal (Wiknjosastro, 2011).
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup maupun mati sebelum kelahiran sekarang (Wiknjosastro, 2011).
Klasifikasi paritas dibagi menjadi : a. Primipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi untuk pertama kali b. Multipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi variabel lebih dari dua kali. c. Grande Multipara
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa paritas merupakan wanita yang berhubungan dengan kelahiran anak yang bisa hidup, dapat dibagi menjadi 3 yaitu primipara, multipara dan grande multipara. Dari kejadian 80% semua kasus hipertensi pada kehamilan 3-8% pasien terutama pada primigravida, pada kehamilan trimester dua, catatan statistika menunjukkan 5-8% pre eklampsia dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan oleh primigravida. Faktor yang mempengaruhi pre eklampsia frekuensi primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda (Wiknjosastro, 2011).
Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak resiko terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman. Pada Te New England Journal of Medicine tercatat bahwa pada kehamilan yang pertama resiko terjadi pre eklampsia 3,9%, kehamilan kedua 1,7% dan kehamilan ketiga 1,8% (Sarwono, 2009).
3. Pendidikan
kesehatan atau norma yang sesuai dengan kesehatan. Jenjang pendidikan terdiri atas :
a. Pendidikan dasar : Tidak tamat SD, tamat SD/sederajat dan SMP/sederajat.
b. Pendidikan menengah : SMA/sederajat. c. Pendidikan tinggi : Perguruan tinggi.
Faktor pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan ibu tentang sesuatu hal. Seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah menerima informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan. Artinya, ia dapat mengadopsi inovasi dengan cepat dibandingkan dengan ibu-ibu yang berlatar belakang pendidikan rendah yang cenderung lebih sulit untuk mengetahui atau mengikuti informasi yang tersedia karena keterbatasan pengetahuan.
Pendidikan ibu dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun informal. Pendidikan formal didapatkan dari sekolah, sedangkan pendidikan informal dapat diperoleh dari petugas kesehatan pada saat diberikan pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
C. Ibu Bersalin
sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, dkk, 2010).
A. Kerangka Konsep Penelitian
Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep adalah formulasi atau simplifikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010)
Kerangka konsep membahas saling ketergantungan antar variabel yang dianggap perlu. Kerangka konsep dalam penelitian ini meliputi karakteristik ibu (umur, paritas, pendidikan, lingkungan dan sosial ekonomi) pada persalinan dengan pre eklampsia berat.
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Gambaran Karakteristik Ibu Hamil tentang Pre Eklampsia Berat
Input Output
Keterangan :
23 Karakteristik ibu bersalin :
- Umur - Paritas - Pendidikan
-Lingkungan -Sosial Ekonomi
Pre Eklampsia Berat
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep penelitian tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Variabel dalam penelitian ini meliputi kejadian pre eklmapsia berat berdasarkan karakteristik (umur, paritas, pendidikan) pada pre eklampsia berat.
C. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam masyarakat. (Notoatdmojo, 2010).
Pada penelitian ini, peneliti ingin memperoleh gambaran karakteristik ibu hamil tentang pre eklampsia berat di RSUD Indramayu. 2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Cross Sectional adalah rancangan penelitian dengan melakukan
pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu (Hidayat, 2014).
3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dengan menggunakan alat penelitian berupa lembar check list. Data sekunder diperoleh melalui instansi terkait yaitu RSUD Indramayu dimana data yang dibutuhkan berasal dari dokumentasi rekam medik. Adapun cara pengambilan dalam penelitian ini adalah :
a. Peneliti mengajukan ijin pada Direktur RSUD Indramayu.
b. Setelah mendapat ijin, peneliti mengamati rekam medik pasien untuk memperoleh data.
c. Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu bersalin yang mengalami pre eklampsia berat di RSUD Indramayu.
d. Sampel yang memenuhi kriteria dipilih dan dilakukan pencatatan data dengan mengisi lembar check list sesuai dengan data yang dibutuhkan berdasarkan rekam medik pasien.
4. Populasi Penelitian
Populasi yang diteliti adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami pre eklampsia berat di RSUD Indramayu.
Dari hasil data rekam medik RSUD Indramayu pada periode 1 Januari sampai 31 Desember 2014, jumlah ibu bersalin yang mengalami pre eklampsia berat sebanyak 823 orang.
5. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian atau jumlah yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (Sugiyono,2011).
Sampel yang digunakan adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami pre eklampsia berat dengan populasi yaitu sebanyak 823 orang.
6. Definisi Operasional
Definisi operasional berguna untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel diamati atau diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau “definisi operasional”. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.1 Definisi Operasional
7. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi rekam medik, dan menggunakan lembar check list yang dilakukan dengan cara mengisi data check list sesuai dengan yang di butuhkan.
Check list adalah suatu daftar untuk men “cek” yang berisi nama
subjek dan beberapa gejala serta identitas lainnya dari sasaran pengamatan (Notoatmodjo, 2010).
8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data a. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data ada 3 yaitu :
1) Editing
Kegiatan untuk mengoreksi data yang tidak jelas agar bila terjadi kekurangan atau kesalahan data dapat dengan mudah terlihat dan segera dilakukan perbaikan.
2) Coding
Kegiatan untuk memberikan kode pada check listsesuai data pada catatan medik pasien.
3) Tabulating
4) Processing
Kegiatan untuk memasukan hasil data check list kedalam program atau software komputer yaitu data diolah dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17.0 for windows (Arikunto, 2013)
b. Analisis Data
Data yang disajikan dengan menggunakan analisis univariat yaitu suatu variabel yang menggambarkan penyajian data untuk satu variabel saja. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
Adapun rumusnya sebagai berikut :
Keterangan : P = Proporsi
F = Frekuensi kategori N = Jumlah sampel
D. Etika Penelitian
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat ijin dari Direktur RSUD Indramayu.
Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan etika dengan cara :
Tanpa nama (Anonim) adalah Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2014).
E. Lokasi dan Waktu Penelitian
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan Februari – April 2015, mengenai Gambaran Kejadian Pre Eklampsia Berat pada Ibu Bersalin Berdasarkan Karakteristik di RSUD Indramayu setelah dianalisis didapat data analisis univariat, sebagai berikut :
1. Umur
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Pre Eklampsia Berat Pada Ibu Bersalin Berdasarkan Umur di RSUD Indramayu
Tahun 2015
Umur Frekuensi (N) Presentase (%)
<20 72 8,7
20-35 497 60,4
>35 254 30,9
Total 823 100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu bersalin dengan pre eklampsia berat adalah umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 497 orang (60,4%).
2. Paritas
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kejadian Pre Eklampsia Berat Pada Ibu Bersalin Berdasarkan Paritas di RSUD Indramayu
Tahun 2015 bersalin dengan pre eklmapsia berat adalah multipara sebanyak 362 orang (44,0%).
3. Pendidikan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kejadian Pre Eklampsia Berat Pada Ibu Bersalin Berdasarkan Pendidikan di RSUD Indramayu
B. Pembahasan 1. Umur
Dari hasil penelitian ibu bersalin dengan pre eklampsia berat sebanyak 823 orang, sebagian besar terjadi pada umur 20-35 tahun yaitu 497 orang (60,4%), pada umur <20 tahun yaitu 72 orang (8,7%), dan pada umur >35 tahun yaitu 254 orang (30,9%).
Setelah dilakukan penelitian hasil dari penelitian tersebut ternyata sebagian besar yang mengalami pre eklampsia berat terjadi pada umur 20-35 tahun, berbeda dengan teori yang menyebutkan bahwa umur paling aman untuk kehamilan dan persalinan adalah pada umur 20-35 tahun dan yang rentan terjadi resiko tinggi pada kehamilan dan persalinan adalah umur <20 tahun.
2. Paritas
Dari hasil penelitian ibu bersalin dengan pre eklampsia berat sebanyak 823 orang sebagian besar terjadi pada multipara yaitu 362 orang (44,0%), padaprimipara yaitu 262 orang (31,8%) dan pada grande multipara yaitu 199 orang (24,2%).
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup maupun mati sebelum kelahiran sekarang (Wiknjosastro, 2011).
Klasifikasi paritas dibagi menjadi : a. Primipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi untuk pertama kali b. Multipara
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi variabel lebih dari dua kali.
c. Grande Multipara
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa paritas merupakan wanita yang berhubungan dengan kelahiran anak yang bisa hidup, dapat dibagi menjadi 3 yaitu primipara, multipara dan grande multipara. Dari kejadian 80% semua kasus hipertensi pada kehamilan 3-8% pasien terutama pada primigravida, pada kehamilan trimester dua, catatan statistika menunjukkan 5-8% pre eklampsia dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan oleh primigravida. Faktor yang mempengaruhi pre eklampsia frekuensi primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda (Wiknjosastro, 2011).
Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak resiko terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman. Pada Te New England Journal of Medicine tercatat bahwa pada kehamilan yang pertama resiko terjadi pre eklampsia 3,9%, kehamilan kedua 1,7% dan kehamilan ketiga 1,8% (Sarwono, 2009).
3. Pendidikan
Dari hasil penelitian ibu bersalin dengan pre eklampsia berat sebanyak 823 orang sebagian besar terjadi pada tingkat pendidikan SD yaitu 550 orang (66,8%), pada tingkat pendidikan tidak tamat SD 0 (0%), pada tingkat pendidikan SMP yaitu 161 orang (19,6%), pada tingkat pendidikan SMA yaitu 110 orang (13,4%) dan pada tingkat pendidikan PT yaitu 2 orang (0,2%).
Pendidikan adalah proses sosial, orang-orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan terpilih dan terkontrol khususnya dari sekolah. Sehingga mereka dapat memperoleh atau mengalami perkembangan sosial dan kemampuan individu yang optimal. Oleh karena itu tujuan pendidikan kesehatan adalah merubah perilaku dari yang merugikan atau tidak sesuai dengan norma kesehatan kearah tingkah laku yang menguntungkan kesehatan atau norma yang sesuai dengan kesehatan.
A. Kesimpulan
berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah peneliti lakukan mengenai “Gambaran Kejadian Pre Eklampsia Berat pada Ibu Bersalin Berdasarkan Karakteristik di RSUD Indramayu Tahun 2015” maka peneliti dapat menyimpulkan :
1. Dari 823 kejadian ibu bersalin dengan pre eklampsia berat sebagian besar dialami oleh kelompok ibu yang berumur 20-35 tahun yaitu sebesar 497 orang (60,4%).
2. Dari kejadian ibu bersalin dengan kejadian pre eklampsia berat sebagian besar dialami oleh kelompok ibu dengan multipara yaitu sebesar 362 orang (44,0%).
3. Dari kejadian ibu bersalin dengan pre eklampsia berat sebagian dialami oleh kelompok ibu dengan pendidikan SD yaitu 550 orang (66,8%).
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Dapat dijadiakan bahan pustaka dan informasi yang dapat menambah wawasan serta pemahaman mengenai pre eklampsia berat. 2. Bagi peneliti
Dapat dijadikan referensi untuk sarana belajar serta dapat menambah wawasan bagi peneliti dan peneliti selanjutnya.