• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Tulis Ilmiah Contoh Karya Tulis Ilmiah Makalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Karya Tulis Ilmiah Contoh Karya Tulis Ilmiah Makalah"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Karya Tulis Ilmiah

Membiasakan Siswa Berfikir Kritis Sehingga Dapat

Menciptakan Suasana Belajar yang Efektif

Karya Tulis Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia

Guru Pengampu: Muhammad Adi Alvian

Disusun oleh : Diannida

11.2509

XI MIA 2

Madrasah Aliyah Negeri 11

Jakarta

(2)

Abstrak

Diannida ( NIS 11.2509 ) : Membiasakan Siswa Berfikir Kritis Sehingga dapat Menciptakan Suasana Belajar yang Efektif.

Secara umum berpikir kritis ialah berpikir dengan konsep yang matang dan mempertanyakan segala sesuatu yang dianggap tidak tepat dengan cara yang baik. Tulisan ini bertujuan memberikan kajian tentang cara melatih berpikir kritis dalam pembelajaran materi sejarah, tentunya untuk membantu siswa menjadi seorang yang mampu berpikir kritis

Penulis mengambil metode penelitian kuesioner yang disebar kepada tiga guru yaitu guru formal, guru semiformal dan guru nonformal untuk mengetahui metode yang dipakai kebanyakan guru untuk membuat siswa siswinya membiasakan berfikir kritis untuk menciptakan suasana belajar yang efektif. Proses ini memungkinkan setiap orang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran kritis dengan cara terlibat didalamnya secara langsung atau pun tidak.

Hasil penelitian yang dipresentasikan oleh Dr. Edmund Emmer dalam konferensi tahunan Asosiasi Penelitian Pendidikan Amerika pada tahun 1994 menyatakan bahwa guru guru yang merasakan senang ketika mengajar lebih mungkin memiliki siswa yang berperilaku baik. Berdasarkan hasil penelitian melalui metode kuesioner yang dilakukan kepada guru guru maka dapat disimpulkan secara garis besar yaitu masing – masing guru mempunyai metode khusus untuk mendidik siswanya dalam menumbuhkan, menerapkan serta membiasakan siswa berfikir kritis sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang efektif. Dan hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran bagi para guru dalam memilih metode mengajar yang tepat untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar.

(3)

Abstract

Diannida ( NIS : 11.2509 ) : Familiarize Students with Critical Thinking So as to Create an Effective Learning Environment

In general, critical thinking is to think with a mature concept and to question everything that is considered inappropriate in a good way. This paper aims to provide a study on how to train critical thinking in the learning of historical material, of course, to help students become a capable of critical thinking.

The writer took the method of questionnaire research which was disseminated to three teachers namely formal teacher, semiformal teacher and non formal teacher to know the method used by most teachers to make students of their students get used to critical thinking to create an effective learning atmosphere. This process allows everyone to achieve critical understanding and awareness by engaging in it directly or not.

The results of the study presented by Dr. Edmund Emmer at the annual conference of the American Educational Research Association in 1994 stated that teacher teachers who feel happy when teaching are more likely to have well-behaved students. Based on the results of the research through questionnaires conducted to teachers teachers it can be concluded in outline that each - each teacher has a special method to educate students in growing, applying and familiarize students think critically so as to create an effective learning atmosphere. And the results of this study can be used as a picture for teachers in choosing the right teaching methods to improve the quality of teaching and learning activities

(4)

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, dengan ini saya panjatkan puji syukur atas kehadirat – Nya, yang telah melimpahkan rahmat – Nya kepada kami, Sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tentang Membiasakan Siswa Berfikir Kritis Sehingga Dapat Menciptakan Suasana Belajar yang Efektif.

Karya Tulis Ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

Selama menulis karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan motivasi dan bimbingan serta doa dari berbagai pihak. Semoga Allah SWT membalas jasa dan pengorbanan mereka yang telah membantu penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Drs. H. Hanafi selaku kepala sekolah MAN 11 Jakarta

2. Guru – guru MAN 11 Jakarta, yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian demi terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Orang tua saya tercinta, Ibunda Komala Sary dan Ayahanda Mohamad Azhari yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat dan telah banyak memberikan bantuan tenaga dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

4. Teman - temanku tercinta yang telah mendukung dan membatu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi saya khususnya dan kepada para pembaca umumnya.

Jakarta, 26 Februari 2018

(5)

Daftar Isi

Abstrak ...i

Abstract ...i

Kata Pengantar ...ii

Daftar Isi...iii

BAB I Pendahuluan...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah ……...2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian……...3

BAB II Kajian Teori...4

BAB III Metode Penelitian...10

BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian ...12

BAB V Simpulan dan Saran ...14

4.1 Kesimpulan ...14

4.1 Saran...14

Daftar Pustaka...15

Lampiran- lampiran...16

(6)

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas dalam pendidikan di era globalisasi jaman sekarang dapat ditempuh dengan berbagai cara, antara lain peningkatan kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum dan peningkatan kuliatas pembelajaran untuk pembekalan peserta didik di masa yang akan datang. Dalam buku E. Mulyasa mengemukakan, ”Pemerintah telah mempercepat pencanangan Millenium Development Goals, yang semula dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi tahun 2015. Millennium Development Goals adalah era pasar bebas atau era globalisasi, sebagai era persaingan mutu atau kualitas”. Dengan kata lain, pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang di dalamnya mempunyai rancangan pembelajaran dengan menggunakan metode, strategi serta media - media yang sangat mendukung untuk mencapai suatu keberhasilan dan sasaran yang tepat.1

Pada prakteknya penerapan proses belajar mengajar kurang mendorong pada pencapaian kemampuan berpikir kritis. Dua faktor penyebab berpikir kritis tidak berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga guru lebih terfokus pada penyelesaian materi dan menerima mentah-mentah informasi yang masuk. Dari mana pun datangnya, informasi yang diperoleh harus dicerna dengan baik dan cermat sebelum akhirnya disimpulkan. Karena itu, berlatih berpikir kritis artinya juga berperilaku hati-hati dan tidak grusa-grusu dalam menyikapi permasalahan.

Ada pandangan lain untuk meningkatkan sikap kritis. Menurut penelitian para ahli neurolinguistik, cabang ilmu yang mengkaji bahasa dan fungsi saraf, otak manusia bisa dilatih fungsi-fungsinya, termasuk untuk melahirkan sikap kritis. Menurut mereka, otak manusia dibagi dua, yakni otak kiri yang memproduksi bahasa verbal, imitatif dan repetitif, dan otak kanan yang memperoduksi pikiran yang bersifat imajinatif,

1 filel//////?l//ssers//RR2206//Downloads//NDDAD%220SRI220RAHARs-FIITK.pdf diunduh

(7)

komprehensif, dan kontemplatif. Muncul dugaan bahwa orang-orang agung para pembuat sejarah besar adalah orang yang memiliki otak kanan yang aktif.2

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan beberapa masalah yang dapat dibahas, rumusan masalah tersebut antara lain :

1. Bagaimana konsep dasar dari berfikir kritis ?

2. Bagaimana menciptakan suasana belajar yang efektif ?

3. Bagaimana guru menumbuhkan kemampuan berfikir kritis kepada siswa siswi ? 4. Bagaimana caranya menerapkan kemampuan berfikir kritis kepada siswa siswi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :

1. Mengetahui konsep dasar berfikir kritis

2. Mengetahui cara cara menciptakan suasana belajar yang efektif

3. Mengertahui cara guru menumbuhkan kemampuan berfikir kritis kepada siswa siswi

4. Mengetahui cara cara menerapkan kemampuan berfikir kritis kepada siswa siswi pada pelajaran sejarah

1.4 Manfaat Penelitian

Penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :

1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan serta keterampilan dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar sehingga tidak mengunakan metode ceramah saja dan mata pelajaran sejarah pun tidak dimaknai sebagai mata pelajaran yang penuh hafalan.

2. Bagi siswa dapat menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dengan menjawab pertanyaan pertanyaan yang dapat menggali pengetahuannya dalam

pembelajaran sejarah.

3. Bagi guru, dapat memperbaiki pemersalahan pembelajaran yang dihadapi dan hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam rangka menentukan strategi efektif dalam pembelajaran serta digunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian terhadap pembelajaran sejarah.

2 httpl////intanzaki28.blogspot.co.id//2014//12//berfikir-kritis.html diunduh 21-01-2018

(8)

BAB II

Kajian Teori

A. Kajian Teori

a. Konsep Dasar Berfikir Kritis

Pengertian berpikir kritis dikemukakan oleh banyak pakar. Salah satunya Gunawan menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi.3 Berpikir kritis melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan, manganalisis masalah yang bersifat terbuka, menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan dan mem-perhitungkan data yang relevan. Sedang keahlian berpikir deduktif melibatkan kemampuan memecahkan masalah yang bersifat spasial, logis silogisme dan membedakan fakta dan opini. Keahlian berpikir kritis lainnya adalah kemampuan Suryabrata (2002: 55) teori proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu:

1. Pembentukan pengertian

Pembentukan pengertian yaitu menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis, contohnya kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisis ciri-cirinya. Salah satu contohnya adalah menganalisis manusia dari Eropa, Indonesia, dan Cina. Tahap selanjutnya yaitu membandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri-ciri-ciri mana yang sama dan yang tidak sama. Langkah berikutnya, mengabstraksikan yaitu menyisihkan, membuang ciri-ciri yang tidak hakiki dan menangkap ciri-ciri yang hakiki

2. Pembentukan pendapat

Pembentukan pendapat yaitu meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalan bentuk kalimat, yang

(9)

terdiri dari subyek dan predikat. Misalnya rumah itu baru, rumah adalah subyek, dan baru adalah predikat. Pendapat itu sendiri dibedakan tiga macam yaitu pendapat positif, negatif, dan kebarangkalian

3. Pembentukan keputusan atau penarikan kesimpulan

Pembentukan keputusan atau penarikan kesimpulan yaitu hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan, yaitu keputusan induktif, keputusan deduktif, dan keputusan analogis. Misalkan contoh dari keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, semua logam kalau dipanaskan memuai, tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan), tembaga kalau dipanaskan memuai.4

b. Suasana Belajar yang efektif

Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan – tujuan pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengatur kelas yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan anak didik dapat belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar hendaknya guru dapat mengarkan dan membingbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.

Untuk mewujudkan suasana kelas yang mendukung proses belajar mengajar yang dapat membantu efektivitas proses belajar mengajar yaitu :

1. Memanggil setiap murid dengan namanya 2. Selalu bersikap sopan kepada murid

3. Memastikan bahwa anda tidak menunjukan sikap pilih kasih terhadap murid tertentu

4. Merencanakan dengan jelas apa yang anda lakukan dalam setiap pelajaran 5. Mengungkapkan kepada murid murid tentang apa yang ingin anda capai dalamm pelajaran ini

6. Dengan cara tertentu melibatkan setiap murid pelajaran 7. Memberikan kesempatan pada murid untuk saling berbicara 8. Bersikaplah konsisten dalam menghadapi murid murid 5

4 httpl////intanzaki28.blogspot.co.id//2014//12//berfikir-kritis.html diunduh

(10)

c. Proses proses menumbuhkah kemampuan bersikap kritis

Panduan proses belajar harus disusun dan dilaksanakan dalam suatu proses yang dikenal sebagai “daur belajar dari pengalaman yang distrukturkan” (structural experiences learning cyrcle) agar pendidikan kritis dapat dicapai dalam pembelajaran. Proses ini memungkinkan setiap orang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran kritis dengan cara terlibat didalamnya secara langsung ataupun tidak. Proses yang melibatkan setiap orang yang belajar itu adalah :

1. Rekonstruksi: yaitu menguraikan kembali rincian (fakta, unsur-unsur, urutan kejadian, dll). Ini tahap proses mengalami, menggali pengalaman dengan cara melakukan kegiatan. Apa yang dilakukan dan dialami adalah mengerjakan, mengamati, melihat dan mengatakan sesuatu. Pengalaman ini yang menjadi titik tolak proses belajar selanjutnya.

2. Ungkapkan: setelah mengalami, maka tahap berikutnya yaitu proses mengungkapkan/ menyatakan kembali apa yang sudah dialami, bagaimana tanggapan, kesan atas pengalaman tersebut.

3. Analisis: yaitu mengkaji sebab dan kaitan permasalahan yang ada dalam realitas tersebut yaitu tatanan, aturan-aturan, sistem dari pokok pembahasan. 4. Kesimpulan: yaitu merumuskan makna atau hakekat dari apa yang dipelajari, sehingga terjadi pemahaman baru yang lebih utuh, berupa prinsip-prinsip, kesimpulan umum dari kajian atas pengalaman.

5. Tindakan: tahap akhir dari daur belajar ini adalah memutuskan dan melaksanakan tindakan-tindakan baru yang lebih baik berdasarkan pemahaman atau pengertian atas realitas tersebut, sehingga ada kemungkinan menciptakan realitas baru yang lebih baik.

Langkah ini diwujudkan dengan cara merencanakan tindakan dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip yang telah disimpulkan. Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum didapatkan ajaran baru, pengalaman baru, penemuan baru yang dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya, dalam penerapan ini juga menimbulkan pengalaman baru. Daur proses ini akan berulang kembali dari awal, konsep learning by doing tercipta dalam daur ini.

Proses pendidikan kritis untuk menumbuhkan kesadaran kritis, akan tercapai jika guru menempatkan diri sebagai fasilitator yang siap untuk melayani siswa dalam belajar, bukan untuk menggurui dan berlaku sebagai satusatunya sumber ilmu dan kebenaran. Dengan lebih banyak menggunakan

5 httpl////www.mediapustaka.com//2014//06//suasana-pembelajaran-efektif.html

(11)

metode ilmiah dan eksperimen agar siswa sebanyak mungkin merasakan dan mengalami dalam suasana yang dialogis.6

d. Penerapan Berfikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah

Penerapan berfikir kritis dalam pembelajaran sejarah dimulai darin kegiatan berpikir kritis yang terdiri dari merumuskan, menganalisis, memecahkan masalah, menyimpulkan dan mengevaluasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Merumuskan

Memberikan batasan dari objek yang diamati. Misalnya dalam mata pelajran sejarah kegiatan merumuskan ini digunakan siswa untuk mengemukakan fakta dari materi yang dipelajari, karena fakta merupakan kerangka berpikir dalam sejarah. Menurut Mestika Zed (2003:51) fakta adalah “tulang punggung” bangunan pengetahuan sejarah. Dapat dicontohkan dengan; “Adipati Unus menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1513 M”. Pernyataan atau kalimat tersebut memang telah terjadi penyerangan Adipati Unus ke Malaka yang dikuasai oleh Portugis pada tahun 1513 M atau adanya usaha Adipati Unus untuk menyerang Portugis pada tahun 1513 M.

2. Menganalisis

Menganalisis adalah proses menelaah, mengupas, ulasan, atau menguraikan ke dalam bagian-bagian yang lebih terperinci. Oleh sebab itu, pertanyaan mengapa (why) yang dikemukakan dalam menganalisis suatu peristiwa sejarah. Dalam hal ini yang dianalisis adalah sebab-akibat suatu peristiwa yang terjadi setelah merumuskan fakta.

3. Memecahkan Masalah

Memecahkan masalah adalah proses berpikir yang mengaplikasikan konsep kepada beberapa pengertian baru. Tujuannya adalah agar siswa mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep dalam permasalahan atau ruang lingkup baru. Dalam hal ini konsep-konsep digunakan dalam menjelaskan hubungan sebab-akibat dari suatu peristiwa sejarah.

4. Menyimpulkan

Menyimpulkan adalah proses berpikir yang memperdaya pengetahuan sedemikian rupa untuk menghasilkan sebuah pemikiran atau

6

(12)

pengetahuan baru. Menurut Mestika Zed (2003:3) penarikan kesimpulan tujuannya adalah mencari atau menguji pengeahuan yang bersifat umum yang disebut generalisasi (pernyataan yang menyatakan hubungan antara konsep-konsep dan berfungsi sebagai pembantu untuk berpikir dan mengerti) yang tidak harus terikat dengan waktu dan tempat. Salah satu contohnya adalah: Keruntuhan Kerajaan Majapahit adalah alasan-alasan yang serupa yang telah menghancurkan kerajaan-kerajaan lainnya, terutama karena lemahnya kepemimpinan raja dan perpecahan yang terjadi dalam lingkungan kerajaan. 5. Mengevaluasi

Mengevaluasi adalah proses penilaian objek yang diamati. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif, dan negatif atau gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya. Dalam taksonomi belajar Bloom mengevaluasi merupakan tahap berpikir kognitif yang tinggi. Pada tahap siswa dituntut agar mampu mensinergikan aspek-aspek kognitif lainnya dalam menilai sebuah fakta atau konsep.

Pendekatan belajar yang diperlukan dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari dipengaruhi oleh perkembangan proses mental yang digunakan dalam berpikir (perkembangan kognitif) dan konsep yang digunakan dalam belajar. Perkembangan merupakan proses perubahan yang terjadi sepanjang waktu ke arah positif. Jadi perkembangan kognitif dalam pendidikan merupakan proses yang harus difasilitasi dan dievaluasi pada diri siswa sepanjang waktu mereka menempuh pendidikan termasuk kemampuan berpikir kritis.

Salah satu komponen berpikir kritis yang perlu dikembangkan adalah keterampilan intelektual. Keterampilan intelektual merupakan seperangkat keterampilan yang mengatur proses yang terjadi dalam benak seseorang. Berbagai jenis keterampilan dapat dimasukkan sebagai keterampilan intelektual yang menjadi kompetensi yang akan dicapai pada pogram pengajaran. Keterampilan tersebut perlu diidentifikasi untuk dimasukkan baik sebagai kompetensi yang ingin dicapai maupun menjadi pertimbangan dalam menentukan proses pengajaran.

(13)

merupakan keterampilan pada tingkat yang lebih tinggi (Higher Order Thinking) (Cotton K.,1991). Kesepakatan yang diperoleh dari hasil lokakarya American Philosophical Association (APA, 1990) tentang komponen keterampilan intelektual yang diperlukan pada berpikir kritis antara lain interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, dan self regulation (Duldt-Battey BW, 1997).

Masing-masing komponen tersebut merupakan kompetensi yang perlu disusun dan disepakati oleh para pendidik tentang perilaku apa saja yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh siswa pada tiap-tiap komponen di tiap-tiap tingkat sepanjang program pendidikan.7

Bab III

Metode Penelitian

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiyady Akbar menjelaskan metode penelitian sebagai berikut :

Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah -langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu

7 httpl////intanzaki28.blogspot.co.id//2014//12//berfikir-kritis.html diunduh

(14)

pengkajian dalam mempelajari peraturan – peraturan yang terdapat dalam penelitian.8

Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis memilih motode sebagai berikut :

1. Metode Penelitian Kualitatif

Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam (

in-depth analysis ), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.9

Dari metode penelitian kualitatif tersebut peneliti memilih kuesioner untuk memperoleh hasil penenlitiannya. Adapun kuesioner tersebut terdiri dari lima pertanyaan yang akan disebar ke tiga guru, yaitu guru formal, guru semi formal, dan guru non formal.

2. Tempat dan waktu 1. Tempat

Jalan trubus I RT. 001/04 No. 13 pondok cabe ilir, pamulang, Tangerang selatan.

2. Waktu

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 – 24 febuari 2018

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru formal, guru semiformal dan guru nonformal dikarenakan penelitian ini tertuju kepada guru guru yang mamiliki metode khusus untuk membiasakan siswa berfikir kritis sehingga dapat menerapkan suasana belajar yang efektif.

4. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

8 Husnaini ssman dan Purnomo setiyady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Bumi

Aksara, Jakarta; 2011), hlm 41

9

(15)

Peran peneliti adalah sebagai perencana, pelaksana, dan pengamat. Peneliti membuat perencanaan penelitian, kemudian melaksanakan, mengamati, mengumpulkan sata, menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian.

Bab IV

Pembahasan Hasil Penelitian

(16)

kritis dapat berupa merevisi teori atau keyakinan yang sudah ada untuk mempertimbangkan bukti yang baru artinya, pemikiran kritis dapat melibatkan perubahan konseptual. Dalam sejarah pemikiran kritis dalat melibatkan penarikan kesimpulan dari dokumen – dokumen sejarah, mencoba mentukan apakah suatu itu benar benar terjadi dengan suatu cara tertentu atau hanya mungkin terjadi seperti itu.

Seperti yang anda kira,kemampuan berfiki kritis muncul secara perlahan selama masa kanak kanak sampai masa remaja (P. M. King & Kitchener, 2002; Metz. 2004; Pillow, 2002). Namun begitu sering siswa pada semua tingkatan kelas ( Bahkan juga mahasiswa) Menelan begitu saja informasi yang mereka baca di buku , teks, iklan, media, dan lain sebagainya tanpa sikap kritis. Siswa lebih mungkin melihat secara analitis dan kritis informasi yang baru jika mereka yakin bahwa bahkan pemahaman ahli sekalipun mengenai suatu topic terus berubah seiring munculnya bukti baru. Sebaliknya siswa cenderung kurang terlibat dalam pemikiran kritis jika mmereka yakin bahwa pengetahuan merupakan suatu entitas yang mutlak dan tidak bisa berubah (Kardash & Schools, 1996, Kuhn, 2001a; Schommer-Aikins, 2001). Dengan demikian keyakinan epistemilogis siswa masuk kedalam proses pemikiran kritis.10

Penelitian yang saya lakukan kepada guru – guru ini bertujuan untuk mengetahui metode apa yang mereka pakai untuk membiasakan siswanya berfikir kritis sehingga menciptakan suasana belajar yang efektif.

1. Guru formal

Pegawai Negeri Sipil, dan telah ditugaskan untuk sekolah tertentu sebagai lembaga induknya dan mengajar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Guru formal yang saya pilih untuk melakukan penelitian adalah seorang guru Bahasa Indonesia yang mengajar di sekolah MAN 11 Jakarta yang bernama Muhamad Adi Alvian S. Pd. Dari hasil kuesioner yang beliau isi dapat disimpulkan bahwa beliau menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan media pembelajaran yang menyenangkan. Hasil dari metode yang menarik dan media pembelajaran yang menyenangkan dapat menarik para siswa untuk bersemangat dalam belajar dan pasti dapat membuahkan hasil yang cukup maksimal kepada siswa siswi.

2. Guru Semiformal

Guru yang sudah mempunyai pengalaman khusus dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik di

10 Jeanne Nllis Ormrod, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan

(17)

sekolah tertentu. Tetapi sekarang tidak bertugas di sekolah melainkan bertugas di suatu tempat bimbingan belajar ( Bimbel ). Guru semiformal yang saya pilih untuk melakukan penelitian ia adalah seorang guru matematika lulusan Universitas Negeri Islam Syarif Hidayahtullah yang bernama Rohanah S. Pd. Dari Hasil kuesioner yang beliau isi dapat disimpulkan bahwa beliau mengunakan metode penemuan terbimbing. Metode tersebut sudah beliau pakai dari mulai beliau menjadi praktik provesi keguruan terpadu (PPKT) hingga saat ini, dan hasil dari metode penemuan terbimbing tersebut membuahkan hasil yang maksimal kepada anak didiknya.

3. Guru nonformal

Guru yang belum mempunyai pengalaman yang khusus seperti praktik provesi keguruan terpadu (PPKT) di sekolah tertentu tetapi dia mahir dalam dalam mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi. Guru formal yang saya pilih untuk melakukan penelitian adalah Meily Testiana Unita A.M lulusan Universitas Indonesia. Beliau mempunyai metode khusus yaitu metode merubah tempat duduk setiap pertemuan, metode ini beliau pakai sampai sekarang di tempat bimbingan belajar ( Bimbel ) milik beliau sendiri dana hasil dari metode tersebut sangat maksimal dan memiliki dampak positif yang cukup membuat anak muridnya terbiasa berfikir kritis.

Dari hasil penelitian ke tiga guru tersebut dapat diambil secara garis besar yaitu masing – masing guru mempunyai metode khusus untuk mendidik siswanya dalam menumbuhkan, menerapkan serta membiasakan siswa berfikir kritis sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang efektif.

Bab V

Simpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

(18)

evaluasi. Panduan proses belajar harus disusun dan dilaksanakan dalam suatu proses yang dikenal sebagai “daur belajar dari pengalaman yang distrukturkan” (structural experiences learning cyrcle) agar pendidikan kritis dapat dicapai dalam pembelajaran. Proses ini memungkinkan setiap orang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran kritis dengan cara terlibat didalamnya secara langsung ataupun tidak. Penerapan berfikir kritis dalam pembelajaran sejarah dimulai dari kegiatan berpikir kritis yang terdiri dari merumuskan, menganalisis, memecahkan masalah, menyimpulkan dan mengevaluasi.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil simpulan di atas diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi pelaksanaan pengembangan pembelajaran.

a. Bagi guru

Guru diharapkan dapat meningkatakan kegiatan yang menarik serta menyediakan media pembelajaran yang lebih inovati dan guru diharapkan mempunyai metode khusus untuk membiasakan siswa berfikir kritis sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang efektif.

b. Bagi murid

Senantiasa selalu aktif, disiplin, fokus,dan bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu. Siswa siswi juga diharapkan mengikuti kegiatan belajar yang telah bapak / ibu guru sajikan selama KBM berlangsung.

Daftar Pustaka

Gunawan, Adi W. 2003. Genius Learning Strategy Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelarated Learning. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama

Husnaini Usman dan Purnomo setiyady Akbar, 2011. Metodologi Penelitian Sosial :

Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara

(19)

file:///C:/Users/YRX206/Downloads/ENDANG%20SRI%20RAHAYU-FITK.pdf

http://intanzaki28.blogspot.co.id/2014/12/berfikir-kritis.html

http://intanzaki28.blogspot.co.id/2014/12/berfikir-kritis.html

http://www.mediapustaka.com/2014/06/suasana-pembelajaran-efektif.html http://bpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2015/10/jurnal-No06-V-Juni2006.pdf#page=64

http://zonainfosemua.blogspot.co.id/2011/01/pengertian-metode-penelitian-kualitatif.html

Lampiran – Lampiran

Kuesioner

1. Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang berfikir kritis ?

2. Bagaimana caranya Bapak/Ibu menciptakan suasana belajar yang efektif ? 3. Bagaimana caranya Bapak/Ibu menumbuhkan berfikir kritis kepada siswa

(20)

4. Bagaimana Bapak/Ibu menerapkan berfikir kritis kepada siswa siswi ?

5. Upaya yang Bapak/Ibu lakukan apabila suasana belajar mengajar tidak efektif atau tidak sesuai dengan keinginan Bapak/Ibu ?

Jawaban dari guru formal

1. Menganalisa suatu fenomena yang terjadi

2. Menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan media pembelajaran yang menyenangkan

3. Memberikan kesempatan siswa untuk memcahkan permasalahan tentang suatu fenomena yang terjadi, namun tetap sesuai dengan meteri pembelajaran.

4. Memberikan kesempakan kepada siswa untuk mencoba memecahkan permasalahan dalam materi pembelajaran

5. Mengevaluasi tentang metode pembelajaran yang diberikan.

Jawaban dari guru semi formal

1. Berfikir kritis itu berfikir yang penuh dengan pertanyaan, misalkan tentang bangku itu bagaimana cara membuatnya ? fungsinya apa ? jadi seperti penuh dengan tanda tanya. Jadi berfikir kritis itu focus terhadap satu objek.

2. Suasana belajar yang efektif itu bisa dirancang sebelumnya kita bisa menyiapkan modul atau soal – soal untuk siswa, jadi kita rancang dua jam kedepan kita mau ngajar siwa kelas berapa, jurusannya apa itu sudah kita rancang sehingga kita bisa menguasai kelas dengan baik.

3. Belajar mandiri kalau menurut saya. Dengan cara belajar mandiri siswa bisa dilatih untuk berfikir kritis, jadi dalam suatu materi kita bisa memunculkan pertanyaan terlebih dahulu kemudian nanti siswa yang aktif mencari jawabaan tersebut atau di media elektronik, atau dikoran sebagainya. Nah dengan cara seperti itu siswa aktif untuk mencari informasi atau data – data, dan sehingga masih ada sesuatu yang mengganjal itu bisa nanti endingnya bisa ditanyakan keguru yang bersangkutan.

(21)

atau engga dari contoh yang saya kasih bukan berati ini tidak diajarkan, tapi coba sendiri dia dengan melihat contoh nah dari situ dia akan berfikir.

5. Mungkin sebelum itu bisa kita menyiapkan dua rancangan. Rancangan yang satu misalkan kacau rancangan yang kedua atau pada saat suasana belajar yang tidak efektif itu berlangsung secara mendadak kita bisa membuat ide ide sesuai dengan kondisi tersebut. Misalkan seperti ice breaking atau emecahkan suasana.

Jawaban dari guru nonformal

1. Berfikir kritis adalah menuangkan ide yang ada dengan menggabungkan fakta – fakta yang telah dialami baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga memunculkan pemikian baru yang lebih kreatif dan inovatif

2. Pertama – tama saya membaca suasana / mood anak didik saya terlebih dahulu, kemudian saya mencoba untuk menyatukan mood yang ada sampai menemukan titik cerah penyatuan keinginan antara satu murid dengan murid yang lain yaitu satu ide bahwa pada hari itu kita sama – sama ingin membahas tentang satu hal. 3. Cara saya menumbuh kembangkan penerapan berikir kritis dengan selalu

merubah suasana belajar mengajar disesuaikan dengan bab yang diangkat. Biasannya dengan cara merubah tempat duduk siswa secara berkala berdasarkan pembahasan yang diangkat, missal kursi dibuat berkeliling, atau kursi dibuat seperti leter U atau bahkan kita tidak duduk dikursi sama sekali dengan kata lain lesehan.

4. Saya menerapkan bagaimana berfikir kritis kepada anak didik saya dengan car mengajak mereka untuk aktif dalam mengemukakan pendapat. Dengan demikian besar harapan saya anak didik saya mulai berfikir kritis karena merasa bahwa pendapat mereka didengar atau dihargai.

5. Apabila suasana yang sudah saya sudah ciptakan masih belum bisa

menyembatani anak didik saya untuk dapat berfikir kritis sepertiyang saya harapkan, maka saya akan menggunakan metode akhir saya yaitu mengajak anak didik saya untuk mengajak keluar kelas, mencari tempat yang sejuk yang

(22)

Riwayat Hidup

(23)

Referensi

Dokumen terkait

R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada

[r]

Analisis Terhadap Perkembangan Hukum Dan Ekonomi Dalam Pembangunan Nasional Hukum Bisnis.

Hasil penelitian studi kasus ini secara garis besar dapat disimpulkan menjadi 4 tema yaitu : Upaya keluarga di lingkungan dalam rumah dalam mencegah DBD,

pernyataan. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai ketika mengikuti, mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar tersebut terutama

Intervensi pada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan secara umum, namun masing-masing intervensi tetap mengacu pada sasaran, data dan kriteria hasil yang

Setelah dilakukan penelitian hasil dari penelitian tersebut ternyata sebagian besar yang mengalami pre eklampsia berat terjadi pada umur 20- 35 tahun, berbeda dengan teori

Dalam kegiatan ekonomi terdapat tiga pelaku yaitu, Negara/pemerintah,pihak swasta/investor dan masyarakat, yang masing- masing mempunyai posisi tawar