• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKOMENDASI PENGEMBANGAN WISATA ALAM EDU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REKOMENDASI PENGEMBANGAN WISATA ALAM EDU"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

REKOMENDASI PENGEMBANGAN WISATA ALAM EDUKASI SUMBER PODANG KABUPATEN KEDIRI MELALUI ANALISIS SWOT

Muhammad Raad Assidiqy1

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

Allow46@yahoo.com ABSTRAK

Pengembangan pariwisata pada dewasa ini merupakan hal yang esensial dalam hal kepariwisataan. Hal ini berkaitan dengan banyak hal, termasuk konservasi, pemanfaatan, serta reservasi yang merupakan satu kesatuan pemanfaatan pariwisata. Hal ini dimungkinkan apabila pariwisata dipandangan sebagai objek yang berdayaguna dan dapat meningkatkan investasi atau pemasukan riil. Maka diperlukan analisis dan pemikiran yang mencakup ketiga aspek diatas, yaitu salah satunya adalah analisis SWOT atau Strength, Weakness, Opportunity, Threat. Melalui analisis SWOT dimungkinkan pengembangan kepariwisataan menjadi terintegratif, total, dan bersiklus. Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan pengembangan kawasan sumberpodang dilakukan oleh penulis secara bertahap mulai dari 2014 hingga tahun 2016. Hasil yang didapatkan oleh penulis berupa pengembangan kawasan pariwisata tersebut menjadi sebuah kawasan pariwisata integrative dan bertemakan wisata edukasi. Penelitian yang dilakukan oleh penulis ditujukan sebagai analisis rekomendasi tekstual dalam pengembangan kawasan sumber podang melalui pertimbangan analisis SWOT.

Kata kunci: SWOT, pengembangan wisata, sumber podang, wisata edukasi integratif

PENDAHULUAN

(2)

Bentang alam pada saat ini merupakan eksotisme tersendiri apabila ditinjau dari segi kepariwisataan. Tendensi dan tren masyarakat akan pandangan kepariwisataan lebih kepada wisata alam cenderung lebih tinggi apabila dibandingkan dengan wisata modern yang sifatnya wahana. Seiring dengan kondisi yang sedemikian rupa, pengembangan kawasan-kawasan serta bentang alam menjadi kawasan wisata mulai dilakukan seiring dengan berjalannya waktu, yang pada umumnya dikenal sebagai kawasan ekowisata. Berbagai hal pun dilakukan agar kawasan wisata alam menjadi jauh lebih bermakna dibandingkan hanya sekedar berwisata, yaitu proses merger antara unsur wisata dengan unsur pendidikan atau pengetahuan (education).

Salah satu wisata alam yang ada di kabupaten Kediri yang keberadaannya mulai dikenal sebagai kawasan ekowisata adalah sumber podang. Dalam beberapa decade, sumber podang menjadi kawasan wisata alam yang menyuguhkan kewisataan alam yang memiliki eksotisme yang sangat baik. Potensi ini didukung dengan keasrian kawasan alam lengkap dengan kondisi social masyarakat yang masih sangat alami. Namun kondisi tersebut yang sangat alami tersebut justru menimbulkan permasalahan minimnya pengunjung akibat minimnya fasilitas pendukung. Oleh karena itu diperlukan analisis mendalam mengenai kelebihan ataupun potensi, kekurangan, serta proyeksi pengembangan kawasan sumber podang agar menjadi kawasan wisata yang terintegratif, yaitu kawasan ekowisata, lengkap dengan prasarana edukasi dan fasilitas yang memadai. Sehingga pengelolaan kewisataan dapat dilakukan seiring dengan bertambangnya jumlah pengunjung.

(3)

diri sebagai acuan dasar pengambilan kebijakan pengembangan maupun pembangunan kawasan sumber podang. Oleh karena itu, segala bentuk rekomendasi dalam jurnal ini didasarkan akan analisis SWOT yang telah dilakukan secara empiris dan kepustakaan.

METODE

Metode yang digunakan dalam penulisan jurnal ini merupakan metode library research atau metode kepustakaan dengan memadukan dengan tinjauan lapangan berkaitan dengan kawasan wisata yang sedang diteliti oleh penulis sejak tahun 2014. Menurut Assidiqy, Penulisan jurnal library research didasarkan atas penelusuran referensi atau disebut dengan research paper yang selanjutnya dijelaskan secara kualitatif (Assidiqy, 2014:7). Sedangkan tinjauan lapangan dimaksudkan untuk melakukan crosscheck data dengan temuan yang didapatkan dari hasil pustaka, sehingga didapatkan analisis yang valid dan aktual. Penelitian ini dimaksudkan sebagai pengembangan dari penelitian terdahulu dan merujuk pada beberapa bahan rujukan yang sudah dihasilkan oleh penulis sejak tahun 2014. Oleh karena itu, subjek penulisan berupa referensi, acara televisi, jurnal dan hasil penelitian berbagai lembaga universal terkait, yang pencatatannya dilakukan secara runtut didalam catatan referensi. Segala bentuk referensi berupa data dan informasi terkait menjadi bahan utama penulisan jurnal ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kekuatan (kelebihan-strength) yang dimiliki oleh kawasan wisata alam sumber podang

(4)

Sumarmi, konsep wilayah adalah merupakan bagian tertentu dari permukaan bumi yang memunyai sifat khas tertentu akibat hubungan khusus kompleks lahan, air, udara, tanaman, binatang, serta manusia—sehingga tercipta homogenitas struktur ekonomi dan sosial sebagai perwujudan kombinasi factor lingkungan dan demografis (Sumarmi, 2012:18). Sehingga kawasan sumber podang dapat dikategorikan sebuah kompleksitas kewilayahan, atau lebih jauh disebut dengan wilayah pariwiwsata integrative. Disebut sebagai sumber podang, karena mayoritas banyaknya pohon mangga berjenis podang yang ada di kawasan sekitar joho. Sehingga kuantitas utamanya berupa manga podang, yang seringkali disebut sebagai manga premature oleh sebagian orang, karena proses matangnya yang begitu cepat. Kondisi alam disekitar sumber podang merupakan kawasan pertanian seperti halnya sawah tadah hujan dan semi teknis, namun terdapat campuran kebun masyarakat yang memiliki kuantitas buah-buahan yang melimpah.

Selama beberapa decade, perubahan nyata yang terlihat pada kawasan sumber podang sangatlah lambat. Hal ini merupakan sebuah konsekuensi kawasan yang cukup terisolir. Dibandingkan kawasan yang ada dibawahnya, sumber podang memiliki suasana yang jauh lebih kedesaan. Berada pada kawasan yang cukup tinggi, menunjukkan bahwa sumber podang merupakan daerah yang sulit untuk dikembangkan. Namun karena sumber podang merupakan kawasan wisata alam yang berbasis edukasi, maka kawasan yang natural dan belum mengalami perubahan yang signifikan justru mendukung keberlanjutan pengembangannya. Beberapa kekuatan atau kelebihan yang dimiliki kawasan wisata sumber podang sebagai wisata alam berbasis edukasi adalah:

1. Merupakan kawasan wisata yang berada pada daerah beriklim tropis dataran tinggi sehingga menyebabkan varietas-varietas produk perkebunan menjadi tumbuh subur. Menurut Martı´n dalam bukunya WEATHER, CLIMATE AND TOURISM:A Geographical Perspective (Martı´n, 2004:578-579):

Climate can also be an attraction in itself and plays a decisive

(5)

about buying a product, they weigh up its different elements,

such as resources, infrastructure, services, and price. The

climate is also evaluated in this process, as it is a natural

resource that usually forms a part of the product (Martı´n, 2004:578-579).

Sehingga dapat dikonklusikan bahwa kondisi iklim sangat berpengaruh terhadap minat wisatawan pada kawasan atau resort wisata tertentu. Sebagai bahan pertimbangannya, kondisi iklim menjadi tolok ukur bagaimana rekomendasi suatu wilayah dapat dijadikan referensi tujuan wisata selain biaya, dan sebagainya. Seperti halnya kondisi yang terlihat pada sumber podang, perkebunan masyarakat seperti manggis, durian, manga, dan jenis tanaman perkebunan menunjukkan bahwa kondisi iklim tropis yang baik. Komoditas utama tersebut secara langsung merupakan keunggulan yang dapat ditawarkan sebagai produk jual yang menarik wisatwan untuk dapat. Mengingat komoditas produk manga yang memiliki kekhasan dibandingkan dengan kawasan lainnya yang meskipun serupa.

2. Menurut Williams, (Williams, 2009:13-14):

Most tourists choose destinations for a diversity of purposes

and will combine more than one form of experience within a

visit. One of the intractable Tourism, geography and

geographies of tourism problems of isolating generalities

within patterns is that the real-world complexity of tourism

admits a whole spectrum of motives and behaviours that in

many cases will co-exist within visits. So, for example, the

business traveller may visit friends, take in a show or tour a

museum, alongside the business meetings that provide the

primary motive for the trip.

(6)

Perkebunan misalkan perkebunan manga, perkebunan manggis, perkebunan dengan komoditas nilai jual yang cukup tinggi. Areal perasawahan masyarakat yang menambah kesan alami sebagai jati diri wisata alam. Peternakan lebah salah satunya menjadi pilar dan identitas edukasi yang dimiliki wisata alam sumber podang, hal ini ditunjukkan dengan adanya campur tangan penduduk yang mengadakan tour mengenai sarang lebah dan produksi madu. Air terjun yang terintegrasi dengan kawasan sumber podang, seperti halnya irenggolo merupakan air terjun yang berpotensi untuk dilakukan proses merger dengan kawasan suaka sumber podang untuk memperluasnya.

3. Masyarakat yang mendukung dan justru mengintegrasikan kawasan-kawasan mereka untuk dijual (dalam artian sebagai wana wisata). Hal ini ditunjukkan dengan adanya kebun-kebun serta komoditas hutan yang dibuka untuk pengunjung untuk dapat menikmati hasil kebun. Selain itu masyarakat juga menjadi dan ikut andil bagian dalam hal pengelolaan kawasan tersebut. Keberadaan kekuatan ataupun kelebihan kawasan sumber podang tersebut mendukung terciptanya kawasan wisata alam yang terintegratif, baik dari segi kualitas alam, maupun sosialnya. Namun analisis mendalam berkaitan dengan sisi lain dari sebuah kawasan wisata sebagai rekomendasi pengembangan kawasan wisata secara menyeluruh.

Kelemahan (kekurangan-weakness) yang dimiliki kawasan wisata alam sumber podang

(7)

cocok untuk dijadikan atau dikembangkan dalam hal usaha atau spot perekonomian. Hal ini disebabkan karena tempat yang mendekati pasar sangat cocok dengan usaha yang berbasis penjualan atau kegiatan ekonomi. Namun apabila dilakukan pengembangan kepada segi peternakan, maka akan memiliki kelemahan dari sisi sosialnya karena bau yang ditimbulkan dapat mengganggu masyarakat sekitarnya.

Dari segi kelemahan atau kekurangan yang dimiliki kawasan wisata alam sumber podang memiliki tendensi dan kecenderungan lebih kepada kualitas fisik dan social yang dinilai dapat menghambat perkembangan kawasan pariwisata. Beberapa hal yang dapat menghambat pengembangan kawasan wisata dikarenakan kekurangan atau kelemahan wisata sumber podang adalah sebagai berikut:

1. Kualitas lingkungan yang masih terintegrasi dengan masyarakat. Hal tersebut bukan hanya berdampak positif karena keikutsertaan masyarakat dalam hal pengelolaan, namun juga berdampak negative pada kawasan wisata sumber podang tersebut. Dampak negative yang ditimbulkan dengan adanya penyatuan antara kawasan wisata dengan kawasan masyarakat adalah kendala lambatnya pengembangan yang akan dilakukan. Sebagai contohnya apabila kawasan akan dikembangkan, namun terkendala dalam masalah perluasan, pasti akan berbenturan dengan kawasan permukiman warga.

2. Kontur kawasan yang sangat terjal, yang akan menyebabkan pengembangannya sedikit mengalami kendala. Dapat dipastikan apabila pengembangan tidak memerhatikan unsur tersebut. Strategi tepat guna yang dapat menyelaraskan antara pengembangan dan perombakan kawasan yang akan menyebabkan pembekakan pendanaan. Hal inilah yang seringkali membuat kawasan pariwisata menjadi amat mahal dan menurunkan minat kunjungan wisatawan.

(8)

kawasan wisata sumber podang. Aksesbilitas merupakan sekian benyak permasalahn kompleks yang dihadapi sebuah kawasan pariwisata. Apabila aksesbilitas sulit, maka wisatawan akan cenderung menurun dan mengurangi daya tarik. Sedangkan fasilitas penunjang juga sangat krusial untuk dapat mensupport kawasan wisata tersebut. Seperti halnya SPBU akan berpengaruh besar terhadap pertimbangan wisatawan untuk singgah ke kawasan tersebut. Kekurangan-kekurangan yang terdapat pada kawasan sumber podang, menjadikan bahan pertimbangan dalam hal pengembangan kedepannya agar tidak menimbulkan permasalahan yang baru dan pelik.

Peluang pengembangan (opportunity) yang dimiliki kawasan wisata alam sumber podang

Sebuah konklusi yang dapat ditarik sebagai tindak lanjut dari kelebihan ataupun kekuatan dan kelemahan ataupun kekurangan kawasan wisata sumber podang adalah peluang pengembangannya. Hal ini dikarenakan factor-faktor yang mutlak dipertimbangkan adalah kelebihan dan kekurangan, yang dianalogikan sebagai nilai tambah dan nilai kurang suatu produk, sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulang mengenai harganya. Peluang pengembangan sejatinya terfokus pada peningkatan kualitas, bukan pada kuantitasnya. Karena apabila ditilik kembali arti kata pengembangan berarti sebagai development bukan extension. Maka dalam hal ini peluang pengembangan yang dimiliki oleh kawasan wisata sumber podang lebih ditekankan karena didasarkan pada nilai plus dan minus yang dimiliki oleh kawasan sumber podang itu sendiri. Beberapa peluang pengembangan yang dimiliki oleh kawasan wisata alam sumber podang adalah:

(9)

tidak menimbulkan kebosanan apabila dibandingkan dengan wisata yang mengutamakan satu wisata utama saja, misalkan seperti candi Borobudur ataupun pagora, yang hanya menyuguhkan satu wahana saja. Konsep terbaik dalam hal pariwisata adalah pengunjung dapat menikmati ragam situs yang tinggi, sehingga ketika wisatawan bergerak pada suatu tempat lainnya, mereka akan menemukan tempat yang baru lagi, dan notabene berbeda dengnan kawasan utama. Namun pengelolaan yang terbaik didasarkan pada system terintegrasi yang mana dimaksudkan untuk memudahkan arah pengembangan. Dengan pengembangan kawasan wisata sumber podang kea rah ecowisata edukasi sumber podang, maka dinilai sumber podang berpeluang mengembangkan dua garis besar kewisataan, yaitu wisata alam dan wisata edukasi yang pada dewasa ini sudah sangat marak.

(10)

podang dikembangkan menjadi kawasan yang bukan hanya sekedar memiliki kekhasan berupa produksi komoditi manga dan buah-buahan yang dijual mentah saja, namun dapat diolah menjadi produk-produk olahan yang berbasis local pengelolaannya, maka dapat dipastikan bahwa sumber podang akan menjadi kawasan wisata yang dikenal akan kekhasannya mengenai produk-produk hulu dan hilir yang unggul, dimana wisatawan tidak hanya

mencari unsur “hiburan” saja, namun konsep oleh-oleh yang akan di-merger dengan wisata justru akan meningkatkan daya jual wisata tersebut (sebagai contohnya malioboro-yang eksis dikarenakan produk hilir berupa oleh-oleh yang unik).

(11)

rumah-rumah warga melalui konsep kedesaan yang harus dilakukan oleh pihak-pihak terkait (notabene memerlukan negosiasi lanjut) karena masyarakat beleum tentu mau dilakukan kerja sama mengenai suatu konsep yang akan merubah gaya hidup mereka. Sebagai contoh pengembangan kawasan wisata desa yang sukses adalah pengembangan kawasan wisata desa di spanyol, yang

mengusung tema film “smurf” bahwa desa secara menyeluruh dicat berwarna

biru dan berkonsep film tersebut. Pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat dan pemerintah daerah kawasan spanyol tersebut. Konsep tersebut mengikutsertakan masyarakat hidup di desa tersebut selama beberapa hari mengikuti aktivitas masyarakat di kawasan tersebut. Alhasil kawasan desa tersebut menjadi sangat mendunia karena konsep wisata desa tersebut. Sehingga apabila kawasan wisata sumber podang dapat dikembangkan kearah desa wisata akan memiliki keunggulan.

Peluang yang muncul merupakan pengembangan dari fungsi kelebihan yang dimiliki oleh kawasan wisata alam sumber podang. Hal ini didasarkan atas pertimbangan kelebihan dan kekurangan yang secara langsung digabungkan. Sehingga memunculkan sebuah peluang pengembangan tertentu yang mengangkat kelebihan kawasan dan menghindari fungsi kelemahan atau kekurangan yang dapat menurunkan nilai jual atau daya tarik kepariwisataan.

Ancaman yang timbul (threat) akibat pengembangan kawasan wisata alam sumber podang

(12)

mereka telah membayar retribusi. Adakalanya ancaman yang timbul dikarenakan memang pembangunan yang dilakukan pada kawasan wisata tersebut memiliki dampak yang cukup signifikan. Namun pendapatan yang dihasilkan dinilai dapat menutup kemungkinan kerusakan ataupun ancaman yang ditimbulkan sehingga pembangunan maupun pengembangan tetap dilanjutkan.

Ancaman merupakan factor yang diperhitungkan sebagai evaluasi, karena sifatnya sebagai warning atau perkiraan terburuk yang dapat terjadi apabila pengembangan sudah dilakukan. Bahkan dalam kasus yang lainnya, seperti pada permasalahan DAS, system warning menjadi sangat penting untuk diadopsi, dan kecenderungannya ada secara alami dan buatan. Menurut Asdak, diperlukan tiga pendekatan untuk dapat melakukan perumusan dan perbaikan kebijakan pengelolaan sumberdaya—yaitu dengan pendekatan pengembangan perangkat pemantauan sehingga dapat memberikan peringatan dini terhadap aktivitas pembangunan yang tidak sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan, pendekatan pengembangan mekanisme praktis yang mampu menentukan penyebab atau hasil pembangunan yang tidak berkelanjutan, serta pendekatan pengembangan mekanisme adaptasi dan pemilihan kebijakan pengelolaan yang telah memerhatikan aspek ekonomi dan sosial yang relevan dengan permasalahan pada pendekatan kedua (Asdak, 2010:530-531) Beberapa kemungkinan ancaman yang ditimbulkan akibat pengembangan kawasan wisata sumber podang adalah:

1. Kerusakan lingkungan disekitar kawasan integrative sumber podang. Pengembangan kawasan sumber podang sudah tentu akan mengintegrasikan kawasan-kawasan wisata disekitarnya, yang juga akan merombak struktur alam termasuk jalan, kawasan wisata, dan rombakan wahana didalamnya. 2. Merubah kepribadian masyarakat yang masuk dalam pengelolaan. Halm ini

(13)

masyarakat termasuk whana yang ditawarkan juga melibatkan kepemilikan masyarakat.

3. Klaim yang tidak jelas akan menimbulkan harga-harga di kawasan tersebut menjadi sangat mahal karena memiliki prospek yang tinggi. Harga yang cenderung tinggi akan merusak harga pasaran, dan justru masyarakat disekitar tersebut akan berperilaku one time to sold atau lebih memilih melepaskan tanahnya untuk dijual. Hal ini akan menyebabkan akan terjadi pengaturan harga yang tidak berpihak kepada masyarakat.

4. Ekspliotasi terhadap sumberdaya yang ada di kawasan tersebut, termasuk air, tanah, serta tumbuh-tumbuhan. Eskploitasi tersebut berkaitan dengan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan wisatawan saat berkunjung ke sumber podang. Seperti halnya air, apabila pengembangannya dilakukan secara penuh, pembangunan kamar mandi mutlak dilakukan maka akan mengekspoitasi air secara besar-besaran. Selain itu karena komoditas utamanya merupakan buah manga, maka pasti karena merupakan kekhasan, oleh-oleh yang mutlak dibutuhkan. Karena banyaknya permintaan, maka akan terjadi eksploitasi mengenai pemenuh kebutuhan oleh-oleh tersebut. Ancaman –ancaman diatas muncul akibat aktivitas peluang pengembangan yang sudah dilakukan. Menurut Sumarmi, perkembangan awal kehidupan manusia sangat tergantung pada alam, perkembangan selanjutnya saling memengaruhi antara manusia dan alam, dan pada masa mendatang diperkirakan dominasi manusia terhadap perubahan lingkungan cenderung meningkat (Sumarmi, 2012:39). Sehingga untuk rekomendasi pengembangan diperlukan adopsi keempat nilai analisis SWOT tersebut agar tidak saling berbenturan dan justru melemahkan nilai dari kawasan wisata itu sendiri.

Rekomendasi pengembangan kawasan wisata alam sumber podang berdasarkan analisis SWOT

(14)

Worldwide Destinations: The geography of travel and tourism menyebutkan bahwa

(Boniface, 2009:36):

Tourism resources are perishable. Not only are they vulnerable to

alteration and destruction by tourist pressure but in common with

many service industries, tourism resources are also perishable in

another sense. Tourist services such as beds in accommodation, or

ride seats in theme parks are impossible to stock and have to be

consumed when and where they exist. Unused tourism resources

cannot be stored, hence the development of yield management systems

to maximise the consumption of resources.

Maka dapat dikatagorikan bahwa suatu kawasan pariwisata akan mati apabila dibiarkan saja tanpa adanya pengembangan yang signifikan, termasuk variasi

“produk” pariwisata. Dalam suatu pengembangan diperlukan analisis yang cukup memerhatikan sisi-sisi penting kepariwisataan, seperti manajemen, akomodasi, serta beberapa fasilitas yang terkait kepariwisataan tersebut.

Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan dengan mengakumulasi nilai Strength, Weakness, Opportunity, and Threat, maka dapat dianalisis mengenai

rekomendasi pengembangan wisata alam sumber podang. Hal ini dikarenakan akumulasi nilai tersebut diperlukan dalam rangka penentuan arah pengembangannya. Sebagai asumsi bahwa, pengembangan kawasan wisata apabila hanya didasarkan pada satu pertimbangan saja. Pembentukan kawasan wisata berdasarkan kelebihannya saja pasti akan berbenturan dengan permasalahan-permasalahan. Analisis SWOT memberikan solusi dalam rangka pembangunan wilayah yang menyeluruh, termasuk sebagai upaya preventif mengenai pengembangan tertentu. Antisipasi dinilai merupakan hal yang sangat penting karena antisipasi yang telat justru akan menguras waktu dan membuat pekerjaan pengembangan tidak efektif.

(15)

teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang dinamis atau dengan kata lain, konsep pengembangan wilayah di Indonesia merupakan penggabungan dari berbagai teori dan model yang selalu berkembang yang telah diujiterapkan yang selanjutnya dirumuskan kembali menjadi suatu pendekatan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pembangunan di Indonesia (Hariyanto dan Tukidi, 2007:1-2). Sehingga rekomendasi pengembangan kawasan sumber podang kedepannya berdasarkan analisis SWOT, cenderung dikembangkan kedalam segi pengembangan ekowisata berbasis edukasi yang mengikutsertakan masyarakat sebagai pengelola dibawah pengawasan pemerintah daerah dan pihak perhutani. Pengembangan ini didasarkan atas analisis yang menunjukkan bahwa kawasan wisata alam sumber podang cenderung memiliki kelebihan dalam hal wisata alamnya. Pada dewasa ini scene atau pemandangan merupakan hal yang marak untuk diperjualbelikan dibandingkan wahana. Wisata yang seperti ini dinamakan sebagai ekowisata atau wisata alam. Biasanya wisata alam dipadukan dengan adanya edukasi ataupun pembelajaran mengenai suatu hal. Hal yang dapat diakumulasikan pada kawasan wisata sumber podang

Mengembangkan kawasan wisata sumber podang tidak bias secara serta merta dilakukan tanpa adanya pertimbangan secara baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya kebijakan pemerintah daerah kabupaten Kediri untuk pengelolaan serta pembebasan komunitas masyarakat yang ada disekitar kawasan. Apabila diteruskan untuk dilakukan pengembangan, maka masyarakat sekitar akan merasa terpinggirkan dan cenderung merongrong dengan usaha mereka sendiri. dengan hal tersebut lah terdapat kecenderungan suatu pariwisata akan mengalami collapse dan tidak tertata. Sehingga strategi khusus dalam pengembangan kawasan wisata sumber podang mutlak diperlukan. Beberapa strategi khusus yang diperlukan dalam pengembangan kawasan wisata sumber podang yang berbasis ecowisata edukasi adalah sebagai berikut:

(16)

yang ada di kawasan yang lebih rendah dibandingkan kawasan tersebut. Gunanya adalah untuk memvariasi lebih banayk kawaan ekowisata sumber podang yang bertujuan agar wisatawan yang berkunjung tidak mengalami kebosanan mengenai wahana atau wisata yang disuguhkan.

2. Menghasilkan wisata edukasi yang berbasis kuliner olahan produk kekhasan wilayah pariwisata sumber podang, yaitu manga podang. Olahan tersebut dapat berupa manisan, selai, dan lain sebagainya. Namun pengelolaannya ditunjang oleh keikutsertaan masyarakat sekitar kawasan wisata sumber podang agar pemberdayagunaan tenaga kerja dan antisipasi sifat masyarakat yang dianaktirikan.

3. Membangun fasilitas public seperti ATM, SPBU, restaurant agar mencukupi kebutuhan-kebutuhan pengunjung atau wisatawan saat berkunjung ke kawasan wisata wumber podang. Meskipun terkesan biasa dan kecil, fasilitas-fasilitas penunjang tersebut dapat memengaruhi minat wisatawan untuk hadir di kawasan wisata. Dapat dibayangkan apabila fasilitas-fasilitas diatas tidak ada, maka keterbatasan akses juga akan dimungkinkan.

4. Meminimasikan kontak antara wisatawan dengan penduduk local melalui penentuan atau penetapan zonasi atau mintakat terhadap kawasan wisata sumber podang kedalam 3 zonasi utama agar tidak terdapat kerancuan serta terpengaruhnya masyarakat atau penduduk local dengan kawasan wisata. Hal ini untuk menghindari culture lag antara masyarakat local dengan masyarakat wisatawan. Kawasan wisata terbagi atas 3 zonasi, yang pertama zona kawasan wisata, kedua zona kawasan administrative kewisataan, serta zona ketiga kawasan masyarakat local. Ketiga zonasi ini secara penuh dikelola oleh developer wisatawan dengan upaya pemberdayaan kawasan sekitar.

(17)

Konsep-konsep pengembangan kawasan wisata alam sumber podang berdasarkan analisis SWOT diatas merupakan analisis pengembangan yang masih sederhana dan memerlukan pengembangan yang lebih jauh lagi dan kompleks.

PENUTUP

Berdasarkan analisis diatas, maka kawasan wisata sumber podang dapat dikembangkan kearah kawasan ecowisata berbasis edukasi yang terintegrasi. Pengembangannya dilakukan atas dasar pengelolaan bersama, dan memperdayakan masyarakat sekitar. Pembangunan fasilitas-fasilitas penunjang juga mutlak diperlukan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan untuk dapat mengunjungi kawasan wisata sumber podang. Jurnal ini merupakan gagasan analitik yang dapat digunakan sebagai acuan pengembangan kawasan wisata sumber podang kearah yang lebih baik melalui analitik-analitik lainnya pada penelitian maupun gagasan berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Assidiqy, Muhammad Raad. 2014. Urgensi Peran Pemerintah Dalam Mengatasi Permasalahan Korupsi Sebagai Upaya Menciptakan Masyarakat Yang Beradab Di Indonesia. Malang: FIS UM.

Boniface, Brian, Chris Cooper and Robyn Cooper. 2009. Worldwide Destinations:The geography of travel and tourism. New York: Routledge.

Hariyanto dan Tukidi. 2007. Konsep Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang Indonesia di Era Otonomi Daerah.Semarang: Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

Marti´n, Bele´n Go´mez. 2004. WEATHER, CLIMATE AND TOURISM:A Geographical Perspective. Great Britain: Annals of Tourism Research,Vol. 32, No. 3, pp. 571–591, 2005 ELSEVIER.

Sumarmi. 2012. Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Malang. Aditya Media Publishing.

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab bagaimana hubungan antara tingkat penerapan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat pada program pemberdayaan

Untuk daerah yang memiliki dua musim tahunnya yaitu musim hujan dan musim kemarau, maka yang perlu diperhatikan suatu budidaya tanaman adalah musim kemarau karena pada musim ini

Pondasi yang digunakan pada metode ini menggunakan baja WF yang dikombinasi dengan collar tower crane untuk jacking-up penggunaan metode ini kita tidak perlu selalu

Hasil penelitian pada tabel 3 dan 4 serta gambar 2 dan 3 di atas menunjukkan bahwa sediaan gel ekstrak kulit batang turi ( Sesbaniae cortex ) menunjukkan diameter zona hambat

Dan tentunya disadari bersama bahwa beberapa contoh di atas hanya beberapa tetes dari banyaknya perilaku imoralitas yang terjadi dalam dunia pendidikan kita yang bukan

(PBL) adalah sebelum dan setelah siswa menggunakan model pembelajaran tersebut peneliti memberikan test berupa latihan Pretest-Posttest dan quesioner untuk melihat

Distribusi karakteristik sikap ibu mengenai MP-ASI berdasarkan usia, tingkat pendidikan, jumlah anak yang diasuh dan pekerjaan ibu dapat dilihat pada tabel 4.8,

Hasil penelitian menunjukkan bahwavaksin ND inaktif gal ur lokal yang diemulsikan dalarn zat imunopotensiasi dan digunakan sebagai booster setelah didahului dengan vaksin NDaktif