• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Se

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: "Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Se"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1. Pembelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal dari kata dalam bahasa Latin scientia yang berarti saya tahu. Science berasal dari social sciences (ilmu pengetahuan sosial) dan natural science (ilmu pengetahuan alam).Namun dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja Suriasumantri (1998). IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Menurut Trianto (2010: 136) bahwa IPA merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eks-perimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Sedangkan dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Menurut Hendro dan Jenny (1993:3) ucapan Einstein: Science is the atempt to make the chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform system of thought, mem-pertegas bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikir yang logis tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah.

(2)

merupakan suatu produk, proses, teknologi dan sikap. Yang akan di jelaskan sebagai berikut:

1) IPA sebagai produk

Menurut Iskandar (2001:3) ilmu pengetahuan alam sebagai disiplin disebut juga sebagai produk IPA. Ini merupakan kumpulan hasil kegiatan empiris dan kegiatan analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad abad. Bentuk ilmu pengetahuan alam sebagai produk adalah fakta-fakta, konsep-konsep, dan teori-teori IPA.

2) IPA sebagai proses

Iskandar (2001:5) menyatakan bahwa IPA tidak dapat dipisahkan dari metode-metode penelitian. Memahami IPA lebih dari mengetahui fakta-fakta dalam IPA. Memahami IPA juga memahami proses IPA, yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta.

3) IPA sebagai teknologi

IPA dan teknologi tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena keduanya mempunyai hubungan yang erat satu sama lain, IPA sebagai sebuah ilmu yang dapat menimbulkan hal-hal baru berupa teknologi berdasarkan hasil kerja keras para scientist dalam meneliti dan menganalisa sebuah ilmu. Hasilnya sangat berperan bagi kehidupan manusia dalam melangsungkan kehidupannya. Bentuk dari IPA sebagai teknologi dapat dilihat dari beberapa produk masa kini yang mengaplikasikan pengetahuan IPA seperti dalam bidang teknologi tentang bumi, seperti di temukannnya teropong bintang oleh para ilmuwan untuk dapat melihat bintang dan planet lain di tata surya ini.

4) IPA sebagai sikap

(3)

Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPA di SD berbeda dengan model pembelajaran yang ada di SMP maupun SMA. Model pembelajaran di SD harus berpusat pada siswa, baik potensi, kebutuhan, perkembangan siswa. Serta menyeluruh dan berkesinambungan. Sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Iskandar (2001:23) menyatakan bahwa proses dan perkembangan belajar siswa sekolah dasar memiliki kecenderungan beranjak dari hal-hal konkret, memandang sesuatu yang di pelajari sebagai suatu keutuhan, terpadu dan memalui proses manipulatif. Oleh karena itu pembelajaran SD harus direncanakan. Piaget (dalam Iskandar, 2001:27) memandang perkembangan intelektual berdasar perkembangan sturktur kognitif. Setiap siswa melewati tahap perkembangan secara hirarki, artinya siswa tidak dapat melompati suatu tahap tanpa melaluinya. Piaget (dalam Lapono, 2008:19) menyatakan bahwa tahap perkembangan kognitif memilik 4 tahap yaitu tahap sensorimotor inteligence, preoperation thought, concrete operation dan formal operations. Yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1) sensorimotor inteligence (0-2 tahun)

(4)

mempunyai/mengenal bahasa untuk memberi label terhadap benda atau perbuatan.

2) preoperation thought (2-7 tahun)

Menurut Rifa’i dan Anni (2009:29) Tahap pemikiran ini bersifat simbolis, egoisentris, dan intuitif sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Iskandar (2001:27) mengidentifikasi ciri-ciri tahap perkembangan preoperation thought, sebagai berikut: 1) siswa mulai meningkatkan kosakata; 2) siswa membuat penilaian berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual; 4) siswa mulai mengetahui pengetahuan unik mengenai sifat-sifat benda dan mulai memahami tingkah laku dan organisme di dalam lingkungannya; 5) siswa tidak berfikir balik; 6) siswa tidak berfikir tentang bagian-bagian dan keseluruhan secara serentak; 7) siswa mempunyai pandangan subjektif dan egosentrik.

3) concrete operation (7-15 tahun)

(5)

4) formal operations (11-15 tahun)

Menurut Lapono (2008:1-19) tahap formal operations merupakan tahap kecakapan kognitif mencapai puncak perkembangan. Siswa mampu merprediksi, befikir tentang situasi tentang situasi hipotesis, tentang hakikat berfikir serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Sarkasme, bahasa gaul, mendebat, berdalih adalah sisi bahasa remaja cerminan kecakapan berfikir abstrak dalam/ melalui bahasa. Iskandar (2001:28) mengidentifikasi ciri-ciri dari tahap perkembangan concrete operation sebagai berikut: 1) siswa menggunakan pemikiran tingkat yang lebih tinggi dari tahap sebelumnya; 2) siswa membentuk hipotesis, melakukan peneyelidikan/penelitian terkontrol, dapat menghubungkan bukti dengan teori; 3) siswa dapat bekerja dengan ratio, proporsi dan probalitas; 4) siswa membangun dan memahami penjelasan yang rumit mencakup rangkaian deduktif dan logika. Berdasarkan uraian di atas, siswa SD berada pada tahap concrete operation (7-15 tahun), pada tahap ini siswa mengembangkan pemikiran logis, masih sangat terikat pada fakta-fakta perseptual, artinya siswa mampu berfikir logis, tetapi masih terbatas pada objek-objek konkret, dan mampu melakukan konservasi.

Depdiknas (Standar Isi 2007:485) ruang lingkup kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: 1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan; 2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, gas; 3) energy dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; 4) bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainya. Materi tersebut adalah materi yang di ajarkan pada siswa SD yang masih belum dapat memahami sesuatu secara abstrak.

(6)

dapat diamati. Dengan karakteristik siswa SD yang telah diuraikan seperti tersebut, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi siswa.

Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) IPA Kelas IV Semester II di sajikan secara rinci melalui tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1

SK dan KD IPA Kelas IV Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda

7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda

8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara

penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari

8.1 Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya

8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya 8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan

energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut

8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat musik

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari ke hari fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut) 10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap

daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan

11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan

11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan

(7)

2.1.2 Pembelajaran Model Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan penting dalam dalam pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan mengembangkan ketrampilan. Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dalam kooperatif atau cooperative learning mengacu pada model pengajaran, siswa bekerjasama dengan kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan Wikandari, 2000).

Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembelajaran berkelompok yang dicirikan dengan penggunaan nomor kepala. Menurut Suprijono (2009:92) pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT di awali dengan numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya memperhatikan jumlah konsep yang dipelajari. Jika peserta didik dalam suatu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok maka tiap kelompok terdiri dari 8 orang. Tiap-tiap orang dalam kelompok diberi nomor 1-8. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus di jawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menemukan jawaban. Pada kesempatan ini kelompok menyatukan kepalanya “heads together” berdiskusi memikirkan jawaban dari guru.

Pada dasarnya, NHT merupakan varian dari diskusi kelompok. yang rinciannya adalah sebagai berikut:

a. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok.

b. Masing-masing siswa dalam kelompok dibagi nomor.

c. Guru memberikan tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk mengerjakannya.

d. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianngap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut.

e. Guru memanggil salah satu nomor secara acak.

(8)

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks pembelajaran kooperatif tipe NHT (Trianto, 2009: 82). Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberikan nomor 1-5.

Fase 2: Mengajukan Pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi.

Fase 3: Berpikir Bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya.

Fase 4: Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Berdasarkan sintaks pembelajaran kooperatif tipe NHT, dapat dibuat langkah-langkah pembelajaran NHT sebagai berikut:

1. Rencana pembelajaran meliputi :

a. Guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b. Mendisain model pembelajaran kooperatif tipe number haeds together (NHT) c. Menyusun asesmen

d. Menyusun Instrumen observasi

2. Kegiatan Pelaksanaan meliputi :  Kegiatan Awal

a. Guru memberi salam pembuka dan doa b. Guru memberikan apersepsi

c. Guru memotivasi siswa

d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

(9)

Guru memberikan informasi tentang materi yang dipelajari. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT

a. Tahap Penomoran:

Guru membagi siswa dalam kelompok dan beranggotakan 3-5 orang secara heterogen. Siswa bergabung dengan kelompok yang ditentukan, kemudian setiap anggota kelompok diberikan nomor 1 sampai 5 (disesuaikan dengan jumlah siswa).

b. Tahap mengajukan pertanyaan:

Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas atau LKS untuk dikerjakan di dalam kelompok.

c. Tahap berpikir bersama:

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya.

d. Tahap menjawab:

1. Guru memanggil salah satu nomor tertentu secara acak.

2. Siswa yang dipanggil nomornya maju kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusikelompoknya.

3. Kelompok yang lain menanggapi jawaban dari kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban yang utuh.

 Kegiatan Akhir meliputi :

a. Siswa di bimbing guru membuat rangkuman b. Siswa bersama guru melakukan refleksi

c. Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok kemudian memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik.

d. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pekerjaan rumah (PR).

e. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.

(10)

2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor

3. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya.

4. Siswa dipanggil nomornya secara acak.

5. Mempresentasikan hasil jawaban sesuai dengan nomor yang ditunjuk secara acak dan bergantian.

Kelebihan yang dimiliki pembelajaran kooperatif tipe NHT, diantaranya antara lain:

a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar.

b. Dapat menumbuhkan rasa toleransi antar siswa dan mampu menghargai pendapat teman yang lain.

c. Siswa termotivasi untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok agar dapat menjawab dengan baik ketika nomornya di panggil.

Kelemahan yang dimiliki pembelajaran kooperatif NHT, diantaranya antara lain:

a. Siswa yang pandai cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder siswa yang lemah.

b. Ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang lain tanpa memiliki pemahaman yang memadai pada saat diskusi menyelesaikan masalah.

c. Pengelompokan siswa memerlukan waktu yang khusus dan pengaturan tempat duduk yang berbeda.

2.1.3. Hasil Belajar

(11)

sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yarg dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004: 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Ketrampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004:22). Menurut Hamalik (2006: 30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti rnenjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah, dua diantaranya adalah kognitif, dan afektif. Perinciannya adalah sebagai berikut :

1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima

jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, rnenilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

Evaluasi hasil belajar (Wardani, N.S., 2012:51) evaluasi yang dilakukan oleh guru untuk memantau proses kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang berkesinambungan. Jadi evaluasi hasil belajar meliputi evaluasi proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Dengan demikian, hasil belajar adalah perolehan skor dari evaluasi proses belajar dan evaluasi hasil belajar yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Jadi hasil belajar adalah besarnya skor dari skor proses belajar dan skor hasil belajar.

(12)

sesuatu. Jadi, pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu objek atau peristiwa dengan kriteria tertentu.

Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:50) menyatakan bahwa asesmen atau penilaian adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Informasi ini dapat diperoleh dari data proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Menurut Grondlund dalam Jihad dan Haris (2013:54) penilaian sebagai proses sistematik pengumpulan, penganalisaan dan penafsiran informasi untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan. Penilaian dilakukan untuk mengetahui pencapaian keberhasilan pembelajaran yang dilakukan. Menurut Nana Sudjana (2012:3) penilaian merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penilaianatau asesmen adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik sesuai kriteria tertentu.

Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:56) fungsi penilaian dalam pembelajaran yaitu:

a. Penilaian formatif

Penilaian formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir pokok bahasan.Tujuan dari penilaian formatif adalah untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi tertentu.

b. Penilaian sumatif

Penilain sumatif dilakukan pada akhir satuan program tertentu (semester atau akhir tahun ajaran). Tujuan dari penilaian sumatif adalah untuk melihat prestasi yang dicapai peserta didik selama satu program yang secara lebih khusus hasilnya merupakan nilai yang tertulis dalam raport dan penentuan kenaikan kelas.

c. Penilaian diagnosis

(13)

d. Penilaian penempatan

Penilaian yang ditunjukkan untuk menempatkan siswa sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Misalnya dalam pemilihan jurusan atau menempatkan siswa pada kerja kelompok dan pemilihan kegiatan tambahan.

e. Penilaian seleksi

Penilaian seleksi digunakan untuk memilih orang yang paling tepat untuk menempati kedudukan atau posisi tertentu. Penilaian ini dapat dilakukan kapan saja saat diperlukan. Secara umum dalam penilaian terdapat 2 teknik yaitu teknik tes dan non tes.

1. Teknik tes

Menurut Asep dan Haris (2013:67) Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:114) tes adalah alat ukur indikator atau kompetensi tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relative ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2012:35) tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam betuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).

Jadi dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat penilaian yang digunakan untuk mengukur indikator atau kompetensi tertentu untuk memberikan angka yang jelas sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang sama. Berikut ini adalah teknis tes menurut Jihad dan Haris (2013:68):

1) Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan a. Tes tertulis

Tes atau soal yang harus dikerjakan siswa secara tertulis. b. Tes lisan

(14)

c. Tes perbuatan

Tugas yang pada umumnya berupa kegiatan praktek atu kegiatan yang mengukur keterampilan

2) Jenis tes berdasakan bentuk jawabannya a. Tes objektif

Tes objektif meliputi soal tes pilihan ganda, isian, benar salah, menjodohkan, serta jawaban singkat.

b. Tes uraian

Tes uraian meliputi uraian terbatas dan uraian bebas. 2. Teknik non tes

Menurut Jihad dan Haris (2013:69) teknik non tes merupakan prosedur yang dilalui untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sifat, dan kepribadian. Menurut Endang Poerwanti (2008) macam-macam teknik non tes adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu observasi formal dan informal. Observasi formal adalah observasi menggunakan instrumen yang dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik. Sedangkan observasi informal dilakukan pendidik tanpa menggunakan instrumen.

b. Wawancara

Cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik. c. Angket

Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa angket sikap.

d. Analisa Sampel Kerja

(15)

jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain-lain.

e. Analisa tugas

Dipergunakan untuk menentukan komponen utama tugas dan menyusun skill dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skill yang diperlukan.

f. Checklist dan Rating Scale

Dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan dapat kuantitatif atau kualitatif, tergantung format yang digunakan.

g. Portofolio

Kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasi untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa. h. Presentasi

Peserta didik menyajikan karyanya. i. Proyek Individu Kelompok

Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok.

(16)

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe NHT, telah dilakukan oleh Martalina Isyurniarsih (2002) yang berjudul "Upaya meningkatkan hasil belajar kognitif dan aktivitas pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas lV SD Negeri 02 Candisarri Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012". Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar afektif siswa untuk siswa mata pelajaran IPA kelas IV semester II tahun pelajaran 2011/2012. Peningkatan hasil belajar siswa pada kondisi awal siswa yang tuntas 8 (33,3%) dan yang tidak tuntas 16 orang atau (66,67%). Pada siklus I siswa yang tantas 22 orang (91,67%) dan yang tidak tuntas 2 orang (8,33%). Sedangkan pada siklus II semua siswa yang terdiri dan 24 orang tersebut sudah memenuhi KKM atau dapat dikatakan tuntas 100%. Sedangkan untuk meningkatkan hasil belejar afektif pada kondisi awal kurang aktif (41,67%), pada siklus II menjadi aktif (58%), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dapat hasil belajar afektif siswa kelas IV SD Negeri 02 Candisari, Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan Tahun pelajaran 2011/2012.

(17)

2.3 Kerangka Berpikir

Penelitian – penelitian terdahulu membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dimungkinkan karena secara teoritis jika guru menerapkan sintaks pembelajaran melibatkan siswa sejak perencanaan baik dalam menetukan topik maupun cara mempelajarinya melalui NHT.

Penelitian ini dilakukan dengan cara asumsi yang dibangun seperti di atas. Artinya, peningkatan hasil belajar IPA siswa dapat mungkin terjadi jika siswa dikondisikan dengan model pembelajaran NHT, di mana siswa terlibat dalam penemuan-penemuan, baik itu masalah-masalah nyata yang dihadapinya dan bagaimana menemukan solusi untuk masalah itu dengan keterlibatan ini, siswa lebih mudah memahami materi atau konsep IPA yang diajarkan karena dapat mendorong terjadinya peningkatan hasil belajar IPA. Langkah-langkah pelaksanaan model kooperatif tipe NHT.

1. Membentuk kelompok yang terdiri dari 5 siswa 2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor

3. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya.

4. Siswa dipanggil nomornya secara acak.

5. Mempresentasikan hasil jawaban sesuai dengan nomor yang ditunjuk secara acak dan bergantian.

(18)

-

-

- -

Gambar 2.1

Bagan Peningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT.

Hasil belajar dibawah KKM ≥ 75

Pembelajaran IPA “Sumber Daya Alam”

“Pecahan Sederhana“

Pembelajaran IPA

konvensional

Unjuk kerja Model pembelajaran tipe NHT

1. Membentuk kelompok @ 5 siswa

3. Diskusi kelompok

4. Menerima panggilan dengan nomor

5.Mempresentasikan hasil

Skor proses belajar

Skor Hasil belajar

Hasil belajar,

KKM ≥ 75

2. Mendapat nomor

(19)

2.4 Hipotesis tindakan

Gambar

Tabel 2.1 SK dan KD IPA Kelas IV Semester II
Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber/ Bahan/ Alat Jenis Tagihan Bentuk Instrumen

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian Materi Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber/ Bahan/ Alat Jenis Tagihan Bentuk Instrumen

Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa KewirauSahaan/ Ekonomi Kreatif Gagasan Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber/ Bahan/ Alat Jenis

siswa untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarsiswa. 4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan

Materi Pengalaman Belajar Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian A lokasi Waktu Sum ber/ Bahan/ Alat J enis Tagihan Be ntuk Instrumen Co ntoh Instrumen 3.1 Mengidentifik-

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas IV adalah dengan tes dan observasi.. Tes hasil belajar siswa untuk

Dalam PTK ini, Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes dilakukan dengan memberikan soal

Menurut pendapat Triantono 2014, mengatakan jika instrumen penilaian yaitu alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi yang berbentuk tes maupun non- tes,