• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPIRASI REFORMASI HUKUM DAN PENEGAKAN HUKUM PROGRESIF MELALUI MEDIA HAKIM PERDAMAIAN DESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASPIRASI REFORMASI HUKUM DAN PENEGAKAN HUKUM PROGRESIF MELALUI MEDIA HAKIM PERDAMAIAN DESA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ASPIRASI REFORMASI HUKUM DAN PENEGAKAN HUKUM PROGRESIF

MELALUI MEDIA HAKIM PERDAMAIAN DESA

Tedi Sudraj at

Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman Purwokert o E-mail: t _sudraj at @yahoo. com

Abst r act

St r at egi es of l aw enf or cement ar e f unct ioned t o r educe t he soci al conf l i ct s t hat r epr esent t he aspi r at i on of l egal r ef or m at l ocal l evel , whi ch t he out put i s t o suppor t t he gover nment of Indonesi a i n est abl i shi ng t he accommodat ive legal syst em. In Indonesi an social l i f e, t he val ues ought t o be expl or ed t hr ough t he vi l l age as t he l owest gover nment al or gani zat ions and t he cl osest ar ea wit h t he soci et y. These f unct ions can cr eat e t he vi l l age as a st r at egi c ar ea t o cr eat e t he j ust i ce at l ocal l evel , and t her ef or e t he r ol e of vi l l age j udge r equir ed t he vi l l age as a pl ace t hat can accommodat e t he i nt er est s of t he societ y.

Keywor ds: l aw enf or cement , l aw r ef or m, vi l l age j udge

Abst rak

St rat egi penegakan hukum dif ungsikan unt uk meredam berbagai konf lik sosial yang merupakan aspirasi ref ormasi hukum di t ingkat lokal, dimana luarannya adalah unt uk mendukung upaya pemerint ah Indonesia dalam mewuj udkan sist em hukum yang akomodat if . Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, nilai-nilai seyogianya digali melalui pedesaan sebagai organisasi pemerint ah t erendah dan merupakan wilayah yang t erdekat dengan masyarakat . Fungsi inilah yang dapat mencipt akan desa sebagai wilayah st rat egis dalam pencipt aan keadilan dit ingkat lokal, dan karenanya diperlukan peranan hakim perdamaian desa sebagai wadah yang dapat mengakomodir kepent ingan masyarakat nya.

Kat a Kunci penegakan hukum, ref ormasi hukum, hakim perdamaian desa

Pendahuluan

Pada saat ini, kecenderungan kegiat an hukum dalam masyarakat dit andai dengan me-ningkat nya penggunaan sumber-sumber hukum dan penyelesaian masalah-masalah dengan hukum.1 Ironisnya, meningkat nya kesadaran hu-kum masyarakat t ernyat a berbanding t erbalik dengan proses penyelesaian masalah hukum. Dalam prakt iknya, hukum t idak selamanya ber-posisi sebagi penyeimbang kepent ingan masya-rakat karena hukum cenderung mengakomodasi kepent ingan elit t ert ent u.2 Hal ini bermakna bahwa f ungsi penegakan hukum masih dianggap

1 Ronny Hani t ij o Soemit ro, 1998, Pol i t i k, Kekuasaan dan

Hukum, Semar ang: Badan Penerbit Univer sit as Dipone-goro, hl m. 45.

2 Umbu Lil y Pekuwal i, “ Memposi sikan Hukum Sebagai

Penyei mbang Kepent i ngan Masyar akat ” , Jur nal Pr o Just i -t i a, Vol . 26 No. 4, Okt ober 2008, Bandung: FH Unpar hl m. 359-370.

lemah dan dij adikan sebagai indikat or kegagal-an dalam penyelesaikegagal-an hukum ykegagal-ang berkont ri-busi pada ket idakpercayaan publik sert a pe-rasaan yang t idak aman. Implikasi yang muncul adalah t erj adinya pemberont akan massa t er-hadap proses hukum dalam bent uk main hakim sendiri sert a pecahnya konf lik di berbagai wilayah.3

Sumber permasalahan berkembang t at -kala masyarakat selalu diposisikan sebagai ob-j ek hukum dan dalam menyelesaikan masalah diharuskan mengikut i prosedur baku dalam sis-t em peradilan. Hal ini kemudian mencipsis-t akan proses peradilan dengan corak adversarial at au konf ront at if dirasakan kurang ef ekt if dan solusi

(2)

yang diberikan cenderung t idak dapat mem-berikan penyelesaian akhir yang memuaskan. Perlu dicermat i bahwa dalam set iap t ipe sengket a/ kasus t erdapat berbagai aspek dan dimensi kepent ingan masyarakat yang berbeda dan dalam menyelesaikannya t idak selalu dapat diukur melalui perspekt if normat if namun diperlukan pert imbangan dan kebij aksanaan sehingga diperlukan sebuah media yang per-suasif dan akomodat if . Oleh karena it u, aspirasi ref ormasi hukum dalam penegakan hukum memiliki peran yang sent ral guna mewuj udkan masyarakat madani melalui sist em peradilan yang berbasis pada nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat .

Secara t eoret is, f ungsi pokok dari hukum adalah mengat ur hubungan ant armanusia dan ant ara individu dengan negara agar segala sesuat u berj alan dengan t ert ib sehingga ke-damaian karena t egaknya kepast ian (hukum) dan keadilan di dalam masyarakat , yang

not abene merupakan t uj uan hukum dapat t er-capai.4 Berdasar hal t ersebut , menurut Rad-bruch, hukum seharusnya memenuhi nilai-nilai

dasar yang meliput i keadilan, kegunaan

(zweekmaszi gkeit ) dan kepast ian hukum. Kon-sekuensi dari perspekt if t ersebut adalah pene-gakan hukum hendaklah dilihat sebagai suat u proses sosial yang melibat kan lingkungannya, dalam pengert ian bahwa penegakan hukum se-bagai kegiat an yang menarik lingkungan ke da-lam proses t ersebut , maupun yang harus mene-rima pembat asan-pembat asan dalam bekerj a-nya disebabkan oleh f akt or lingkungan. Pene-gakan hukum dilihat sebagai kegiat an unt uk mewuj udkan keinginan-keinginan hukum men-j adi kenyat aan. Art inya, sebagai usaha unt uk mewuj udkan nilai-nilai dasar di dalam hukum sepert i keadilan, kepast ian hukum dan keman-f aat an.5

Berdasarkan hal t ersebut , penegakan hu-kum dilakukan dengan cara menert ibkan f ungsi, t ugas dan wewenang lembaga-lembaga yang

4 Soerj ono Soekant o dal am Agus Dwiyant o, dkk, 2003,

Te-l adan dan Pant angan DaTe-l am PenyeTe-l enggar aan Pemer i n-t ahan Dan On-t onomi Daer ah, Yogyakart a: Gal ang Pri nt ika, hl m. 91.

5

Sat j i pt o Rahar dj o, 2006, Il mu Hukum, Bandung: Cit r a Adit ya Bakt i, hl m. 19.

bert ugas menegakan hukum menurut proporsi ruang lingkup masing-masing, sert a didasarkan at as sist em kerj asama yang baik dan men-dukung t uj uan yang hendak dicapai. Namun da-lam hal ini, t ingkat perkembangan masyarakat banyak mempengaruhi pola penegakan hukum, karena dalam masyarakat modern yang bersif at rasional, t ingkat spesialisasi sert a dif erensiasi yang t inggi akan mencipt akan t ingkat pengor-ganisasian penegakan hukum yang semakin kompleks dan birokrat is. Kaj ian secara sist e-mat is t erhadap penegakan hukum dan keadilan secara t eoret is dapat dinyat akan ef ekt if apa-bila 5 (lima) dari pilar hukum berj alan baik yakni: inst rumen hukumnya, aparat penegak hukumnya, f akt or warga masyarakat nya yang t erkena lingkup perat uran hukum, f akt or ke-budayaan at au l egal cul t ur e, f akt or sarana dan f asilit as yang dapat mendukung pelaksanaan hukum.6

Hikmahant o Juwono dalam hal ini menya-t akan bahwa pilar hukum yang ada di Indonesia belumlah ef ekt if dan banyak menimbulkan problemat ika dalam penegakan hukumnya. Hal-hal yang menj adi permasalahan meliput i Per -t ama, problem pembuat an perat uran per-undang-undangan; Kedua, masyarakat pencari kemenangan bukan keadilan; Ket iga, ang me-warnai penegakan hukum; Keempat , penegakan hukum sebagai komodit as polit ik, penegakan hukum yang diskriminat if dan ewuh pekewuh,

Kel i ma, lemahnya sumberdaya manusia; Ke-enam, advokat t ahu hukum versus advokat t ahu koneksi; Ket uj uh, Ket erbat asan anggaran dan

Kedel apan, Penegakan hukum yang dipicu oleh media masa. 7

Mencermat i hal di at as, maka mengem-bangkan sist em peradilan Indonesia akan lebih dari sekedar "pembent ukan kembali", lebih dari pada mengoreksi prakt ik buruk dan kesalahan manaj emen, namun berart i membangun kem-bali dari awal berbagai inst it usi hukum yang

6 Soerj ono Soekant o, 1983, Fakt or -f akt or yang

Mem-pengar uhi Penegakan Hukum, Jakart a: Raj awal i Per s, hl m. 10.

7 Hikmahant o Juwono, 2006, “ Penegakan hukum dal am

(3)

menj adi dasar bekerj anya sist em hukum. Perubahan t eknis hanya akan memperbaiki keadaan j angka pendek karena kebij akan dan perat uran t idak dapat menj amin munculnya elemen-elemen pokok bagi suat u sist em per-adilan yang ef ekt if , yakni memiliki int egrit as, dipercaya dan mendapat kan penghormat an ser-t a oser-t oriser-t as publik, j aminan independensi yang sungguh-sungguh, dan secara ket at memelihara kode et ik. Dalam kait an ini, membangun ele-men yang subst ansial dalam sist em peradilan mensyarat kan pendekat an yang dimulai dari t empat dimana hukum it u muncul dan bekerj a yait u masyarakat it u sendiri.

Berdasarkan hal di at as, t ulisan ini ber-maksud unt uk menj elaskan bahwa upaya pen-capaian nilai-nilai dasar hukum berupa ke-adilan, kegunaan dan kepast ian hukum it u

i nher en dengan proses penegakan hukumnya. St rukt ur keberadaan yang demikian menyebab-kan penegamenyebab-kan hukum harus selaras dengan konsepsi yang dibangun, karenanya dalam upa-ya mencipt akan nilai-nilai dasar dari hukum memerlukan proses peradilan yang merdeka (bebas, mandiri, dan bert anggungj awab) demi kepent ingan masyarakat . Dalam hubungan hu-kum ini, maka obyek permasalahan yang di-angkat adalah bagaimanakah bent uk dan cara penyelesaian hukum yang sesuai aspirasi re-f ormasi hukum dan penegakan hukum di Indonesia.

Pembahasan

Eksist ensi Hakim Perdamaian Desa

Hukum adalah seperangkat at uran at au norma yang memiliki kekuat an sanksi yang pelaksanaannya dapat dipaksakan oleh negara/ aparat penyelenggara negara. Dalam kait an ini, hukum berisi seperangkat at uran yang meng-at ur sebagian besar kehidupan manusia. Hukum dicipt akan unt uk melindungi nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat . Nilai-nilai yang di-maksud adalah nilai-nilai penghormat an at as j iwa, t ubuh, hart a, kehormat an dan kemer-dekaan. Dalam kait an ini, kegiat an manusia amat lah banyak dan sudah dipast ikan hukum t idak mampu unt uk mengakomodir at au me-lindungi dan mengat ur seluruh kegiat an

manu-sia ini. Menurut Max Weber, unt uk berlakunya suat u hukum harus t erdapat alat pemaksa dalam hukum karena alat pemaksa menent ukan bagi adanya hukum. Alat pemaksa t ersebut t idak perlu berbent uk badan peradilan sebagai-mana yang dikenal di dalam masyarakat yang modern dan kompleks, t et api alat t ersebut dapat berwuj ud suat u keluarga at au suat u

cl an.8

Secara t eoret is, f ungsi pokok dari hukum adalah mengat ur hubungan ant armanusia dan ant ara individu dengan negara agar segala sesuat u berj alan dengan t ert ib sehingga ke-damaian karena t egaknya kepast ian dan keadil-an di dalam masyarakat . Berdasar hal t ersebut , hukum seharusnya memenuhi nilai-nilai dasar yang meliput i keadilan, kegunaan (zweekmas-zi gkeit ) dan kepast ian hukum. Perspekt if t er-sebut bermakna bahwa penegakan hukum seyogianya dilihat sebagai suat u proses sosial yang melibat kan lingkungannya, dalam penger-t ian bahwa penegakan hukum sebagai kegiapenger-t an yang menarik lingkungan ke dalam proses t er-sebut , maupun yang harus menerima pem-bat asan-pempem-bat asan dalam bekerj anya di-sebabkan oleh f akt or lingkungan dan masyara-kat nya. Penegakan hukum dilihat sebagai ke-giat an unt uk mewuj udkan keinginan-keinginan hukum menj adi kenyat aan guna mewuj udkan nilai-nilai dasar di dalam hukum. Permasalah-annya adalah, sekalipun ket iga-ket iganya me-rupakan nilai dasar dari hukum, namun di dalamnya selalu t erkait olah f akt or kepent ing-an, baik dari sisi manusia maupun inst it usinya. Karena it ulah, guna mendapat kan nilai-nilai da-sar dari hukum, sudah sewaj arnya masyarakat diberikan pilihan dalam penyelesaian sengket a melalui lit igasi9 dan non lit igasi.10

Pada dasarnya, peradilan non lit igasi t i-dak hanya berlaku di kalangan masyarakat awam di desa-desa, namun secara melembaga

8 Soerj ono Soekant o, 1982, Kesadar an Hukum dan

Kepat uhan Hukum, Jakar t a: Raj awal i, hl m. 2.

9 Penyel esai an sengket a/ perkar a mel al ui peradil an negar a

yai t u l embaga resmi/ f or mal yang di sediakan ol eh negar a unt uk menyel esaikan perkar a.

10 Penyel esai an sengket a/ perkar a t idak di muka hakim

(4)

berlaku pula di kalangan masyarakat yang sudah maj u di kot a-kot a. Hal ini menunj ukkan bahwa asas kekeluargaan dan kerukunan dalam pergaulan hidup masih t et ap merupakan ke-pribadian bangsa yang lebih suka hidup rukun dan damai daripada berperkara di muka peng-adilan yang dapat berakibat perselisihan ber-kepanj angan. Peradilan ini memang sudah berlaku sej ak masa sebelum kemerdekaan baik yang berlaku di kalangan keluarga perseorang-an dengperseorang-an kesaksiperseorang-an t emperseorang-an sej awat at au t e-t angga, maupun yang dilaksanakan dan di-selesaikan di hadapan hakim perdamaian desa dengan administ rasinya yang sederhana at au yang diselesaikan di hadapan arbit er at au hakim penengah sengket a dengan administ rasi yang t erat ur.11

Berdasarkan hal t ersebut , maka t erdapat kecenderungan bahwa masyarakat Indonesia lebih cocok unt uk mempergunakan sebuah peradilan yang persuasif dan akomodat if ber-dasarkan nilai-nilai yang hidup dalam masya-rakat lokal. Menurut st udi dari j ust i ce f or t he poor, selama ini bahwa masyarakat miskin cen-derung lebih suka penyelesaian inf ormal at as masalah-masalah mereka, alasannya karena mereka t idak percaya dengan lembaga-lembaga penegak hukum yang ada.12 Salah sat u bent uk peradilan non-lit igasi yang dapat menj angkau kepent ingan masyarakat lokal dapat dilakukan dengan menggunakan media hakim perdamaian desa.

Secara f ormil, hakim perdamaian desa mendapat kan pengakuan secara yuridis melalui

St aat sbl ad 1935 Nomor 102. St aat sbl ad t er-sebut kemudian dit egaskan kembali dalam Pasal 3a ayat 1, 2, 3 Regl ement op de Rech-t el i j ke Or gani saRech-t ie en HeRech-t Belei d der JusRech-t iRech-t ie

(RO) (Perat uran t ent ang Susunan Pengadilan dan Kebij akan Pengadilan) yang menent ukan: (1) Perkara-perkara yang pemeriksaannya

me-nurut hukum adat menj adi wewenang hakim dari masyarakat hukum kecil-kecil

11 Hil man Hadikusuma, 1992, Pengant ar Il mu Hukum Adat

Indonesi a, Bandung: Mandar Maj u, hl m. 133.

12 Just i ce f or t he Poor, 2005, Keadi l an Ti dak Bi sa

Menunggu; St udi Kasus Masyar akat Desa Mendor ong Tegaknya Keadi l an, Jakart a: YIPD dan Worl d bank, hl m. 160.

(hakim desa) t et ap diserahkan kepada mereka it u;

(2) Apa yang dit ent ukan dalam ayat (1) sekali-kali t idak mengurangi wewenang dari pi-hak-pihak unt uk set iap wakt u menyerahkan perkaranya kepada pemut usan hakim yang dimaksud dalam pasal 1, 2, dan 3;

(3) Hakim-hakim yang dimaksud dalam ayat

pert ama mengadili menurut hukum adat mereka t idak boleh menj at uhkan hukuman.

Selain dari pengat uran di at as, di dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Darurat Nomor 1 t ahun 1951 dit ent ukan pula bahwa pengadilan adat akan dihapuskan secara berangsur-angsur, akan t et api hak dan kekuasaan yang selama it u diberikan kepada hakim perdamaian desa t idaklah dikurangi. Hal inipun diperkuat dengan Pasal 1 ayat (3) yang menyat akan bahwa hakim perdamaian dapat disusun kembali.13 Dengan demikian dapat dikat akan bahwa peranan ha-kim perdamaian desa masih diakui oleh

per-at uran perundang-undangan, akan t et api

wadahnya dihapuskan.

Berkait an dengan hal t ersebut , Hooker menyat akan

“ …vi l l age j ust i ce has a dual exi st ence bot h i n t he et nogr apher ’ s not ebook and i n act ual f act . The f or m i n whi ch i t i s f ound ar e as a f or mal par t of t he na-t i onal l egal sysna-t em AND as a ‘ l egal ’ phenomenon exi st i ng wit hi n t he conf i nes of a t er r i t or i al or ki nshi p gr oup. ”

Pendapat Hooker t ersebut , dij adikan dasar analisis oleh Soerj ono Soekant o, bahwa t erdapat hubungan f ormal ant ara sist em peradilan (nasional) dengan hakim perdamaian desa. Hubungan t ersebut j ust ru t erlet ak di da-lam perat uran mengenai t at a cara pengadilan negeri, di mana hakim berkewaj iban unt uk mengusahakan perdamaian sebelum t erj adi proses peradilan yang resmi. Hal ini dapat t erj adi di pengadilan, at aupun dapat diruj uk pada suat u proses perdamaian di desa.14

Secara t radisional dalam hubungan ant ara hukum dengan masyarakat , seorang

13 Daniel S Lev, 1990, Hukum dan Pol i t i k di Indonesi a;

Kesi nambungan dan Per ubahan, Jakart a: LP3S, hl m. 309. 14

(5)

kepala desa sekaligus seorang pemuka adat dan pemuka agama memiliki peranan sebagai me-diat or yang disebut dengan hakim perdamaian desa. Hal ini digambarkan oleh Soepomo sebagai berikut :

“ Kepala rakyat bert ugas memelihara hi-dup hukum di dalam persekut uan, men-j aga supaya hukum it u bermen-j alan dengan selayaknya. Akt ivit et kepala sehari-hari meliput i seluruh lapangan masyarakat . Bahkan saj a ia dengan para pembant unya menyelenggarakan segala hal yang lang-sung mengenai t at a usaha badan per-sekut uan bukan saj a ia memelihara keperluan-keperluan rumah t angga per-sekut uan sepert i urusan j alan-j alan desa, gawe desa, pengairan, lumbung desa, urusan t anah yang dikuasai oleh hak per-t uanan desa, dan sebagainya, melainkan kepala rakyat bercampurt angan pula dalam menyelesaikan soal-soal perkawin-an, soal warisperkawin-an, soal pemeliharaan anak yat im, dan sebagainya, pendek kat a, t idak ada sat u lapangan pergaulan hidup di dalam badan persekut uan yang t er-t uer-t up bagi kepala rakyaer-t uner-t uk ikuer-t cam-pur bilamana diperlukan unt uk memeli-hara ket ent raman, perdamaian, keseim-bangan lahir dan bat in, unt uk menegak-kan hukum”15

Pernyat aan dari Soepomo memiliki kore-lasi yang erat dengan subst ansi Pasal 3

Recht er l i j k Or donant ie yang menyat akan bahwa seorang hakim desa (dor psr echt er )

dapat menj at uhkan keput usan menurut hukum adat (spr eken r echt naar adat r echt ). Dalam hal ini, penj at uhan keput usan dari hakim merupa-kan suat u perdamaian, yang berart i bahwa hakim desa t idak diperbolehkan unt uk men-j at uhkan suat u hukuman (zi j mogen geen st r af -f en opl eggen) dalam art i r i eel e l eed at au ma-t er ieele l eed.

Mencermat i hal di at as, pada hakikat nya kedudukan hakim (perdamaian) desa t idak sej aj ar dengan hakim pengadilan negeri. Hal it u ant ara lain dikarenakan oleh pengat uran Pasal 3a ayat 2 Recht er l i j k Or donant ie, Pasal 120a HIR dan 143 RBg yang menegaskan bahwa t idaklah mengurangi hak dari pihak yang

15

Soepomo, 1979, Bab-Bab t ent ang Hukum, Jakart a: Prad-nya Par amit a, hl m. 23.

perkara unt uk mengaj ukan perkaranya kepada hakim biasa. Dalam kait an ini, hakim peng-adilan negeri t idak t erikat oleh keput usan hakim perdamaian desa, namun diharapkan dapat mempert ahankan put usan dari hakim perdamian desa. Perlu dit egaskan pula bahwa suat u put usan hakim perdamian, t idak dapat dibat alkan oleh pengadilan negeri sebagaimana dinyat akan dalam yurisprudensi put usan Mah-kamah Agung t anggal 8 Januari 1958.

Peran Hakim Perdamaian Desa dalam Me-wuj udkan Reformasi Hukum

Pada masyarakat Indonesia, penyelesaian sengket a dengan j alan damai t idak dapat di pisahkan dari konsepsi masyarakat yang me-mandang penyesalan dan reput asi buruk se-bagai unsur pelanggaran adat . Dalam alam pikiran t radisional Indonesia yang bersif at kos-mis, yang pent ing ialah adanya pengut amaan t erhadap t ercipt anya suat u keseimbangan

(evenwi cht ) ant ara dunia lahir dan dunia gaib, ant ara golongan manusia seluruhnya dan orang seorang, ant ara persekut uan dan t eman masya-rakat nya. Segala perbuat an yang mengganggu perimbangan t ersebut merupakan pelanggaran hukum dan pet ugas hukum waj ib mengambil t indakan-t indakan yang perlu guna menimbul-kan kembali perimbangan hukum.16 Sanksi/ reaksi adat yang dij at uhkan merupakan bent uk t indakan at aupun usaha-usaha unt uk

mengem-balikan ket idakseimbangan t ermasuk pula

ket idakseimbangan yang bersif at magis akibat adanya gangguan yang merupakan pelanggaran adat . Di sini f ungsi dan peranan saksi adat se-bagai st abilit at or unt uk mengembalikan ke-seimbangan adat dunia lahir dengan dunia gaib, unt uk merehabilit asi, bukan pencipt aan de-rit a.17.

Schepper memberikan ilust rasi reaksi-reaksi adat dalam “Indi sch Ti j dschr i f t Van Het Recht ” sebagai berikut :

Penyesalan, kerendahan hat i, penghapus-an f it nah, memint a maaf dengpenghapus-an pem-berian sirih, perbaikan kerusakan, di

16 Soepomo, 1979, Bab-Bab t ent ang Hukum. . . , op. ci t , hl m.

8. 17

(6)

babkan oleh seorang dengan t angan

sen-pembersihan, berbagai macam hukuman yang bersif at mencemoohkan, pengusiran dan sebagainya.18

Hal senada disampaikan pula oleh M. Dj oj odigoeno bahwa :

“ …. selaras dengan pandangannya at as masyarakat maka dihadapilah oleh hukum adat manusia it u dengan kepercayaan sebagai orang yang bert abiat anggot a masyarakat . art inya sebagai manusia yang menghargai benar perhubungan damai dengan sesamanya manusia dan oleh karena sedia unt uk menyelesaikan segala perselisihan dengan perukunan, dengan perdamaian, dengan kompromis, art inya t idak sebagai sat u masalah pengadilan yang berdasarkan soal benar salahnya suat u perist iwa dan yang ver-sif at reprever-sif , melainkan sebagai suat u masalah perukunan yang dit uj ukan ke-pada t ercapainya sat u perhubungan da-mai di dalam masa dat ang dan oleh karenanya bersif at t eologis.19

Pada dasarnya, keberadaan hakim per-damaian desa merupakan suat u condit io si ne qua non, sebagai alat pelengkap kekuasaan desa selama sanggup mempert ahankan waj ah aslinya dan sif at -sif at keist imewaannya sebagai kesat uan sosial, polit ik, ekonomi yang dapat berdiri sendiri.20 Sengket a-sengket a yang t im-bul diselesaikan dengan t uj uan unt uk memeli-hara kerukunan, perdamaian dan ket ent eraman di dalam masyarakat dan inilah yang merupa-kan nilai-nilai yang mendapat merupa-kan dukungan kuat dalam masyarakat .

Unt uk memperj elas f ungsi dan peranan dari hakim perdamaian desa sert a upaya yang dilakukan unt uk menyelesaikan sengket a dalam masyarakat dapat dilihat dari hasil penelit ian mat an Kalimanah, Kabupat en Purbalingga be-rupa penggambaran at as t ipologi sengket a melalui media hakim perdamaian desa.21

Tabel 1

Tipologi Sengket a Berdasarkan Sumber Konf lik, Mediat or Isu dan Isu Yang Berkait an/ Penilaian

No Tipologi Mediator berkaitan/ penilaian Isu yang

1 Pi dana Ri -sehi ngga ser ing didasarkan pada hukum adat . Peng-pel aku sekal igus orang yang sehar usnya mel indungi t a-daerah Kalimant an Tengah yang menyebut kan bahwa

(7)

er-masyarakat menyat akan pref erensi yang Ket ua RT/ RW dan kepala desa merupakan orang-orang yang paling dapat diakses dan paling dikenal. Akibat nya mereka adalah orang-orang yang paling populer. Pemuka agama memainkan peran t er-memilih-milih di ant ara berbagai pilihan unt uk mendapat kan f orum yang t epat bagi resolusi perselisihan mereka, yang didasarkan pada kemungkinan mereka mendapat kan hasil yang t erbaik. Hasil yang dicapai mungkin t ermasuk per-t imbangan kerukunan masyarakaper-t , se-j alan dengan keunt ungan individu. Wa-laupun ada banyak pilihan, “ resolusi perselisihan secara inf ormal” bukan merupakan sist em yang komprehensif dan t erpadu, namun sebuah proses yang di j alankan sej umlah individu yang ber-pengaruh. Ini berart i bahwa hubungan sosial dan kekuasaan merupakan kunci resolusi masalah.22

Mencermat i penggambaran akan f ungsi dari perangkat desa dalam penyelesaian masa-lah, maka dibawah ini akan digambarkan t en-t ang en-t ipologi perselisihan yang en-t erj adi di Kalimant an Tengah.

Berdasarkan karakt erist ik masyarakat In-donesia, bahwa penyelesaian sengket a/ konf lik dengan j alan damai merupakan nilai kult ural yang dimiliki masyarakat Indonesia. Hal ini dinyat akan pula oleh Daniel S. Lev bahwa bu-daya hukum di Indonesia dalam menyelesaikan konf lik mempunyai karakt erist ik t ersendiri disebabkan oleh nilai-nilai t ert ent u. Kompromi

22

Just i ce f or t he Poor, 2005, Keadi l an Ti dak Bi sa Menunggu. . . Op. Ci t , hl m. 16.

dan perdamaian merupakan nilai yang

mendapat dukungan kuat dari masyarakat .

Tabel 2: Tipologi Perselisihan Umum Berdasar-kan Sif at Pelanggaran di Kalimant an Tengah

No Tipolog i

Mediator Isu yang berkaitan/ penilaian

1 Pi dana

Biasanya konsel ing pernikahan dit awarkan ol eh pemuka aga-yang ber pengaruh. Kepent ing-an pemerint ah seri ngkal i

ber-Mengabaikan dan suap sering-kal i dihubungkan dengan in-vest igasi pol i si dal am korupsi Aki bat nya t anpa f asil it asi, penduduk ser ing t idak meng-ambil t indakan

Mempert ahankan perdamaian merupakan suat u usaha t erpuj i sehingga dalam menyele-dalam berhukum, melainkan manusialah yang

23

(8)

yang berada di t it ik pusat perput aran hukum.24 Hal ini berart i bahwa keberadaan dari hakim perdamaian desa merupakan j awaban at as permasalahan hukum akan pencarian proses penyelesaian sengket a melalui sarana yang mandiri, biaya murah, cepat dan sesuai dengan kebiasaan set empat sert a dapat mengakomodir kebut uhan akan keadilan dan penyelarasan kepent ingan dari pihak-pihak yang bersengket a.

Berkait an dengan perasaan adil dalam masyarakat , John Rawls berpendapat bahwa dalam keadilan, t erdapat rangkaian secara int rinsik prinsip moral dan prinsip-prinsip hukum. Manusia sebagai person moral t erut ama dit unt un oleh norma-norma yang dianut nya sendiri secara int ernal, yakni norma-norma moral. Akan t et api, perlu diakui bahwa norma-norma moral t idak dengan sendirinya ef ekt if mengat ur t at a hubungan sert a pola sikap ant armanusia. Dalam hal ini, yang dibut uhkan adalah prinsip-prinsip hukum yang mampu menj amin st abilit as sert a kebaikan bersama dalam di dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Dengan memperlihat kan relasi mendasar ant ara prinsip-prinsip moral dan prinsip hukum, Rawls menegaskan bahwa t uj uan akhir dari prinsip-prinsip moral yakni menghasilkan manusia yang baik. Dengan demikian, isi dari at uran hukum harus dapat dipert anggungj awabkan secara moral. Dalam art i it u, norma-norma legal harus merupakan det erminasi yang lebih j auh sert a penerapan lebih kongkret dari prinsip-prinsip moral dalam kehidupan sosial. Dengan kat a lain, prinsip-prinsip hukum harus merupakan ref leksi dari prinsip-prinsip moral. Secara lebih khusus, sebagaimana dit egaskan sendiri oleh Rawls bahwa hukum harus dibent uk demi memelihara dan mendukung keadilan.25

Menurut penulis, st rat egi penegakan hu-kum melalui media hakim perdamaian desa dapat dikat egorikan sebagai aspirasi ref ormasi

24 Sat j i pt o Raharj o, 2007, Bi ar kan Hukum Mengal i r ,

Cat at an Kr i t i s Tent ang Per gul at an Manusi a dan Hukum, Jakart a: Penerbit Buku Kompas, hl m. 139.

25

John Rawl s, 2006, Teor i Keadi l an; Dasar -Dasar Fi l saf at pol i t i k Unt uk Mewuj udkan Kesej aht er aan Sosi al Dal am Negar a, t erj emahan Uzair Fauzan dan Heru Pr aset yo, Jakart a: Pust aka Pel aj ar, hl m. 367.

hukum guna mencipt akan hakim progresif . Da-lam hal ini, predikat hakim progresif diart ikan sebagai t unt ut an konsekuensi et is munculnya put usan hakim yang menunj ukkan adanya ke-cerdasan moral, int elekt ual, dan emosional. Put usan berkualit as yang dihasilkannya dapat memberikan pencerahan rokhani bagi pihak yang berperkara, dan mempererat kohesi sosial dalam t at a pergaulan masyarakat . Dalam kait an ini, kualit as dari put usan hakim dapat t erlihat secara nyat a dari pert imbangan-pert imbangan yang digunakan dalam menj at uhkan hukuman. Penilaian t erhadap cara kerj a hakim inilah yang akan mempengaruhi kewibawaan hakim dan peradilan, sert a kepercayaan masyarakat t er-hadap lembaga peradilan sebagai t empat unt uk mencari keadilan. Oleh karena it u, hakim da-lam membuat suat u put usan harus menet apkan sesuat u yang benar menurut hukum dalam suat u sit uasi konf lik yang diuj ikan kepada hat i nuraninya. Bat u uj i t erhadap pembenaran put usan t ersebut adalah kemampuan yang ber-sif at int elekt ual, rasional, logis, int uit if dan et is. Int elekt ual rasional berart i hakim harus mengenal dan memahami kenyat aan kej adian dan perat uran hukum (yang t ert ulis dan t idak t ert ulis) sert a yang akan diperlakukan berikut ilmunya. Int elekt ual logis berart i penerapan hukum t erhadap kasus posisinya, hakim se-harusnya mengindahkan logika hukum. Aspek int uit if menghendaki adanya perasaan halus murni yang mendampingi rasio dan logika

sehingga bersama-sama mewuj udkan rasa

keadilan yang pada akhirnya harus senant iasa diuj ikan dan dibimbing oleh hat i nurani sehingga mengej awant ahkan keadilan.

(9)

muncul t at kala mereka memahami karakt erist ik masyarakat nya dan t ahu bagaimana cara meng-at asi permasalahan t anpa disibukan oleh pro-sedur-prosedur yang berbelit dan akhirnya da-pat mencipt akan put usan yang dada-pat dit erima masyarakat .

Penut up Simpulan

Solusi alt ernat if dalam penegakan hu-kum yang progresif pat ut unt uk dicari dan digali kembali. Hakim perdamaian desa di-harapkan dapat menj embat ani ket idakmam-puan hakim peradilan umum dalam menj awab t unt ut an masyarakat dan sekaligus merupakan upaya penyederhanaan t erhadap proses per-adilan umum. Hal ini merupakan upaya unt uk mendapat kan aspirasi masyarakat dalam pen-cipt aan ref ormasi dalam sist em peradilan yang persuasif dan akomodat if . Dalam kait an ini, hakim perdamaian desa mempunyai kedudukan yang kuat , sebab secara yuridis f ormal men-dapat kan pengakuan hukum melalui St aat sbl ad

1935 Nomor 102, Reglement op de Recht el i j ke Or gani sat ie en Het Bel ei d der Just i t i e (RO) dan Undang-Undang Darurat Nomor 1 t ahun 1951.

Rekomendasi

Perhat ian yang besar perlu diberikan pada peningkat an pembangunan masyarakat desa khususnya di bidang hukum, mengingat dalam kenyat aannya sebagian besar warga ma-syarakat Indonesia masih t inggal di pedesaan. Hal inilah yang merupakan t indakan yang ef ekt if bagi pemerint ah guna menunj ang pembangunan di segala bidang. Dalam hal ini, hakim perdamaian desa perlu dilembagakan

secara f ormil sebagai sarana-sarana dan

inisiat if -inisiat if sert a peluang di t ingkat lokal yang mungkin ada dalam menj embat ani j urang konsept ual dan f isik ant ara desa dan keadilan negara agar t erj adi peningkat an kapasit as lokal dalam menyelesaikan sengket a dan membuat hukum lebih relevan bagi kehidupan masya-rakat awam. Dengan adanya hakim perdamaian desa, maka unsur keadilan, kegunaan dan kepast ian hukum diharapkan dapat dirasakan secara langsung bagi masyarakat yang

meng-harapkan penyelesaian masalah

kemasyara-kat an dengan cara menj unj ung t inggi nilai-nilai kearif an lokal.

DAFTAR PUSTAKA

Adj i, Oemar Seno. 1980. Hukum Haki m Pi dana. Jakart a: Erlangga;

Dwiyant o, Agus. Dkk. 2003. Tel adan dan Pan-t angan Dal am Penyel enggar aan Peme-r i nt ahan dan Ot onomi DaePeme-r ah. Yogya-kart a: Galang Print ika;

Hadikusuma, Hilman. 1992. Pengant ar Il mu Hukum Adat Indonesi a. Bandung:Mandar Maj u;

Hart ini, Sri. Dkk. 2007. Bent uk dan Per sepsi Masyar akat t ent angPer adi l an Desa (St u-di u-di desa Babakan, Kecamat an Kalima-nah, Kabupat en Purbalingga), Purwoker-t o: Lembaga PeneliPurwoker-t ian UniversiPurwoker-t as Jen-deral Soedirman;

Just ice For The Poor. 2005. Keadi l an di Desa-Desa Indonesi a; St udi Kasus t ent ang Akses t er hadap Keadi l an, Demokr asi dan Pemer i nt ahan Desa. Jakart a: YIPD-World Bank;

---. 2005. Keadi l an Ti dak Bi sa Menunggu; St udi Kasus Masyar akat Desa Mendor ong Tegaknya Keadi l an. Jakart a: YIPD dan World bank;

Juwono, Hikmahant o. 2006. “ Penegakan Hukum Dalam Kaj ian Law And Development : Pro-blem dan f undamen bagi Solusi di Indo-nesia” . Var i a Per adi l an. No. 244. Jakar-t a: IKAHI;

Lev, Daniel S 1990. Hukum dan Pol i t i k di Indonesi a; Kesinambungan dan Per ubah-an. Jakart a: LP3S;

Muhammad, Bushar. 1981. Pokok-Pokok Hukum Adat. Jakart a: Pradnya Paramit a;

Pekuwali, Umbu Lily. “ Memposisikan Hukum Sebagai Penyeimbang Kepent ingan Ma-syarakat ” . Jur nal Pr o Just i t i a, Vol. 26 No. 4. Okt ober 2008. Bandung: Unpar Prayit no, Wukir. 1991. Moder nit as Hukum Ber

-wawasan Indonesia. Semarang: Agung;

Rahardj o, Sat j ipt o. 2006. Il mu Hukum. Ban-dung: Cit ra Adit ya Bakt i;

(10)

Rawls, John. 2006. Teor i Keadi l an; Dasar -Dasar Fi l saf at pol it i k Unt uk Mewuj udkan Kesej aht er aan Sosi al Dal am Negar a.

t erj emahan Uzair Fauzan dan Heru Praset yo. Jakart a: Pust aka Pelaj ar;

Soekant o, Soerj ono. 1982. Kesadar an Hukum dan Kepat uhan Hukum. Jakart a: Raj awa-li;

---. 1983. Fakt or -f akt or yang Mempengar uhi Penegakan Hukum. Jakart a: Raj awali Pers;

---. 1986. Kedudukan Kepal a Desa sebagai Haki m Per damai an. Jakart a: Raj awali; Soemit ro, Ronny Hanit ij o. 1998. Pol it i k,

Kekuasaan dan Hukum. Semarang: Badan Penerbit Universit as Diponegoro;

Soepomo. 1979. Bab-Bab t ent ang Hukum.

Jakart a: Pradnya Paramit a;

Gambar

Tabel 2:  Tipologi Perselisihan Umum Berdasar-kan Sifat  Pelanggaran di Kalimant an Tengah

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk melihat efek penerapan Pivotal Response Treatment dengan teman sebaya sebagai mediator untuk meningkatkan inisiasi sosial pada anak

Acehku yang terluka Lukamu lukaku juga Lukamu luka kami semua. Karya:

Jika dikaitkan dengan dakwah , berarti kegiatan dakwah yang dilakukan komunitas Remaja Ukhuwah Nurul Yaqin mengalami perkembangan sesuai dengan dinamika yang

Disamping dua resiko di atas, resiko lain yang juga “mengganggu” para investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di suspend atau diberhentikan perdagangannya

Penyebab Blue Screen of Deat (BSOD) biasanya disebabkan adanya masalah dengan hardware atau software driver pada komputer kamu!. Software biasa tidak akan menyebabkan komputer

Volume tidal adalah volume udara yang masuk atau keluar paru setiap kali bernapas normal; besarnya kira kira 500 ml pada laki laki dewasa. Volume cadangan inspirasi adalah volume

Apabila broker asuransi melakukan kesalahan dalam proses penutupan asuransi dan karena kesalahannya klaim asuransi yang diderita tertanggung ditolak oleh

Hal yang diamati dari guru dalam penelitian ini adalah dari persiapan, membuka pelajaran, arpesepsi dan memotivasi siswa, penguasaan materi, penguasaan kelas,