• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah landasan historis pendidikan .do

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah landasan historis pendidikan .do"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN

(Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan) Dosen Pengampuh: Prof. Dr. H. Anwar, M.Pd

oleh:

Nama : Jubirman

No. Stambuk : G2G1 16 001

Kosentrasi : Administrasi Pendidikan

PRODI PENDIDIKAN IPS

(2)

LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN A. PENDAHULUAN

Istilah pendidikan sering hadir disetiap bahan diskusi kita. Semua elemen masyarakat tak usang membicarakan perihal pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan tonggak majunya bangsa-bangsa dunia. Sejarah telah mencatat bahwa majunya bangsa-bangsa di dunia hari ini dikarenakan negara tersebut memfokuskan untuk melakukan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) terlebih dahulu melalui sektor pendidikan sebelum melakukan pembangunan sektor yang lain. Hal inilah yang dimaksud oleh mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world”. Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2014-2016, Anies Baswedan dalam pidatonya memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2016 mengungkapkan bahwa, memastikan setiap manusia Indonesia mendapatkan akses pendidikan yang bermutu sepanjang hidupnya sama dengan memastikan kejayaan dan keberlangsungan bangsa. Sama halnya dengan Kamaluddin (2014:13), maju mundurnya peradaban suatu bangsa tidak ditentukan oleh letak geografi apakah barat ataukah timur, tidak juga ditentukan oleh warna kulit atau agamanya, akan tetapi jatuh bangunnya peradaban suatu bangsa lebih ditentukan oleh ada atau tidaknya talenta-talenta bibit unggul yang terus dihasilkan oleh dunia pendidikan dari bangsa tersebut. Kita bisa belajar dari pengalaman negara-negara maju dunia hari ini, sebut saja Jepang. Melalui restorasi Meiji yang berlangsung tahun 1866 – 1869, Jepang kini hadir menjadi macan Asia bahkan menjadi negara yang patut diperhitungkan dunia.

(3)

Pengajaran akan memberikan pemahaman lahiriah berupa keilmuan kepada manusia, sedangkan pendidikan akan memberikan pemahaman karakter berupa batiniyah kepada manusia.

Sejarah tentu memberikan kegunaan bagi kita, baik kegunaan edukatif, inspiratif, Instruktif, maupun rekreatif. Sehingga pendidikan pun mesti ditinjau pula dari segi historis agar tujuan pendidikan sebagaimana dimaksud diatas dan termaktub pula dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat tercapai sesuai harapan dan keinginan bersama sebagimana diamantkan dalam alinea keempat UUD 1945. Hal ini pula yang menjadikan tinjauan historis pendidikan sangat perlu dilakukan untuk menjadi bahan referensi dan bahan rujukan bagi pendidikan generasi masa kini dan generasi masa depan. Secara historis, pendidikan merupakan kebudayaan dan kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Bagaimanapun sederhananya suatu kehidupan masyarakat disekitar itu pasti didalamnya selalu berlangsung suatu proses pengajaran atau pendidikan, baik berupa pendidikan formal, informal, maupun nonformal.

B. SEJARAH PENDIDIKAN DUNIA 1. Zaman Realisme

Realisme menghendaki pikiran yang praktis, menurut aliran ini pengetahuan diperoleh tidak hanya melalui penginderaan semata, tetapi pula melalui presepsi penginderaan. Paham ini berkembang sejak tahun 1600 masehi melalui dua tokohnya yaitu Francis Bacon (1561-1626) dan Johan Amos Comenius (1592-1671). Aliran ini lahir dengan tujuan untuk meninggalkan cara-cara pembentukan secara-cara klasik seperti yang dianjurkan oleh humanisme dan mengarahkan perhatian kepada dunia nyata, kepada alam dan benda-benda yang sebenarnya (Saryani, 2014:3)

(4)

masyarakat dan melakukan penyesuaian diri dengan mengelola tanpa terlalu mengeksploitasi alam. Dengan demikian, pendidikan harus dilakukan dengan cara-cara yang membantu siswa untuk memahami dan menerima hukum alam dan kehidupan nyata dengan apa adanya. Menurut Saryani (2013:3), ada sejumlah prinsip pendidikan yang berkembang di zaman realisme ini, yaitu :

a. Pendidikan lebih dihargai dari pada pengajaran sebab pendidikan mengembangkan semua kemampuan manusia

b. Pendidikan harus menekankan aktivitas sendiri c. Penanaman pengertian lebih penting daripada hafalan d. Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak

e. Pelajaran harus diberikan satu persatu, dari yang paling mudah

f. Pengetahuan diperoleh dengan metode induksi (mulai dari menemukan fakta-fakta khusus, kemudian dianalisa sehingga menimbulkan kesimpuan) dan anak-anak harus belajar dari realita alam

g. Semua anak harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar. Dalam arti pendidikan bersifat demokratis.

2. Zaman Rasionalisme

(5)

Prancis yang sering dijuluki sebagai bapak filsafat modern, Rene Descrates (1595-1650).

3. Zaman Naturalisme

Nature artinya alam atau yang dibawa sejak lahir. Aliran naturalisme dapat juga disebut sebagai “Paham Alami”. Maksudnya, bahwa setiap manusia yang terlahir ke bumi ini pada dasarnya memiliki kecenderungan atau pembawaan yang baik dan tak ada seorangpun terlahir dengan pembawaan yang buruk. Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah kebalikan dari istilah supranaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam. Naturalisme menyatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan-kebutuhannya, dapat menemukan kebenaran didalam dirinya sendiri (Saryani, 2013: 4). Aliran ini muncul di abad 18 dan merupakan reaksi atas paham rasionalisme dan menentang kehidupan yang tidak wajar akibat dari rasionalisme. Tokoh yang paling berpengaruh di aliran ini adalah J.J Rousseau yang menyatakan ada tiga asas mengajar, yaitu:

a. Asas pertumbuhan, bahwa pengajaran harus memberi kesempatan untuk anak-anak bertumbuh secara wajar dengan cara mempekerjakan mereka sesuai kebutuhan-kebutuhannya.

b. Asas aktivitas, bahwa dengan bekerja anak-anak menjadi aktif yang akan memberikan pengalaman yang kemudian akan menjadi pengetahuan mereka.

c. Asas individualitas, maksudnya dengan cara menyiapkan pendidikan sesuai dengan individu masing-masing anak, sehingga kelak mereka berkembang menurut alamnya sendiri

4. Zaman Developmentalisme

(6)

Sehingga bisa dikatakan bahwa paham ini lebih menekankan pada berkembangnya keilmuan dibarengi dengan meningkatnya daya kerja dan kreativitas, serta terjadinya perubahan karakter dalam diri.

5. Zaman Nasionalisme

Aliran ini muncul pada abad 19 dan merupakan upaya dalam membentuk patriot-patriot bangsa dan mempertahankannya dari kaum imperialis. Tokohnya yang terkenal adalah La Chatolais (Prancis), Fichte (Jerman), dan Jefferson (Amerika Serikat). Konsep pendidikan yang ingin dikembangkan dalam aliran ini adalah, menjaga, mempertinggi, dan memperkuat maupun mempertahankan kedudukan negara, dan mengutamakan pendidikan sekuler, jasmani, dan kejuruan.

Beberapa materi yang dikembangkan dalam aliran nasionalisme adalah materi bahasa dan kesustraan sosial, pendidikan kewarganegaraan, lagu-lagu kebangsaan, sejarah, dan geografi negara, serta pendidikan jasmani. Aliran ini memiliki dampak negatif dalam penerapannya yakni munculnya chaufinisme di Jerman, yaitu kegilaan atau kecintaan terhadap tanah air yang berlebihan sehingga menimbulkan lahirnya perang dunia I (Pidarta, 2007: 56).

6. Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme

Zaman ini lahir pada abad ke 19. Paham liberalisme berpendapat bahwa pendidikan adalah alat untuk memperkuat kedudukan pemerintah yang pernah dipelopori dalam bidang ekonomi oleh Adam Smith. Pada masa ini siapa yang memiliki banyak pengetahuanlah yang paling berkuasa sehingga hal ini akan mengarahkan pada paham individualisme. Sedangkan positivisme percaya pada kebenaran yang dapat diamati oleh panca indera sehingga kepercayaan terhadap agama semakin lemah.

Tokoh postivisme yang terkenal adalah August Comte (1798-1857), ilmuwan berkebangsaan Prancis yang juga dijuluki sebagai Bapak Sosiologi. Namun, prinsip filosofik tentang positivisme dikembangkan pertama kali oleh Francis Bacon seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris yang hidup disekitar abad 17 (Muhadjir, 2006: 30). Sedangkan tokoh awal individualisme dipelopori oleh ilmuwan Jerman bernama Martin Luther (1483-1546), kemudian dikembangkan oleh Jhon Locke, Voltaire, Montesquieo, J.J Rousseao, dan Immanuel Kant.

(7)

Aliran ini muncul pada abad ke 20 sebagai reaksi atas dampak aliran liberalisme, postivisme, dan individualisme. Sosialisme, seperti telah dikemukakan, mula-mula muncul sebagai reaksi terhadap kondisi buruk yang dialami rakyat di bawah sistem kapitalisme liberal. Kondisi buruk terutama dialami kaum pekerja atau buruh yang bekerja di pabrik-pabrik dan pusat-pusat sarana produksi dan transportasi. Sejumlah kaum cendekiawan muncul untuk membela hak-hak kaum buruh dan menyerukan persamaan hak bagi semua lapisan, golongan dan kelas masyarakat dalam menikmati kesejahteraan, kekayaan dan kemakmuran. Mereka menginginkan pembagian keadilan dalam ekonomi. Hal ini menunjukan bahwa paham sosialisme lebih menekankan pada kepentingan sosial (masyarakat) dari pada kepentingan individu (pribadi). Sosialisme adalah ajaran kemasyarakatan (pandangan hidup) tertentu yang berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil produksi secara merata.

Mudhofir (2001: 90), awalnya paham sosialisme muncul di Prancis pada tahun 1830. Diantara tokoh-tokoh awal penganjur sosialisme dapat disebut antara lain, St. Simon (1769-1873), Fourisee (1770-1837), Robert Owen (1771-1858) dan Louise Blane (1813-1882). Setelah itu baru muncul tokoh-tokoh seperti Proudhon, Karl Marx, Engels, Bakunin dan lain sebagainya. Pembahasan sosialisme tidak dapat terlepas dengan istilah Marxisme-Leninisme karena sebagai gerakan yang mempunyai arti politik, baru berkembang setelah lahirnya karya Karl Marx, Manifesto Politik Komunis (1848). Marx memakai istilah “komunisme” sebagai ganti “sosialisme” agar nampak lebih bersifat revolusioner (Adisusilo, 1991: 127).

C. SEJARAH PENDIDIKAN NASIONAL 1. Zaman Kerajaan Hindu-Budha

(8)

Sehingga moto pada lambang negara Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika yang secara etimologis berasal dari keyakinan tersebut (Mudyahardjo, 2008: 215).

Candi dan prasasti yang dihasilkan dimasa itu merupakan bukti kemajuan arsitektur. Jika kita telisik pembangunan beberapa candi besar yang menjadi peninggalan hindu-budha, maka kita akan melihat bagaimana kehebatan manusia masa itu yang berhasil mendesain dengan sempurna keindahan candi borobudur, padahal dimasa itu belum memiliki alat ukur modern yang dapat digunakan untuk pengukuran. Borobudur adalah peninggalan kerajaan budha yang berukuran 123x123 meter serta terdiri dari 1460 relief dan 504 stupa. Jika ditinjau dari pembuatannya, maka akan muncul asumsi tentang jumlah tenaga kerja yang digunakan berhubungan pula dengan arsitekturnya. Padahal dimasa itu sumber belajarnya hanya berupa orang (penyampaian dari mulut ke mulut), belum ada referensi berupa buku, TV, radio, tablet, dan komputer seperti masa kini.

2. Zaman Kerajaan Islam

(9)

Keterangan Ibnu Batutah tersebut dapat ditarik kesimpulan pendidikan yang berlaku di zaman kerajaan Pasai sebagai berikut:

1. Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syariat adalah Fiqh mazhab Syafi’i

2. Sistem pendidikannya secara informal berupa majlis taklim dan halaqoh 3. Tokoh pemerintahan merangkap tokoh agama

4. Biaya pendidikan bersumber dari negara.

Penyebar agama islam di tanah Jawa masa itu dikenal dengan sebutan wali songo atau sembilan wali. Merekalah yang sangat berpengaruh dalam proses penyebaran ajaran islam di tanah Jawa. Model pendidikan yang diterapkan oleh wali songo adalah model pendidikan pesantren, pertunjukan seni wayang kulit, dan lain-lain. Untuk menopang proses dakwahnya, Sunan Giri mendirikan pesantren didaerah perbukitan Desa sidomukti, Gresik. Begitupun Sunan Kalijaga yang menunjukan kesenian dan kebudayaan dalam menjalankan dakwahnya. Bahkan tak segan, para walisongo untuk memuluskan langkahnya mereka melewati jalur politis. Ini tercermin dalam langkah-langkah yang diambil terutama oleh Raden Patah ketika mendirikan Kerajaan Demak.

3. Zaman Kolonial

Bangsa Portugis dan Spanyol masuk ke Indonesia pada abad ke-16 dengan tujuan Gospel (penyebaran agama nasrani), Glory (kekayaan), dan Gold (kekayaan). Namun kekuasaan Portugis melemah akibat peperangan dengan pasukan pribumi dan akhirnya dilenyapkan oleh Belanda pada tahun 1605. Portugis berjalan bersama pasukannya dipimpin oleh sang petualang Bartholomeus Diaz dan Spanyol dipimpin oleh sang penjelajah Christopher Columbus. Perjalanan ini memantik semangat Cornelis De Houtman pimpinan armada laut Belanda untuk ke Indonesia dengan pertama kali mendarat di Banten pada tahun 1596. Kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia dengan tujuan untuk mencari remaph-rempah. Agar terhindar dari persaingan diantara mereka, Pemerintah Belanda mendirikan suatu kongsi dagang yang disebut VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Persekutuan Dagang Hindia Belanda tahun 1602 (Mudyaharjo, 2008: 245).

(10)

politik balas budi. Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk masyarakat pribumi meski masih hanya diperuntukkan anak turunan kalangan bangsawan. Sejak dijalankannya politik etis ini, Indonesia mulai mengalami kemajuan bidang pendidikan selama beberapa dekade telah menghasilkan para intelektual terbaru asal pribumi. Golongan inilah yang berhasil melanjutkan niatan Gajah Mada dalam sumpah palapa-nya untuk menyatukan nusantara dengan berdirinya organisasi pemuda pertama di Indonesia, Budi Utomo tahun 1908. Dan perjuangan ini semakin menunjukan buktinya ketika para pemuda dari berbagai pelosok nusantara bersumpah pada tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal dengan Sumpah Pemuda. Selain itu, politik etis Belanda telah melahirkan para pejuang pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara dengan mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922 dan Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhamadiyah pada tahun 1912. Taman Siswa didirikan oleh rakyat pribumi dan guru-gurunya adalah golongan orang-orang bangsa kita sendiri yang rela dan keikhlasan hatinya bersedia dan menyerahkan diri untuk keperluan rakyat dalam perkara pengajaran dan pendidikan (Dewantara, 1977:10).

Kamaluddin (2014: 22), Belanda membutuhkan banyak insinyur dan tenaga ahli untuk memastikan bahwa industri berkembang sesuai dengan cita-cita sistem kolonial. Belanda perlu memastikan roda ekonomi terus berputar yang kemudian mampu mencetak semakin banyak uang untuk dialirkan ke negeri Belanda. Dalam rangka mencetak para insinyur itu, berdirilah sekolah teknik di Bandung yaitu Technische Hooge School (THS). Kemudian mendatangkan dokter ahli dari Eropa untuk menangani masalah kesehatan di Nusantara adalah tidak efisien karena akan memakan biaya yang sangat besar. Atas dasar itulah Belanda kemudian merintis lahirnya sekolah tinggi di bidang kedokteran untuk penduduk pribumi yang diberi nama School Tot Opleiding Van Indische Artsen (STOVIA).

(11)

melahirkan para Founding Father dengan menghadirkan paham nasionalis (Belanda), komunis (Rusia), dan islam (Timur Tengah). seperti Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, M Natsir, Sutan Syahrir, Tan Malaka, H. Agus Salim dan sebagainya yang kemudian berhasil memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

4. Zaman Orde Lama

Kemerdekaan yang berhasil diraih bangsa Indonesia pada tahun 1945 ternyata masih menjadikan Belanda ingin kembali bercokol diatas bumi Nuasantara. Kosentrasi para pemimpin bangsa mesti terpecah, antara menghadapi penjajah yang mencoba kembali menguasasi Indonesia sebagai negara berdaulat yang sudah merdeka, atau mengisi kemerdekaan “dalam bahasa Anies Baswedan, melunasi janji kemerdekaan” dengan pembangunan Sumber daya Manusia (SDM) dan pembangunan infrastruktur. Kondisi ini menuntut segenap daya pikir para pemimpin bangsa yang baru lahir untuk mengerahkan segala upaya untuk membangun dunia pendidikan demi masa depan bangsa Indonesia (Kamaluddin, 2014: 28).

Ir. Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia kemudian muncul dengan visi cemerlang membawa semangat “Nation and Character Building” dalam dunia pendidikan. Menurutnya, rakyat Indonesia sebagai rakyat dari sebuah negara yang baru lahir membutuhkan pembangunan karakter kebangsaan yang kokoh sebagai prasyarat utama dari kokohnya bangsa Indonesia dalam jangka panjang. Sehingga pendidikan dimasa itu lebih ditekankan pada konsep kewarganegaraan dan kebangsaan bagi rakyat Indonesia. Kala itu bidang-bidang keilmuan masih dalam fase “dianjurkan” sedangkan pendidikan kewarganegaraan dan kebangsaan adalah yang paling ditekankan, karena ini sesuai dengan kebutuhan masa awal kemerdekaan. Pada tanggal 29 Desember 1945, Badan Pekerja KNIP mengusulkan kepada Kemeterian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan agar segera mengusahakan pembaharuan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan rencana pokok-pokok usaha pendidikan dan pengajaran baru (Moestoko, 1986: 145).

(12)

Kebudayaan Indonesia pertama (Ki Hajar Dewantara) mulai menyiarkan beberapa pedoman tentang penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Pengibaran “Sang Merah Putih” tiap hari dihalaman sekolah, melagukan Indonesia Raya, menghentikan pengibaran bendera Jepang dan menghapuskan nyanyian “Kimigayo”, memberi semangat kebangsaan kepada anak-anak sekolah dan meniadakan pelajaran bahasa Jepang serta segala upacara yang berasal sari pemerintah Jepang, itulah instruksi yang diberikan kepada kepala Sekolah (Dewantara, 1977: 200).

Semangat melakukan pengajaran dan pendidikan kemudian dilanjutkan Soewandi dan Ali Sastroamidjojo sebagai menteri pendidikan yang selanjutnya. Menurut Kamaluddin (2016: 33), beberapa usaha yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan masa itu adalah membentuk Panitia Penyelidik Pendidikan Pengajaran pada tahun 1946 yang bertugas meninjau kembali dasar-dasar, isi, susunan dan seluruh usaha pendidikan dan pengajaran. Kemudian pada tahun 1947 diadakan kongres pendidikan di Solo, dan tahun 1948 membentuk panitia pembentukan rencana Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran (UUP) yang bertugas menyusun UUPP. Setelah tahun 1950 rencana UUPP diterima dan disahkan oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, maka dengan itu UU No.04 Tahun 1950 dengan nama “UU tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah”.

Waktu terus berjalan, anak-anak didik di level pendidikan dasar pada tahun 1950-an yang muncul dari desa-desa tumbuh menjadi mahasiswa dan berhasil meraih gelar sarjana-sarjana muda pada tahun 1965-an. Kelompok inilah yang kemudian mendapati dirinya penuh dengan kegelisahan akan nasib rakyat dan masa depan Indonesia. Mereka mendapati penyimpangan dan penyelewengan dalam penyelenggaraan negara yang telah melenceng dari cita-cita kemerdekaan. Salah satu organisasi yang dibuat kala itu adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang diinisiasi oleh Mari’e Muhammad (wakil ketua PB HMI). Kelompok inilah yang berhasil menumbangkan rezim Soekarno dan berakhirlah kekuasaan presiden pertama pada tahun 1966.

5. Zaman Orde Baru

(13)

telah melenceng dari UUD 1945 dan Pancasila. Jika politik menjadi panglima besar di orde lama, maka ekonomi adalah panglima besar di orde baru. Sehingga pemerintah masa itu terlihat cukup pragmatis dengan ditandai kembalinya Indonesia ke anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pemerintah mulai melakukan rekonsiliasi kepada Singapura, Malaysia, India, Thailand, dan Australia yang sempat renggang pada masa orde lama. Hal ini bertujuan sebagai upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama stabilitasi dan rehabilitasi ekonomi.

Ekonomi adalah panglima besar di orde baru, sehingga ekonom-ekonom kelas dunia menjadi idola kaum akademisi. Dimasa itu, generasi Indonesia mulai berdiaspora ke luar negeri untuk belajar berbagai bidang keilmuan, khususnya ilmu ekonomi dan manajerial (Kamaluddin, 2014: 39). Negara-negara Barat menjadi tujuan belajar mahaiswa Indonesia, khususnya Amerika Serikat sebagai kiblat pendidikan dari peradaban Barat modern yang sedang menguasai dunia. Sehingga presiden Soeharto mempelopori gerakan “Swasembada Pangan” dengan mengirim ahli pertanian untuk belajar ke pusat-pusat pendidikan di Amerika Serikat.

Pendidikan agama di orde baru dinilai menjadi pilar penting untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan anak didik. Oleh karena itu, dalam UU No.02 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional terdapat beberapa pasal yang melegitimasi pendidikan agama sebagai pilar pembangunan keimanan dan ketakwaan. Sebelum keluar undang-undang ini pendidikan agama hanya diwajibkan untuk sekolah negeri, sehingga dengan terbitnya UU No.02 Tahun 1989 maka semua sekolah baik tingkat dasar, menengah, maupun perguruan tinggi mewajibkan institusinya menyelenggarakan pendidikan agama.

(14)

6. Zaman Reformasi

Era reformasi ditandai dengan lengsernya rezim Soeharto pada tahun 1998 dari kursi kepemimpinn setelah 32 tahun memimpin Indonesia, kemudian digantikan oleh B.J. Habibie. Lahirnya era reformasi disambut euforia oleh segenap komponen bangsa yang telah lama meninginkan perubahan (Saridjo, 2011:129). Era reformasi juga ditandai dengan tumbuhnya demokrasi di Indonesia. Presiden Habibie menjanjikan akan menyelenggarakan pemilihan umum lebih cepat dari biasanya. Pasca reformasi, demokrasi telah mewarnai berbagai bidang kehidupan kebangsaan di Indonesia.

Pemilihan umum yang diselenggarakan pada tahun 1999 menghasilkan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai presiden keempat. Gebrakannya dibidang pendidikan yang paling menonjol adalah rencananya untuk mengubah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Kementerian Pendidikan Nasional. Hal ini disebabkan karena madrasah dan sekolah diketahui ada kesenjangan yang cukup signifikan perihal alokasi anggaran, madrasah mengalami diskriminasi dalam dunia pendidikan Indonesia. Diduga kuat alasan inilah ayng menjadi dasar pemikiran Gus Dur untuk mendesak menterinya, Yahya Muhaimin untuk secepatnya memindahkan pengelolaan madrasah ke Depdiknas (Kamaluddin, 2014: 47). Setelah 2 tahun menduduki kursi kepresidenan, dengan berbagai pertimbangan akhirnya Gus Dur dilengserkan oleh MPR. Sehingga rencana menyatukan pembinaan dan pengelolaan madrasah dibawah Kementerian Pendidikan Nasional untuk sementara masih sekedar wacana, belum dapat terealisasikan.

(15)

dalam mengambil kebijakan dan langkah strategis untuk mengintegrasikan ICT (Information, Communication, and Technology) dalam dunia pendidikan secara nasional dan merata. Sedangkan di era SBY, perubahan kurikulum tiap pergantian menteri sangat mencolok, terlihat dari perubahan KBK 2004, KTSP 2006, dan Kurikulum 2013.

Sejarah mencatat hari ini di Era Joko Widodo, kementerian pendidikan dipisahkan menjadi Kemnterian Pendidikan Tinggi, Riset dan Tekhnologi dan Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah. Karena program Indonesia Mengajarnya, maka nama Anies Baswedan dilirik dan diangkat menjadi Menteri Pendidikan. Tahun 2015, pertama kami di Indonesia Ujian Nasional (UN) tidak lagi dijadikan sebagai penentu kelulusan dan UN berbasis komputer. Kemudian setelah Muhadjir Efendi naik menggantikan Anies Baswedan, program pendidikan yang paling menonjol adalah munculnya wacana“Full Day School”.

D. PENUTUP

Nelson Mandela, mantan presiden Afrika Selatan telah mengingatkan kita tentang urgensi pendidikan dalam perubahan sebuah bangsa, “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world”. Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat digunakan untuk mengubah dunia. Perubahan sebuah bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Meminjam kalimat Anies Baswedan bahwa memastikan setiap manusia Indonesia mendapatkan akses pendidikan yang bermutu sepanjang hidupnya sama dengan memastikan kejayaan dan keberlangsungan bangsa. Prospek masa depan Indonesia dilihat dari prospek pendidikannya. Namun pendidikan Indonesia akan baik untuk diformulasikan kembali apabila mengetahui dan memahami sejarah perjalanan pendidikan dari dari zaman ke zaman, baik sejarah pendidikan dunia maupun sejarah pendidikan nasional. Karena sejarah akan mengajak kita untuk mengingat semangat perjuangan pendidikan masa lalu, maka heroik dan spirit ini mesti direvitalisasi dimasa kini dan masa.

(16)

problema pendidikan yang masih menimpa bangsa ini. Saatnya generasi muda yang lahir di era digital membuktikan dirinya untuk menjadi generasi emas 2045 dan bentribusi di bonus demografi Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara super power dunia. Semua itu kita awali dengan memperbaiki dan merevitalisasi pendidikan Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 1983. Problematika Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.

Bjork, Christopher. 2013. Teacher Training, School, Norms and Teacher Effectivennes in Indonesia. Singapura: ESEAS Publishing.

Dewantara, Ki Hajar. 1977. Bagian Pertama: Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa.

Driyarkara, Nicolaus. 1966. Pertjikan Filsafat. Jakarta: PT Pembangunan.

Huijbers, Theo. 1993. Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta: Kanisius.

Kamaluddin, Laode Masihu. 2014. Reorientasi (Strategi) Pendidikan Nasional Indonesia (2015-2020). Semarang: Unissula Press.

Moestoko, Soemarsono. 1986. Sejarah Pendidikan dari Zaman ke Zaman. Jakarta: Balai Pustaka.

Mudhofir, Ali. 2001. Kamus Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muhadjir, Neong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Qomar, Mujamil. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam: dari Metode Rasional hingga Metode Kritik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

(17)

Saridjo, Marwan. 2011. Pendidikan Islam dari Masa ke Masa. Bogor: Yayasan Ngali Aksara & Al-Manar Press.

Saryani, Nanik dan Baeti Nirwana Sari. 2014. Landasan Historis Pendidikan. diakses dari http://www.academia.edu/9368398/LANDASAN_HISTORIS_PENDIDIKAN

(diakses, 22 Oktober 2016).

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya dilakukan uji coba ter- batas terhadap desain awal (draf) Mo- del Pembelajaran Terpadu Berbasis Bu- daya (MPTBB) yang dirancang dapat memfasilitasi siswa

Dengan tetap mengacu kepada core values Telkom, yaitu solid, speed, smart dan filosofi perusahaan Telkom, yaitu Always The Best – sebuah keyakinan dasar untuk selalu

Dengan memperhatikan sasaran pembangunan tahun keempat pelaksanaaan RPJMD tahun 2010 – 2014 serta realisasi pembangunan tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Lombok

Salah satu komik ilustrasi terkenal yang dikemas dalam buku seri “values for success”, dimana dalam komik tersebut memiliki prinsip yang berpusat pada

pembelajaran didominasi oleh penggunaan modus representasi dari gabungan teks. dan

Dalam era pembangunan teknologi yang cepat dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat dan mengkomunikasikan berdasarkan penelitian dari

Domino administrators have the ability to configure how long to keep these diagnostic files (via a policy setting for clients and the Server Configuration document for servers)..

Sebelum kami melakukan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an melalui tutor sebaya, sebagai guru terlebih dahulu mendesain pembelajaran yang harus dilakukan oleh peserta