• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Kajian Perbandingan Periode Getar Alami Fundamental Bangunan Menggunakan Persamaan Empiris Dan Metode Analitis Terhadap Berbagai Variasi Bangunan Jenis Rangka Beton Pemikul Momen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Kajian Perbandingan Periode Getar Alami Fundamental Bangunan Menggunakan Persamaan Empiris Dan Metode Analitis Terhadap Berbagai Variasi Bangunan Jenis Rangka Beton Pemikul Momen"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Beban Dinamik

Menurut Widodo (2001), Beban dinamik merupakan beban yang berubah-ubah

menurut waktu (time varying) sehingga beban dinamik merupakan fungsi dari waktu.

Menurut Clough dan Penzien (1993), “Dynamic load is any load of which its

magnitude, direction, and/or position varies with time” yang dapat diartikan beban dinamik

merupakan beban yang mempunyai magnitud, arah atau tempat yang berubah dengan waktu.

Beban dinamik adalah berupa getaran-getaran yang dihasilkan oleh sumber getaran.

Getaran-getaran tersebut dapat berupa getaran yang diakibatkan oleh mesin yang beroperasi,

kereta api yang melintas di atas rel, gempa bumi dan lain-lain. Pada pembahasan tugas akhir

ini adalah mengenai beban dinamik yang disebabkan oleh gempa bumi.

Gempa bumi, walaupun tidak termasuk kejadian sehari-hari juga merupakan salah

satu sumber getaran dan menimbulkan getaran. Energi mekanik akibat rusaknya struktur

batuan pada peristiwa gempa bumi selanjutnya akan diubah menjadi energi gelombang yang

menggetarkan batuan di sekelilingnya. Getaran batuan akibat gempa bumi selanjutnya

diteruskan oleh media tanah sampai pada permukaan tanah. Tanah yang bergetar akibat

gempa akan mengakibatkan bangunan yang berada di atas tanah akan ikut bergetar.

Kerusakan pada bangunan sering terjadi akibat peristiwa gempa bumi tersebut khususnya

pada daerah-daerah rawan gempa. Kerusakan pada struktur akan terjadi apabila getaran tanah

(2)

2.2. Perbedaan Antara Beban Statik dan Beban Dinamik

Pada ilmu statika keseimbangan gaya-gaya didasarkan atas kondisi statik, dimana

gaya-gaya tersebut tetap intensitasnya, tetap tempatnya, dan tetap arah/garis kerjanya.

Gaya-gaya tersebut dikategorikan sebagai beban statik. Menurut Widodo (2001), kondisi tersebut

akan berbeda dengan beban dinamik dengan pokok-pokok perbedaan sebagai berikut :

1. Beban dinamik merupakan beban yang berubah-ubah menurut waktu dan merupakan

fungsi dari waktu.

2. Beban dinamik umumnya hanya bekerja pada rentang waktu tertentu. Untuk beban

gempa bumi maka rentang waktu tersebut kadang-kadang hanya beberapa detik.

Walaupun hanya beberapa detik namun dapat merusak stuktur dengan kerugian yang

sangat besar.

3. Beban dinamik dapat menyebabkan timbulnya gaya inersia pada pusat massa yang

arahnya berlawanan dengan arah gerakan. Tumpukan barang yang terguling

kebelakang ketika kendaraan dijalankan dan terguling ke depan ketika direm

merupakan salah satu contoh adanya gaya inersia pada pembebanan dinamik.

4. Beban dinamik lebih kompleks dibandingkan dengan beban statik, baik dari bentuk

fungsi bebannya maupun akibat yang ditimbulkan. Asumsi-asumsi kadang-kadang

perlu diambil untuk mengatasi ketidakpastian yang mungkin ada pada beban dinamik.

5. Karena beban dinamik berubah-ubah intensitasnya menurut waktu, maka

pengaruhnya terhadap struktur juga akan berubah-ubah menurut waktu, oleh karena

itu penyelesaian problem dinamik harus dilakukan secara berulang-ulang menyertai

sejarah pembebanan yang ada. Berbeda dengan penyelesaian problem statik yang

bersifat penyelesaian tunggal (single solution), maka penyelesaian problem dinamik

(3)

2.3. Pengaruh Beban Gempa Terhadap Struktur

Peristiwa gempa merupakan salah satu aspek yang sangat menentukan dalam

merencanakan struktur. Struktur yang direncanakan harus mempunyai ketahanan terhadap

gempa dengan tingkat keamanan yang dapat diterima. Aspek penting dari pengaruh gerakan

tanah akibat gempa bumi adalah tegangan dan deformasi atau banyaknya kerusakan yang

akan terjadi. Hal tersebut bergantung kepada kekuatan gempa bumi.

Kekuatan dari gerakan tanah yang ditinjau pada beberapa tempat disebut intensitas

gempa. Tiga komponen dari gerakan tanah yang dicatat oleh alat pencatat gempa

accelerograph untuk respon struktur adalah amplitudo, frekuensi dan durasi.

Selama terjadinya gempa, terdapat satu atau lebih puncak gerakan. Puncak ini

menunjukkan efek maksimum dari gempa. Pengaruh kritis dari gempa terhadap struktur

adalah gerakan tanah pada lokasi struktur. Selama terjadinya gempa, struktur akan

mengalami gerakan vertikal dan gerakan horisontal. Gaya gempa, baik dalam arah vertikal

maupun horisontal akan timbul di node-node pada massa struktur. Dari kedua gaya ini, gaya

dalam arah vertikal hanya sedikit mengubah gaya gravitasi yang bekerja pada struktur,

sedangkan struktur biasanya dirancang terhadap gaya vertikal dengan faktor keamanan yang

mencukupi.

Sebaliknya gaya gempa horisontal bekerja pada node-node lemah pada struktur yang

kekuatannya tidak mencukupi dan akan menyebabkan keruntuhan (failure). Dikarenakan

keadaan tersebut, prinsip utama dalam perancangan tahan gempa (earthquake resistant

design) adalah meningkatkan kekuatan struktur terhadap gaya horisontal yang umumnya

tidak mencukupi. Gerakan permukaan bumi menimbulkan gaya inersia pada struktur

bangunan karena adanya kecenderungan massa bangunan (struktur) untuk mempertahankan

(4)

(acceleration) permukaan a dan sifat struktur. Apabila bangunan dan pondasinya kaku (stiff),

maka menurut rumus Newton; F= M.A.

F m

a

Gambar 2.1. Gaya Inersia

Dalam kenyataannya hal tersebut tidaklah demikian, semua struktur tidaklah

benar-benar sebagai massa yang kaku melainkan fleksibel. Suatu bangunan bertingkat banyak

(multi storey building) dapat bergetar dengan berbagai bentuk karena gaya gempa yang dapat

menyebabkan lantai pada berbagai tingkat mempunyai percepatan dalam arah yang

berbeda-beda.

Salah satu hal penting pengaruh gempa pada struktur adalah periode alami getar

struktur. Gedung yang sangat kaku pada umumnya mengalami gaya gempa yang lebih kecil

apabila gerakan tanah yang mempunyai periode getaran yang panjang dibandingkan dengan

gedung yang fleksibel, begitu pula sebaliknya.

Pergerakan gempa menyebabkan terjadinya osilasi pada struktur. Osilasi struktur

dapat mempunyai periode alami yang panjang atau pendek disebabkan adanya mekanisme

redaman di dalam struktur. Mekanisme redaman yang menyerap sebagian energi gempa ada

(5)

panjang apabila mengalami osilasi (gerak bolak-balik) dalam waktu yang relatif lama, dan

sebaliknya.

Untuk itu maka diperlukan analisis dinamik untuk menentukan pembagian gaya geser

tingkat akibat gerakan tanah oleh gempa dapat dilakukan dengan cara analisis respon

spektrum. Cara ini adalah menggantikan gaya geser yang didapat sebagaimana analisis beban

statik ekivalen untuk bangunan-bangunan yang tidak memerlukan analisis dinamik.

Modal analisis pada umumnya dapat digunakan dalam analisis respon spektrum untuk

menentukan respon elastis pada struktur-struktur dengan banyak derajat kebebasan (MDOF)

yang didasarkan kepada kenyataan bahwa respon sesuatu struktur merupakan superposisi dari

respon masing-masing ragam getaran. Masing-masing ragam memberikan respon dengan

sifat-sifatnya tersendiri, seperti yang ditentukan oleh bentuk lenturan, frekuensi getaran dari

redaman yang bersangkutan. Karena itu, respon dari sesuatu struktur yang dimodelkan

sebagai pendulum majemuk, dapat dianggap sebagai superposisi dari sejumlah pendulum

sederhana (pendulum oscillator) dengan satu derajat kebebasan (SDOF).

Menurut G.G. Penelus at.al. (1977) dan E.F. Cruz at.al. (1986), sistem SDOF untuk

menjelaskan respon dari masing-masing ragam spektrum, merupakan pendekatan yang cukup

sesuai untuk menentukan respon elastis dari struktur terbatas dari gerakan tanah akibat gempa

bumi. Gabungan respon dari semua ragam yang berperan untuk mendapatkan respon struktur

secara keseluruhan dapat ditentukan dengan mengambil akar pangkat dua dari jumlah kuadrat

spektrum masing-masing ragam ( square root of the sum square ).

2.4. Derajat Kebebasan (Degree of Freedom, DOF)

Apabila suatu struktur sebagai contoh portal sederhana dibebani secara dinamik maka

massa struktur akan bergoyang baik ke kanan (simpangan bernilai positif) atau ke kiri

(6)

apabila terdapat deformasi aksial kolom ataupun adanya puntiran. Menurut Widodo (2001),

Derajat kebebasan (degree of freedom) adalah derajat independensi yang diperlukan untuk

menyatakan suatu posisi suatu sistim pada setiap saat. Apabila suatu titik yang ditinjau

mengalami perpindahan tempat secara horisontal, vertikal dan ke samping, maka sistim

tersebut mempunyai 3 derajat kebebasan. Hal ini terjadi karena titik yang bersangkutan dapat

berpindah secara bebas dalam 3 arah.

Namun demikian, dari persoalan tersebut dapat dilakukan penyederhanaan dimana

dapat dianggap hanya terjadi dalam satu bidang saja (tanpa puntiran). Hal ini dimaksudkan

agar penyelesaian persoalan menjadi sedikit berkurang baik secara kualitas maupun kuantitas.

Penyelesaian yang dahulunya sangat banyak menjadi berkurang banyak. Hal ini terjadi

karena penyelesaian dinamik merupakan penyelesaian berulang-ulang dalam ratusan bahkan

ribuan kali.

Pada permasalahan dinamik, setiap titik atau massa umumnya hanya diperhitungkan

berpindah dalam satu arah saja yaitu horisontal. Kemudian karena simpangan yang terjadi

hanya terjadi dalam satu bidang (2 dimensi) maka simpangan suatu massa pada setiap saat

hanya mempunyai posisi/ordinat tertentu baik bertanda positif maupun negatif. Pada kondisi

2 dimensi tersebut simpangan suatu massa pada saat t dapat dinyatakan dalam koordinat

tunggal yaitu y(t). struktur tersebut dinamakan struktur dengan derajat kebebasan tunggal

(single degree of freedom, SDOF) dan struktur yang mempunyai n-tingkat akan mempunyai

n-derajat kebebasan atau struktur dengan derajat kebebasan banyak (multi degree of freedom,

MDOF). Maka dapat disimpulkan bahwa, jumlah derajat kebebasan adalah jumlah koordinat

(7)

2.5. Prinsip Bangunan Geser (Shear Building)

Pada analisis dinamika struktur pola goyangan pertamalah yang umumnya diadopsi,

dimana struktur dianggap cukup fleksibel dengan lantai-lantai tingkat yang relatif kaku.

Untuk sampai pada anggapan hanya terdapat satu derajat kebebasan pada setiap tingkat, maka

terdapat beberapa penyederhanaan/anggapan-anggapan. Anggapan-anggapan tersebut adalah

:

1. Massa struktur dianggap terkonsentrasi pada setiap lantai tingkat. Massa yang

dimaksud adalah massa struktur akibat berat sendiri, beban berguna, beban

hidup dan berat kolom pada ½ tingkat dibawah dan diatas tingkat yang

bersangkutan. Massa itu semua kemudian dianggap terkonsentrasi pada satu

titik (lumped mass) pada elevasi tingkat yang bersangkutan. Hal ini bertujuan

agar struktur yang terdiri atas derajat kebebasan tak terhingga berkurang

menjadi hanya satu derajat kebebasan.

2. Lantai-lantai tingkat dianggap sangat kaku dibanding dengan kolom-kolomnya

karena balok-balok portal disatukan secara monolit oleh plat lantai. Hal ini

berarti bahwa beam column joint dianggap tidak berotasi sehingga lantai

tingkat tetap horisontal sebelum dan sesudah terjadi penggoyangan.

3. Simpangan massa dianggap tidak dipengaruhi oleh beban aksial kolom atau

deformasi aksial kolom diabaikan. Disamping itu pengaruh P-delta terhadap

momen kolom juga diabaikan. Oleh karena itu dengan anggapan ini dan

anggapan sebelumnya lantai tingkat tetap pada elevasinya dan tetap horisontal

(8)

Dengan anggapan-anggapan tersebut maka portal seolah-olah menjadi bangunan yang

bergoyang akibat lintang saja (lentur balok dianggap tidak ada) atau bangunan yang pola

goyangannya didominasi oleh geser (shear mode). Bangunan dengan anggapan-anggapan

atau berperilaku seperti diatas disebut shear building. Dengan berperilaku shear building,

maka pada setiap tingkat hanya akan mempunyai satu derajat kebebasan. Portal bangunan

yang mempunyai n-tingkat berarti akan mempunyai n-derajat kebebasan.

2.6. Persamaan Diferensial Pada Struktur SDOF

Dengan anggapan struktur berderajat kebebasan tunggal (SDOF) hanya akan

mempunyai satu koordinat yang diperlukan untuk menyatakan posisi massa pada saat tertentu

yang ditinjau.

P(t)

q(t/m’)

c k

m

a. Struktur SDOF b. Model fisik struktur SDOF

P(t) m

c

k

Fs

Fd

Fi P(t)

c) model matematik d) free body diagram

(9)

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa P(t) merupakan beban dinamik yaitu beban

yang intensitasnya merupakan fungsi dari waktu. Notasi m, c, dan k berturut-turut adalah

massa, redaman, dan kekakuan kolom. Apabila beban dinamik P(t) bekerja ke arah kanan,

maka akan terdapat perlawanan pegas, damper dan gaya inersia. Berdasarkan prinsip

keseimbangan dinamik pada free body diagram tersebut, maka dapat diperoleh hubungan,

𝐹𝐼+𝐹𝐷+𝐹𝑠 = 𝑃(𝑡) (2.1)

dimana,

𝐹𝐼 = 𝑚.ӱ

𝐹𝐷 = 𝑐. (2.2)

𝐹𝑠 =𝑘.𝑦

FI, FD, FS adalah gaya inersia, gaya redam, dan gaya pegas, sedangkan ӱ, ẏ, y adalah

percepatan, kecepatan, dan simpangan.

Apabila persamaan 2.2) disubstitusikan pada persamaan 2.1) maka akan diperoleh,

𝑚.ӱ+𝑐.+𝑘.𝑦 =𝑃(𝑡) (2.3)

atau,

𝑚.𝑑𝑑𝑡22ӱ+𝑐.𝑑𝑑𝑡.+𝑘.𝑦 =𝑃(𝑡) (2.4)

Persamaan 2.3) atau persamaan 2.4) merupakan persamaan diferensial gerakan massa

(10)

dinamik, hal penting yang perlu untuk diketahui adalah simpangan horisontal tingkat atau

dalam persamaan tersebut adalah y(t). simpangan horisontal tingkat akan berpengaruh secara

langsung terhadap momen kolom maupun momen balok pada gambar 2.5.

Gambar 2.3. Momen Kolom akibat Simpangan y(t)

Gambar 2.5 merupakan simpangan horisontal suatu ujung kolom sebesar y(t). berdasarkan

prinsip mekanika maka pada ujung-ujung kolom tersebut akan timbul momen lentur sebesar,

𝑀𝑐 =6𝐸𝐼2 .𝑦(𝑡) (2.5)

Dengan Mc adalah momen ujung kolom, E adalah modulus elastik bahan, I adalah momen

inersia potongan, h adalah panjang kolom dan y(t) adalah simpangan horisontal. Berdasarkan

persamaan 2.5) maka tampak bahwa semakin besar simpangan horisontal y(t) maka momen

lentur yang terjadi pada ujung-ujung kolom akan semakin besar. Oleh karena itu penyelesaian

persamaan 2.3) atau 2.4) yang terpenting adalah mencari simpangan horisontal y(t).

(11)

permasalahan yang lain misalnya pada permasalahan respon lapisan-lapisan tanah akibat

gempa.

Simpangan horisontal tingkat yang terjadi selanjutnya akan berpengaruh terhadap

momen balok. Semakin besar simpangan horisontal tingkat maka semakin besar momen pada

ujung kolom dan ujung balok. Pada desain bangunan yang memakai prinsip strong column

and weak beam, terjadinya simpangan tingkat yang melebihi batas tertentu akan

mengakibatkan terjadinya sendi plastik pada ujung-ujung balok. Hal seperti itu diperbolehkan

karena kolom masih cukup kuat menahan beban.

2.6.1. Persamaan Diferensial Pada Tiap Tipe Getaran

Secara umum gerakan massa suatu struktur dapat disebabkan baik oleh adanya

gangguan luar maupun adanya suatu nilai awal (initial conditions). Sebagai contoh, massa

yang berada diujung atas tiang bendera yang ditarik sedemikian rupa sehingga mempunyai

simpangan awal sebesar yo dan apabila gaya tarik tersebut dilepas maka tiang bendera akan

bergoyang/bergetar ke kanan dan ke kiri. Peristiwa gerakan massa akibat adanya simpangan

awal yo (dapat juga kecepatan awal) seperti itu biasa disebut dengan getaran bebas (free

vibration systems). Sebaliknya apabila goyangan suatu struktur disebabkan oleh gangguan

luar, maka peristiwa seperti itu biasanya disebut getaran dipaksa (forced vibration systems).

1. Persamaan diferensial pada getaran bebas

Pada tipe getaran ini, getaran bukan disebabkan oleh beban luar atau gerakan

tanah akibat gempa tetapi adanya nilai awal (initial conditions), misalnya

simpangan awal yo atau kecepatan awal yo. Pada tipe getaran ini maka yo, P(t)

= 0, maka persamaan diferensial untuk free vibration systems adalah :

(12)

Pada getaran bebas tanpa redaman ini, maka nilai c = 0, sehingga

persamaan diferensial gerakan massa akan menjadi,

𝑚.ӱ+𝑘.𝑦 = 0 (2.6)

b. Getaran bebas yang diredam (damped free vibrations)

Pada getaran bebas yang diredam, maka struktur yang bersangkutan

mempunyai sistim peredam energi, atau koefisien redaman (c) ≠ 0,

sehingga persamaan diferensialnya menjadi,

𝑚.ӱ+𝑐.+𝑘.𝑦 = 0 (2.7)

2. Persamaan diferensial pada getaran dipaksa

Getaran dipaksa adalah suatu getaran yang diakibatkan oleh adanya gaya luar

ataupun adanya getaran tanah akibat gempa. Dalam hal ini nilai P(t) ≠ 0.

Getaran dipaksa dapat dikategorikan dalam dua golongan yaitu :

a. Getaran dipaksa yang tidak diredam (undamped forced vibration).

Persamaan diferensial untuk getaran dipaksa yang tidak diredam adalah,

𝑚.ӱ+𝑘.𝑦 =𝑃(𝑡) (2.8)

b. Getaran dipaksa yang diredam (damped forced vibration)

Persamaan diferensial untuk jenis ini adalah,

𝑚.ӱ+𝑐.+𝑘.𝑦 =𝑃(𝑡) (2.9)

2.6.2. Periode Getar (T), Frekuensi Sudut (ω), dan Frekuensi Alami (f)

Pada kondisi getaran bebas tanpa redaman (undamped free vibration systems) maka

persamaan diferensial gerakannya adalah,

(13)

Persamaan 2.10) merupakan persamaan diferensial linear homogen dengan koefisien

konstan yang ditunjukkan oleh konstanta m dan k. disebut persamaan homogen karena suku

sebelah kanan sama dengan nol. Persamaan tersebut juga akan menghasilkan gerakan yang

periodik dan harmonik. Berdasarkan respon tersebut maka penyelesaian persamaan 2.10)

dinyatakan dalam bentuk,

𝑦=𝐴. sin (𝜔.𝑡) (2.11)

A merupakan suatu amplitude atau koefisien yang nilainya bergantung pada kondisi

awal (initial value). Dari persamaan tersebut dapat diperoleh,

= −𝜔.𝐴. cos (𝜔.𝑡) (2.12)

ӱ= −𝜔2.𝐴. sin (𝜔.𝑡) (2.13)

Persamaan 2.13) kemudian disubstitusi ke dalam persamaan 2.10) akan didapat,

{𝑘 − 𝜔2.𝑚}.𝐴. sin(𝜔.𝑡) = 0 (2.14)

Nilai A dan sin(𝜔𝑡) tidak selalu sama dengan nol, maka nilai yang sama dengan nol

adalah,

{𝑘 − 𝜔2.𝑚} = 0 (2.15)

Maka akan diperoleh,

𝜔=�𝑘

𝑚 (2.16)

𝑇=2𝜋

𝜔 (2.17)

𝑓=𝑇1 (2.18)

Dimana 𝜔 adalah frekuensi sudut (angular frequency) dalam rad/s, T adalah periode getar

struktur dalam sekon, dan f adalah natural frequency dalam cps (cycles per second) atau

(14)

2.7. Dinamik Karakteristik Struktur Bangunan

Pada persamaan diferensial struktur berderajat tunggal (SDOF) melibatkan tiga

properti utama suatu struktur yaitu, massa, kekakuan, dan redaman. Ketiga properti struktur

tersebut disebut dinamik karakteristik struktur. Properti-properti tersebut sangat penting

dalam penyelesaian analisa dinamik.

2.7.1. Massa

Terdapat dua pendekatan yang secara umum digunakan untuk mendeskripsikan massa

struktur yaitu :

1. Model Lumped Mass

Pada pemodelan ini, massa dianggap menggumpal pada tempat-tempat join atau

tempat-tempat tertentu. Dalam hal ini gerakan/degree of freedom suatu join sudah

ditentukan yaitu simpangan horisontal. Kondisi tersebut merupakan prinsip bangunan

geser (shear building). Titik nodal hanya akan mempunyai satu derajat

kebebasan/satu translasi yang menyebabkan elemen atau struktur yang bersangkutan

akan mempunyai matriks yang isinya hanya bagian diagonal saja. Pada bangunan

gedung bertingkat yang massanya terkonsentrasi pada tiap-tiap tingkat bangunan,

maka penggunaan model ini masih cukup akurat dan akan mempermudah proses

perhitungan.

2. Model Consistent Mass Matrix

Pada pemodelan ini, elemen struktur akan berdeformasi menurut bentuk fungsi (shape

function) tertentu. Pemodelan massa seperti ini akan sangat bermanfaat pada struktur

yang distribusi massanya adalah kontinu, seperti balok yang membentang cukup

(15)

derajat kebebasan (horisontal, vertikal, dan rotasi) pada setiap node, yang nantinya

akan menghasilkan full populated consistent matrix artinya suatu matriks yang

diagonal matriksnya tidak sama dengan nol. Melalui pendekatan finite element, maka

untuk setiap elemen balok lurus dan degree of freedom yang ditinjau akan

menghasilkan konsisten matriks yang sudah standar.

2.7.2. Kekakuan

Kekakuan adalah salah satu dinamik karakteristik struktur bangunan yang sangat

penting disamping massa bangunan. Antara massa dan kekakuan struktur akan mempunyai

hubungan yang unik yang umumnya disebut karakteristik diri atau eigenproblem. Hubungan

tersebut akan menentukan nilai frekuensi sudut, periode getar struktur. Pada prinsip bangunan

geser (shear building) balok pada lantai tingkat dianggap tetap horisontal baik sebeum

maupun sesudah terjadi penggoyangan. Adanya plat lantai yang menyatu secara kaku dengan

balok diharapkan dapat membantu kekakuan balok. Pada prinsip disain bangunan tahan

gempa dikehendaki agar kolom lebih kuat dibandingkan dengan balok, namun rasio tersebut

tidak selalu linear dengan kekakuannya. Dengan prinsip shear building maka dimungkinkan

pemakaian lumped mass model. Pada prinsip ini, kekakuan setiap kolom dapat dihitung

berdasarkan rumus standar.

(16)

Gambar 2.4 Kekakuan Kolom Jepit-jepit dan Jepit-sendi

Menurut prinsip mekanika, suatu kolom jepit-jepit panjang h dengan kekakuan lentur

(flextural rigidity) EI yang salah satu ujungnya mengalami perpindahan tempat sebesar y,

maka pada ujung-ujung elemen tersebut akan timbul momen sebesar,

𝑀1 =6𝐸𝐼2 𝑦 , dan 𝑀2 = 6𝐸𝐼2 𝑦 (2.19)

Karena elemen tersebut mempunyai potongan yang prismatik maka M1, akan sama

dengan M2. Adanya momen akan menimbulkan gaya geser yang bekerja pada masing-masing

join sebesar,

𝐻1 = 𝑀1+𝑀2 =�6𝐸𝐼3 +6𝐸𝐼3� 𝑦= 12𝐸𝐼3 𝑦 (2.20)

Pada hakikatnya gaya horisontal yang bekerja pada join atas P = H1 = H2, maka kekakuan

kolom dapat dihitung dengan,

𝐾=𝑃

𝑦 = 12𝐸𝐼 ℎ2

𝑦 𝑦 =

12𝐸𝐼

ℎ3 (2.21)

Persamaan 2.21) adalah kekakuan kolom prismatik jepit-jepit dengan mengabaikan efek

P-delta. Untuk kolom jepit-sendi maka kekakuannya dapat dicari dengan cara yang sama dan

dapat dihitung dengan,

𝐾=3𝐸𝐼

(17)

Gambar 2.5 Pegas Paralel dan Pegas Seri

Struktur yang umumnya didukung oleh beberapa kolom, kolom tersebut memiliki fungsi

utama menahan beban baik beban vertikal maupun beban horisontal. Kolom-kolom tersebut

akan memperkuat satu sama lain dalam hal menahan beban. Pemodelan kekakuan kolom

dimodelkan sebagai serangkaian pegas paralel yang bekerja secara bersama-sama.

Kolom-kolom/pegas-pegas tersebut akan berhubungan dengan massa secara bersamaan. Pegas yang

tersusun secara paralel menganut prinsip persamaan regangan artinya seluruh pegas memiliki

regangan yang sama, sehingga kekakuan total yang merupakan kekakuan ekivalen dihitung

dengan rumus,

𝐾𝑒𝑞= ∑𝑛𝑖=1𝐾𝑖 (2.23)

Dimana i = 1, 2, 3,…n adalah jumlah kolom, Ki adalah kekakuan kolom i menurut

persamaan 2.21) atau persamaan 2.22).

Pada rangkaian pegas seri, kondisinya sedikit berbeda. Pada rangkaian ini sebelum

bertemu dengan massa, maka pegas yang satu saling bertemu/berhubungan dengan pegas

lain. Oleh karena itu pegas-pegas tersebut tidak saling memperkuat sebagaimana rangkaian

paralel tetapi justru saling memperlemah. Pembebanan vertikal pada lapisan-lapisan tanah

(18)

pemodelan kekakuan tanah dengan pegas seri. Pada rangkaian tersebut perpendekan pegas

merupakan jumlah dari perpendekan masing-masing pegas dan menganut prinsip persamaan

tegangan/beban sepanjang pegas sehingga,

𝑦1 =𝐾𝑃1, 𝑦2 =𝐾𝑃2, 𝑦3 = 𝐾𝑃3 (2.24)

Dimana y adalah perpendekan yang dialami oleh masing-masing pegas.

Total perpendekan yang dialami pegas seri adalah jumlah dari perpendekan yang dialami

oleh masing-masing pegas sehingga,

Dengan demikian kekakuan ekivalen rangkaian pegas seri dapat dihitung dengan rumus,

1

Redaman merupakan peristiwa pelepasan energi (energy dissipation) oleh struktur

akibat adanya berbagai macam sebab. Beberapa penyebab itu diantaranya adalah pelepasan

energi oleh adanya gerakan antar molekul di dalam material, pelepasan energi oleh gesekan

alat penyambung maupun sistim dukungan, pelepasan energi akibat gesekan dengan udara

dan pada respon inelastik pelepasan energi juga terjadi akibat adanya rotasi sendi plastik.

Karena redaman berfungsi melepaskan energi maka hal tersebut akan mengurangi respon

struktur.

(19)

1. Damping Klasik (Classical Damping)

Apabila di dalam struktur memakai bahan yang sama bahannya akan mempunyai

rasio redaman (damping ratio) yang relatif kecil dan struktur damping dijepit

didasarnya maka sistim struktur tersebut mempunyai damping yang bersifat klasik

(classical damping). Damping dengan sistim ini akan memenuhi kaidah kondisi

ortogonal (orthogonal condition).

2. Damping Non-klasik (Non Classical Damping)

Damping dengan sistim in akan terbentuk pada suatu sistim struktur yang memakai

bahan yang berlainan yangmana bahan-bahan yang bersangkutan mempunyai rasio

redaman yang berbeda secara signifikan. Sebagai contohnya suatu struktur bangunan

yang bagian bawahnya dipakai struktur beton bertulang sedangkan bagian atasnya

memakai struktur baja. Antara keduanya mempunyai kemampuan disipasi energi yang

berbeda sehingga keduanya tidak bisa membangun redaman yang klasik. Adanya

interaksi antara tanah dengan struktur juga kan membentuk sistim redaman yang

non-klasik, karena tanah mempunyai redaman yang cukup besar misalnya antara 10 – 25

%, sedangkan struktur atasnya mempunyai rasio redaman yang relatif kecil, misalnya

4 – 7 %.

2.8. Persamaan Diferensial Gerakan Struktur MDOF

Secara umum struktur bangunan gedung tidaklah selalu dapat dinyatakan di dalam

suatu sistim yang mempunyai derajat kebebasan tunggal (SDOF). Struktur bangunan gedung

banyak yang mempunyai derajat kebebasan banyak (multi degree of freedom, MDOF). Pada

struktur bangunan gedung bertingkat banyak umumnya massa struktur dapat digumpalkan

(20)

Dengan anggapan berprilaku sebagai shear building maka struktur yang semula mempunyai

derajat kebebasan tidak terhingga akan menjadi struktur dengan derajat kebebasan terbatas.

2.8.1. Matriks Massa, Matriks Kekakuan, dan Matriks Redaman

Untuk menyatakan persamaan diferensial gerakan pada struktur dengan derajat

kebebasan banya maka dipakai anggapan dan pendekatan seperti pada struktur dengan derajat

kebebasan tunggal. Anggapan seperti prinsip shear building masih berlaku pada struktur

dengan derajat kebebasan banyak (MDOF). Untuk memperoleh persamaan diferensial

tersebut, maka tetap dipakai prinsip keseimbangan dinamik (dynamic equilibrium) pada suatu

massa yang ditinjau.

Gambar 2.6 Struktur 3-DOF, Model Matematik dan Free Body Diagram

Struktur bangunan gedung bertingkat 3 pada gambar tersebut akan mempunyai 3 derajat

kebebasan. Persamaan diferensial disusun berdasarkan atas goyangan struktur menurut first

mode atau mode pertama. Berdasarkan pada keseimbangan dinamik pada free body diagram

maka akan diperoleh,

𝑚1.ӱ1+𝑘1.𝑦1+𝑐1.1− 𝑘2(𝑦2− 𝑦1)− 𝑐2�ẏ21� − 𝐹1(𝑡) = 0 (2.27)

(21)

𝑚2.ӱ2 +𝑘2(𝑦2− 𝑦1) +𝑐2�21� − 𝑘3(𝑦3− 𝑦2)− 𝑐3�32� − 𝐹2(𝑡) = 0 (2.28)

𝑚3.ӱ3 +𝑘3(𝑦3− 𝑦2) +𝑐3(32)− 𝐹1(𝑡) = 0 (2.29)

Pada persamaan-persamaan tersebut tampak bahwa keseimbangan dinamik suatu

massa yang ditinjau dipengaruhi oleh kekakuan, redaman dan simpangan massa sebelum dan

sesudahnya. Persamaan dengan sifat-sifat seperti itu umumnya disebut coupled equation

karena persamaan-persamaan tersebut akan bergantungan satu sama lain. Penyelesaian

persamaan coupled harus dilakukan secara simultan artinya dengan melibatkan semua

persamaan yang ada. Pada struktur dengan derajat kebebasan banyak, persamaan diferensial

gerakannya merupakan persamaan yang dependent atau coupled antara satu dengan yang lain.

Dengan menyusun persamaan-persamaan tersebut menurut parameter yang sama

(percepatan, kecepatan, dan simangan) selanjutnya akan diperoleh,

𝑚1.ӱ1+ (𝑐1+𝑐2)1− 𝑐2.2+ (𝑘1 +𝑘2)𝑦1− 𝑘2.𝑦2 =𝐹1(𝑡) (2.30)

𝑚2.ӱ2− 𝑐2.1+ (𝑐2+𝑐3)2− 𝑐3.3− 𝑘2.𝑦1+ (𝑘2+𝑘3)𝑦2− 𝑘3.𝑦3 =𝐹2(𝑡) (2.31)

𝑚3.ӱ3 − 𝑐3.2+𝑐3.3− 𝑘3.𝑦2+𝑘3.𝑦3 =𝐹3(𝑡) (2.32)

Persamaan-persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut,

�𝑚1

(22)

[𝑚]{ӱ} + [𝑐]{} + [𝑘]{𝑦} = {𝐹(𝑡)} (2.34)

Dimana [m], [c] dan [k] berturut-turut adalah matriks massa, matriks redaman, dan matriks

kekakuan yang dapat ditulis menjadi,

[𝑚] =�

Sedangkan {ӱ}, { ẏ}, {y} dan {F(t)} masing-masing adalah vektor percepatan, vektor

kecepatan, vektor simpangan, dan vektor beban atau,

{ӱ} = �

2.9. Getaran Bebas Pada Struktur MDOF 2.9.1. Nilai Karakteristik

Pada kenyataannya getaran bebas (free vibration system) jarang terjadi pada struktur

MDOF, tetapi dengan menganalisis jenis getaran ini akan diperoleh suatu

besaran/karakteristik dari struktur yang akan berguna berupa frekuensi sudut (ω), periode

getar (T), frekuensi alami (f) dan normal modes.

Pada getaran bebas di struktur yang mempunyai derajat kebebasan banyak (MDOF),

maka matriks persamaan diferensial gerakannya adalah,

(23)

Pada struktur dengan redaman, frekuensi sudut yang dihasilkan hampir sama dengan

frekuensi sudut pada struktur yang dianggap tanpa redaman. Hal ini akaan diperoleh apabila

nilai rasio redaman relatif kecil. Apabila prinsip ini digunakan untuk struktur dengan derajat

kebebasan banyak, maka nilai C = 0, persamaan 2.37) akan menjadi,

[𝑚]{ӱ} + [𝑘]{𝑦} = 0 (2.38)

Karena persamaan 2.38) adalah persamaan diferensial pada struktur MDOF yang

dianggap tidak mempunyai redaman, maka penyelesaian persamaan diferensial tersebut

diharapkan dalam fungsi harmonik menurut bentuk,

𝑦= {∅}𝑖 sin (𝜔𝑡)

=−𝜔 {∅}𝑖cos (𝜔𝑡)

ӱ=−𝜔2 {∅}𝑖sin (𝜔𝑡) (2.39)

dimana, {Ø}i adalah suatu ordinat massa pada mode yang ke-i. persamaan 2.39)

disubstitusikan ke dalam persamaan 2.38) maka akan diperoleh,

−𝜔2[𝑚]{}

𝑖sin(𝜔𝑡) + [𝑘]{∅}𝑖 sin(𝜔𝑡) = 0 (2.40)

{[𝑘]− 𝜔2[𝑚]}{∅}𝑖 = 0 (2.41)

Persamaan 2.41) merupakan persamaan yang sangat penting dan biasa disebut persamaan

eigenproblem atau karakteristik problem atau eigenvalue problem. Persamaan 2.41) tersebut

adalah persamaan simultan yang harus dicari penyelesaiannya. Salah satu cara yang dapat

dipakai adalah dengan memakai dalil Cramer (1704-1752). Gabriel Cramer adalah salah satu

(24)

simultan yang homogen akan ada nilainya apabila determinan dari matriks yang merupakan

koefisien dari vektor {Ø}i adalah nol, sehingga,

�[𝑘]− 𝜔2[𝑚]�= 0 (2.42)

Jumlah mode pada struktur dengan derajat kebebasan banyak biasanya dapat dihubungkan

dengan jumlah massa. Mode adalah jenis/pola/ragam getaran/goyangan suatu struktur

bangunan. Mode merupakan fungsi dari properti dinamik struktur yang bersangkutan (dalam

hal ini hanya massa dan kekakuan) dan bebas dari pengaruh waktu dan frekuensi getaran.

Dengan adanya hubungan antara jumlah mode dengan jumlah massa struktur, maka bangunan

yang mempunyai 5-tingkat akan mempunyai 5 derajat kebebasan dan akan mempunyai 5

jenis “mode” gerakan dan akan mempunyai 5 nilai frekuensi sudut yang berhubungan

langsung dengan jenis/nomor modenya. Apabila jumlah derajat kebebasan adalah n, maka

persamaan 2.42) akan menghasilkan suatu polinomial pangkat n yang selanjutnya akan

menghasilkan 𝜔𝑖2 untuk i = 1, 2, 3, …n. selanjutnya substitusi masing-masing frekuensi ωi ke

(25)

2.9.2. Frekuensi Sudut (ω) dan Normal Modes

Pada struktur yang mempunyai derajat kebebasan banyak (MDOF) dalam

menghitung frekuensi sudut, diambil suatu anggapan bahwa struktur tersebut dianggap tidak

mempunyai redaman atau C = 0. Dalam menghitung dan menggambarkan normal modes,

maka diambil suatu model struktur seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.7 Bangunan 2-DOF dan Model Matematik

Setiap struktur yang dibebani dengan beban dinamik akan mengalami goyangan, untuk

struktur derajat kebebasan banyak, maka struktur yang bersangkutan akan mempunyai

banyak ragam/pola goyangan. Normal modes adalah suatu istilah yang dipakai pada problem

dinamika struktur, yang diterjemahkan sebagai ragam/pola goyangan.

Suatu persamaan diferensial gerakan dapat diperoleh dengan memperhatikan free

body diagram pada gambar 2.9 dan diperoleh,

𝑚1.ӱ1+𝑘1.𝑦1 − 𝑘2(𝑦2− 𝑦1) = 0

𝑚2.ӱ2 +𝑘2(𝑦2− 𝑦1) = 0 (2.43)

Persamaan 2.43) dapat ditulis dalam bentuk yang sederhana yaitu, a) Struktur dengan 2 DOF c) Free body diagram

(26)

𝑚1.ӱ1+ (𝑘1 +𝑘2)𝑦1− 𝑘2.𝑦2 = 0

𝑚2.𝑦2− 𝑘2.𝑦1 +𝑘2.𝑦2 = 0 (2.44)

Persamaan 2.44) dapat ditulis ke dalam bentuk matriks yaitu,

�𝑚01 𝑚0

Selanjutnya persamaan eigenproblem pada persamaan 2.45) adalah,

�(𝑘1+𝑘2)− 𝜔2.𝑚1 −𝑘2

Dengan Øi adalah suatu nilai/ordinat yang berhubungan dengan massa ke-i pada ragam/pola

goyangan massa ke-i. persamaan 2.46) akan mempunyai penyelesaian apabila dipenuhi nilai

determinan,

�(𝑘1+𝑘2)− 𝜔2.𝑚1 −𝑘2

−𝑘2 𝑘2− 𝜔2.𝑚2�= 0

(2.47)

Apabila persamaan 2.47) tersebut diteruskan maka nilai determinannya adalah,

𝑚1.𝑚2.𝜔4−{(𝑘1+𝑘2)𝑚2− 𝑘2.𝑚1}𝜔2+ (𝑘1+𝑘2)𝑘2− 𝑘22 = 0 (2.48)

Agar pembahasan tersebut memiliki nilai, maka perlu diberikan nilai m1, m2, k1, dan

k2. Misalnya nilai-nilai tersebut diberikan (menurut unitnya masing-masing) m1 = 2, m2 = 1,

k1 = k2 = 1, maka diperoleh,

2𝜔4−4𝜔2+ 1 = 0 (2.49)

Nilai yang akan dicari adalah nilai-nilai percepatan sudut ω. Dengan memakai rumus

(27)

𝜔1;22 =

4 ±√16−8

4 =

4 ± 2,8284 4

�𝜔𝜔12�=�0,5412

1,3065� 𝑟𝑎𝑑/𝑑𝑒𝑡2 (2.50)

Persamaan 2.50) umumnya disebut eigenvalue dari eigenproblem persamaan 2.42).

Berdasarkan pada persamaan 2.50), maka dapat dimengerti bahwa struktur yang mempunyai

dua tingkat atau struktur degan 2-derajat kebebasan akan mempunyai 2 nilai frekuensi sudut.

Frekuensi sudut ω1 adalah frekuensi sudut untuk mode ke-1 atau untuk pola/ragam goyangan

ke-1, sedangkan ω2 adalah frekuensi sudut untuk mode ke-2.

Substitusi nilai ω1 ke dalam persamaan 2.46), misalnya substitusi baris pertama

persamaan tersebut (dengan catatan bahwa Ø1 menjadi Ø11 dan Ø2 menjadi Ø21) maka akan

diperoleh,

𝜔1 = 0,5412𝑟𝑎𝑑𝑑𝑒𝑡 →{(+1)−0,54122}∅11−1.∅21 = 0

1,4144 ∅11= ∅21 maka ∅21

∅11= 1,4144 (2.51)

Secara umum nilai-nilai penyelesaian persamaan simultan homogen tidak akan

memberikan suatu nilai yang pasti/tetap tetapi nilai-nilai tersebut hanya akan sebanding

antara satu dengan yang lain (persamaan 2.51). dengan memperhatikan sifat tersebut maka

umumnya diambil nilai Ø11=1, maka akan diperoleh,

{∅}11 = 1 , maka {∅}21 = 1,4144 (2.52)

Nilai/koordinat yang berhubungan dengan suatu massa pada setiap pola goyangan

(28)

∅𝑖𝑗 (2.53)

Dimana indeks i menunjukkan massa dan indeks j menunjukkan nomor ragam/pola

goyangan. Dengan demikian Øij adalah suatu koordinat yang berhubungan dengan massa ke-i

pada ragam/pola goyangan ke-j.

Nilai-nilai koordinat yang berhubungan dengan massa struktur untuk pola goyangan

ke-1 seperti persamaan 2.53) dapat ditulis menjadi,

{∅}1 = �1,0000

1,4144� (2.54)

Persamaan 2.54) umumnya disebut sebagai eigenvector untuk ragam/pola goyangan

atau mode shape untuk mode ke-1. Nilai-nilai koordinat untuk ragam/pola goyangan ke-2

dapat diperoleh dengan substitusi nilai ω2 ke dalam persamaan 2.47), misalnya

disubstitusikan pada baris pertama persamaan tersbut (dengan catatan Ø1 menjadi Ø12 dan Ø2

menjadi Ø22) maka akan diperoleh,

𝜔2 = 1,3065𝑟𝑎𝑑𝑑𝑒𝑡 ,→ {(1 + 1)−1,30652. 2}∅12−1.∅22 = 0

−1,4142 ∅12=∅22

∅22

∅12=−1,4142 (2.55)

Apabila ∅12 = 1 , maka ∅22= −1,4142

Sesuai dengan persamaan 2.54), maka nilai-nilai koordinat yang berhubungan dengan

massa struktur untuk ragam/pola goyangan/mode ke-2 dapat ditulis menjadi,

{∅}2 =� 1,0000

(29)

Sesuai dengan persamaan 2.54) maka persamaan 2.56) juga disebut dengan

eigenvector untuk ragam/pola goyangan mode ke-2. Dengan mengingat persamaan 2.50),

persamaan 2.54) dan persamaan 2.56) maka dapat dipahami bahwa struktur dengan n-derajat

kebebasan akan mempunyai n-frekuensi sudut dan n-modes.

Antara persamaan 2.54) dan persamaan 2.56) dapat ditulis menjadi suatu matriks yang

umumnya disebut modal matrix yaitu,

[𝛷] =�1,0000 1,0000

1,4144 −1,4142� (2.57)

Dengan diperolehnya nilai-nilai frekuensi sudut untuk tiap-tiap mode seperti pada

persamaan 2.50), maka akan diperoleh juga nilai periode getar T tiap-tiap mode yaitu,

𝑇1 =2𝜋𝜔1 dan 𝑇2 = 𝜔2𝜋2 (2.58)

Nilai T1 umumnya disebut periode getar dasar atau undamped fundamental period of

vibrations. Selanjutnya nilai periode getar akan berpengaruh terhadap koefisien gempa dasar

C seperti yang tercantum pada spektrum respon. Nilai ordinat mode shape pada tiap-tiap

massa untuk semua ragam/pola goyangan digambar seperti berikut,

(30)

Gambar 2.8 Normal Modes

Nilai-nilai ordinat mode shapes pada gambar 2.10) tidak tergantung pada beban luar,

melainkan hanya tergantung pada properti fisik struktur, misalnya massa mi dan kekakuan ki.

Struktur dianggap tidak mempunyai redaman sehingga periode getar yang dicari adalah

merupakan undamped free vibration periods. Nilai-nilai mode shapes tidak dipengaruhi oleh

waktu, artinya nilai-nilai tersebut akan tetap jika nilai-nilai massa dan kekakuan tidak

berubah. Karena nilai kekauan ki tidak berubah-ubah maka mode shapes merupakan nilai

untuk struktur yang bersifat elastik, atau hanya struktur yang elastiklah yang mempunyai nilai

mode shapes. Nilai mode shapes juga tidak dipengaruhi oleh frekuensi beban. Dengan

demikian menurut Widodo (2001), dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai mode shapes adalah :

1. Bebas dari pengaruh redaman,

2. Bebas dari pengaruh waktu

3. Bebas dari pengaruh frekuensi beban

Gambar

Gambar 2.2. Pemodelan Struktur SDOF
Gambar 2.3. Momen Kolom akibat Simpangan y(t)
Gambar 2.5 Pegas Paralel dan Pegas Seri
Gambar 2.6 Struktur 3-DOF, Model Matematik dan Free Body Diagram
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penyuluh merupakan petugas fungsional yang harus permanen, agar mampu memberikan hasil yang optimal dalam mencerdaskan kehidupan petani dan masyarakat pertanian pada

Abstrak – Proses bisnis pada Sekolah Tinggi Teknologi Garut sudah dilengkapi dengan berbagai sistem informasi untuk menunjang kinerja, baik pembelajaran maupun

Berdasarkan data dari hasil uji kualitatif pemanis yang terdapat dalam es lilin tidak berlabel dan tidak bermerk yang dijual di kecamatan Klojen kabupaten Malang, maka diketahui

Psikografi : Anak – anak yang senang bermain video game, mempunyai sikap terbuka dengan hal baru, menyukai tantangan, tidak takut untuk mencoba, berorientasi pada pembelajaran

Perencanaan pembangunan wilayah dalam hubungannya dengan suatu daerah sebagai wilayah pembangunan, merupakan suatu proses perencanaan pembangunan yang bertujuan melakukan

Beberapa artikel berikut dan sebelumnya adalah tips dan ide-ide yang saya rangkum dari berbagai sumber buku-buku self-help, para motivator, dan pengalaman saya sendiri, yang

Tujuan penelitian ini adalah menguji apakah perubahan laba bersih, perubahan piutang, perubahan hutang dan perubahan arus kas merupakan prediktor keuntungan investasi (laba per

Prospective teachers as one of the most important elements that will be responsible to teaching biology with good and right, need to be equipped with a