Yogyakarta, 7—9 November 2013
SEMINAR (DISKUSI) ILMIAH
Yogyakarta, 7—9 November 2013
SEMINAR (DISKUSI) ILMIAH
KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN
BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (BPPKI) YOGYAKARTA
PROSIDING
SEMINAR(DISKUSI) ILMIAH KEBAHASAANDANKESASTRAAN
TIM PENYUNTING Pelindung:
Prof. Dr. Mashun, M.S.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pengarah: Drs. Muhajir, M.A.
Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Penanggung Jawab: Drs. Tirto Suwondo, M.Hum.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Ketua:
Dra. Sri Nardiati, M.Pd.
Editor:
Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, M.A. Dr. Aprinus Salam, M.Hum.
Dra. Sri Nardiati, M.Pd. Drs. Dhanu Priyo Prabowo, M.Hum.
Dra. Herawati
Wening Handri Purnami, S.Pd., M.P.d.
Sekretaris: Rijanto, S.Pd. Achmad Abidan H.A., S.Pd.
Susam Tri Yuli Haryati Edy Wastana
Warseno
Diterbitkan oleh: Balai Bahasa
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
ISBN: 978-602-777-776-7
Alamat Sekretariat:
Dewasa ini penelitian atau kajian interdisipliner sangat diperlukan meng-ingat secara aksiologis beragam ilmu berkembang secara bersama, berdam-pingan, bahkan saling berhadapan, saling melawan (resistensif), sehingga di satu pihak tampak bertabrakan, tumpang tindih, di pihak lain saling mem-bangun dan mengukuhkan. Demikian pula eksistensi disiplin ilmu bahasa dan sastra. Sebagai disiplin ilmu kemanusiaan (humaniora), bahasa dan sastra tidak mungkin bekerja sendiri dalam menghadapi beragam fenomena dan permasalahan yang terjadi, tetapi harus bersinergi dengan berbagai disiplin lain. Sinergi demikian diharapkan dapat memberikan jalan masuk ke ruang yang terang dalam rangka mengatasi sekaligus mengelola permasalahan secara benar demi kemaslahatan hidup umat manusia.
Berkenaan dengan hal itu, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menyambut baik kegiatan seminar ilmiah yang mempertemukan para peneliti dari berbagai disiplin ilmu (bahasa, sastra, pendidikan, agama, sejarah, antropologi, komunikasi, dan informatika) yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi DIY bekerja sama dengan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Balai Pengkajian Pengembangan Komu-nikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta pada tanggal 7—9 November 2013 di Hotel Gowongan Inn, Yogyakarta. Dari seminar ilmiah yang diikuti oleh para peneliti dari tiga kementerian ini, yakni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Badan/Balai/Kantor Bahasa, Fakultas Ilmu Budaya UGM, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, FKIP Universitas Ahmad Dahlan, Balai Pelestarian Nilai Sejarah dan Budaya), Kementerian Agama (Jurusan Sastra Arab UIN), dan Kementerian Komunikasi dan Informasi (BPPKI), diha-rapkan muncul temuan-temuan baru yang tidak hanya bermanfaat bagi disiplin ilmu masing-masing, tetapi juga bagi disiplin ilmu lain (interdisipliner).
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Balai Bahasa Provinsi DIY, Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Kepala BPPKI Yogyakarta yang telah menjalin kerja sama untuk memperte-mukan dan memperkenalkan para peneliti dari lingkungan masing-masing.
KATA PENGANTAR
Demikian juga, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada tim ahli, para pemakalah, peserta, dan seluruh pengelola yang telah berperan aktif dalam seminar tersebut. Karya-karya ilmiah yang kemudian dibukukan dalam pro-siding ini diharapkan menjadi inspirasi bagi munculnya berbagai wawasan dan temuan baru yang berguna bagi perkembangan ilmu di masa depan.
Jakarta, Desember 2013
Prof. Dr. Mahsun, M.S.
Kegiatan seminar (diskusi) ilmiah kebahasaan dan kesastraan yang dilaksanakan pada 7—9 November 2013 di hotel Gowongan Inn, Yogyakarta ini merupakan kegiatan seminar kedua yang diselenggarakan oleh Balai Bahasa Provinsi DIY. Kegiatan kedua ini tidak hanya melibatkan para peneliti di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan seperti pada kegiatan pertama (2012), tetapi juga melibatkan para peneliti di kementerian lain, yakni Kementerian Agama dan Kementerian Komunikasi dan Informasi. Secara keseluruhan, kegiatan seminar (diskusi) ilmiah kedua ini diikuti oleh para peneliti Badan Bahasa, Balai Bahasa (DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Selatan), Kantor Bahasa (Banten, Kalimantan Timur), Universitas Gadjah Mada, Universitas Sanata Dharma, Universitas Ahmad Dahlan, UIN Sunan Kalijaga, Balai Pelestarian Nilai Sejarah dan Budaya, Balai Pengkajian Pengembangan Komunikasi dan Informatika, dan Sekolah Tinggi Teknik Kedirgantaraan Yogyakarta.
Kegiatan seminar yang melibatkan para peneliti dari berbagai disiplin ilmu (bahasa, sastra, budaya, agama, pendidikan, sejarah, informasi, dan komu-nikasi) ini tidak hanya bertujuan menyediakan forum diskusi demi pengem-bangan karier semata, tetapi yang lebih utama ialah mencoba mempertemukan berbagai disiplin ilmu sehingga kelak diperoleh wawasan baru sebagai realisasi kolaborasi antardisiplin ilmu tersebut. Hal demikian dilandasi oleh pertim-bangan bahwa di era pascamodern ini bidang ilmu tertentu telah dipandang tidak lagi mampu mengatasi berbagai permasalahan kehidupan secara sendiri. Berbagai-bagai disiplin ilmu harus bekerja sama dan saling melengkapi sehingga diharapkan akan ditemukan pola atau tesis-tesis baru dalam rangka memecahkan beragam fenomena yang semakin kompleks. Untuk itu, kegiatan semacam ini perlu dilakukan secara lebih serius dan berkesinambungan.
Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu UPT Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang secara khusus bergerak di bidang kebahasaan dan kesastraan merasa perlu bahwa ilmu bahasa dan sastra harus berkolaborasi dengan ilmu lain. Oleh karena itu, pada masa yang
KATA PENGANTAR
akan datang diharapkan tidak hanya terwujud kerja sama seperti yang dilakukan pada pertemuan ilmiah kali ini, tetapi juga dapat merangkul dan bekerja sama dengan berbagai disiplin ilmu lain yang lebih luas. Tentu saja, untuk merealisasikan tujuan tersebut, harus ada dukungan dari semua pihak. Akhirnya, kami atas nama Balai Bahasa Provinsi DIY mengucapkan terima kasih kepada tim ahli sebagai penilai, seluruh pemakalah, peserta, dan seluruh pengelola yang telah terlibat dalam seminar dan penerbitan prosiding ini. Secara khusus, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ketua Jurusan Sastra Arab dan Dekan Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN dan Kepala Balai Pengkajian Pengembangan Komunikasi dan Informatika Yogyakarta yang telah bersedia bekerja sama dengan kami. Mudah-mudahan hasil kerja sama ini tidak hanya bermanfaat bagi para peneliti, tetapi juga bagi perkem-bangan ilmu demi kesejahteraan umat manusia.
Yogyakarta, November 2013
KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PENGEMBANGAN
DAN PEMBINAAN BAHASA ... v
KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA PROVINSI DIY ... vii
DAFTAR ISI ... ix
JADWAL KEGIATAN ... xiii
BAHASA
ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI WACANA IKLAN OPERATOR SELULER TELKOMSEL DI SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT Aji Prasetyo ... 3KATA MAJEMUK DENGAN UNSUR UNIK BERMAKNA AFEKTIF DALAM BAHASA JAWA Edi Suwatno ... 17
LEKSIKON BERBAHASA ASING DALAM MEDIA CETAK PADA MASA PENJAJAHAN JEPANG Hari Sulastri ... 31
WACANA RITUAL HARI LAHIR DALAM MASYARAKAT BALI KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGI I Gde Wayan Soken Bandana ... 49
PEMAKAIAN DISFEMISME DALAM SURAT KABAR DI YOGYAKARTA Tarti Khusnul Khotimah ... 69
KETIDAKSESUAIAN PRINSIP KUALITAS DALAM KOMUNIKASI: KAJIAN TERHADAP STILISTIKA ALQURAN Mardjoko Idris ... 87
PEPINDHAN BAGIAN TUBUH MANUSIA Nur Ramadhoni Setyaningsih ... 107
KARENA BANYAK MENUNTUT, NYAWA PUN TERCABUT:
KAJIAN REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM BERITA TENTANG PEMBUNUHAN HOLLY DI MEDIA ONLINE
Nur Zaini ... 123
MEDAN LEKSIKAL NOMINA BERKONSEP “TEMPAT” YANG TERBUAT DARI TANAH LIAT DALAM BAHASA JAWA
Nuryantini ... 139
MAKIAN DALAM BERITA GOSIP OMG
Riani ... 153
PELANGGARAN MAKSIM KESANTUNAN PADA TUTURAN MENOLAK: SUPIR ANGKUTAN UMUM JURUSAN MARTAPURA ANALISIS SOSIOPRAGMATIK
Rissari Yayuk ... 169
PENGGUNAAN MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SD
MUHAMMADIYAH SANGONAN 3 GODEAN
Roni Sulistiyono, S.Pd.,M.Pd. ... 189
POLA URUTAN (WORD ORDER) STRUKTUR BEKU (FREEZES) DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JAWA
Siti Jamzaroh ... 201
PEMEROLEHAN BAHASA YANG MENYATAKAN NEGASI PADA ANAK BERORANG TUA TUNA WICARA
(Studi Kasus pada Yusron)
Sigit Arba’i, S.Pd. ... 213
UNSUR-UNSUR DAN METODE PENGEMBANGAN PARAGRAF DESKRIPSI DALAM BAHASA JAWA
Sri Nardiati ... 229
SIKAP SISWA SMP DI EKSKARESIDENAN SEMARANG TERHADAP BAHASA JAWA
Suryo Handono ... 247
KETERBACAAN SOAL UJIAN NASIONAL BAHASA INDONESIA TAHUN 2011 TINGKAT SD/MI
PENANDA IMPERATIF WACANA KHOTBAH JUMAT DALAM BAHASA JAWA
Wening Handri Purnami ... 277
SAPAAN GELAR KEBANGSAWANAN DALAM MASYARAKAT KUTAI
Wenni Rusbiyantoro ... 289
KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH MAHASISWA: KASUS PEMBENTUKAN DAN PEMILIHAN KATA
Widada HS. ... 303
TINDAK TUTUR PADA TUTURAN KAIN RENTANG PASCAGEMPA DI YOGYAKARTA
Wiwin Erni Siti Nurlina ... 317
KATA SAPAAN KARENA IKATAN PERNIKAHAN SEBAGAI IDENTITAS RUKUT SITELU DALAM KERJA ADAT KALAK KARO
Yune Andryani Pinem ... 333
SASTRA
NASJAH DJAMIN DAN EKSISTENSIALISME DALAM CERITA PENDEK ZIARAH
Ahmad Zamzuri ... 351
KONSTRUKSI REALITAS POLITIK DINASTI DALAM MEDIA MASSA ANALISIS FRAMING ISU POLITIK DINASTI GUBERNUR BANTEN RATU ATUT CHOSIYAH PADA HARIAN KOMPAS DAN KORAN TEMPO
Budiyono ... 361
KEARIFAN LOKAL DALAM NOVEL DI ANTARA DUA CINTA:
SEBUAH UPAYA PEMERTAHANAN ADAT DAN HUKUM ADAT SUKU DAYAK DARI PENDATANG (LUAR)
Derri Ris Riana ... 383
PESAN MORAL DALAM CERITA RAKYAT KALIMANTAN TIMUR
Dwi Hariyanto ... 395
NALURI KEMATIAN DALAM CERPEN-CERPEN DI KALTIM POST DAN TRIBUN KALTIM DI KALIMANTAN TIMUR
MEMAKNAI DIALOG-DIALOG KESURUPAN DALAM CERPEN “SANDIWARA HANG TUANG” KARYA TAUFIK IKRAM JAMIL
Mustari ... 417
MEMBACA PUISI AL-MUTANABBI (PERSPEKTIF ILMU ‘ARUDL)
Nurain ... 433
PENGAYOM SASTRA WAYANG DALAM KORAN DAN MAJALAH DI YOGYAKARTA
Prapti Rahayu ... 447
PERPESENTASI REALITAS SOSIAL DALAM LAKON DOM KARYA BAMBANG WIDOYO SP KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA
V. Risti Ratnawati ... 459
NILAI-NILAI BUDAYA DALAM KUMPULAN CERITA RAKYAT YOGYAKARTA
Siti Ajar Ismiyati ... 467
KRITIK SASTRA DI MAJALAH DJAYA BAJA PERIODE 1945—1965
Sri Haryatmo ... 485
MAKNA DALAM TEMBANG DOLANAN DAN APLIKASINYA DALAM MASYARAKAT MODERN
Sutiyem ... 499
SIKAP “MENANG TANPA NGASORAKE”, SEBUAH TINJAUAN PSIKOLOGIS TERHADAP NOVEL BERBAHASA JAWA
DOKTER WULANDARI
Yohanes Adhi Satiyoko ... 517
KECERDASAN EMOSIONAL ORANG BANJAR DALAM PANTUN BANJAR
Yuliati Puspita Sari ... 533
PERIBAHASA BERBAHASA JAWA YANG MENYATAKAN MAKNA KESIA-SIAAN
Nanik Sumarsih ... 547
PERSEPSI SISWA SMA/MA/SMK DI SAMARINDA TERHADAP UJIAN NASIONAL (UN) BAHASA INDONESIA TAHUN 2011
Nurul Masfufah ... 559
xiii
JADWAL KEGIATAN DISEMINASI (DISKUSI ILMIAH) KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
7—9 NOVEMBER 2013 DI GOWONGAN INN YOGYAKARTA (BAHASA)
NO. HARI,
TANGGAL WAKTU ACARA PEMAKALAH MODERATOR NOTULIS
1. Kamis, 7 Nov. 2013
13.00—17.00 Daftar Masuk Hotel
17.00—18.00 Daftar Ulang
18.00—19.00 Makan Malam
19.00—19.30 Pembukaan 19.30—19.45 Pembagian Kelas
19.45—20.00 Sesi 1 1. Dra. Sri Nardiati, M.Pd. Wening Handri P., S.Pd. Sigit Arba’i, S.Pd. 20.00—20.15 2. Riani, S.Pd., M.A.
20.15—20.30 3. Siti Jamzaroh, S.S., M.Hum. 20.30—20.45 4. Dra. Tri Saptarini dan Sariah
20.45—21.30 Diskusi dan Ulasan
21.30—22.00 Istirahat 2. Jumat,
8 Nov. 2013
07.00—07.30 Daftar Ulang
07.30—07.45 Sesi 2 1. Drs. Nur Zaini, M.A. Tarti Khusnul Khotimah, S.S. Aji Prasetyo, S.S. 07.45—08.00 2. Wening Handri Purnami, S.Pd.
08.00—08.15 3. I Gde Wayan Soken, M.Hum.
08.15—09.00 Diskusi dan Ulasan
09.00—09.15 Istirahat
09.15—09.30 Sesi 3 1. Dr. H. Marjoko Idris, M.Ag. Edi Setiyanto, M.Hum. Nuryantini, S.Pd. 09.30—09.45 2. Sigit Arba’i, S.Pd.
09.45—10.00 3. Drs. Suryo Handono, M.Pd.
10.00—10.45 Diskusi dan Ulasan
10.45—13.00 Istirahat, Makan Siang
13.00—13.15 Sesi 4 1. Nuryantini, S.Pd. Sigit Arba’i, S.Pd. Riani, S.Pd., M.A. 13.15—13.30 2. Yune Andryani Pinem, S.S., M.A.
13.30—14.30 Diskusi dan Ulasan 14.30—14.45 Istirahat
14.45—15.00 Sesi 5 1. Drs. Edi Suwatno Aji Prasetyo Dra. Titik Indiyastini 15.00—15.15 2. Nur Ramadhoni Setyaningsih, S.Pd.
15.15—15.30 3. Wiwin Erni Siti Nurlina, M.Hum.
15.30—16.15 Diskusi dan Ulasan
16.15—16.30 Istirahat
16.30—16.45 Sesi 6 1. Drs. Edi Setiyanto, M.Hum. Riani, S.Pd., M.A. Wening Handri P., S.Pd. 16.45—17.00 2. Dra. Hari Sulastri, M.Pd.
17.00—17.15 3. Wenni Rusbiyantoro, M.Hum.
17.15—18.00 Diskusi dan Ulasan
xiv
NO. HARI,
TANGGAL WAKTU ACARA PEMAKALAH MODERATOR NOTULIS
19.00—19.15 Sesi 7 1. Dr. Restu Sukesti, M.Hum. I Gde Wayan Soken Bandana Nuryantini, S.Pd. 19.15—19.30 2. Aji Prasetyo, S.S.
19.30—19.45 3. Darmanto, S.Pd., M.PA.
19.45—20.30 Diskusi dan Ulasan
20.30—20.45 Istirahat
20.45—21.00 Sesi 8 1. Drs. Widada, M.Hum. Drs. Suryo Handono, M.Pd. Drs. Edi Suwatno 21.00—21.15 2. Tarti Khusnul Khotimah, S.S.
21.15—21.30 3. Dra. Titik Indiyastini
21.30—22.15 Diskusi dan Ulasan
22.15—22.30 Istirahat 3. Sabtu,
9 Nov. 2013
07.00—08.00 Daftar Ulang
08.00—08.15 Sesi 9 1. Rissari Yayuk, M.Pd. Tarti Khusnul Khotimah, S.S. Dra. Titik Indiyastini 08.15—08.30 2. Roni Sulistiyono, M.Pd.
08.5—09.30 Diskusi dan Ulasan
09.30—11.00 Sambung Rasa antara Peserta Diskusi dan Kepala Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 11.00—11.30 Penutupan
xv
JADWAL KEGIATAN DISEMINASI (DISKUSI ILMIAH) KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN BALAI BAHASA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
7—9 NOVEMBER 2013 DI GOWONGAN INN YOGYAKARTA (SASTRA)
NO. HARI,
TANGGAL WAKTU ACARA PEMAKALAH MODERATOR NOTULIS
1. Kamis, 7 Nov. 2013
13.00—17.00 Daftar Masuk Hotel
17.00—18.00 Daftar Ulang
18.00—19.00 Makan Malam
19.00—19.30 Pembukaan 19.30—19.45 Pembagian Kelas
19.45—20.00 Sesi 1 1. Dhanu Priyo Prabowa, M.Hum. Drs. Herry Mardianto Sutiyem, S.Pd. 20.00—20.15 2. Nur Seha, S.Ag.
20.15—20.30 3. Siti Ajar Ismiyati, S.Pd., M.A.
20.30—21.30 Diskusi dan Ulasan
21.30—22.00 Istirahat 2. Jumat,
8 Nov. 2013
07.00—07.30 Daftar Ulang
07.30—07.45 Sesi 2 1. Nanik Sumarsih, S.Pd., M.A. Y. Adhi Satiyoko, S.S., M.A. Ahmad Abidan H., S.Pd. 07.45—08.00 2. Dra. Prapti Rahayu
08.00—08.15 3. Nurul Masfufah, M.Pd.
08.15—09.00 Diskusi dan Ulasan
09.00—09.15 Istirahat
09.15—09.30 Sesi 3 1. Drs. Herry Mardianto Ahmad Zamzuri, S.Pd. Dra. Prapti Rahayu 09.30—09.45 2. Sutiyem, S.Pd.
09.45—10.00 3. Drs. Mustari, M.Hum.
10.00—10.45 Diskusi dan Ulasan
10.45—13.00 Istirahat, Makan Siang
13.00—13.15 Sesi 4 1. Budiyono Dhanu Priyo Prabowa, M.Hum. Drs. Sri Haryatmo, M.Hum. 13.15—13.30 2. Dwi Haryanto
13.30—13.45 3. Ahmad Zamzuri, S.Pd. 13.45—14.30 Diskusi dan Ulasan
14.30—14.45 Istirahat
14.45—15.00 Sesi 5 1. Y. Adhi Satiyoko, S.S., M.A. Mashuri, S.S. Dra. V. Risti Ratnawati, M.A. 15.00—15.15 2. Derri Ris R., S.S.
15.15—16.00 Diskusi dan Ulasan
16.15—16.30 Istirahat
16.30—16.45 Sesi 6 1. Nurain Nur Seha, S.Ag. Dwi Hariyanto
16.45—17.00 2. Drs. Umar Sidik, S.I.P., M.Pd. 17.00—17.15 3. Misriani, S.Pd.
17.15—18.00 Diskusi dan Ulasan
xvi
NO. HARI,
TANGGAL WAKTU ACARA PEMAKALAH MODERATOR NOTULIS
3. Sabtu, 9 Nov. 2013
07.00—08.00 Daftar Ulang
08.00—08.15 Sesi 7 1. Dra. V. Risti Ratnawati, M.A. Drs. Umar Sidik, S.I.P., M.Pd. Ahmad Abidan H., S.Pd. 08.15—08.30 2. Drs. Sri Haryatmo, M.Hum.
08.30—08.45 3. Yuliati Puspita Sari, S.Pd.
08.45—09.30 Diskusi dan Ulasan
09.30—11.00 Sambung Rasa Peserta Diskusi dan Kepala Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 11.00—11.30 Penutupan
Inti Sari
Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi yang bertujuan mengajak para pembaca maupun penonton agar mengonsumsi apa yang di-tawarkan. Iklan operator seluler Telkomsel dalam surat kabar harian Kedaulatan Rakyat sangat menarik untuk dikaji, selain karena bahasa-nya yang singkat dan padat juga mengandung bermacam penafsiran yang terkadang tidak dimengerti oleh pembaca. Wacana operator seluler dalam hal ini Telkomsel berisi tentang harga, bonus, jangkauan, dan sebagainya. Bahasa yang digunakan dalam iklan operator seluler Telkomsel sangat berbeda dengan bahasa iklan atau wacana yang lain. Dalam hal ini, pembaca harus mengerti konteks iklan tersebut karena pembaca tentu akan kesulitan dalam menafsirkan kata-kata yang sangat padat dan kata-kata yang mengandung banyak istilah khusus. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode pragmatis. Metode pragmatis digunakan untuk menunjuk pola-pola penyimpangan dalam tindak tutur dengan subjenis alat penentunya, yaitu mitra wicara. Salah satu yang dikaji dalam sebuah wacana adalah kohesi dan koherensi. Sebuah wacana yang baik harus mempunyai kohesi dan koherensi. Kohesi adalah keserasian hubungan antara unsur yang satu dan unsur yang lain dalam wacana sehingga tercipta-lah pengertian yang apik/koheren, sedangkan koherensi adatercipta-lah keterkaitan semantis antara bagian-bagian wacana. Oleh karena, tulisan ini bertujuan membahas kohesi dan koherensi yang terdapat dalam iklan operator seluler, khususnya Telkomsel.
Kata kunci: iklan, wacana, dan konteks
ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI
WACANA IKLAN OPERATOR SELULER TELKOMSEL
DI SURAT KABAR HARIAN
KEDAULATAN RAKYAT
Aji Prasetyo
Abstract
Advertisement is one of form of communication which is aimed at asking reader or watcher to consume what is offered. Advertisement of Telkomsel cellular operator in Kedaulatan Rakyat newspaper is very interesting to investigate, besides the language is simple and compact it also contains interpretation that sometimes is not easy to be understood. Telkomsel cellular operator advertisement comprises of price, bonus, coverage, and etc. The language used is very different from advertisement language or other discourse. In this matter, the reader should understand the context of the advertisement making because the reader certainly will find difficulties in interpreting a very dense words and words containing certain terms. Analysis of the data in this study using the pragmatic method. Pragmatic method is used to designate patterns of irregularities in the speech act with the determining tool subtypes, namely dialogue partner. One studied in a discourse cohesion and coherence is. A good discourse cohesion and coherence should have. Cohesion is a harmonious relationship between the elements and other elements in the discourse that creates a sense of slick/coherent, whereas coherence is a semantic relationship between the parts of discourse.Therefore, this writing is aimed at cohesion and coherence existing in cellular operator advertisement, particularly Telkomsel.
Keywords: advertisement, discourse, and context
1. Pendahuluan
tidak terjangkau oleh semantik tertentu maupun sintaksis (Cahyono, 1994: 228). Dari pengertian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa analisis wa-cana berkaitan dengan hal-hal di luar kebahasaan, seperti konteks dan situasi penutur.
Dewasa ini kita dapat menikmati berbagai informasi. Hal ini tentu dika-renakan makin canggihnya industri media informasi dan komunikasi, baik media cetak maupun media elektronik. Kita dibuat bingung oleh banyaknya informasi yang ditawarkan terutama di bidang periklanan. Iklan-iklan dibuat demi kepentingan dunia bisnis cenderung bertambah dari waktu ke waktu. Tanpa disadari bahwa sesungguhnya dunia periklanan merupakan salah satu wacana yang sangat menarik untuk dikaji.
Salah satu wacana yang dikaji dalam tulisan ini ialah iklan dalam media cetak. Menurut Kasali (1992: 9), iklan merupakan bagian dari bauran promosi (promotion mix). Bauran promosi itu sendiri merupakan bagian dari bauran pemasaran (marketing mix). Secara sederhana, iklan didefinisikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu media. Selajutnya, iklan sebagai bagian dari bauran komunikasi pema-saran mempunyai sapema-saran yang berbeda-beda, sesuai dengan produk yang ditawarkan. Iklan operator seluler dalam hal ini Telkomsel merupakan bagian dari penawaran suatu produk kepada khalayak pengguna telepon seluler.
Berbagai jenis layanan operator seluler telah hadir di Indonesia. Tentu saja media promosi yang digunakan melalui media untuk menyakinkan peng-guna telepon seluler yang berlomba dapat meyakinkan pemirsa apa pun cara-nya. Proses penyampaian sesuatu hal yang dilakukan melalui media untuk kepraktisan hidup. Hal itu diharapkan masyarakat menggunakan jasa operator yang telah mereka tawarkan. Perusahaan penyedia jasa telekomunikasi men-jaring semua lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, dan orang tua.
Didasari atas ketertarikan akan bahasa iklan tersebut, dalam penelitian ini akan dibahas mengenai iklan operator seluler, khususnya Telkomsel, yang diambil dari surat kabar harian Kedaulatan Rakyat. Jenis iklan ini dimaksudkan sebagai sarana untuk menarik konsumen menggunakan layanan operator se-luler, khususnya produk Telkomsel.
2. Teori dan Metode
Wacana dan teks merupakan dua hal yang saling berhubungan. Wilis Edmonson (dalam Sumarlam, 2005: 5) mengungkapkan bahwa ada perbedaan antara teks (text) dan wacana (discourse). Teks adalah suatu rangkaian ungkapan bahasa yang terstruktur yang membentuk suatu kesatuan. Perbedaan pokok antara teks dan wacana adalah teks merupakan suatu rangkaian pernyataan bahasa yang terstruktur yang diungkapkan melalui bahasa. Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa wacana mengacu pada permasalahan/ peristiwa yang terjadi pada kurun waktu tertentu. Di samping itu, konsep teks dan wacana pun berbeda. Menurut Budiman (dalam Sobur, 2004: 52) teks dapat diartikan sebagai seperangkat tanda yang ditransmisikan dari se-orang penerima melalui medium tertentu dan dengan kode-kode tertentu. Hal ini memiliki pengertian bahwa teks lebih berkaitan dengan hal-hal yang bersifat nyata, dan wacana cenderung mengarah ke sesuatu yang abstrak. Dalam hal ini teks merupakan realisasi dari wacana.
Wacana berdasarkan medianya terbagi menjadi wacana lisan dan wacana tulis. Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berwujud antara lain: (1) sebuah teks/bahasa tertulis yang dibentuk oleh lebih dari satu alinea yang mengungkapkan sesuatu secara beruntun dan utuh, misalnya sepucuk surat, sekelumit cerita, sepenggal uraian ilmiah, (2) sebuah alinea merupakan wacana, apabila teks hanya terdiri atas sebuah alinea dapat dianggap sebagai satu kesatuan misi korelasi dan situasi utuh, dan (3) sebuah wacana (khusus bahasa Indonesia) mungkin dapat dibentuk oleh sebuah kalimat majemuk dengan subordinasi dan koordinasi (system ellypsis) (Djajasudarma, 1994: 8). Wacana tulis di sini diartikan sebagai wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis/ media tulis. Untuk dapat menerima/memahami wacana tulis maka sang pene-rima/pesapa harus membacanya. Di dalam wacana tulis terjadi komunikasi secara tidak langsung antara penulis dengan pembaca (Sumarlam, 2005: 16). Wacana tulis tentunya akan mudah dikaji dan kajiannya akan lebih mendalam dibanding wacana lisan karena wacana tulis membentuk suatu kesatuan yang utuh dan berkesinambungan.
pada hal yang sedang terjadi, pada sifat tindakan sosial yang sedang berlang-sung, (2) “pelibat wacana” menunjuk pada orang-orang yang mengambil bagi-an, pada sifat para pelibat, kedudukan dan peranan mereka, dan (3) “sarana wacana”menunjuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, hal yang diha-rapkan oleh para pelibat bahasa dalam situasi itu. Dalam hal ini wacana iklan menunjuk pada konteksnya, yaitu bersifat mengajak dan mengandung pro-sedur serta ketentuan-ketentuan.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode pragmatis. Metode pragmatis digunakan untuk menunjuk pola-pola penyimpangan dalam tindak tutur dengan subjenis alat penentunya, yaitu mitra wicara. Hasil analisis penelitian ini dipaparkan sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditemukan dalam tahap sebelumnya. Pemaparan hasil analisis bersifat deskriptif, berda-sarkan pada data yang ada. Hasil analisis penelitian ini berdaberda-sarkan teknis informal, yaitu pemaparan dengan menggunakan perumusan dengan kata-kata biasa.
3. Pembahasan
Iklan operator seluler biasanya ditempatkan dalam halaman tersendiri, terkadang satu halaman penuh. Wacana iklan ini bersifat mempengaruhi khalayak. Hal yang dipentingkan dalam iklan adalah isi yang dapat menjang-kau pendengar/pembaca yang terpengaruh oleh bahasa afektif (Djajasudarma, 1994: 19). Berikut ini beberapa contoh iklan operator seluler yang ada dalam surat kabar yang terbit di Yogyakarta, khususnya iklan operator seluler Telkomsel yang ada di surat kabar harian Kedaulatan Rakyat.
1. Contoh iklan kartu Simpati di Kedaulatan Rakyat, 17 April 2013
Apabila diuraikan, kalimat itu akan menjadi sebagai berikut. (1) Buat kamu yang selalu ingin dapat lebih hubungi *999*9#.
(2) Isi pulsa lebih banyak bonusnya, paket internetan, paket blackberry, paket sms.
(3) Diskon Rp100 ribu gadget dan elektronik di plasa.com. Diskon s.d. 70% di Zalora.co.id.
(4) Pastikan kamu di Jaringan 3G. Lebih cepat, lebih nyaman.
Jika dilihat dari hubungan antarunsur dalam kalimat, iklan ini mempu-nyai koherensi yang tinggi. Kalimat (1) menyatakan informasi yang dapat dihubungi oleh konsumen kemudian diikuti dengan kalimat (2) yang menya-takan perihal keuntungan menggunakan kartu Simpati, kalimat (3) menyamenya-takan keuntungan yang didapat konsumen dengan menggunakan kartu Simpati, dan kalimat (4) menyatakan sebuah perintah untuk mendapatkan kecepatan dan kenyamanan dalam berkomunikasi.
Wacana iklan tersebut berisi tentang penawaran pulsa dari sebuah per-usahaan operator seluler. Perper-usahaan menetapkan berbagai keuntungan bagi konsumen, antara lain banyak bonusnya, ada diskon belanja, dan ada layanan 3G untuk kecepatan dan kenyamanan. Dalam hal ini, perusahaan operator seluler Telkomsel memberikan keuntungan bagi konsumen jika menggunakan kartu Simpati. Konsumen yang menggunakan kartu Simpati akan diberi bonus langsung, seperti adanya paket internetan, paket blackberry, paket sms, dan adanya diskon belanja.
Meskipun kata-kata tersebut sepertinya sulit dipahami pemaknaanya, pembaca tetap dapat menangkap isi dari iklan tersebut. Hal ini tentu dikaitkan dengan konteks pembaca dan isinya. Iklan ini tentu saja akan dibaca oleh orang yang akan mencari kartu telepon seluler sehingga ia sudah mengetahui latar belakang pemasang serta isi iklan tersebut. Pembuat iklan berusaha mencari konsumen yang berstatus sosial menengah ke atas. Hal itu terlihat dari penggunaan kata blackberry dan kata gadget.
2. Contoh iklan kartu As di Kedaulatan Rakyat, 18 Maret 2013
Iklan operator tersebut terdiri atas lima kalimat. Kalimat tersebut secara rinci akan diuraikan sebagai berikut.
(1) Gokil! Gratisnya 10 hari nonstop! Untuk semua pelanggan kartu As. (2) Isi ulang kartu As mulai dari Rp10.000 dan dapatkan gratisnya! (3) Gratis nelpon dan sms berlaku ke sesama Telkomsel.
Iklan kartu As tersebut mengandung kohesi dan koherensi. Kohesi ditun-jukkan dengan adanya perangkaian dan pengulangan. Pada kalimat (1) terda-pat perangkaian dengan konjungsi untuk yang menunjukkan hubungan menggabungkan. Dalam kalimat (2) terdapat perangkaian dengan konjungsi dan. Kalimat (3) dan (4) juga mengandung konjungsi dan dan adanya peng-ulangan kata gratis. Kalimat (5) terdapat perangkaian dengan konjungsi dan dan atau.
Dalam hal koherensi, iklan kartu As ini sudah berkoherensi cukup baik karena sudah ada konjungsi yang menghubungkan antarkalimat. Dalam hal ini kalimat tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi membentuk kesatuan yang padu. Setiap kalimat saling bertautan. Kalimat (1) dibuka dengan menyebutkan gratis 10 hari untuk semua pelangan. Kalimat (2) menunjukkan syarat minimal isi ulang agar mendapat fasilitas gratis dan diikuti dengan kalimat (3) dan (4) yang berisi macam-macam gratisan dari kartu As. Kalimat (5) berisi syarat untuk mendapatkan fasilitas gratis.
3. Contoh iklan kartu Halo di Kedaulatan Rakyat, 16 Maret 2013
Iklan kartu Halo tersebut terdiri atas satu kalimat dan dua paragraf. Secara lengkap iklan tersebut berbunyi sebagai berikut.
(1) Berubah menjadi yang terbaik.
(2) Kartu Halo selalu memberi yang terbaik untuk Anda. Mulai dari tarif hemat roaming internasional, prioritas akses data hingga 14,4 Mbps, ja-ringan terluas dan banyak lagi. Pilih paket Halo Fit sesuai dengan kebu-tuhan dan dapatkan paket istimewa untuk bicara, sms, dan data. (3) Berubah itu mudah. Halo Fit 80 ribu, 2 GB data, 100 menit, 100 sms.
Halo Fit 125 ribu, 4 GB data, 135 menit, 300 sms.
Dalam iklan ini, kohesi yang ada ialah pelesapan dan penunjukan. Bahasa-nya lebih lengkap daripada iklan sebelumBahasa-nya. Di sini ditemukan adaBahasa-nya ko-hesi perangkaian, pengacuan, dan pelesapan, sedangkan dalam koherensi, iklan ini juga berkoherensi baik karena kalimat yang satu dengan yang lain mempunyai rangkaian yang baik, seperti halnya pada paragraf (2) yang meru-pakan koherensi perincian dengan ditandai konjungsi mulai dari.
yang ketiga memiliki jaringan terluas dibanding kartu telepon yang lain. Selain itu, kartu Halo memberi pilihan kepada konsumen berupa paket Halo Fit, ada paket Halo Fit 80 ribu dan paket Halo Fit 125. Dengan iklan kartu Halo tersebut diharapkan konsumen memilih kartu Halo untuk berkomunikasi menggunakan telepon seluler, ataupun menggunakan akses internet.
4. Contoh iklan kartu Flash di Kedaulatan Rakyat, 20 April 2013
Iklan kartu Flash ini terdiri atas satu kalimat bahasa Inggris dan empat kalimat bahasa Indonesia. Secara lengkap iklan kartu Flash di atas berbunyi sebagai berikut.
(1) Marvel Iron Man 3 in cinemas April 2013.
(2) Ikuti petualangan Marvel’s Iron Man 3 bersama Telkomsel. (3) Daftar di FlashironMan.com dan aktifkan Opera Mini.
(4) Menangkan hadiah total 11 MacBook Air, 44 Samsung GALAXY, 80 HP Mito 720, dan 300 HP Mito S500 Watch.
Iklan kartu Flash ini sedikit berbeda dengan iklan operator seluler Tel-komsel sebelumnya. Selain menggunakan kalimat bahasa asing, iklan kartu Flash ini menjalin kerja sama dengan produk lain, yaitu film Iron Man 3. Wacana iklan tersebut hampir tidak ditemukan adanya kohesi antarkalimat. Kalimat (1) menggunakan bahasa Inggris yang isinya informasi film Iron Man 3 diputar di bioskop mulai bulan April 2013. Pada kalimat (2) terdapat perintah meng-ikuti petualangan Marvel’s Iron Man 3 bersama Telkomsel. Kalimat (3) berupa perintah mendaftar di FlashironMan.com dan mengaktifkan Opera Mini. Kalimat (4) berisi perintah untuk memenangkan hadiah. Terakhir, kalimat (5) berisi perintah mendapatkan tiket gratis bagi 2500 pendaftar pertama di kota Bekasi, Bandung, Yogyakarta, Malang, Makassar, Medan, Balikpapan, Manado, Ban-jarmasin, dan Pekanbaru.
Apabila diamati dari unsur koherensinya, wacana iklan kartu Flash ini tidak memiliki konjungsi yang merangkaikan kalimat yang satu dengan kali-mat yang lain. Selain kalikali-mat (1), semuanya diawali dengan verba, seperti ikuti, daftar, menangkan, dan dapatkan. Akan tetapi dari segi kebertautan, iklan tersebut sebenarnya mempunyai unsur kebertautan yang erat. Kalimat (2) berisi ajakan perusahaan Telkomsel kepada konsumennya untuk menonton film Iron Man 3. Kalimat (3) menyampaikan ajakan kepada konsumennya untuk mendaftar diFlashironMan.com dan mengaktifkan Opera Mini, kemudian diikuti dengan kalimat (4) yang berisi keuntungan yang didapat oleh konsumen jika mendaftar di FlashironMan.com dan mengaktifkan Opera Mini, dan disusul dengan kalimat (5) yang berisi pemberitahuan nonton bareng di beberapa kota bagi 2500 pendaftar pertama.
Dilihat dari konteksnya, iklan kartu Flash ini memberitahukan kepada konsumen bahwa perusahaan Telkomsel sedang menawarkan produknya, kartu Flash, dengan bekerja sama dengan bioskop yang memutar film Iron Man 3. Iklan ini diawali dengan kalimat pembuka yang menarik pembaca tentang pemutaran film Iron Man 3 pada bulan April di bioskop. Harapan pembuat iklan ialah pembaca yang membaca iklan tersebut akan tertarik dengan kalimat “Ikuti petualangan Marvel’s Iron Man 3 bersama Telkomsel”. Dengan demikian, pembaca akan tertarik menggunakan kartu Flash karena dapat menonton film baru Iron Man 3 di bioskop secara gratis. Selain itu, konsumen yang beruntung juga akan memenangkan hadiah yang menarik, seperti laptop Apple MacBook Air, smartphone Samsung Galaxy, HP Mito 720, dan HP Mito S500 Watch.
pengungkapan dan penyampaiannya dibuat berbeda untuk menciptakan va-riasi-variasi yang dapat menarik perhatian pembaca sehingga akan menggu-nakan salah satu kartu yang ditawarkannya. Jika dlihat dari unsur kohesi dan koherensinya, wacana jenis iklan operator seluler Telkomsel ini memang belum semuanya padu. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan dalam iklan operator seluler Telkomsel ini sangat padat sehingga banyak bagian-bagian yang dilesapkan. Wacana pada iklan ini memang dituntut untuk dapat menyampaikan pesan secara singkat dan padat dengan didukung ilustrasi gambar yang menarik. Akan tetapi, iklan tersebut tetap harus dapat kita pahami meskipun kalimatnya singkat dan padat.
4. Simpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh simpulan bahwa iklan dalam hal ini iklan operator seluler Telkomsel merupakan wacana yang bersifat persuasif. Dari empat contoh jenis iklan yang diteliti menunjukkan bahwa iklan operator seluler Telkomsel ini mempunyai ciri yang tidak sama, baik dalam hal tata tulis, bahasa, maupun gramatikalnya.
Iklan operator seluler Telkomsel yang diambil dari surat kabar harian Kedaulatan Rakyat tersebut menggunakan bahasa yang amat padat, kata-kata banyak yang dilesapkan, dan unsur-unsur koherensinya sudah cukup baik meskipun kadang tidak ditemukan konjungsi yang merangkaikan klausa atau kalimat. Kohesi yang umum digunakan dalam jenis iklan ini adalah kohesi gramatikal pelesapan, yaitu kohesi gramatikal yang berupa pelesapan konsti-tuen yang telah disebut.
Dilihat dari kekoherensiannya, iklan operator seluler Telkomsel ini sudah mengandung koherensi yang cukup baik. Dalam iklan tersebut memang tidak semuanya ditemui adanya konjungsi intrakalimat ataupun antarkalimat yang menunjukkan kepaduan suatu wacana, tetapi dalam hal ini iklan operator seluler Telkomsel mempunyai pertautan yang dikaitkan dengan konteks. Kali-mat/pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain saling berkesinam-bungan dan bertautan satu sama lain sehingga tidak keluar dari masalah dan konteksnya.
mengandung syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh konsumen agar dapat menikmati fasilitas yang ditawarkan.
Keempat iklan yang diteliti menunjukkan perbedaan-perbedaan cara pe-nyampaian ajakan kepada masyarakat. Kejelasan serta bahasa yang menarik ini menentukan keberhasilan iklan dalam menarik perhatian pembaca. Ma-syarakat juga akan menangkap maksud iklan tersebut dengan baik. Semakin bagus unsur persuasifnya, semakin banyak pula masyarakat yang tertarik pada produk ditawarkan.
Daftar Pustaka
Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.
Cahyono, Bambang Yudi. 1994. Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.
Djajasudarma, T. Fatimah. 1994. Wacana. Bandung: PT Ernesco.
Haliday, M. A. K dan Ruqaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks. Yogya-karta: Gajah Mada University Press.
Kasali, Rhenald. 1992. Manajemen Periklanan (Konsep dan Aplikasinya di Indonesia). Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
Nababan, P. W. J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Inti Sari
Makalah ini membicarakan kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif dalam bahasa Jawa. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan kata majemuk unik menurut kategori kata dan makna kata hubungan antarunsur unik. Kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif adalah kata majemuk yang salah satu unsurnya hanya bisa bergabung dengan kata di depannya. Unsur mbranang ‘merah menyala’ dalam abang mbranang ‘merah menyala’ hanya bisa bergabung dengan abang ‘merah’, unsur nglintheg ‘ tidur nyenyak’ dalam turu nglintheg ‘tidur nyenyak’ hanya bisa bergabung dengan turu ‘tidur’, royo-royo’hijau muda segar’ hanya dapat bergabung dengan ijo ‘hijau’, unsur nggendring ‘lari terbirit-birit tanpa berani menoleh lagi’ hanya dapat bergabung dengan mlayu ‘lari’,telap-telep ‘makan dengan lahap’ hanya dapat bergabung dengan unsur mangan ‘makan’. Ada berbagai kategori kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif dalam bahasa Jawa. Hasil pembahasan, yaitu (i) kategori adjektiva -adjektiva , (ii) adjektiva bebas-adjektiva terikat, (iii) verba bebas-verba bebas, dan (iv) verba-adjektiva. Di samping itu, ditemukan berbagai macam makna kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif, yaitu (i) makna menyangatkan, (ii) makna sebab akibat, (iii) makna cara, (iv) makna mendadak (kemendadakan), dan (v) makna sifat/keadaan.
Kata kunci: kata majemuk unik bermakna afektif, kategori kata, makna
Abstract
The paper explores compound word with unique element in Javanese affective meaning. The compound word with unique element of affective meaning is compound word which one of its elements only can combines with the word in front of it. Mbranang element ‘scarlet’ can only combine
KATA MAJEMUK DENGAN UNSUR UNIK BERMAKNA
AFEKTIF DALAM BAHASA JAWA
Edi Suwatno
with abang ‘red’, nglintheg element ‘sleep soundly‘ in turu nglintheg ‘sleep soundly’ can only combine with turu ‘sleep’, royo-royo’fresh light green’ can only combine with ijo ‘green’, nggendring element ‘scuttled without daring to look back’ can only combine with mlayu ‘run’, telap-telep ‘eat voraciously’ can only combine with mangan element ‘eat’. There are various categories in compound word with unique element meaning affective in Javanese, namely (i) adjective – adjective category, (ii) free adjective-bounded adjective, (iii) free verb - free verb, and (iv) verb – adjective. Besides it was found out that various compound word with unique element has affective meaning, namely (i) intensify meaning, (ii) cause and effect meaning, (iii) manner meaning, (iv) sudden meaning (incidentally), and (iv) existence/characteristic meaning.
Keywords: unique compound word with affective meaning, word category, various meaning
1. Pendahuluan
Makalah ini akan membicarakan tentang kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif dalam bahasa Jawa. Akan tetapi sebelum membicarakan tentang kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif akan dijelaskan lebih dahulu tentang kata majemuk. Ramlan (2012:77) mendefinisikan majemuk ialah kata yang terjadi dari gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru, misalnya keras hati, kepala batu, kamar gelap, meja makan, meja makan, dan mata kaki. Kata majemuk dalam bahasa Jawa, misalnya landhep dhengkul ‘sangat bodoh’, mundur isin ‘pantang mundur’, njarah rayah ‘merebut dengan paksa’, dan mbarang wirang ‘memamerkan rasa malunya’.Yang dimaksud kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif adalah kata majemuk yang salah satu unsurnya hanya bisa bergabung dengan unsur unik atau penggabungan morfem asal dan morfem unik (Wedhawati,dkk.,2001:81). Sebagai contoh kata majemuk dengan unsur unik abang mbranang ‘merah menyala, merah padam’, esuk umun-umun/uthuk-uthuk ‘pagi-pagi buta’, lunga klepat ‘pergi dengan cepat’, dan turu nglipus ‘tidur pulas’. Unsur unik bermakna afektif berupa unsur mbranang’merah sekali’, umun-umun/uthuk-uthuk’ pagi-pagi buta’, klepat ‘pergi dengan segera’, dan nglipus’tidur dengan pulas’, hanya bisa bergabung dengan bentuk adjektiva abang ‘merah’, esuk ‘pagi’, dan verba lunga ‘pergi’, turu ‘tidur’.
majemuk unik lungguh ndhepepes ‘duduk menempel seperti bersembunyi’, mlayu nggendring ‘ lari terbirit-birit tanpa berani menoleh lagi’, mangan telap-telep ‘makan dengan lahap’, mandheg greg ‘mendadak sontak berhenti’, lungguh jegang ‘duduk dengan kaki diangkat’, nangis ngglolo ‘menangis keras sekali’ dan tangi gregah ‘bangun dengan tiba-tiba, bangun mendadak’, termasuk kategori golongan verba. Dan, alasan ketiga adalah unsur-unsur kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif memiliki hubungan makna tertentu. Misalnya, kata majemuk unik padhang jingglang ‘terang benderang’, adhem njekut ‘dingin sekali’, bunder leker ‘bundar penuh (sempurna)’, cetha wela-wela ‘tampak jelas sekali, terlihat jelas sekali’, dan jembar gilar-gilar ‘tampak luas sekali dan bersih’ menyatakan makna “menyangatkan”. Kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif yang menyatakan makna “sebab akibat”, misalnya kebak menceb-menceb ‘penuh (sampai) tumpah-tumpah’, lemu gimblah-gimblah ‘gemuk tambun’, meteng njembluk ‘hamil gendut’, dan meteng mblendhis ‘hamil buncit’. Kata majemuk dengan unsur unik yang menyatakan makna “kemendadakan”, misalnya mabur bleber ‘terbang seketika’, bali cengkelak ‘kembali menoleh cepat-cepat’, tangi jenggirat ‘bangun dengan tiba-tiba’, tangi gregah ‘ bangun dengan tiba-tiba’, dan teka bedunduk ‘tiba-tiba datang (sudah di depan kita/seseorang)’.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apa saja kategori kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif dalam bahasa Jawa?; (2)Apa saja makna yang dinyatakan oleh hubungan unsur-unsur kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif dalam bahasa Jawa?
Tujuan pokok penelitian ini adalah mendeskripsikan kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif dalam bahasa Jawa. Tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut: (1) mendeskripsikan kategori kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif dalam bahasa Jawa; (2) mendeskripsikan makna hubung-an hubung-antarunsur kata majemuk denghubung-an unsur unik bermakna afektif dalam bahasa Jawa.
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kaidah pembentukan kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif dalam bahasa Jawa. Kaidah tersebut mencakup kaidah kategori kata dan kaidah makna hubungan unsur-unsur kata majemuk dengan unsur-unsur unik bermakna afektif dalam bahasa Jawa Lingkup penelitian ini meliputi kategori kata dari kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif dan makna yang dinyatakan oleh hubungan unsur-unsur kata majemuk dengan unsur-unsur unik bermakna afektif.
2. Kerangka Teori
2.1 Pengertian Kata Majemuk
semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan; pola khusus tersebut membedakannya dari gabungan morfem dasar yang bukan kata maje-muk (Kridalaksana,2001:99), Ramlan (2012:77) mendefinisikan kata majemaje-muk ialah kata yang terjadi dari dua kata sebagai unsurnya, kata yang terjadi dari gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Dalam bahasa Indonesia, misalnya mata kaki, keras hati, daya tahan, dan kamar kerja. Adapun kata majemuk yang salah satu unsurnya berupa morfem unik, ialah morfem yang hanya mampu berkombinasi dengan satu morfem asal. Misalnya, kata simpang siur, sunyi senyap, terang benderang, gelap gulita sebagai morfem unik (Ramlan,2012:82). Jadi unsur simpang, sunyi, terang, gelap tidak dapat berkombi-nasi dengan satuan lain kecuali dengan siur, senyap, benderang, dan gulita sebagai morfem unik. Dalam bahasa Jawa kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif, misalnya peteng ndhedhet ‘gelap gulita’, ajur mumur ‘hancur lebur’, padhang njingglang ‘terang benderang’, mlayu nggendring ‘lari terbirit-birit tidak menoleh lagi’, nganggur methekur ‘menganggur sama sekali (tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan)’,dan omong ngethuprus ‘berkata/berbicara nyero-cos, berbicara terus-menerus’.
2.2 Jenis-Jenis Kata Majemuk
Kata majemuk atau kompositum adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah yang bersangkutan, pola khusus tersebut membedakannya dari gabungan morfem dasar yang bukan kata majemuk (Kridalaksana,2001:99). Adapun Keraf (1991:154) mendefinisikan kata majemuk atau kompositum dapat dibatasi sebagai gabungan dari dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan arti. Menurutnya Keraf (1991:154) kelompok kata majemuk yang salah satu unsurnya bersifat terikat, misalnya: terang benderang, gegap gempita, gelap gulita, sorak sorai, tua renta, lalu lalang.
Kata majemuk atau kompositum menurut Kridalaksana (1989:109) dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis atau lima golongan, yaitu (1) kompositum subordinatif substantif (tipe A): (2) kompositum substantif (yang sebagian besar juga dapat berfungsi secara predikatif) (tipe B); (3) Kompositum koor-dinatif (tipe C), (4) kompositum berproleksem (tipe D), dan (5) kompositum sintesis (tipe E). Masalah penipean kata majemuk tipe A, B, C, D, dan E yang relevansi dengan penelitian ini adalah tipe C 6, yaitu makna sebab akibat “ b akibat a” atau makna menyangatkan “ b menyangatkan a”.
2.3 Kategori Kata
menurut Kridalaksana (1990,49—118) dikelompokkan menjadi tiga belas jenis atau golongan. Penggolongan kelas kata itu, antara lain: (1) verba, (2) adjektiva, (3) nomina, (4) pronomina, (5), numeralia, (6) adverbia, (7) interogatif, (8) demontrativa, (9) artikula, (10) preposisi, (11) konjungsi, (12) kategori fatis, (13) interjeksi. Adapun Ramlan (1986:10) menggolongkan kelas kata menjadi dua belas golongan atau jenis kata, antara lain: (1) verba, (2) nomina, (3) pronomina, (4) adjektiva, (5) numeralia, (6) advebia, (7) interogatif, (8) prepo-sisi, (9) konjungsi, (10) interjeksi, (11) demontrativa, dan (12) artikula. Penggo-longan kata Kridalaksana (1990) dan Ramlan (1986) yang relevansi dengan penelitian ini adalah berkaitan dengan kata majemuk berkategori verba dan adjektiva.
2.4 Makna Kata Majemuk
Makna kata majemuk merupakan perpaduan leksem yang membentuk komponen. Menurut Kridalaksana (1988:110) dan (1989:104—158) meng-golongkan makna kata majemuk menjadi empat tipe: (1) makna tipe A (per-paduan subordinatif, yang terjadi dari 17 tipe A, (2) makna tipe B (per(per-paduan subordinatif atributif yang terjadi dari 16 tipe B), (3) makna tipe C (perpaduan koordinatif), yang terdiri atas 8 tipe, (4) makna tipe D (perpaduan berprolek-sem), dan (5) makna tipe E (perpaduan sintesis). Berkaitan dengan relevansi penelitian ini adalah makna tipe C (perpaduan koordinatif, yaitu makna tipe C unsur pertama dan kedua saling melengkapi, (2) makna tipe C 6 makna “sebab akibat” artinya unsur kedua menyangatkan unsur pertama, dan (3) tipe C 8 b paduan leksem koordinatif pemanjangan, artinya unsur kedua pemanjangan dari unsur pertama. Hal tersebut dapat dilihat Poedjosoedarmo (1979:156) persamaan arti komponen, yaitu komponen pertama sama artinya dengan komponen yang kedua yang memiliki makna yang bersifat menyangat-kan. Berkaitan dengan makna atau arti di mana kedua komponennya mempu-nyai arti yang menyangatkan berkaitan dengan jenis kata yang sempurna (Poedjosoedarmo,1979:159). Berdasarkan penggolongan kata itu yang paling menonjol pemakaiannya, yaitu verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), dan adverbia (kata keterangan). Pemakaian verba dan adjektiva merupakan bentuk dasar bebas, misalnya lungguh ‘duduk’, turu ‘tidur’. teka ‘datang’, dan lunga ‘pergi’. Adapun bentuk dasar bebas, misalnya abang ‘merah’, adoh ‘jauh’, adhem ‘dingin’, putih ‘putih’, sugih ‘kaya’ ireng ‘hitam’, dan cedhak ‘dekat’.
3. Metode dan Teknik
alat penentunya adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto,1993:15).
Adapun teknik dasar yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung (BUL). Disebut teknik BUL karena cara yang digunakan pada awal kerja analisis ialah membagi satuan data menjadi beberapa bagian atau unsur (kata majemuk unik); dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryan-to,1993:31).Teknik lanjutan yang berwujud teknik sisip. Adapun teknik sisip dilakukan dengan menggunakan “unsur” tertentu di antara unsur-unsur lingual yang ada. Pada hakikatnya teknik sisip sama dengan teknik perluas, yaitu sama-sama menggunakan “unsur” tambahan. Keduanya menambahi satuan lingual yang bersangkutan dengan unsur baru. Perbedaannya adalah penam-bahan dalam rangka pelaksanaan teknik perluas ada di luar satuan lingual yang bersangkutan, sedangkan penambahan dalam rangka teknik sisip ada di dalam satuan lingual yang bersangkutan (Sudaryanto,1993:37).
Objek penelitian ini adalah kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif dalam bahasa Jawa. Pengumpulan data digunakan metode simak dan teknik catat. Metode simak atau penyimakan dilakukan menyimak pengguna-an data bahasa ypengguna-ang berspengguna-angkutpengguna-an. Adapun teknik catat dengpengguna-an mencatat data. Dalam rangka penggunaan teknik catat, untuk diklasifikasi, dikelompok-kan datanya berdasardikelompok-kan jenis kata, makna unsur-unsur katanya selanjutnya dianalisis dan ditulis seperti pada makalah ini.
Sumber data dalam penelitian ini diambil dari sumber bahasa tertulis dan dilakukan teknik pencatatan langsung dalam bacaan atau teks. Sumber data yang diteliti diambil dari majalah mingguan dan buku pelajaran yang berbahasa Jawa.
4. Pembahasan
4.1 Kata Majemuk Unik yang Unsur-Unsurnya Berkategori Adjektiva-Adjektiva
Kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif yang unsur-unsurnya terdiri atas kategori adjektiva-adjektiva dapat berbentuk unsur bebas dan unsur terikat. Adapun masing-masing kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif berkategori adjektiva-adjektiva bentuk bebas dan bentuk terikat tampak pada subbagian sebagai berikut.
4.1.1 Kata Majemuk dengan Unsur Unik Bermakna Afektif Berkategori Adjektiva-Adjektiva
Adjektiva berkategori unsur bebas atau bentuk bebas adalah bentuk (unsur) bahasa yang dapat berdiri sendiri dan jelas maknanya. Unsur atau bentuk bebas adalah kata atau frasa yang tidak mempunyai hubungan grama-tikal dengan bagian-bagian kalimat. Bentuk bebas atau unsur bebas berkate-gori adjektiva-adjektiva contohnya sebagai berikut. Bentuk entek ‘habis’, bentuk dan gusis ‘habis, lenyap’ menjadi kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif entek gusis ‘habis/lenyap’, menjadi kata majemuk unik sugih derbala ‘ kaya raya’, bentuk tuwek ‘tua’, dan bentuk keklek ‘rejih, selalu mengeluarkan air mata’ membentuk kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif tuwek keklek ‘tua renta’; bentuk bosok ‘busuk’, dan bentuk koklok ‘busuk lusuh’ membentuk kata majemuk unik bosok koklok ‘busuk sekali’; bentuk bunderr bunder ‘bundar, bulat’, dan bentuk leker ‘melingkar’ menjadi kata majemuk unik bunder leker ‘bunder melingkar’; bentuk ireng ‘hitam dan bentuk thuntheng ‘legam/kelam’ menjadi kata majemuk unik ireng thuntheng ‘hitam legam’, dan sebagainya. Kata majemuk unik entek gusis ‘ habis tidak tersisa’; sugih derbala ‘kaya raya’, tuwek keklek ‘tua renta’, bosok koklok ‘busuk lusuh’; bunder leker ‘bundar melingkar’, dan ireng thuntheng ‘hitam legam’, merupakan kata maje-muk dengan unsur unik bermakna afektif kategori adjektiva-adjektiva bentuk (unsur) bebas karena unsur-unsurnya bukan bentuk bentuk terikat.
4.1.2 Kata Majemuk dengan Unsur Unik Bermakna Afektif Berkategori Adjektiva Bentuk Bebas dan Terikat
cemberut’, bentuk bolong ‘lobang, berlobang’ dan bentuk mlompong ‘ berlubang tembus’ menjadi kata majemuk unik bolong mlompong ‘berlubang tembus’, bentuk rubuh ‘roboh’.bentuk dan mblasah ‘berserakan, berserak-serak’ menjadi kata majemuk unik rubuh mblasah ‘roboh berserakan’, dan sebagainya.
4.2 Kata Majemuk dengan Unsur Unik Bermakna Afektif Berkategori Verba-Verba
Kategori verba atau kata kerja adalah kata yang menggambarkan proses, atau keadaan. Kategori verba memiliki unsur semantis perbuatan, keadaan, atau proses (Kridalaksana,2008:226). Verba adalah kelas kata yang berfungsi sebagai predikat. Dalam beberapa bahasa verba mempunyai ciri morfologi, seperti ciri kala, aspek, persona, atau jumlah. Kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif yang unsur-unsurnya berkategori verba-verba sebagai berikut: verba bali ‘kembali/pulang’ dan bentuk unik cengkelak ‘kembali/pulang menoleh seketika’ menjadi kata majemuk unik bali cengkelak ‘ kembali/pulang menoleh seketika’; verba mangan ‘makan’, dan bentuk unik themal-themel ‘makan/menyuap kerap dan tergesa-gesa’ menjadi kata majemuk unik mangan themal-themel ‘makan dengan kerap dan tergesa-gesa’; verba ngguyu ‘tertawa’ dan bentuk unik lakak-lakak ‘tertawa tergelak-gelak’ menjadi kata majemuk unik ngguyu lakak-lakak ‘tertawa tergelak-gelak’; verba nangis’menangis’ dan bentuk unik ngglolo ‘menangis keras sekali’ menjadi kata majemuk unik nangis ngglolo ‘menangis keras sekali’; verba lungguh ‘duduk’ dan bentuk unik ndhepepes, dhepis ‘duduk bersembunyi’ menjadi kata majemuk unik lungguh ndhepepes ‘ duduk bersembunyi’; verba nangis ‘menangis’, dan bentuk unik mingseg-mingseg ‘menangis tersedu-sedu’ menjadi kata majemuk unik nangis mingseg-mingseg ‘menangis tersedu-sedu’, dan lain sebagainya.
4.2.1 Kata Majemuk dengan Unsur Unik Bermakna Afektif Berkategori Verba Adjektiva
lunga semparet ‘pergi dengan segera’, lungguh nyekukruk ‘duduk membungkuk kurang semangat’, lungguh jegang ‘duduk dengan kaki diangkat’, lunga klithih-klithih ‘pergi ke sana ke sini seperti bingung ada sesuatu yang dicari’, teka bedunduk ‘datang dengan tiba-tiba sudah di depan seseorang (kita)’, mandheg greg ‘berhenti mendadak sontak, berhenti dengan tiba-tiba’, lungguh sreg ‘duduk sangat rapinya’, nangis ngglolo ‘menangis keras sekali’, mubeng seser ‘berputar sangat cepat’, ngambung sengok ‘mencium (pipi) dengan tiba-tiba’, nangis ngguguk ‘menangis tersedu-sedu’, mangan telap-telep ‘makan dengan lahap’, tangi jenggirat ‘bangun tidur dengan tiba-tiba’, turu nglempus ‘tidur nyenyak sekali, tidur sangat lelapnya’, dan nangis ngglolo ‘menangis sangat keras, menangis keras sekali’.
4.2.2 Kata Majemuk dengan Unsur Unik Bermakna Afektif Kategori Verba-Kategori Verba
Kategori verba adalah kata kerja yang mengambarkan proses, atau keadaan. (Kridalaksana,2001:226). Sebagian besar verba mewakili unsur seman-tis perbuatan, keadaan, atau proses. Kata majemuk dengan unsur unik bermak-na afektif bentuk bebas adalah bentuk bahasa (kata) yang dapat berdiri sendiri sebagai kata dan maknanya jelas. Berikut ini contoh kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif verba bentuk bebas-verba bentuk bebas: bali cengkelak ‘kembali/pulang dengan cepat’, lungguh jegang ‘ duduk dengan kakinya yang satu menumpu (tidak sopan)’, bali jegagik ‘kembali agak terkejut’, tangi gregah ‘bangun tidur dengan tiba-tiba’, lunga senthiyeng ‘ tiba-tiba pergi dengan segera’, dan sebagainya.
4.2.3 Kata Majemuk dengan Unsur Unik Bermakna Afektif Kategori Verba Bentuk Bebas-Adjektiva Bentuk Bebas
Bentuk bebas adalah bentuk bahasa (kata) yang dapat berdiri sendiri dan jelas maknanya, sedangkan bentuk terikat adalah unsur yang berafiks (prefiks) atau bentuk ulang yang dapat dipakai daya gabung dengan makna yang jelas. Bentuk bahasa yang harus bergabung dengan unsur lain. Misalnya, kata majemuk tangi gregah ‘bangun/bangkit dengan seketika’, tiba gabrug ‘jatuh debuk’, tangi jenggirat ‘bangun tidur dengan tiba-tiba’, lunga semparet ‘pergi dengan segera’, dan lungguh sreg ‘tiba-tiba duduk’.
5. Makna Hubungann Antarunsur Kata Majemuk dengan Unsur Unik Bermakna Afektif
5.1 Makna Hubungan Antarunsur
Dalam subbab ini akan dibicarakan tentang makna hubungan antarunsur kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif dalam bahasa Jawa. Makna hubungan antarunsur kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif yang dimaksud adalah makna setiap kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif dalam unsur leksikal (kata). Dalan penelitian ini ditemukan lima makna hubungan antarunsur kata majemuk unik, yaitu (1) makna ‘menyangatkan’, (2) makna ‘sebab akibat’, (3) makna ‘cara’, (4) makna ‘mendadak (kemendadak-an)’, dan 5) dan makna ‘sifat/keadaan’.
Adapun masing-masing makna hubungan antarunsur kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif akan diuraikan pada subbagian berikut.
5.1.1 Kata Majemuk dengan Unsur Unik Bermakna Afektif yang Menyatakan Makna ‘Menyangatkan’
Makna ‘menyangatkan’ adalah menyatakan menjadikan sangat, berlebih-lebih halnya, keadaannya, atau teramat sangat. Bentuk atau unsur pada kata majemuk unik memiliki makna ‘menyangatkan’. Dengan kata lain dalam kompo-situm koordinatif tipe C, seperti pendapat Kridalaksana (1989:145), yaitu sebab akibat “b akibat a” atau makna menyangatkan “b menyangatkan a”. Kata maje-muk dengan unsur unik bermakna afektif yang menyatakan ‘makna menyangat-kan’, antara lain anyep njejet/njejep ‘tawar sekali/sangat tawar’, cetha wela-wela ‘jetas sekali/sangat jelas’, cedhak nyangklek ‘dekat sekali, sangat dekat’, kebak luber ‘penuh melimpah, penuh tumpah-tumpah’, garing mekingking ‘kering (kurus) sekali’, padhang njingglang ‘terang benderang (sekali)’, putih memplak ‘putih sekali, sangat putih (putih seperti kapuk)’, peteng ndhedhet ‘gelap gulita (sekali)’, resik gumrining ‘bersih sekali, sangat bersih’, sugih mblegedhu ‘kaya sekali, sangat kaya’, teles kebes ‘basah sekali, basah kuyub’, dan tuwek keklek ‘tua renta, tua sekali’.
5.1.2 Kata Majemuk dengan Unsur Unik Bermakna Afektif yang Menyatakan Makna “Sebab Akibat”
Makna ‘sebab akibat’ atau ‘sebab musabab’ adalah berbagai sebab asal mula yang menjadi sebab atau menyebabkan. Dalam pembentukan bahasa Indonesia (Kridalaksana,1989:140) tentang kompositum koordinatif tipe C dikatakan bahwa urutan komponennya tetap dan tidak dapat dibalikkan atau ditukar posisinya. Ciri tersebut membedakannya dengan gabungan leksem yang dapat dibalikkan. Kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif yang menyatakan makna sebab akibat, seperti contoh pada kata majemuk unik wedi mengkirig ‘takut bulu kuduknya tegak’, kebak luber ‘penuh tumpah-tumpah (melimpah)’, meteng njembluk ‘hamil buncit (besar perutnya)’, nangis senggruk-senggruk ‘menangis tersedu-sedu (tersengguk-sengguk)’, dan nesu mbesengut ‘marah bersungut-sungut (menggerutu)’.
Kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif yang menyatakan makna ‘sebab akibat’ menurut Kridalaksana (1989:145) tersebut kompositum koordinatif tipe C6: ‘b akibat a’, seperti mengkirig ‘bulu keduknya tegak’ disebabkan wedi ‘takut’; luber ‘tumpah-tumpah (melimpah)’ disebabkan oleh kebak ‘penuh’; dheleg-dheleg ‘(duduk) termenung’ disebabkan karena sedhih ‘sedih (susah)’; dan glangsaran ‘tergeletak di tanah’ disebabkan karena tiba ‘jatuh’.
5.1.3 Kata Majemuk dengan Unsur Unik Bermakna Afektif yang Menyatakan Makna ‘Cara’
menyatakan makna cara lungguh ‘duduk’; unsur unik medhekes ‘duduk sngat sopan dan tertib/teratur’, pada kata majemuk unik lungguh ngedhekes ‘duduk sangat sopan,teratur, dan tertib’ menyatakan makna cara lungguh ‘duduk’; unsur unik mingseg-mingseg ‘menangis tersedu-sedu’ pada kata kajemuk unik nangis mingseg-mingseg ‘menangis tersedu-sedu’ menyatakan makna cara nangis ‘menangis’; unsur unik theklak-thekluk ‘berangguk-angguk’ pada kata majemuk unik turu theklak-thekluk ‘tidur berangguk-angguk’menyatakan makna cara turu ‘tidur’; unsur unik ngetheker ‘bekerja dengan tekun tidak bergerak-gerak’ pada kata majemuk unik turu ngetheker ‘bekerja dengan tekun tidak menoleh/ bergerak-gerak’ menyatakan makna cara nyambutgawe’bekerja’; unsur unik mekokok ‘duduk dengan kaki (paha) terbuka’ pada kata majemuk unik lungguh mekokok ‘duduk dengan kaki (paha) terbuka’ menyatakan makna cara lungguh ‘duduk’.
5.1.4 Kata Majemuk dengan Unsur Unik Bermakna Afektif yang Menyatakan Makna ‘Mendadak (Kemendadakan)’
Makna ‘mendadak’ atau ‘kemendadakan’ adalah sesuatu yang dilaku-kan secara tiba-tiba; mendadak dapat juga berarti datang dengan tiba-tiba. Dengan kata lain mendadak atau kemendadakan sesuatu yang dilakukan tanpa diduga, diketahui, atau diperkirakan sebelumnya, atau sekonyong-konyong. Kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif yang menyatakan makna ‘mendadak/kemendadakan’, misalnya bali cengkelak ‘ kembali/pulang seketika, menoleh seketika’; lunga klepat ‘pergi seketika dengan cepat-cepat, segera’; mlayu bradhat ‘berlari seketika dan cepat-cepat’; tangi jenggirat ‘bangun tidur dengan tiba-tiba (terkejut)’, ngambung sengok ‘mencium dengan (secara) tiba-tiba’; nangis cenger ‘menangis keras dengan tiba-tiba’; teka bedunduk ‘datang dengan tiba-tiba (sudah di depan kita/seseorang)’; kepethuk/ketemu gapruk ‘bertemu (ber-tatapan) dengan tiba’, dan bali jejagig ‘kembali/pulang/balik dengan tiba-tiba’. Kata majemuk dengan unsur unik yang menyatakan makna ‘mendadak (kemendadakan)’ dapat disebut juga makna ‘tiba-tiba atau sekonyong-konyong’. Misalnya, ngadeg nyat ‘berdiri seketika’ tiba-tiba berdiri’: jupuk clemut ’tiba-tiba diambil’; turu glethak ‘’tiba-tiba-’tiba-tiba tidur terhantar’; dan lunga semprung ‘pergi dengan tiba-tiba’.
5.1.5 Kata Majemuk dengan Unsur Unik Bermakna Afektif yang Menyatakan Makna “Sifat/Keadaan”
yang menyatakan makna ‘sifat/keadaan’, seperti contoh kata majemuk unik abang mbranang ‘merah sekali, sangat merah’; biru kecu ‘biru agak hitam’; kuning gadhing ‘kuning seperti kulit kelapa gading’; cilik menthik ‘kecil sekali, kecil mungil’; gedhe magrong-magrong ‘besar lagi tinggi (tentang rumah)’; ireng menges-menges ‘hitam mengkilap’; ijo royo-royo ‘hijau cerah, terang (tanaman atau dedaunan)’; dan cilik menis-menis ‘kecil tampak mengkilat (benda kecil bulat)’.
6. Penutup
Dari hasil pembahasan tentang kata majemuk dengan unsur unik ber-makna afektif dalam bahasa Jawa diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama, kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif dalam bahasa Jawa memiliki unsur-unsur berkategori adjektiva-adjektiva, baik unsur (bentuk) bebas maupun unsur terikat. Kedua, ditemukan unsur-unsur berkategori verba, baik itu kategori verba bentuk bebas maupun verba bentuk terikat. Selanjutnya, pembahasan dari segi makna hubungan antarunsur-unsurnya kata majemuk dengan unsur unik bermakna afektif dapat menyatakan makna ‘menyangat-kan’, makna ‘sebab akibat’, makna ‘cara’, makna ‘mendadak (kemendadakan)’, dan makna ‘sifat/keadaan’. Namun, hal itu tidak tertutup kemungkinan masih ada masalah yang belum terungkap.
Daftar Pustaka
Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan Menengah. Jakarta: Penerbit PT Grasindo.
Kridalaksana, Harimurti. 1986. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
————————-.1988. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
————————-. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
————————-. 2001. Edisi Ketiga. Kamus Linguistik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Poedjosoedarmo, Soepomo. 1979. Morfologi Bahasa Jawa. Jakarta: Pusat Bahasa, Depdikbud
Ramlan,M. 1986. Penggolongan Kata dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.
——————-. 2012. Morfologi: suatu tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: U.P. Karyono.
Inti Sari
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan leksikon berbahasa asing pada media massa cetak, khusus pada masa penjahan Jepang. Dalam tulisan yang masih berupa tulisan awal ini digunakan metode des-kripsi analitik untuk menganalisis data yang bersumber pada media massa cetak yang terbit pada masa penjajahan Jepang (1942—1945) di Indonesia. Tulisan ini dibatasi hanya pada leksikon yang digunakan di media massa cetak. Dari hasil analisis didapatkan bahwa leksikon berbahasa Jepang hanya banyak digunakan pada bidang yang ber-kaitan dengan pemerintahan, olahraga khususnya dengan menggu-nakan pedang, dan leksikon yang bertujuan memberi semangat untuk berpihak pada Jepang. Leksikon berbahasa asing, seperti bahasa Ing-gris dan bahasa Belanda sangat banyak digunakan dalam berbagai bidang, baik dalam istilah maupun leksikon yang bersifat umum. Se-lain itu, ditemukan pula leksikon berbahasa asing yang Se-lain seperti, bahasa Arab dan Persia.
Kata kunci: leksikon, berbahasa asing, media massa cetak, dan masa penjajahan Jepang
Abstract
This paper aims to describe the lexicon of foreign language in the print media, specifically during the penjahan Japan. In a paper which still form this early writing analytic description of the method used to analyze the data that originates in the print media , published in the Japanese colonial period (1942-1945) in Indonesia. This paper is also restricted to the lexicon used in the print media. From the analysis it was found that only the Japanese language lexicons are widely used in fields related to government, especially sports using a sword , and a lexicon which aims members to side with the Japanese