• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Makian dalam OMG Ditinjau dari Bentuk Ekspresinya

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN BAHAS (1) (Halaman 183-186)

DALAM BAHASA JAWA

MATRIKS DIMENS

2. Teori dan Metode Penelitian 1 Teor

3.4 Karakteristik Makian dalam OMG Ditinjau dari Bentuk Ekspresinya

Karakteristik makian dalam wacana OMG berbeda dengan makian lisan karena makian dalam OMG diungkapkan secara tertulis. Dalam makian lisan pembicara dapat menggunakan variasi intonasi dan tekanan ketika meng- ungkapkan makian sebagai ekspresi kemarahan, keakraban, kekesalan, humor, dan sebagainya. Namun, pada ekspresi makian dalam OMG komentator dapat menggunakan berbagai cara secara tertulis, seperti menggunakan huruf kapital pada kata-kata yang dianggap penting atau bahkan menggunakan huruf kapital semua, dan penggunaan tanda baca yang sama beberapa kali. Berikut bebe- rapa contoh cara yang dilakukan komentator untuk mengekspresikan ma- kiannya.

(26) Saraaaaaaafff...!!!!

(27) BERITA BASI KYK SYAHRINIMENDINGAN ELO MELACUR AZA BIAR DAPAT DUIT TRUS

(28) eyang kakung, gaz terus yg penting eyang masih nampak itu lobang.. tp Jngan sembarang lobangya??

hehehehehehehehehehehehehehehehehe (29) Gedein DZIKIR pak! Bukan gedein DZAKAR! (30) ges aki 2 ge hayang we nya. :D

Pada contoh (26) komentator menulis huruf a beberapa kali untuk meng- ekspresikan makian kekesalannya, sedangkan pada contoh (27) komentator mengungkapkan makian kemarahannya dengan menggunakan huruf kapital semua. Pada contoh (28) teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan ekspresi ketawa berupa simbol ketawa yang diwakili oleh heheheheheheh yang menandakan bahwa isi makian berupa humor.

Pada contoh (29) terdapat pengkapitalan kata DZIKIR dan DZAKAR sebagai penekanan dua hal yang bertolak belakang. Efek dari pengkapitalan adalah terwakilinya pesan penulis dan makiannya menunjukkan kekesalan dan kemarahan terhadap tokoh yang dimaksud. Pada contoh (30) komentator menggunakan bahasa daerah yang berarti sudah tua tetap saja suka. Pemakaian bahasa daerah dimaksudkan sebagai alih kode karena komentator menyadari dengan menulis bahasa daerah maka kekesalan dan kemarahan dapat lebih tersalurkan dan terwakili serta lebih mengena dibanding dengan mengguna- kan bahasa Indonesia. Dan, pada akhir pernyataan digunakan simbol tertawa (:D) untuk menunjukkan rasa heran sekaligus ejekan.

4. Simpulan

Berdasarkan uraian pembahasan dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Dalam komentar wacana gossip OMG terdapat beberapa bentuk makian, yaitu makian berbentuk kata dasar dan kompleks. Bentuk makian kata dasar terbagi menjadi kata tunggal berkategori verba, nomina, dan adjektiva. Di sisi lain, bentuk makian kompleks terdiri atas kata-kata yang telah mendapat proses afiksasi dan pemajemukan. Sementara itu, makian berbentuk frase terdiri dari tiga jenis berdasarkan unsur pusatnya, yaitu frasa verbal, nominal, dan adjektiva.

2. Referensi makian dalam komentator OMG meliputi bentuk makian yang mengacu pada keadaan, binatang, makhluk menakutkan (termasuk makhluk halus), benda-benda (termasuk kotoran manusia atau binatang), bagian tubuh, kekerabatan, aktivitas, profesi, seruan, etnis dan suku bangsa, dan penyakit.

3. Fungsi makian dalam wacana OMG adalah untuk mengungkapkan kema- rahan, kekesalan, kekecewaan, keheranan, penghinaan atau merendahkan orang lain, rasa humor, dan peringatan.

4. Dari karakteristiknya, makian dalam OMG berbeda dengan makian yang dituturkan secara lisan. Perbedaan tersebut karena media yang digunakan untuk makian OMG adalah internet sehingga hal ini berpengaruh pada konteks, peserta, bentuk ekspresi, dan gaya dalam pengungkapan makian.

DAFTAR PUSTAKA

Dendy Sugono, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hymes, Dell. 1989. Foundations in Sociolinguistics: An Ethnographic Approach.

Philadelphia: University of Pennsylvania Press.

Indrawati, Dianita. 2006. “Makian dalam Bahasa Madura”. Disertasi. Denpasar: Universitas Udayana.

Kisyani. 1985. “Pisuhan Sebagai Cermin Rasa dan Sikap Jiwa Penutur”. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Leech, Geoffrey. 1974. Semantics. Harmondsworth, Middlesex: Penguin. Leigh, Mark dan Lepine, Mike. 2005. Advanced Swearing Handbook. West Sussex:

Summersdale Publisher Ltd.

McEnery, Tony. 2006. Swearing in English. New York: Routledge.

Saptomo, Sri Wahono. 2001. “Makian dalam Bahasa Jawa”. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Wardhaugh, Ronald. 1988. An Introduction to Sociollinguistics. Oxford: Basil Blackwell.

Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi, Muhammad. 2006. Sosiolinguistik: Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumber Data:

http://id.omg.yahoo.com/=Hugh+Hefner+Batal+Menikah%21B. Diunduh tanggal 15 Juni 2011.

http://id.omg.yahoo.com/=Ahmad+Dhani+Bangga+Diisukan+Punya+ Anak+Dari+Mulan. Diunduh tanggal 16 Juni 2011.

http://id.omg.yahoo.com/=Hamil+Sebelum+Nikah%2C+KD+Minta+ Dimaklumi. Diunduh tanggal 19 Juni 2011.

http://id.omg.yahoo.com/=Syahrini+Terbiasa+Dengan+Ledekan+ Olga+%E2%80%93+Raffi Diunduh tanggal 19 Juni 2011.

http://id.omg.yahoo.com/news/dewi-persik-selesai-operasi-keperawanan- zwp4-464292.html Diunduh tanggal 22 Juni 2011.

Inti Sari

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ragam wujud tuturan menolak dan pelanggaran maksim kesantunan yang terdapat di dalam- nya pada tindak tutur supir angkutan umum jurusan Martapura ber- dasarkan teori Sosiopragmatik. Metode yang digunakan adalah berda- sarkan natural setting. Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah teknik rekam dan dokumentasi. Berdasarkan kajian ini disim- pulkan wujud tuturan supir angkutan umum jurusan Martapura yang bermakna menolak dalam bentuk (1) kalimat berita atau pernyataan (deklaratif), (2) kalimat perintah (imperatif), (3) kalimat tanya (intero- gatif),(4) kalimat seruan (eksklamatif). Penyimpangan enam maksim kesantunan terjadi pada empat wujud tuturan tersebut, yaitu (1) maksim kebijakan, (2) maksim penerimaan, (3) maksim kemurahan, (4) maksim kerendahan hati, (5) maksim kecocokan, dan (6) maksim kesimpatisan. Kata kunci : maksim, kesantunan, tuturan

Abstract

This study aimed to describe the range of utterances form refuse and politeness maxims violations contained therein on speech acts public transport drivers Martapura majors based on the theory of sosiopragmatics. The method used is based on a natural setting. Techniques used in data retrieval is the technique of recording and documentation. Based on this study concluded form of public transport drivers utterances meaningful Martapura majors declined in the form, (1) sentence news or statements (declarative), (2) the phrase command (impe- rative), (3) sentences question (interrogative), (4) the sentence call (eksklamatif). Deviation of six maxims of politeness occurred in four form the speech, namely (1) maxim of policy, (2) maxim acceptance, (3) generosity maxim, (4) modesty maxim, (5) maxim suitability, and (6) maxim kesimpatisan.

Key words: maxims, politeness, speech

PELANGGARAN MAKSIM KESANTUNAN

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN BAHAS (1) (Halaman 183-186)